Вы находитесь на странице: 1из 8

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

DENGAN GANGGUAN KOGNITIF

Disajikan dalam perkuliahan Keperawatan Jiwa I Mahasiswa Program


Program Khusus D-III Keperawatan Pemda Kab. Flores Timur
Semester III TA.2007/2008

OLEH :

AEMILIANUS MAU, S.Kep, Ns

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES KUPANG
JURUSAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN KUPANG
PROGSUS D-III KEPERAWATAN PEMDA FLOTIM
2008
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN KOGNITIF

A. PENGERTIAN
Fungsi kognitif adalah kemampuan untuk memberikan alasan, megingat, persepsi,
orientasi, memperhatikan, serta memberikan keputusan (Stuart dan Laraia, 1998).
Sehingga gangguan kognitif merupakan respon maladaptive yang ditandai dengan adanya
gangguan daya ingat, disorientasi, inkoheren, salah persepsi, penurunan perhatian serta
sukar berpikir logis. Gangguan ini membuat individu berada dalam kebingungan, tidak
mampu menghubungkan kejadian saat ini dengan kejadian yang lampau.
Gangguan kognitif (cognitive impairment disorders) disebabkan oleh kerusakan
neuron temporer atau permanent, mengakibatkan tidak berfungsinya proses kognitif
(misalnya fungsi otak yang lebih tinggi) yang meliputi memori, penalaran, orientasi,
persepsi dan perhatian (Isaacs Ann, 2005).
Sindrom otak organic adalah gangguan jiwa yang psikotik atau non psikotik yang
disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini
disebabkan oleh penyakit seperti meningo-ensefalitis, gangguan pembuluh darah otak,
tumor otak, dan lain sebagainya. Gangguan mental organic adalah suatu gangguan
patologi yang jelas, misalnya tumor otak, penyakit serebrovaskuler, atau intoksikasi obat
(Mansjoer Arif, 2001).

B. RENTANG RESPON
Fungsi kognitif dapat berfluktuktuasi sepanjang rentang respon adaptif dan
maladaptive. Fluktuasli ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kecemasan klien. Gangguan
kognitif ini kebanyakan dialami oleh klien dengan gangguan mental organic dan
gangguan ini dapat terjadi secara episodic atau terus menerus.

Respon adaptif Respon maladaptive

Berpikir logis Pelupa Ketidakmampuan


Koheren Kadang lupa mengambil keputusan
Rasional Kadang tidak dapat berpikir Inkoheren
Dapat mengambil jenrih Disorientasi
keputusan Kadang salah persepsi Kehilangan daya ingat
Kadang tidak dapat Tidak mampu
mengambil keputusan memfokuskan perhatian
Salah persepsi

C. KLASIFIKASI
1. Demensia
Demensia adalah gangguan fungsi kognitif yang ditandai oleh penurunan fungsi
intelektual yang berat yang disertai kerusakan daya ingat ; pemikiran abstrak dan
daya nilai ; emosi dan kepribadian (Stuart dan Laraia, 1998).
Demensia adalah gangguan progresif kronik yang dicirilkan dengan kerusakan
berat pada proses kognitif dan disfunsi kepribadian serta perilaku (Isaacs Ann,
2005). Demensia merupakan suatu sindron yang ditandai oleh berbagai
gangguanm fungsi kogniitf tanpa gangguan kesadaran. Ganggua fungsi kognitif
anatara lain pada intelegansi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah,
orientasi, persepsi, perhatian dan konsentrasi, penyesuaian, dan kemampuan
bersosialisasi.

2. Delirium
Delirium adalah fungsi kognitif yang kacau, ditandai dengan kekacauan kesadaran
yang meliputi salah persepsi dan perubahan proses pikir (Stuart dan Laraia, 1998).
Umumnya gangguan ini terjadi dalam waktu singkat (biasanya satu minggu,
jarang terjadi lebih dari satu bulan). Delirium adalah suatu sindrom dengan gejala
pokok adanya gangguan kesadaran yang biasanya tampak dalam bentuk hanbatan
pada fungsi kognitif .

