Вы находитесь на странице: 1из 7

PEMBERDAYAAN PETANI DALAM MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN

(Studi di Desa Betet, Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk)

Sean Fitria Rohmawati Laily, Heru Ribawanto, Farida Nurani


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: sean..fitria@gmail.com

Abstract: The Peasant Empowerment to Increasing of Food Endurance (Study in Betet Village
Ngronggot District Nganjuk Regency). In context of human life, food source is the most important
needs. But nowdays, by increasing of media for supply growth, scarcity often appear in many
place in Indonesia. It is appropriate with decentralization mandate, local government should make
a program for peasant empowerment to achieve food endurance. It’s also occur for Betet Village,
Ngronggot District, Nganjuk Regency local government who has an effort in development and
empowerment of agriculture by agenda of integrated plants management. This research study
study used descriptive qualitative approach wich focuses on the problem at the role of local
government to empowering peasants in increasing food endurance in Betet Village, Ngronggot
District, Nganjuk Regency. This research was done through abservation, interviews and
documentation. The model used data analysis is a data empowernment of peasant, in tehe village
of through elucidation, training and the presence of the Food Endurance Strategy. The major
factors supporting success in improving food endurance in Betet Village is the implementation of
empowernment programs provided by the local government, local government support and the
assistance and seed subsidies to support productivity of agricultural production. The inhibiting
come from the low quality of human resources, as well as the limitation of agricultural equipment.

Keyword: empowernment, peasant, food endurance.

Abstrak: Pemberdayaan Petani dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan (Studi di Desa


Betet Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk). Dalam kontek kehidupan manusia sangat
dibutuhkan sumber pangan. Namun, dewasa ini kelangkaan kerap muncul di berbagai tempat di
Indonesia. Untuk itu Pemerintah Daerah sesuai dengan amanat desentralisasi harus mampu
membuat program untuk pemberdayaan petani guna mewujudkan ketahanan pangan, tak terkecuali
Desa Betet Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan pendekaktan deskriptif yang dilakukan melalui observasi, wawancara
dan dokumentasi. Model analisis data yang digunakan adalah model analisis data Miles dan
Huberman. Hasil penelitian ini yaitu tentang pemberdayaan petani yang dilakukan di Desa Betet
dapat dikatakan sudah lebih baik dalam mewujudkan ketahanan pangan. Dimana produksi yang
dihasilkan menjadi lebih baik dan meningkat,ini dikarenakan pengetahauan dan keterampilan petani
dalam bercocok tanam juga meningkat. Faktor pendukung utama keberhasilan peningkatan
ketahanan pangan di Desa Betet adalah berjalannya program dengan adanya dukungan dari
Pemerintah Daerah serta adanya bantuan subsidi dan benih. Hambatannya datang dari masalah
rendahnya kualitas sumber daya manusia serta keterbatasan alat pertanian. Hal ini diperlukan
adanya sinergi diantara petani, masyarakat serta pemerintah untuk secara bersama-sama
mendukung program pemberdayaan petani untuk meningkatkan ketahanan pangan.

Kata kunci: pemberdayaan, petani, ketahanan pangan.

Pendahuluan hewani, sayuran serta buah-buahan masih


Pangan merupakan salah satu kebutuhan rendah. Oleh karena itu, melalui Undang-Undang
pokok selain papan. Selama masih ada kehi- Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan,
dupan, manusia selalu membutuhkan pangan. pemerintah malakukan penyelenggaraan pangan.
Namun, ketahanan pangan di Indonesia bisa Penye-lenggaraan pangan merupakan kegiatan
dikatakan masih kurang. Hal ini karena tidak perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
seimbangnya komposisi antar kelompok pangan dalam penyediaan, keterjangkauan, pemenuhan
masyarakat, dimana konsumsi beras masih konsumsi pangan dan gizi, serta keamanan
terlalu tinggi sedangkan konsumsi pangan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 1, Hal. 147-153 | 147


