Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2 , Juli 2016
Abstrak : Terak nikel adalah salah satu jenis limbah peleburan bijih nikel setelah melalui proses
pembakaran. Produksi dari terak nikel PT. Aneka Tambang Pomalaa Kabupaten Kolaka Propinsi
Sulawesi Tenggara selama kurun waktu periode 2011-2012 sekitar 1 juta ton terak, dengan kandungan
nikel dalam pengolahan biji nikel adalah antara 1,80% sampai 2,00%. Secara visual, bentuk fisik dari
terak nikel ini menyerupai agregat. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan benda uji berbentuk
silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebanyak 48 buah yang diuji pada umur 28 hari dengan
beberapa variasi campuran. Variasi 01, 100% agregat alami, variasi 02, terak nikel sebagai agregat kasar,
variasi 03, terak nikel sebagai agregat halus, dan variasi 04, terak nikel sebagai agregat kasar dan agregat
halus. Gradasi agregat dalam campuran ditetapkan dan dirancang sehingga memenuhi spesifikasi gradasi
campuran untuk ukuran agregat maksimum 40 mm. Komposisi campuran beton yang digunakan adalah
campuran beton dengan perbandingan semen : aggegat halus : agregat kasar adalah 1 : 2 : 3 dalam
perbandingan berat dengan faktor air semen (fas) ditetapkan adalah sebesar 0,5. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan penggunaan agregat alami, terak nikel yang digunakan
hanya sebagai agregat kasar, sebagai agregat halus saja dan gabungan agregat kasar dan agregat halus
mengakibatkan nilai slump berturut-turut turun 39,47 %, meningkat sebesar 55,26 %, dan meningkat
sebesar 34,21 %. Sebagai agregat kasar, terak nikel meningkatkan nilai kuat tekan, modulus elastisitas
dan kuat tarik belah berturut-turut sebesar 42,27 %, 19,37% dan 23,46%. Sebagai agregat halus, terak
nikel mengakibatkan nilai kuat tekan, modulus elastisitas dan kuat tarik belah turun berturut-turut sebesar
16,75 %, 6,70% dan 24,58%. Sebagai gabungan agregat kasar dan halus, terak nikel meningkatkan nilai
kuat tekan, modulus elastisitas dan kuat tarik belah berturut-turut sebesar 10,31 %, 9,26% dan 6,70%.
Kata kunci : terak nikel, nilai slump, kuat tekan, modulus elastisitas, kuat tarik belah
Abstract : Nickel slag is one kind of nickel ore smelting waste after the combustion process. Production
of nickel slag PT. Antam Pomalaa Kolaka Southeast Sulawesi province during the period 2011-2012
period approximately 1 million tons of slag / year, with a nickel content in ore processing of nickel is
between 1.80% to 2.00%. Visually, the physical form of this nickel slag aggregate resembles. Research
on the use of nickel slag as an aggregate in concrete mixture is carried out using a cylindrical specimen
with a diameter of 15 cm and 30 cm high by 48 pieces were tested at 28 days with some variations in the
mix. Variation 01, 100% natural aggregate, variation 02, nickel slag as coarse aggregate, variation 03,
nickel slag as fine aggregate, and variation 04, nickel slag as coarse aggregate and fine aggregate.
Aggregate gradation in the mixture is set and is designed so that it meets the specifications gradation mix
for maximum aggregate size of 40 mm. The composition of the concrete mixture used is a mixture of
concrete with the ratio of cement : fine aggegate : coarse aggregate is 1: 2: 3 in a weight ratio with cement
water ratio (fas) is set at 0.5. The results showed that when compared with the use of natural agregate,
terak nickel is used only as a coarse agregate, a fine agregate only and combined agregate coarse and fine
agregates resulting slump values fell 39.47%, an increase of 55.26%, and an increase of 34.21%. As a
coarse agregate, terak nickel increases the compressive strength, modulus of elasticity and splitting tensile
strenght, respectively for 42.27%, 19.37% and 23.46%. As fine agregate, nickel terak resulting value of
compressive strength, modulus of elasticity and tensile strength divided down respectively by 16.75%,
6.70% and 24.58%. As a combination of coarse and fine agregate, terak nickel increases the compressive
strength, modulus of elasticity and splitting tensile strenght, respectively for 10.31%, 9.26% and 6.70%.