3. Amnestik
Gangguan amnestik adalah gangguan kognitif yang dicirikan dengan kerusakan
memori yang parah dan ketidakmampuan untuk mempelajari materi baru, dapat
terjadi konfabulasi dan apatisme. Yang akan dibahas selanjutnya adalah kedua
gangguan kognitif yang lasim terjadi yaitu demensia dan delirium.

D. ETIOLOGI
Demensia Delirium
 Penyakit vaskuler seperti  Penyakit akut atau kronis seperti
hipertensi, arterosklerosis. jantung congestive, pneumonia, penyakti
 Penyakit Parkinson ginjal dan hati, kanker dab stoke.
 Gangguan genetika ; korea  Faktor hormonal dan nutrisi seperti
Huntington atau penyakit pick diabetes, ketidakseimbangan adrenal atau
 Infeksi virus HIV yang tiroid, malnutrisi dan dehidrasi.
menyerang system saraf pusat  Kehilangan penglihatan dan
 Gangguan struktur jaringan otak pendengaran
seperti tekanan normal hidrosefalus  Obat-obatan antipsikotik,
dan trauma kepala antihistamin, antidepresan, dan
antiparkinson

E. MANIFESTASI KLINIS
Demensia Delirium
 Afasia ; kehilangan kemampuan  Agitasi, gerakan yang tidak terarah,
berbahasa. tremor, ketakutan, kecemasan, depresi,
 Apraksia ; rusaknya kemampuan euphoria, apatis dan gangguan pola tidur.
melakukan aktivitas motorik  Terdapat pula kemungkinan
sekalipun fungsi sensorinya tidak gangguan bicara, inkoherensi,
mengalami kerusakan. disorientasi, gangguan memori, dan
 Agnosia ; kegagalan mengenali persepsi yang salah seperti ilusi dan
atau mengidentifikasi obyek atau haslusinasi.
benda umum walaupun fungsi  Gangguan kesadaran dan
sensorinya tidak mengalami pemahaman ; berkurangnya kemampuan
kerusakan. untuk mempertahankan perhatian
 Konfabulasi ; mengisi celah- terhadap seautu hal.
celah ingatannya dengan fantasi yang  Pikiran yang kacau dan percakapan
diyakini individu yang terkena yang melantur
 Sundown syndrome ;  Gangguan siklus tidur-bangun
membruknya disorientasi di malam  Perubahan psikomotor (misalnya
hari hiperaktif, hipoaktif, agitasi, mengantuk)
 Reaksi katastrofik ; respon takut
atau panic dengan potensi kuat
menyakiti diri sendiri atau orang lain.
 Perseveration phenomenon ;
perilaku mengulang, meliputi
mengulangi kata-kata orang lain.
 Hiperoralitas ; kebutuhan untuk
mecicipi dan mengunyah benda-
benda yang cukup kecil untuk
dimasukan ke mulut
 Kehilangan memori ; awalnya
hanya hal-hal yang baru terjadi, dan
akhirnya gangguan ingatan masa lalu
 Disorientasi waktu, tempat, dan
orang
 Berkurangnya kemampuan
berkonsentrasi atau mempelajari
materi baru
 Sulit mengambil keputusan
 Penilaian buruk ; individu ini
tidak mempunyai kewaspadaan
lingkungan tentang keamanan dan
keselamatan

F. AWITAN DAN PERJALANAN PENYAKIT


1. Delirium adalah gangguan akut dengan awitan cepat, yang biasanya bias
disembuhkan bila segera dibati.
2. Demensia adalah gangguan kronis dengan awitan lambat dan biasanya
berprognosis buruk