pangan dengan melibatkan peran serta indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai
masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. sebuah proses.
Penyelenggaran pangan dapat dilakukan di 2. Indikator Keberdayaan
salah satu daerah yang ada di Jawa Timur, yaitu (Parson et.al., 1994) yang dikutip oleh
Kabupaten Nganjuk. Kabupaten Nganjuk (Suharto, 2010, h. 63) mengajukan tiga dimensi
merupakan salah satu daerah yang dijadikan pemberdayaan yang merujuk pada:a) Sebuah
sebagai lumbung padi, dimana lahan pertanian proses pembangunan bermula dari pertumbuhan
masih cukup banyak serta penduduk yang individual yang kemudian berkembang menjadi
sebagian besar bermata pencaharian sebagai sebuah perubahan sosial yang lebih besar, b)
petani. Namun, kesejahteraan petani di sini Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh
dikatakan masih belum makmur dan sejahtera. rasa percaya diri, berguna dan mampu
Hal ini dikarenakan harga jual hasil panen yang mengendalikan diri dan orang lain, c)
didapat tidak seimbang dengan modal kerja yang Pembebasan yang dihasilkan oleh gerakan sosial,
dikeluarkan. Selain itu, keterampilan dan yang dimulai dari pendidikan dan politisasi
pengetahuan petani juga dirasa masih kurang. orang-orang lemah dan kemudian melibatkan
Melihat hal tersebut, sesuai dengan otonomi upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah
daerah, Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan
mempunyai kewenangan mengembangkan mengubah struktur-struktur yang masih
pertaniannya dengan melakukan pemberdayaan menekan.
kepada para petani. 3. Prinsip-Prinsip Pemberdayaan
Salah satu daerah dilaksanakannya pember- Kesimpulan pendapat dari pakar sosial, di
dayaan petani adalah Desa Betet Kecamatan antaranya Swift dan Levin (1987), Kieffer
Ngronggot. Pemberdayaan yang dilakukan disini (1981), Rappaport (1981,1984), Solomon (1976),
yaitu melalui penyuluhan. Penyuluhan dilakukan Dubois dan Miley (1992) yang dikutip oleh
dengan memberikan informasi tentang teknologi (Fahrudin, 2009, h. 17-18) terdapat bebrapa
baru serta cara bercocok tanam dengan cara yang prinsip dan asumsi pemberdayaan, antara lain:
lebih baik kepada kelompok tani atau Gabungan a) Empowerment adalah proses kolaboratif,
Kelompok Tani (Gapoktan) oleh PPL (Penyuluh dimana klien dan pekerja sosial bekerjasama
Pertanian Lapangan). Penyuluhan tersebut sebagai partner, b) Proses empowerment melihat
ditujukan untuk meningkatkan kemampuan serta system klien sebagai pemegang peranan penting
keterampilan masyarakat petani dalam menjalan- (competent) dan mampu memberikan akses
kan usaha taninya agar mendapatkan hasil yang kepada sumber-sumber dan peluang-peluang, c)
lebih banyak, lebih baik serta beragam. Hasil Klien harus menerima dari mereka sendiri
yang lebih baik tersebut dapat menunjang sebagai causal agent,yang mampu untuk
terwujudnya suatu ketahanan pangan. mempengaruhi perubahan, d) Kompetensi
diperolehi melalui pengalaman hidup, e)
Tinjauan Pustaka Pemecahan masalah didasarkan pada situasi
1. Pemberdayaan masalah yang merupakan hasil dari komplek-
(Suharto, 2010, h. 57-60) mendefinisikan sitas faktor-faktor yang mempengaruhinya
pemberdayaan sebagai sebuah proses dan tujuan. (Salomon,1976), f) Jaringan sosial informasi
Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkai- adalah sumber pendukung yang penting untuk
an kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau menyembatani tekanan dan membangun
keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, kompetensi dan control diri, g) Orang harus
termasuk individu-individu yang mengalami berpartisipasi dalam pemberdayaan diri mereka
masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka dan dalam mencapai tujuan, pengertian dan hasil
pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil dari pemberdayaan harus mereka artikulasi
yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, sendiri, h) Tingkat kesadaran dan pengetahuan
yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki mengenai kegiatan untuk melakukan perubahan
kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan merupakan masalah utama dalam empowerment,
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup- i) Empowerment merupakan upaya untuk
nya yang baik yang bersifat fisik, ekonomi memperoleh sumber-sumber dan kemampuan
maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, menggunakan sumber-sumber tersebut dengan
mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai cara yang efektif, j) Proses empowerment adalah
mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan proses yang dinamis, sinergi, selalu berubah dan
sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas- berevolusi, karena masalah-masalah selalu
tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan mempunyai banyak cara pemecahan, k)
sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai Empowerment dapat dicapai melalui

