Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PEMBAHASAN KASUS
A. Gambaran Kasus
Tn. SM (79 Tahun) merupakan pasien rujukan dari RSUD Rengat. Pasien
datang ke RSUD Arifin Achmad Kota Pekanbaru tanggal 17 maret 2019 dengan
keluhan nyeri yang terasa sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dirasakan oleh pasien di
bagian perutnya, nyeri yang dirasakan hilang timbul dan terasa semakin meningkat
sejak 2 hari yang lalu. Selain nyeri pasien mengeluhkan perut yang terasa bengkak
dan BAK yang keluar sedikit serta tidak ada BAB sejak 3 hari terakhir. Pasien
diindikasikan akan menjalani operasi laparatomi dengan indikasi perforasi gaster.
Namun saat dilakukan operasi dokter dan tim kesehatan lainnya menemukan bahwa
yang bermasalah pada pasien sebenarnya bukan gasternya tetapi kolon sigmoid yang
mengalami perforasi dan gangren sehingga dengan persetujuan keluarga maka pasien
akan dilakukan tindakan untuk menutup bagian kolon sigmoid kebawah dan membuat
stoma pada perut bagian kiri sebagai tempat keluarnya kotoran. Pasien memiliki
riwayat operasi pada prostat dengan TURP ± 2 tahun yang lalu, selain itu menurut
pernyataan keluarga, pasien jarang mengkonsumsi sayur dan kurang minum air putih
sehingga pasien memiliki riwayat susah BAB. Dari pemeriksaan fisik diperoleh hasil
bahwa pasien tampak lemah, badan kurus, abdomen teraba keras, terpasang NGT dan
terpasang infus Aminofluid 20 tpm. Jalan nafas paten, pernafasan spontan, CRT < 2
detik, akral hangat TD: 111/60 mmHg, Nadi: 96 x/menit, S: 36,60 C, RR: 20 x/menit.
B. Pengkajian
DATA UMUM
KELUHAN UTAMA
Saat dilakukan wawancara sebelum pasien memasuki ruang operasi pada
tanggal 18 Maret 2019 pasien mengeluhkan nyeri pada bagian abdomen, nyeri yang
dirasakan pasien muncul sejak pasien masih dirawat di RSUD Rengat dan nyeri terasa
semakin memberat sejak 2 hari yang lalu. saat dilakukan pengkajian ditemukan skala
nyeri pada pasien yaitu 5. Selain merasakan nyeri pasien juga mengatakan cemas
karena akan dilakukan operasi, pasien mengatakan takut bahwa penyakitnya tidak
sembuh dan menanyakan kemungkinan apa yang akan terjadi setelah di lakukan
operasi, dan keluarga juga bertanya terkait prognosis serta jumlah penderita yang
mengalami penyakit yang sama dengan anggota keluarganya tersebut.