Keywords : nickel terak, value of slump, compressive strength, modulus of elasticity, splitting tensile
strength
1
Mahasiswa Program Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana, Universitas Udayana, Denpasar
2
Staf Pengajar Program Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana, Universitas Udayana, Denpasar
36
Jurnal Spektran Vol 4, No.2 , Juli 2016
KAJIAN PUSTAKA
Slag (Terak)
Slag (terak) adalah limbah hasil industri
dalam proses peleburan logam. Terak berupa (Sugiri, 2005)
residu atau limbah yang berwujud gumpalan
menyerupai logam, memiliki kualitas rendah Sifat-Sifat Beton Segar
karena bercampur dengan bahan-bahan lain Beton segar adalah beton dalam kondisi
yang susah untuk dipisahkan. Terak terjadi plastis (sebelum mengeras), dan akan segera
akibat penggumpalan mineral silika, potas dan mengeras dalam beberapa jam setelah beton
soda dalam proses peleburan logam atau diaduk. Beton segar harus mempunyai kinerja
melelehnya mineral-mineral tersebut dari tinggi yaitu: workability atau kemudahan
bahan wadah pelebur akibat proses panas yang dikerjakan, kohesivitas dan kemudahan
tinggi. pemompaan ke tempat yang tinggi, panas
Slag (terak) adalah limbah buangan dari hidrasi rendah, susut yang relative rendah pada
industri pengolahan nikel membentuk liquid proses pengerasan dan percepatan maupun
panas yang kemudian mengalami pendinginan
37
Jurnal Spektran Vol 4, No.2 , Juli 2016
penundaan waktu ikat awal. Sifat-sifat yang penyusutan rendah dan keawetan jangka
perlu diperhatikan pada beton segar adalah: panjang.
Sifat Kemudahan dikerjakan (Workability) Kuat Tekan Beton
Sifat ini merupakan ukuran dari tingkat Kuat tekan beton merupakan kekuatan
kemudahan adukan beton untuk diaduk, tekan maksimum yang dapat dipikul beton per
diangkut, dituang dan dipadatkan. Sifat satuan luas. Kuat tekan beton normal antara
kemudahan dikerjakan pada beton segar 20-40 MPa. Kuat tekan beton dipengaruhi
dipengaruhi oleh: oleh: faktor air semen (water cement ratio =
(1) Jumlah air yang dipakai dalam campuran w/c), sifat dan jenis agregat, jenis campuran,
adukan beton. workability, perawatan (curing) beton dan
Semakin banyak air yang dipakai, semakin umur beton. Faktor air semen (water cement
mudah beton segar dikerjakan tetapi jumlah ratio = w/c) sangat mempengaruhi kuat tekan
air yang banyak dapat menurunkan kuat beton. Semakin kecil nilai w/c nya maka
tekan beton. jumlah airnya sedikit yang akan menghasilkan
(2) Penambahan semen ke dalam adukan. kuat tekan beton yang besar. Sifat dan jenis
Makin banyak jumlah semen, maka beton agregat yang digunakan juga berpengaruh
segar makin mudah dikerjakan. terhadap kuat tekan beton. Semakin tinggi
(3) Gradasi agregat halus dan kasar. tingkat kekerasan agregat yang digunakan akan
Apabila agregat yang digunakan dihasilkan kuat tekan beton yang tinggi. Selain
mempunyai gradasi sesuai dengan itu susunan besar butiran agregat yang baik
persyaratan, maka adukan beton akan dan tidak seragam dapat memungkinkan
mudah dikerjakan. terjadinya interaksi antar butir sehingga rongga
(4) Bentuk butiran agregat. antar agregat dalam kondisi optimum yang
Bentuk butiran agregat bulat akan lebih menghasilkan beton padat dan kuat tekan yang
mempermudah pengerjaan beton. tinggi.