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 1, Hal. 147-153 | 148


kesepadanan struktur-struktur pribadi dan konsumsi, menyangkut upaya peningkatan
perkembangan sosio-ekonomi. pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar
4. Strategi Pemberdayaan mempunyai pemahaman atas pangan, gizi, dan
(Parson et.al., 1994, h. 112-113) yang kesehatan yang baik, sehingga dapat mengelola
dikutip oleh (Suharto, 2010, h. 66) menyatakan konsumsinya secara optimal.
bahwa proses pemberdayaan umumnya
dilakukan secara kolektif. Dalam konteks Metode Penelitian
pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan
melalui tiga aras atau matra pemberdayaan menggunakan pendekatan secara deskriptif.
(empowerment setting), yaitu: Penelitian deskriptif menurut (Narbuko, 2007, h.
a) Aras Mikro, pemberdayaan dilakukan 44) yaitu penelitian yang berusaha untuk
terhadap klien secara individu melalui menuturkan pemecahan masalah yang ada
bimbingan, konseling, stress management, crisis sekarang berdasarkan data-data, jadi deskriptif
intervention. Tujuan utamanya adalah mem- ini juga menyajikan data, menganalisis dan
bimbing atau melatih klien dalam menjalankan mengintrepetasi. Alasan pemilihan penelitian ini
tugas-tugas kehidupannya. Model ini biasanya menggunakan penelitian kualitatif dengan
disebut sebagai Pendekatan yang berpusat pada pendekatan deskriptif karena di dalam fenomena
tugas (task centered approach). Pemberdayaan di lapangan peneliti berupaya untuk meng-
dalam aras mikro ini, dilaksanakan melalui gambarkan bagaimana fenomena terkait Pember-
strategi penyuluhan untuk para petani; b) Aras dayaan Petani dalam rangka meningkatkan
Mezzo, Pemberdayaan dilakukan terhadap ketahanan pangan, Di Desa Betet Kecamatan
sekelompok klien dengan menggunakan kelom- Ngronggot. Pengunaan pendekatan kualitatif ini
pok sebagai media intervensi. Pendidikan dan juga untuk menganalisa apakah Pemberdayaan
pelatihan, dinamika kelompok, biasanya Petani yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan Kabupaten Nganjuk, melalui Dinas Pertanian dan
kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap- Dinas Ketahanan Pangan tersebut mampu
sikap klien agar memiliki kemampuan memenuhi target untuk mewujudkan peningkatan
memecahkan permasalahan yang dihadapinya. ketahanan pangan untuk masyarakat.
Strategi pemberdayaan yang dilakukan dalam Penelitian ini dilakukan di Kabupaten
aras mezzo ini terdiri dari pendidikan dan Nganjuk, Provinsi Jawa Timur. Sedangkan situs
pelatihan serta pengembangan sumber daya penelitian yang ditetapkan adalah Desa Betet.
manusia; c) Aras Makro, Pendekatan ini disebut Penelitian ini menggunakan 2 sumber data, yaitu
juga sebagai Strategi Sistem Besar (large-system Data Primer dan Data Sekunder. Data Primer
strategy), karena sasaran perubahan diarahkan diperoleh dan dikumpulkan langsung dari
pada sistem lingkungan yang lebih luas. Strategi responden melalui wawancara terstruktur sesuai
Sistem Besar memandang klien sebagai orang dengan fokus penelitian dengan bantuan
yang memiliki kompetensi untuk memahami interview guide. Data sekunder diperoleh dari
situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih berbagai studi literatur yaitu Pergub, modul, buku
serta menentukan strategi yang tepat untuk Panduan Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana
bertindak. Beberapa strategi dalam pendekatan Bergulir Tahun Anggaran 2013 Kantor
ini adalah perumusan kebijakan, perencanaan Ketahanan Pangan Daerah Kabupaten Nganjuk,
sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengor- Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Model
ganisasian masyarakat, manajemen konflik. Kawasan Rumah Pangan Lestari (Rumah Hijau
Dalam pendekatan aras makro ini pemberdayaan Plus-Plus) Badan Ketahanan Pangan Provinsi
difokuskan pada ketahanan pangan untuk petani, Jawa Timur Tahun 2012.
sebagai fasilitator untuk penyediaan ketahanan Fokus penelitian ini adalah (1)
pangan. Pemberdayaan petani dalam usaha meningkatkan
Ketahanan pangan menurut (Suryana, 2003, ketahanan pangan di Desa Betet Kecamatan
h. 104) merupakan suatu sistem ekonomi pangan Ngronggot Kabupaten Nganjuk, yang terdiri dari:
terintegrasi yang terdiri atas berbagai subsistem. a) Aras mikro: penyuluhan, b) Aras mezzo: diklat
Terwujudnya ketahanan pangan merupakan dan sekolah lapangan, c) Aras makro: strategi
sinergi dan interaksi dari ketiga subsistem ketahanan pangan, yang terdiri dari subsistem
tersebut, yaitu: a) Subsistem ketersediaan ketersediaan pangan, distribusi pangan dan
pangan, mencakup aspek produksi, cadangan konsumsi pangan; (2) Faktor penghambat dan
serta keseimbangan antara ekspor dan impor pendukung yang terjadi dalam upaya
pangan; b) Subsistem distribusi pangan, pemberdayaan petani dalam meningkatkan
mencakup aksesibilitas secara fisik dan ekonomi ketahanan pangan.
atas pangan secara merata; c) Subsistem