Airway : jalan nafas paten, bersih, tidak ada sumbatan jalan nafas
Breathing : pernafasan spontan, tidak ada pernafasan cuping hidung, terdapat
selang NGT pada hidung pasien, pasien tidak menggunakan alat bantu
nafas seperti oksigen nasal sebelum operasi, RR 21 x/i
Circulation : CRT < 2 detik, akral hangat, konjungtiva anemis (-), kulit bagian
perifer terlihat merah, TD: 111/60 mmHg, Nadi: 96 x/menit, S:
36,60C, RR: 20 x/menit
Disability : kesadaran CM, GCS: E 4 V 5 M 6 = 15, pupil isokor, refleks terhadap
cahaya (+/+), tidak ada kelemahan ektremitas
Exprossure : pasien terpasang infus Aminofluid 20 tpm pada bagian ekstremitas
bagian atas pada bagian dextra. Tidak terdapat jejas, Kekuatan otot
pasien yaitu (5/5)
Folley Kateter : pasien terpasang kateter urine dengan haluaran urine 250 cc
Gastric tube : pasien terpasang NGT
Heart monitor : pasien tidak terpasang heart monitor, TD: 111/60 mmHg,
Nadi: 96 x/menit, S: 36,60 C, RR: 20 x/menit
RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan sebelumnya
Pasien selama hidupnya sangat sedikit mengkonsumsi air putih, tidak suka
makan sayur dan kurang makan-makanan yang berserat. Pasien riwayat sulit buang
air besar (BAB) sejak seminggu yang lalu, jika BAB yang keluar hanya sedikit,
tekstur keras dan berwarna hitam. Keluarga mengatakan pasien sering meminum obat
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
Berdasarkan informasi dari dan keluarga pasien didapatkan bahwa didalam
keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit seperti yang diderita oleh
pasien. Hanya saja istri dari pasien mengalami penyakit asam urat dan selain itu keluarga
tidak memiliki riwayat penyakit kronik lainnya seperti penyakit kanker, hipertensi,
kedua orang tua mereka hidup harmonis sebagai seorang petani. Saat ini pasien tinggal
bersama istri dan anak kedua dan cucu-cucunya, sedangkan anak pasien yang lain tinggal
c. Pemeriksaan Fisik
- Tanda-tanda Vital: TD: 111/60 mmHg, Nadi: 96 x/menit, S: 36,6 0 C, RR: 20
x/menit.
- Tinggi badan: 155cm Berat badan: 40Kg.
Mata : Simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, reflex cahaya +/+,
Gigi : Tidak ada caries, gigi palsu bagian bawah belakang 4 buah
pernapasan 20x/menit
Auskultasi : bunyi jantung S1/S2 reguler, tidak ada suara jantung mur-mur atu
4. Tangan
CRT ≤ 2 detik, akral teraba hangat, tidak ada fraktur, tidak ada edema, tidak ada lesi
5. Abdomen
Inspeksi : abdomen tampak bengkak, tidak tampak lesi, tidak terdapat kelainan
pada kulit abdomen
Palpasi : teraba massa yang keras dibagian kuadran 8 dan 9 pada abdomen,
tidak ada nyeri tekan
Perkusi : terdengar timpani, dullnes pada area hepar
Auskultasi : bising usus halus(+), frekuensi: 6x/menit.
6. Genitalia
Terpasang foley cateter, jumlah urin ±100 cc.
7. Kaki
Tidak ada fraktur, tidak ada oedema, tidak ada lesi, CRT < 3 detik.
8. Punggung
Tidak terdapat pada kelainan punggung
d. Pemeriksaan Laboratorium (17-03-2019)
- Hematologi
- Darah lengkap
Hemoglobin = 12.6 g/dl (L) N= 14.0-18.0
Leukosit = 18.39 /µL (H) N= 4.80-10.80
Trombosit = 205 /µL N= 150--450
Eritrosit = 4.07 /µL (L) N= 4.70-6.10
Hematocrit = 40.8 % (L) N= 42-52
MCV = 100.2 Fl (H) N= 79-99
MCH = 31 pg N= 27-31
MCHC =30.9 g/dl (L) N= 33-37
RDW-CV = 14.3 % N= 11.5-14.5
RDW-SD = 53.6 fl (H) N= 35-47
PDW = 10.0 fl N= 9-13
MPV = 9.9 fl N= 7.2-11.1
P-LCR = 22.1% N= 15-25
- Hitung jenis
Basophil = 0.0 % N= 0-1
Eosinofil = 0.0 % (L) N= 2-4
Neutrofil = 97.3% (H) N= 50-70
Limfosit =1.2% (L) N= 25-40
Monosit = 1.5% (L) N= 2.0-8.0
- Hemostasis
PT = 16.0detik(H)N= 11.6-14.5
INR = 1.25 detik (H) N= < 1.2
APTT = 35.2 detik N=28.6-42.2
- Imunologi
HbSAg = Nonreaktif Nonreaktif
- Analisa gas darah
Ph =7.39 N=7.35-7.45
PCO2 =44 mmHg N=34-45
PO2 =60 mmHg (L) N= 80-100
HCO3 = 27 mmol/L (H) N=15-41
SO2C = 90% (L) N= > 95
- Elektrolit
Na+ = 134 mmol/L (L) N= 135-145
K+ = 5.6 mmol/L (H) N= 3.5-5.5
Calsium = 1.03 mmol/L N= 0.90-1.08
Lactat = 1.1 mol/L N= 0.2-15.0
e. Medikasi
Pre operasi
berat
Post operasi
tubuh
Analisa Data
Pre Operasi
No DATA ANALISA MASALAH
KEPERAWATAN
Data Objektif
- Tn.SM tampak
cemas dan
gelisah ketika
Diagnosa Keperawatan Pre Operasi
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis: perforasi colon sigmoid
2. Ansietas b.d perubahan dalam status kesehatan dan kurangnya informasi
Rencana Asuhan Keperawatan Pre Operasi
Analisa:
Nyeri akut belum
teratasi.