(5) Penggunaan admixture dan bahan tambah Jenis campuran beton akan mempengaruhi
mineral. kuat tekan beton. Jumlah pasta semen harus
Tingkat kemudahan pengerjaan berkaitan cukup untuk melumasi seluruh permukaan
erat dengan workability beton. Untuk butiran agregat dan mengisi rongga-rongga
mengukur workability beton dilakukan diantara agregat sehingga dihasilkan beton
pengujian slump. Semakin besar nilai slump dengan kuat tekan yang diinginkan. Untuk
berarti adukan beton encer dan ini berarti beton memperoleh beton dengan kekuatan seperti
semakin mudah dikerjakan. yang diinginkan, maka beton yang masih muda
perlu dilakukan perawatan dengan tujuan agar
Tabel 3. proses hidrasi pada semen berjalan dengan
Rekomendasi nilai slump untuk pemakaian sempurna. Pada proses hidrasi semen
beton segar pada elemen-elemen struktur dibutuhkan kondisi dengan kelembaban
Slump Slump tertentu. Apabila beton terlalu cepat
No Elemen Struktur Maks Min mongering, akan timbul retak-retak pada
(cm) (cm)
Plat pondasi, pondasi permukaannya. Retak-retak ini akan
1 12,5 5,0 menyebabkan kekuatan beton turun, juga
telapak bertulang
Pondasi telapak tidak akibat kegagalan mencapai reaksi hidrasi
bertulang, kaison dan kimiawi penuh. Kuat tekan beton mengalami
2 9,0 2,5
konstruksi di bawah
tanah
peningkatan seiring dengan bertambahnya
Plat (lantai), balok, umur beton. Kuat tekan beton dianggap
3 15,0 7,5
kolom dan dinding mencapai 100 % setelah beton berumur 28
4 Jalan beton bertulang 7,5 5,0 hari.
5 Pembetonan massal 7,5 2,5 Kuat tekan beton dihitung dengan rumus:
(PBI 1971 N.I.-2)
f’c = .................................... (1)
Sifat Mekanik Beton
Sifat mekanik beton keras merupakan dimana :
kemampuan beton di dalam memikul beban f’c = Kuat tekan beton (MPa)
pada struktur bangunan. Kinerja beton keras P = beban maksimum (N)
yang baik ditunjukkan oleh kuat tekan beton A = luas bidang tekan benda uji (mm2)
yang tinggi, kuat tarik yang lebih baik,
perilaku yang lebih daktail, kekedapan air dan f’c rata-rata = .................................. (2)
udara, ketahanan terhadap sulfat dan klorida,
38
Jurnal Spektran Vol 4, No.2 , Juli 2016
39
Jurnal Spektran Vol 4, No.2 , Juli 2016
Tabel 5. 100
100
Jenis Pengujian dan Jumlah Benda Uji
Persen Lolos Ayakan (%)
80
Jumlah Umur 75
40
Jurnal Spektran Vol 4, No.2 , Juli 2016
karakteristik agregat kasar dan halus serta pada umur 28 hari. Dilaksanakan dengan
terak nikel. Untuk sifat-sifat Portland Cement menggunakan benda uji berbentuk silinder
(PC) tidak dilakukan pengujian karena beton berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm.
menggunakan semen yang telah umum Pengujian Modulus Elastisitas
digunakan dan dianggap telah memenuhi Modulus elastisitas merupakan
persayaratan untuk semen portland type I. perbandingan dari tegangan yang diberikan
Adapun jenis dan standar pengujian yang dengan deformasi yang terjadi persatuan
digunakan meliputi : panjang akibat dari tegangan yang diberikan
1. Pengujian agregat kasar (terak dan kerikil) tersebut (Murdock and Brook, 1999).
meliputi : Pengujian tegangan dan regangan beton seperti
a. Pengujian kadar air agregat (SNI 03- pada gambar 3.3.