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 1, Hal. 147-153 | 149


Pembahasan Kedua, Sekolah Lapangan, di Desa Betet
1. Pemberdayaan Petani dalam Usaha sendiri sekolah lapangan dipandu oleh PPL
Meningkatkan Ketahanan Pangan di Desa melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman
Betet Kecamatan Ngronggot Kabupaten Terpadu (SL-PTT). Melalui sekolah lapangan ini
Nganjuk masyarakat petani akan mendapatkan penyuluh-
Pemberdayaan adalah sebuah proses dan an sebelum nantinya benar-benar mengim-
tujuan. Pemberdayaan yang dilakukan disini plementasikannya dilapangan, baik itu berupa
terdiri dari tiga aras,yaitu: program yang telah berhasil dilakukaan di daerah
a) Aras Mikro, dalam aras mikro ini lain, maupun program yang lama namun belum
pemberdayaan dilakukan melalui penyuluhan. maksimal di budidayakan. Artinya sangat jelas
sesuai dengan konsep penyuluhan pertanian bahwa keberadaan sekolah lapangan adalah
dalam Peraturan Bupati Nganjuk Nomor 18 sebagai panduan budaya bagi para petani untuk
Tahun 2013 tentang Pedoman Visi, Misi, mengimplementasikan program.
Kebijakan, Strategi, dan Penyelenggaraan c) Aras Makro, Menurut (Parson et.al.,
Penyuluhan Pertanian di Kabupaten Nganjuk 1994, h. 112) yang dikutip oleh (Suharto, 2010,
didefinisikan proses pembelajaran bagi pelaku h. 66) pendekatan ini disebut juga sebagai
utama, serta pelaku usaha agar mereka mau dan Strategi Sistem Besar (large-system strategy),
mampu menolong dan mengorganisasikan karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem
dirinya dalam mengakses informasi pasar, lingkungan yang lebih luas. Strategi Sistem
teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, Besar memandang klien sebagai orang yang
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, memiliki kompetensi untuk memahami situasi-
efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejah- situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta
teraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam menetukan strategi yang tepat untuk bertindak.
pelestarian fungsi lingkungan. Penyuluhan yang Beberapa startegi dalam pendekatan ini adalah
dilakukan di Desa Betet juga bertujuan untuk perumusan kebijakan, perencanaan sosial,
memberikan pengetahuan dan keterampilan yang kampanye, aksi sosial, lobbying, pengor-
lebih luas kepada pelaku utama dan pelaku usaha ganisasian masyarakat, manajemen konflik.
dalam meningkatkan produktivitas dan pendapat- Pemahaman pendekatan aras makro ini di
an mereka. Dimana penyuluhan dilakukan dalam upaya pemberdayaan untuk meningkatkan
dengan memberikan informasi tentang program ketahanan pangan di Desa Betet Kecamatan
dan teknologi terbaru sampai permasalahan yang Ngronggot, Kabupaten Nganjuk dilakukan
mereka hadapi. melalui suatu strategi, yaitu strategi ketahanan
b) Aras Mezzo, (Parson et.al., 1994, h. 112) pangan. Strategi ketahanan pangan sendiri
yang dikutip oleh (Suharto, 2010, h. 66), didalamnya terbagi kedalam tiga komponen
mengemukakan bahwasanya pemberdayaan utama, yaitu ketersediaan pangan, distribusi
dilakukan terhadap sekelompok klien dengan pangan dan konsumsi pangan.
menggunakan kelompok sebagai media Pertama, Ketersediaan pangan, Keterse-
intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika diaan pangan merupakan cadangan pangan untuk
kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi masyarakat yang dikelola sedemikian rupa
dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dengan tujuan menyediakan pangan yang
keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki seimbang, baik itu jumlah dan jenisnya serta
kemampuan memecahkan permasalahan yang stabil dalam penyebarannya walaupun produksi
dihadapinya. pangan bersifat tidak tentu (musiman), terbatas
Konsep atau teori di atas pada praktiknya di dan tersebar antar wilayah.
Desa Betet sendiri diterapkan dalam bentuk Ketersediaan pangan di Nganjuk tersedia
pemberdayaan melalui pendidikan dan pelatihan, dalam lumbung-lumbung pangan. Terdapat 98
yaitu dengan diklat dan sekolah lapangan. lumbung pangan dimana berisi 25 ton
Pertama, diklat, dimana dalam diklat termuat gabah/lumbung untuk ukuran lumbung yang
adanya pendidikan serta pelatihan-pelatihan. besar, sedangkan untuk lumbung yang kecil-kecil
Pendidikan dimaksudkan untuk pendalaman berisi 4-8 ton gabah/lumbung. Sementara di Desa
materi, pendalaman teori, serta pendalaman Betet untuk memenuhi ketersediaan pangan,
tatacara didalam melaksanakan suatu program dibentuk KUD serta lumbung pangan untuk
atau kegiatan. Pelatihan ini ditujukan untuk menampung hasil produksi petani. Namun,
mengaplikasikan materi, teori, serta strategi- lumbung pangan ini pemanfaatannya masih
strategi yang di dapat dari pendidikan sebagai kurang, karena beberapa lumbung tidak berisi
wujud simulasi praktek sesungguhnya dilapa- bahan pangan melainkan pupuk.
ngan. Kedua, Distribusi pangan, Setelah pangan
itu tersedia, kemudian dilakukan distribusi