Planning:
Intervensi dilanjutkan
diruangan, kolaborasi
pemberian analgetik
Berikan analgetik sesuai
anjuran dokter.
Analisa:
Masalah keperawatan
teratasi
Planning:
Pasien dibawa keruang
OK
INTRA OPERASI
Pada pukul 11.45 WIB pasien dilakukan anastesi dengan jenis anastesi yaitu
general anastesi dan pada pukul 11.50 WIB pasien dilakukan tindakan laparatomy dan
eksplorasi karena dugaan awal dokter adalah pasien mengalami penyakit peritonitis ec
perforasi gaster. Kelengkapan tim operasi terdiri dari 1 orang dokter operator dan 3
orang asisten dokter operator, 1 orang dokter anastesi, 2 orang penata anastesi dan 1
orang perawat sirkuler. Posisi saat dilakukan tindakan laparatomy adalah supinasi dan
bagian tubuh yang tidak mempengaruhi operasi ditutup dengan kain steril sedangkan
bagian abdomen dibersihkan terlebih dahulu menggunakan cairan aseptik dan juga
dibersihkan dengan menggunakan betadine. Tanda tanda vital pasien stabil saat
operasi berlangsung hingga selesai operasi pada pukul 14.20 WIB, ditandai dengan
didapatkan bahwa gaster pasien tidak mengalami suatu masalah, sehingga dokter dan
perawat yang sedang melakukan operasi mencari lagi sumber dari penyakit pasien dan
didapatkan bahwa kolon sigmoid pasien mengalami gangren dan tinja pasien sudah
berserakan dalam rongga abdomen. Karena kolon sigmoid pasien sudah mengalami
gangren dan tidak memungkin kan untuk defekasi melalui anus seperti biasanya
dengan indikasi perforasi colon sigmoid. Setelah mendapat persetujuan dari keluarga
pasien dari tinja yang sudah berserakan tersebut. Tinja yang dijumpai pada rongga
abdomen pasien seperti tinja pada umumnya, berwarna kuning dan keras dengan
ukuran ± sekepalan tangan orang dewasa. Bagian colon pasien yang mengalami
laparatomy dan pembuatan colostomy maka abdomen pasien kembali dijahit dan
setelah operasi pasien dan tanda-tanda vital pasien stabil maka pasien dipindahkan ke
Circulation : IVFD RL 1000 cc, Output pendarahan 300 cc dan urin 500 cc, NaCl
Exposure : Terdapat luka insisi vertical diatas simfisis pubis sampai dengan 3 jari
Heart Monitor : Terpasang heart monitor dengan TD :122/53 mmHg, HR :52x/i, RR :23
x/i, suhu :35,5oC.dengan bantuan ventilator.