1971-1990) Pengujian dilakukan dengan menggunakan
b. Pengujian kadar lumpur agregat (SNI alat dial gauge untuk mengukur modulus
03-4142-1996) elastisitas beton.
c. Pengujian berat isi agregat (SNI 03- Benda uji silinder dilengkapi dengan alat
4804-1998) pengukur perpendekan beton, dilakukan uji
d. Pengujian berat jenis dan penyerapan tekan beton dengan beban ditingkatkan secara
air agregat kasar (SNI 03-1969-2008) perlahan kurang lebih sebesar 10 kN/det.
e. Pengujian keausan agregat kasar Pengujian Kuat Tarik Belah
dengan mesin los angeles (SNI 03- Pengujian kuat tarik belah beton
2417-2008) dilaksanakan berdasarkan metode SNI 03-
2. Pengujian agregat halus (terak dan kerikil) 2491-2002. Benda uji berupa silinder ukuran
meliputi : diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, nilai kuat
a. Pengujian kadar air agregat (SNI 03- tarik tidak langsung dari benda uji beton
1971-1990) berbentuk silinder yang diperoleh dari hasil
b. Pengujian kadar lumpur agregat (SNI pembebanan benda uji tersebut yang
03-4142-1996) diletakkan mendatar sejajar dengan permukaan
c. Pengujian berat isi agregat (SNI 03- meja penekan mesin uji ditekan.
4804-1998)
d. Pengujian berat jenis dan penyerapan HASIL DAN PEMBAHASAN
air agregat halus (SNI 03-1970-2008) Hasil Pengujian
Pengujian Slump (Slump Test) Slump Test
Slump pada dasarnya merupakan salah satu Pengujian nilai slump dimaksudkan untuk
pengetesan sederhana untuk mengetahui mengetahui tingkat kekentalan dari adukan
workability beton segar sebelum diterima dan beton yang selanjutnya dapat menggambarkan
diaplikasikan dalam pekerjaan pengecoran. workabilitas dari campuran beton. Adapun
Workability beton segar pada umumnya hasil pengujian slump selengkapnya pada
diasosiasikan dengan : Tabel 4.5 berikut ini.
a. Homogenitas atau kerataan Tabel 8.
campuran adukan beton segar (homogenity) Nilai Slump Campuran Beton
b. Kelekatan adukan pasta semen Nilai Slump Rata-Rata
Jenis
(cohesiveness) No (%) Terhadap
Benda Uji (mm)
V.01
c. Kemampuan alir beton segar (flowability) 1 V.01 95 100,00
d. Kemampuan beton segar mempertahankan 2 V.02 57,5 60,53
kerataan dan kelekatan jika dipindah 3 V.03 147,5 155,26
dengan alat angkut (mobility) 4 V.04 127,5 134,21
e. Mengindikasikan apakah beton segar masih 147.5
160
dalam kondisi plastis (plasticity). 140
127.5
Nilai Slump (mm)
41
Jurnal Spektran Vol 4, No.2 , Juli 2016
Pada Gambar 3, terlihat bahwa secara Berdasarkan data pada Tabel 9 dan
umum penggunaan terak nikel sebagai Gambar 4 di atas terlihat bahwa berat volume
agregat dalam campuran beton berpengaruh beton rata-rata dengan menggunakan agregat
terhadap tingkat kelecakan beton, terlihat alami (V.01) adalah sebesar 2510,03 Kg./m3.
bahwa penggunaan terak nikel sebagai agregat Pada penggunaan terak nikel sebagai agregat
kasar (V.02) mengakibatkan terjadinya kasar (V.02), sebagai agregat halus (V.03) dan
penurunan nilai slump campuran beton, secara bersamaan sebagai agregat kasar dan
sebaliknya penggunaan terak nikel sebagai agregat halus (V.04) terjadi peningkatan berat
agregat halus (V.03) dapat meningkatkan nilai volume beton berturut-turut sebesar 3,76%,
slump campuran beton. Selanjutnya dengan 3,51% dan 7,64% jika dibandingkan dengan
penggunaan secara bersamaan terak nikel berat volume beton yang menggunakan agregat
sebagai agregat kasar dan halus (V.04) alami (V.01).