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 1, Hal. 147-153 | 150


pangan. Distribusi pangan disini merupakan pangan, sementara itu lomba cipta menu adalah
penyaluran/penyebaran pangan kepada sebagai stimulasi untuk masyarakat agar lebih
masyarakat yang tidak hanya mencakup aspek secara memaksimalkan keaneka-ragaman pangan
fisik yaitu pangan yang tersedia di lokasi-lokasi yang ada di desa. Selain itu, upaya ini
yang membutuhkan, tetapi juga keterjangkauan dimaksudkan agar masyarakat tidak tergantung
ekonomi melalui harga dan daya beli yang pada produksi satu jenis tanaman.
merata untuk masyarakat. Dengan terlaksananya ketersediaan,
Sistem distribusi pangan di Nganjuk sendiri distribusi serta konsumsi pangan yang baik,
yaitu sistem tunda jual. Tunda jual yaitu upaya maka ketahanan pangan juga akan terwujud
yang dilakukan oleh individu/kelompok tani dengan baik pula.
guna mengatur waktu untuk memasarkan hasil 2. Faktor penghambat dan pendukung yang
usaha taninya melalui proses pengolahan, terjadi dalam upaya pemberdayaan petani
penyimpanan dan pemasaran sehingga mempe- dalam meningkatkan ketahanan pangan.
roleh posisi tawar dan nilai jual yang tinggi. a. Faktor Penghambat Internal
Sedangkan di Desa Betet, distribusi pangan Kualitas sumber daya manusia di
dilakukan dengan menjual langsung kepada Desa Betet Kecamatan Ngronggot
konsumen serta tengkulak untuk memudahkan Kabupaten Nganjuk sendiri dinilai
para petani mendistribusikan pangan kesemua masih rendah. Masih banyaknya sumber
sektor, langkah ini telah sesuai dengan apa yang daya manusia khususnya masyarakat
diarahkan oleh Dinas Pertanian melalui PPL. petani disini kurang mempunyai
Akses terhadap distribusi pangan yang pengetahuan, baik itu cara menanam
dilaksanakan secara merata, hal tersebut secara maupun perawatan yang lebih baik.
nyata telah dibuktikan dengan tingkat daya beli Masyarakat petani disini masih banyak
masyarakat yang relatif tinggi, hal tersebut yang menggunakan cara lama dalam
dikarenakan masyarakat Desa Betet adalah kaum menjalankan usaha taninya.
petani, distribusi pangan ini sangat membantu Selain sumber daya manu-
mereka untuk menjual kembali hasil produksi sia,kurangnya alat mesin pertanian juga
mereka khususnya berupa gabah. menjadi faktor penghambat. Desa Betet
Ketiga, Konsumsi Pangan, Pangan yang sendiri alat mesin pertanian di dirasa
tersedia dan tersebar merata tersebut, kemudian masih kurang. Masyarakat petani disini
konsumsi dapat dilakukan oleh masyarakat. masih merasa kesulitan menjalankan
Konsumsi ini tidak serta merta makanan apa saja usaha taninya karena masih menguna-
yang bisa dimakan, namun juga terdapat aspek- kan alat pertanian yang tradisional. Ini
aspek yaitu bergizi, sehat, aman serta beragam. bisa membuat hasil produksi kurang
Oleh karena itu, perlu adanya sosialisasi kepada baik dan disisi lain juga bisa mengu-
masyarakat agar masyarakat mengerti dan rangi pendapatan mereka, mengingat
memahami akan makanan yang bergizi, sehat, hasil yang didapatkan kurang baik.
aman serta beragam. b. Faktor Penghambat Eksternal
Upaya yang dilakukan Pemerintah Selain sumberdaya manusia dan
Kabupaten Nganjuk yaitu mengadakan program alat pertanian, cuaca juga berpengaruh
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi dalam menjalankan usaha tani. Cuaca
Pangan (P2KP). Salah satu implementasinya yang tidak menentu, dapat berpengaruh
adalah pengembangan Model Kawasan Rumah terhadap tanaman yang akan maupun
Pangan Lestari. Model Kawasan Rumah Pangan sedang ditanam oleh petani. Tanaman
Lestari ini dilakukan dengan pemanfaatan yang akan ditanam harus melihat cuaca
pekarangan milik masyarakat untuk bisa terlebih dahulu, ini bertujuan untuk
ditanami bahan pangan (selain beras) serta dapat memilih tanaman apa yang cocok untuk
juga digunakan untuk beternak. Hal ini dilakukan ditanam. Hal ini menjadi penghambat
dengan tujuan memberikan keragaman konsumsi masyarakat petani dalam menjalankan
pangan masyarakat yang mengandung gizi usaha taninya. Ketidaksesuaian jenis
seimbang serta sehat untuk dikonsumsi, juga tanaman dengan cuaca yang ada,
sekaligus mengurangi ketergantungan masya- produksi yang akan dihasilkan juga akan
rakat akan beras. kurang sesuai dengan harapan.
Di Desa Betet dalam mengupayakan Disamping itu, kapasitas sumber
keberagaman konsumsi pangan ada dua langkah daya pertanian yang kurang juga
stategis yang dilakukan yaitu pemanfaatan menjadi penghambat secara eksternal.
pekarangan dan lomba cipta menu. Pemanfaatan Sumber daya pertanian yang berupa air,
pekarangan adalah ditujukan untuk diversifikasi mempunyai peran yang sangat penting