G. PENATALAKSANAAN
1. Delirium
Pengobatan difokuskan pada identifikasi dan penyembuhan penyebab utama
sambil mendukung proses fisiologik klien dalam menjaga dan meningkatkan
keselamatan. Pengobatan akut berbasis rumah sakit biasanya diindikasikan untuk
gangguan ini.
2. Demensia
Pengobatan diarahkan pada tujuan jangka panjang, yaitu mempertahakan kualitas
hidup pasien gangguan degeneratif dan progresif ini.
 Pendekatan tim multidispliner meliputi upaya kolaboratif dari
pfesional Keperawatan, kedokteran, nutrisi, psikiater, psikologi, pekerja
social, farmasi, dan rehabilitasi.
 Fokus keluarga
 Penatalaksanaan berfokus komunitas ; melakukan kunjungan
rumah, adult day care service, memberikan perawatan pribadi bagi klien,
menyediakan kelompok pendukung, penyuluhan masayarakat dan keluarga,
pengumpulan dana dan aktivitas melobi untuk penelitian dan
tindakanlegislatif.
 Intervensi farmakologik
Tujuannya adalah memperlambat laju penurunan kondisdi klien dengan obat
yang meningkatkan kadar asetilkolin dan membantu mempertahankan
fungsi neuronal serta penatalaksanaan perilaku dan gejala yang
menimbulkan stress.

Obat untuk gejala demensia


Klasifikasi Nama Dosis Rasional
Generik/Nama Harian Biasa Penggunaan
Dagang
Obat Takrin (cognex) 40 mg/hari (10 mg Mempengaruhi
antikolinesterase 4x/hari) enzim
asetilkilinesterase,
yang memecah
asetilkolin. Obat-
obatan ini
memungkinkan
asetilkolin tinggal
lebih lama di sinaps
Donepezil (Aricept) 5 mg/hari (sekali
sehari)
Antioksidan Vitamin E 400-800 IU/hari Diberikan
berdasarkan
aktivitas melawan
proses oksidasi,
yang mensintesis
radikal sitotoksik
sintesis.
Ansietas dan agitasi Lorazepam (Ativan) 0,25 mg/hari, dapat
Benzodiazepine ditingkatkan
(BZA) menjadi 2x/hari
Antiansietas non- Buspiron (BuSpar) 15-160 mg/hari
BZA
Antikonvulsan Karbamazepin 200 mg/dua kali
(tegretol) sehari
Divalproleks 250 mg/dua kali
(Depakote) sehari
Halusinasi dan
perilaku menyerang
Antipsikotik
Topikal Haloperidol (haldol) 0,25 mg/hari atau 2
x sehari
Atipikal Risperidon 0,5 mg/hari atau 2 x
(risperdal) sehari
Depresi
Antidepresan Nefazodon 50 mg/hari, dapat
(serzone) ditambah menjadi
400 mg/hari denga
jadwal 2 x sehari

H. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
A. Faktor Predisposisi
Biasanya disebabkan oleh gangguan fungsi biologis, dan system saraf pusat.
Factor-faktor yang mempenagruhinya antara lain :
Faktor usia, neurobiologis (gangguan suplai oksigen, glukosa, dan zat-zat
makanan yang penting untuk fungsi otak, penumpukan racun pada jaringan otak,
penyakit lever kronis, penyakit ginjal kronis, kekurangan vitamin B1, malnutrisi,
factor genetic dan gangguan genetic. Gangguan jiwa seperti skizophrenia,
gangguan bipolar, dan depresi juag dapat mempenagruhi fungsi kognitif.

B. Faktor presipitasi
Hipoksia, gangguan metabolisme, racun pada otak, adanya perubahan struktur
otak karena tumor atau trauma, stimulus lingkungan yang kurang atau berlebihan,
respon perlawanan terhadap pengobatan.

C. Mekanisme koping
Meknsime pertahanan yang sering digunakan adalah regersi, denial dan
kopensasi.

D. Perilaku
Rasa curiga, bermusuhan, depresi, mencela/memaki dan menarik diri. Pada klien
delirium perilaku yang muncul adalah gelisah, hipersomnolen, insomnis,
hiperaktf, tremor, depresi dan perilaku merusak diri.