menyebabkan terjadinya peningkatan nilai Peningkatan berat volume beton pada
slump dibandingkan dengan penggunaan penggunaan terak nikel sebagai agregat
agregat kasar dan halus yang berasal dari disebabkan oleh karena berat volume agregat
agregat alami (V.01) maupun pada terak nikel baik sebagai agregat kasar maupun
penggunaan terak nikel sebagai agregat kasar sebagai agregat halus lebih besar jika
(V.02), namun nilainya masih lebih rendah jika dibandingkan dengan berat volume agregat
dibandingkan dengan penggunaan terak nikel alami.
hanya sebagai agregat halus (V.03). Hal ini Kuat Tekan Beton
menunjukkan bahwa penggunaan terak nikel Pengujian dilakukan pada umur 28 hari,
sebagai agregat kasar mengakibatkan perhitungan data hasil uji kuat tekan dilakukan
terjadinya penurunan nilai slump, sedangkan menggunakan persamaan 1 dan 2. Data hasil
penggunaan terak nikel sebagai agregat halus pengujian kuat tekan beton dengan
menyebabkan nilai slump campuran beton menggunakan terak nikel sebagai agregat baik
mengalami peningkatan. Penggunaan agregat sebagai agregat halus maupun sebagai agregat
kasar dan halus terak nikel secara bersamaan kasar dapat dilihat pada Tabel 10.
bersifat saling mengimbangi, sehingga Tabel 10.
tingginya nilai slump akibat penggunaan terak Nilai Kuat Tekan Campuran Beton
nikel sebagai agregat halus dapat diturunkan No
JenisBenda Nilai Kuat Tekan Rata-Rata
dengan penggunaan terak nikel sebagai agregat Uji (MPa) % Terhadap V.01
1 V.01 18,31 100,00
kasarnya. 2 V.02 26,04 142,27
Berat Volume Beton 3 V.03 15,24 83,25
Berat volume adalah perbandingan antara 4 V.04 20,19 110,31
berat dan volume benda uji silinder yang
30.00 26.04
digunakan dalam penelitian. Berat volume
Kuat Tekan (MPa)
25.00 20.19
18.31
rata-rata benda uji dapat dilihat pada Tabel 9. 20.00 15.24
di bawah ini : 15.00
10.00
Tabel 9. 5.00
Berat Volume Rata-Rata Benda Uji 0.00
V.01 V.02 V.03 V.04
Berat Volume Rata-Rata
Jenis
No % Terhadap Jenis Benda Uji
Benda Uji (Kg/m3)
V.01
Gambar 5.
1 V.01 2510,03 100,00
Kuat tekan beton pada berbagai jenis variasi benda uji
2 V.02 2604,39 103,76
3 V.03 2598,10 103,51
4 V.04 2701,90 107,64 Berdasarkan data pada Tabel 10 dan
Gambar 5 di atas terlihat bahwa kuat tekan
2750 2701.90 beton dengan menggunakan agregat alami
Berat Volume Rata-Rata
2700
2650 2604.39 2598.10
(V.01) adalah sebesar 18,31 MPa. Pada
2600 penggunaan terak nikel sebagai agregat kasar
(Kg/m3)
2550 2510.03
2500
(V.02) terjadi peningkatan sebesar 42,27% dan
2450 juga meningkat sebesar 10,31% pada
2400
V.01 V.02 V.03 V.04
penggunaan terak nikel secara bersamaan
sebagai agregat kasar dan agregat halus (V.04),
Jenis Benda Uji
Gambar 4.