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 1, Hal. 147-153 | 151


dalam pertanian khususnya dalam usaha 1. Program Pemberdayaan Petani dalam
tani. Di Desa Betet sendiri pengairan Meningkatkan Ketahanan Pangan di
sangat mengandalkan pada satu sumber Desa Betet Kecamatan Ngronggot
mata air yaitu Sungai Brantas, ini Kabupaten Nganjuk
tentunya sangat kurang karena a. Aras Mikro, dalam aras mikro
banyaknya lahan pertanian yang mesti pemberdayaan petani yang dilakukan
harus terairi. Selain itu jarak jangkauan yaitu melalui penyuluhan. Penyuluhan
sumber mata air dengan lahan pertanian yang dilakukan di Desa Betet bertujuan
juga cukup jauh. Sedangkan saluran untuk memberikan pengetahuan dan
irigasi yang ada juga banyak yang keterampilan yang lebih luas kepada
mengalami kerusakan. pelaku utama (masyarakat didalam dan
c. Faktor Pendukung Internal. disekitar kawasan hutan, petani,
Adanya program pemberdayaan pekebun, peternak, pembudidaya ikan,
petani, merupakan salah satu faktor beserta keluarga intinya) dan pelaku
yang dapat mendukung berkembangnya usaha (perorangan warga Negara
pertanian, begitu juga di Desa Betet. Indonesia atau korporasi yang dibentuk
Program pemberdayaan yang diberikan menurut hukum Indonesia yang
membuat petani menjadi lebih terampil mengelola usaha pertanian, perikanan,
dan berpengetahuan, dan ini dapat dan kehutanan) dalam meningkatkan
berpengaruh pada hasil usaha tani untuk produktivitas dan pendapatan mereka.
menjadi lebih baik sesuai harapan Dimana penyuluhan dilakukan dengan
sehingga dapat menciptakan suatu memberikan informasi tentang program
ketahanan pangan. dan teknologi terbaru sampai
Selain itu, dukungan yang permasalahan yang mereka hadapi.
diberikan oleh Pemerintah Daerah b. Aras Mezzo, pemberdayaan ditujukan
membantu meningkatkan kualitas hasil untuk meningkatkan kualitas dari
produksi petani itu sendiri. Dukungan pelaku utama dan pelaku usaha. Strategi
yang diberikan dapat berupa bantuan dalam meningkatkan kesadaran, penge-
maupun pengetahuan serta keterampilan tahuan, keterampilan dan sikap-sikap
yang diberikan kepada petani dalam klien agar memiliki kemampuan meme-
menjalankan usaha tani yang lebih baik. cahkan permasalahan yang dihadapi
d. Faktor Pendukung Eksternal. tersebut, Kabupaten Nganjuk melak-
Menjalankan program yang sanakan pendidikan dan pelatihan.
diberikan Pemerintah, diperlukan aspek- Pendidikan dan pelatihan yang