2. Diagnosa Keperawatan
 Ansietas
 Koping individu tidak efektif
 Gangguan proses berpikir
 Ketakutan
 Isolasi social
 Risiko cedera
 Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh
 Konfusi akut/kronik
 Perubahan sensori/persepsi
 Kurang perawatan diri
 Gangguan pola tidur
 Risiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri/orang lain
 Kerusakan komunikasi
 Perubahan fungsi peran
 Risiko kerusakan integritas kulit
 Koping keluarga tidak efektif

3. Intervensi Keperawatan
1. Tujuan
Pada umumnya tujuan tindakan Keperawatan pada pasien dengan gangguan
kognitif adalah untuk memperbaiki fungsi kognitif. Perawat berusaha
memfungsikan klien seoptimal mungkin sesuai kemampuan klien.

Tujuan umum sering kali sukar ditetapkan karena kagak sulit mengetahui
kedalaman kerusakan yang terjadi, sehingga tindakan Keperawatan kemudian
lebih diarahkan kepada tujuan jangka pendek yaitu pemenuhan kebutuhan dasar
klien antara lain ; kebutuhan tidur, nutrisi, perawatan diri, peningkatan orientasi
realitas, pemeliharaan pola eliminasi yang optimal, dan pemenuhan kebutuhan
spiritual.

Kriteria hasil yang diinginkan klien, pemberi asuhan dan keluarga adalah ;
 Klien tetap aman dan bebas dari cedera
 Kurang menunjukkan berkurangnya tingkat ansietas
 Klien tetap berorientasi sesuai kemampuan
 Klien tetap mempertahankan aktivitas ehari-hari
 Klien mempertahankan cairan dan nutrisi yang adekuat
 Klien tidak menyakiti diri sendiri atau orang lain
 Klien mengikuti aktivitas dan istirahat rutin yang telah dijadwalkan
 Klien mengalami reaksi katastropik minimum

2. Tindakan Keperawatan
1. Jaga Keselamatan
 Lakukan tindakan kedaruratan sesuai kebutuhan, misalnya aspirasi,
cedera, kejang.
 Antisipasi lingkungan dapat membahayakan pasien
 Minimalkan risiko masalahkardiovaskuler (misalnya anemia,
hipertensi, angina) dengan diet yang tepat, medikasi, latihan fisik, dan
istirahat.
 Pantau obat-oabatan dan interaksi obat, pastikan dosis yang aman
untuk klien lansia. Beri perhatian khusus terhadap obat-obat
antikolinergik.

2. Respon terhadap deficit neurology


Panggil klien dengan namanya dan perkenalkan diri anda
Bantu memori klien dengan kalender, papan orientasi, pengingat
musiman, tanda-tanda dan label sesuai kebutuhan
Hindai tuntutan yang menimbulkan stres, dan batasi tugas klien
dalam mengambil keputusan
Tawari aktivitas sesuai kemampuan klien
Hindari atau batasi situasi yang memalukan secara social ; dukung
dan jaga martabat klien
Jaga memnyetujui, memperkuat halusinasi, ilusi dan waham
Gunakan teknik mengingat untuk mendorong klien menggunakan
ingatan yang lebih utuh. Misalnya gunakan album foto keluarga untuk
menstimulasi ingatan

3. Hindari dan minimalkan reaksi katastropik


 Pertahankan konsistensi rutinitas
 Kurangi stimulus lingkungan bila klien cemas
 Jangan menyentuh klien atau mengadakan pendekatan terlalu cepat
bila klien mengalami iritabilitas, agitasi atau curiga
 Pertahankan sikap tenang dan mendukung bila klien beragitasi

4. Pertahankan tingkat fungsional klien untuk melakukan aktivitas hidup


sehari-hari
 Tingkatkan keseimbangan antara isitirahat dan aktivitas
 Bantu klien dalam beraktivitas
 Bantu klien toileting sesuai jadwal
 Pertahankan diet yang seimbang dan pastikan asupan cairan yang
adekuat

3. Evaluasi Hasil
 Klien menunjukkan berkurangnya ansietas dan bertambahnya rasa aman
dalam lingkungan yang terstruktur.
 Klien mempertahankan tingkat orientasi yang maksimal sesuai
kemampuannya.
 Klien mempertahankan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
 Klien menahan diri dari ekspresi perilaku yang tidak disadari
 Anggota keluarga menggunakan semua pelayanan bantuan dan sumber
daya masyarakat yang tersedia

Вам также может понравиться