pada penggunaan terak nikel hanya sebagai
Berat volume pada berbagai jenis variasi benda uji agregat halus (V.03) nilai kuat tekan turun
sebesar 16,75 % jika dibandingkan dengan
42
Jurnal Spektran Vol 4, No.2 , Juli 2016
nilai kuat tekan beton yang menggunakan awal sebelum dibebani, secara umum besarnya
agregat alami (V.01). kuat tarik beton adalah sebesar 10% - 15% dari
Modulus Elastisitas Beton nilai kuat tekannya (f’c). Perhitungan kuat
Pengujian tegangan regangan aksial tarik belah beton menggunakan persamaan 5.
beton menggunakan CTM (Compression Hasil pengujian kuat tarik belah rata-rata
Testing Machine) dan alat ukur dengan variasi penggunaan terak nikel sebagai
regangan (ekstensometer). Pengambilan agregat kasar dan agregat halus seperti pada
tegangan dan regangan aksial data Tabel 12 berikut:
dilakukan setiap penambahan beban dengan Tabel 12.
laju yang konstan yaitu setiap penambahan Hasil Uji Kuat Tarik Belah Beton
beban sebesar 20 kN. Jenis Kuat Tarik Belah Rata-Rata
Perhitungan modulus elastisitas beton No Benda
(MPa) % (Terhadap V.01)
Uji
menggunakan persamaan 3 dan 4. Modulus 1 V.01 2,11 100,00
elastisitas beton yang diperoleh dari hasil 2 V.02 2,61 123,46
pengujian dengan variasi penggunaan terak 3 V.03 1,59 75,42
nikel sebagai agregat kasar dan agregat halus 4 V.04 2,25 106,70
seperti pada Tabel 11 berikut:
3.00 2.61
Tabel 11.
(MPa)
Modulus Elastisitas Rata-Rata 1.50
Jenis
No % (terhadap 1.00
Benda Uji (MPa)
V.01) 0.50
1 V.01 16006,71 100,00 0.00
2 V.02 19107,40 119,37 V.01 V.02 V.03 V.04
3 V.03 14934,45 93,30 Jenis Benda Uji
4 V.04 17489,27 109,26 Gambar 7.
Kuat tarik belah beton pada berbagai jenis
Modulus Elastisitas (MPa)
43
Jurnal Spektran Vol 4, No.2 , Juli 2016
beraturan dan berlubang mengakibatkan Pada kondisi V.03, akibat berat volume
mortar masuk mengisi bagian-bagian yang terak nikel sebagai agregat halus yang lebih
kosong pada agregat kasar terak nikel, besar daripada agregat alami (V.01), maka
sehingga memberikan ikatan yang lebih baik volume mortar dalam campuran beton menjadi
dan saling mengunci yang mengakibatkan nilai lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan
slump menjadi lebih rendah. agregat alami. Mortar yang ada volumenya
Pada kondisi V.03, agregat halus yang tidak mencukupi untuk menyelimuti agregat
berasal dari terak nikel berat volumenya lebih kasar alami sehingga ikatan yang terjadi pada
besar daripada agregat alami (V.01), maka daerah transisi beton menjadi lemah. Hal ini
volume mortar yang ada akan semakin sedikit. mengakibatkan terjadinya penurunan kuat
Dengan demikian ikatannya berkurang tekan beton, modulus elastisitas dan kuat tarik
dibandingkan dengan yang menggunakan belah beton.