aspek penunjang agar berjalan dengan dilakukan di Desa Betet diantaranya
baik dan lancar. Salah satu aspek yaitu diklat dan sekolah lapangan.
tersebut, yaitu bantuan yang diberikan c. Aras Makro, pemahaman pendekatan
oleh Pemerintah kepada petani. Bantuan aras makro ini di dalam upaya
ini dapat meringankan petani dalam pemberdayaan adalah untuk meningkat-
menjalankan usaha taninya. Hal ini kan ketahanan pangan di Desa Betet
membantu usaha tani yang dijalankan Kecamatan Ngronggot, Kabupaten
mendapatkan hasil yang maksimal, Nganjuk yang dilakukan melalui suatu
dimana hasil yang maksimal tersebut strategi, yaitu strategi ketahanan
juga dapat mencipatakan suatu pangan. Strategi ketahanan pangan
ketahanan pangan yang ada di Desa disini terdiri dari tiga subsistem, yaitu
Betet Kecamatan Ngronggot. ketersediaan pangan, distribusi pangan
dan konsumsi pangan.
2. Faktor penghambat dan pendukung yang
terjadi dalam upaya pemberdayaan
petani dalam rangka meningkatkan
ketahanan pangan di Desa Betet
Kecamtan Ngronggot Kabupaten
Nganjuk.
a. Faktor Penghambat Internal: masih
rendahnya kualitas sumberdaya manusia
dan kurangnya alat mesin pertanian.
Kesimpulan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 1, Hal. 147-153 | 152


b. Faktor Penghambat Eksternal: cuaca dukungan dari Pemerintah Daerah
tidak menentu dan terbatasnya kapasitas Kabupaten Nganjuk.
sumberdaya pertanian. d. Faktor Pendukung Eksternal: adanya
c. Faktor Pendukung Internal: adanya bantuan yang dapat meringankan beban
program pemberdayaan petani dan petani.

Daftar Pustaka
Fahrudin, Adi. (2009) Pemberdayaan Partisipasi & Penguatan Kapasitas Masyarakat. Humaniora,
Bandung.
Narbuko, Cholid, dan Abu Achmadi. (2007) Metodologi Penelitian. Bumi Aksara, Jakarta.
Peraturan Bupati Nganjuk Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pedoman Visi, Misi, Kebijakan, Strategi, dan
Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian di Kabupaten Nganjuk. Nganjuk, Sekretaris Pemerintah
Daerah Nganjuk.
Suharto, Edi. (2010) Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Refika Aditama, Bandung.
Suryana, Achmad. (2003) Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan. BPFE,
Yogyakarta.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan. Jakarta, Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 1, Hal. 147-153 | 153

Вам также может понравиться