agregat halus alami. Hal ini mengakibatkan Pada penggunaan secara bersamaan terak
adukan beton menjadi turun dan nilai slump nikel sebagai agregat kasar dan halus (V.04)
meningkat. Sedangkan pada kondisi mengakibatkan jumlah pasta semen menjadi
penggunaan terak nikel sebagai agregat kasar lebih banyak akibat pengaruh perubahan
dan halus secara bersamaan (V.04) perbandingan volume agregat dalam
mengakibatkan terjadi kombinasi pengaruh campuran. Dengan kondisi bentuk agregat
keduanya, adukan beton yang mengalir karena kasar dari terak nikel yang tidak beraturan dan
penggunaan agregat halus terak nikel dapat berlubang serta jumlah pasta semen dalam
diimbangi oleh efek mengunci dari agregat campuran yang lebih banyak mengakibatkan
kasarnya sehingga kenaikan nilai slump tidak kuat tekan, modulus elastisitas dan kuat tarik
sebesar pada saat penggunaan terak nikel belah beton menjadi lebih baik dibandingkan
sebagai agregat halus (V.03), namun lebih dengan V.01 dan V.03. Pada kondisi V.04 juga
besar jika dibandingan dengan penggunaan merupakan kombinasi pengaruh dari kondisi
agregat alami (V.01). V.02 dan V.03, dimana lemahnya ikatan
Pengaruh Penggunaan Terak Nikel Sebagai mortar pada V.03 dapat diimbangi oleh efek
Agregat dalam Campuran Beton Terhadap mengunci pada kondisi V.02, sehingga kuat
Sifat Mekanis Beton tekan, modulus elastisitas dan kuat tarik
Sifat mekanis beton yaitu kuat tekan beton, belahnya menjadi lebih baik dibandingan V.01
modulus elastisitas dan kuat tarik belah beton dan V.03, namun lebih rendah jika
sangat dipengaruhi oleh material penyusun dibandingkan dengan V.02.
beton (Mulyono, 2003). Penggunaan terak Kecenderungan hasil penelitian ini sesuai
nikel sebagai agregat kasar dalam campuran dengan hasil penelitian tentang penggunaan
beton (V.02) menyebabkan terjadinya terak nikel sebagai agregat yang telah
peningkatan sifat mekanis beton jika dilakukan oleh Khosama (1997) dan Sugiri
dibandingkan dengan beton yang (2005).
menggunakan agregat alami (V.01). Seperti SIMPULAN DAN SARAN
yang telah dijelaskan sebelumnya, dengan Simpulan
jumlah volume mortar yang lebih banyak Berdasarkan hasil pengujian terhadap
dibandingan dengan kondisi V.01, mortar yang penggunaan terak nikel sebagai agregat dalam
ada dapat mengisi dan menyelimuti agregat campuran beton dapat disimpulkan hal-hal
kasar dengan lebih baik sehingga ikatan pada sebagai berikut :
daerah transisi menjadi lebih kuat yang 1. Penggunaan terak nikel sebagai agregat
selanjutnya akan meningkatkan kuat tekan, dalam campuran beton mempengaruhi nilai
modulus elastisitas dan kuat tarik belah beton. slump beton jika dibandingkan dengan
Seperti pengaruhnya terhadap nilai slump, sifat beton yang menggunakan agregat alami.
mekanis beton juga dipengaruhi oleh bentuk - Sebagai agregat kasar, terak nikel
agregat kasarnya. Terjadinya ikatan yang baik menyebabkan nilai slump turun sebesar
antara mortar dengan agregat kasar yang 39,47%.
berasal dari terak nikel dimana permukaannya - Sebagai agregat halus, terak nikel
tidak beraturan dan umumnya berlubang, menyebabkan peningkatan nilai slump
mengakibatkan meningkatnya kuat tekan, sebesar 55,26%.
modulus elastisitas dan kuat tarik belah beton - Sebagai agregat kasar dan halus secara
karena mortar mengisi lubang pada agregat bersama-sama, terak nikel
kasar dan bersifat memperkuat serta menyebabkan peningkatan nilai slump
memperkokoh agregat kasar dalam campuran sebesar 34,21%.
beton.
44
Jurnal Spektran Vol 4, No.2 , Juli 2016
2. Penggunaan terak nikel dalam campuran Saringan Nomor 200 (0,0075 mm).
beton berpengaruh terhadap sifat mekanik Bandung.
beton (kuat tekan, modulus elastisitas dan Badan Standarisasi Nasional. 1998. SNI 03-
kuat tarik belah), jika dibandingkan dengan 4804-1998, Metode Pengujian Bobot Isi
beton yang menggunakan agregat alami. Dan Rongga Udara Dalam Agregat.
- Sebagai agregat kasar, terak nikel Bandung.
meningkatkan nilai kuat tekan, modulus Badan Standarisasi Nasional. 2002. SNI 03-
elastisitas dan kuat tarik belah berturut- 2491-2002, Metode Pengujian Kuat Tarik
turut sebesar 42,27 %, 19,37% dan Belah Beton. Bandung.
23,46%. Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI
- Sebagai agregat halus, terak nikel 1969:2008, Cara Uji Berat Jenis dan
mengakibatkan nilai kuat tekan, Penyerapan Air Agregat Kasar. Bandung.
modulus elastisitas dan kuat tarik belah Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI
turun berturut-turut sebesar 16,75 %, 1970:2008, Cara Uji Berat Jenis dan
6,70% dan 24,58%. Penyerapan Air Agregat Halus. Bandung.
- Sebagai agregat kasar dan halus secara Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI
bersama-sama, terak nikel 1972:2008, Cara Uji Slump Beton.
meningkatkan nilai kuat tekan, modulus Bandung.
elastisitas dan kuat tarik belah berturut- Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI
turut sebesar 10,31 %, 9,26% dan 2417:2008, Cara Uji Keausan Agregat
6,70%. Dengan Mesin Abrasi Los Angeles.
Saran Bandung.
Saran-saran yang dapat diberikan Hindarko S. 1999. Bahan dan Praktek Beton.
sehubungan dengan penelitian ini adalah Jakarta. Erlangga.
sebagai berikut : Khosama L. K. 1997. Penggunaan Terak Nikel
1. Berdasarkan hasil penelitian, limbah terak Sebagai Agregat Pada Beton Mutu Tinggi
nikel kategori low slag dapat digunakan (tesis). Bandung. Institut Teknologi
sebagai agregat dalam campuran beton jika Bandung.
ditinjau dari kuat tekan, modulus elastisitas Martinus R. dkk. 2002. Laporan Praktikum
dan kuat tarik belahnya. Terak nikel ini Uji Bahan. Kendari. Universitas Haluoleo.
sebaiknya digunakan sebagai agregat kasar Mulyono, T. 2003. Teknologi beton.
karena telah memiliki ukuran butiran sesuai Jogyakarta. Andi.
dengan ukuran butiran agregat kasar yang Sukirman S. 1995. Perkerasan Lentur Jalan
biasa digunakan untuk campuran beton. Raya. Bandung. Nova.
2. Perlu diteliti tentang permeabilitas beton Sugiri, S. 2005. Penggunaan Terak Nikel
yang menggunakan terak nikel sebagai Sebagai Agregat Dan Campuran Semen
agregat. Pada Beton Mutu Tinggi. Jurnal
3. Perlu diteliti lebih lanjut tentang Infrastruktur dan Lingkungan Binaan.
penggunaan agregat terak nikel dengan Vol.: I. (1), 1-8.
menggunakan rancangan campuran dalam Tjokrodimuljo K. 1996. Teknologi Beton.
perbandingan volume mengingat adanya Yogyakarta. Nafiri.
perbedaan berat volume antara agregat Yayasan Dana Normalisasi Indonesia. 1971.
alami dan agregat dari terak nikel Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971
N.I. 2. Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins H.N. 2003. Highway Materials, Soils,
and Concretes, Four Edition. Upper Saddle
River , New Jersey 07458. Pearson
Education Inc.
Badan Standarisasi Nasional. 1990. SNI 03-
1971-1990, Metode Pengujian Kadar Air
Agregat. Bandung.
Badan Standarisasi Nasional. 1990. SNI 03-
1974-1990, Metode Pengujian Kuat Tekan
Beton. Bandung.
Badan Standarisasi Nasional. 1996. SNI 03-
4142-1996, Metode Pengujian Jumlah
Bahan Dalam Agregate Yang Lolos
45