POST OPERASI
A. Pengkajian
Keadaan Umum
recovery room dengan aldert score 10 menit pertama post op: aktivitas (0), respirasi
(1), sirkulasi (1), kesadaran (0), saturasi oksigen (1), sehingga total modified aldert
score 3. Kulit pasien teraba dingin, pucat, CRT > 2 detik dan pasien tampak
menggigil, tidak ada sianosis, pernapasan dangkal dan lambat, terdengar suara
gurgling, pendarahan intra operatif 300 cc, terdapat luka insisi bagian abdomen 20
cm. TTV dimenit pertama TD: 122/53 mmHg, HR: 52 x/menit, SpO2: 97%, T: 35,5
Analisa Data
No DATA ANALISA MASALAH
KEPERAWATAN
penumpukan secret
Planning:
Intervensi
dilanjutkan di
ruangan:
- Auskultasi
suara napas,
catat
adanya
suara napas
tambahan
- Lakukan
suction jika
perlu
- Motivasi
pasien
untuk
bernapas
pelan,
dalam, dan
batuk
Analisa:
Masalah
Hipotermi
teratasi
Planning:
Lanjutkan
intervensi saat
pindah
diruangan
- Monitor
suhu tubuh
- Monitor
TTV
- Berikan
pemanas
eksternal
- Monitor
adanya
gejala-
gejala yang
berhubunga
n dengan
hipotermia
ringan
Senin, Resiko Infeksi 14.42 1. Membatasi pengujung 15.45 WIB
18 b.d prosedur 14.45 2. Mengintruksikan pada keluarga Subjektif:
Maret invasif pengunjung untuk mencuci tangan Pasien
2019 saat berkunjung dan setalah mengatakan
berkunjung meninggalkan pasien sakit pada
14.47
3. Mengintruksikan pada keluarga bagian luka
unakan sabun antimikroba untuk cuci yang dijahit
tangan
14.52 4. mempertahankan lingkungan aseptic
selama pemasangan alat Objektif:
5. Mengistruksikan pasien untuk tampak
15.05 minum antibiotic sesuai resep meringis
TD 100/65
mmHg, HR
58x/i, RR 20
x/i dan suhu
35,6 oC
Analisa:
Resiko Infeksi
belum teratasi
Planning:
Intervensi
dilanjutkan
diruangan,
membatasi
pengunjung,
cuci tangan
setiap sebelum
dan setelah
tindakan
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bagian ini penulis akan membahas beberapa hal yang mendukung maupun
menghambat kelancaran proses keperawatan serta mencari alternatif pemecahan masalah agar
tindakan keperawatan lebih terarah dan mencapai tujuan semaksimal mungkin. Penerapan
asuhan keperawatan pada pasien dilakukan secara menyeluruh dan memiliki rangkaian yang
tidak dapat dipisahkan. Penulis akan membahas sesuai dengan proses keperawatan yang
kesehatan masa lampau didapatkan bahwa ±2 tahun yang lalu pasien pernah dilakukan
operasi prostat dengan TURP. Pasien juga memiliki riwayat sakit asam urat dan pasien
rutin meminum obat asam urat yang dibeli di warung-warung dekat dengan rumah
pasien, selain itu pasien dari usia muda jarang mengkonsumsi minum air putih sehingga
pasien juga memiliki riwayat susah BAB dan BAB sering berdarah.
Sulit BAB merupakan suatu tanda terdapatnya infeksi bakteri pada bagian
abdomen (Muttaqin & sari, 2011). Infeksi bakteri akan menyebabkan terjadinya
peritonitis. Bakteri yang paling sering mucul adalah E. Coli sehingga kontaminasi bakteri
ini akan memperberat peritonitis yang akan menyebabkan perforasi organ-organ salah
satunya perforasi colon sigmoid (Muttaqin & Sari, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh
Japanesa, dkk (2014), mengatakan bahwa peritonitis paling banyak disebabkan oleh
akibat perforasai pada bagian organ dalam abdomen, salah satunya perforasi colon, yaitu
48 kasus dari 120 kasus. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada
peritonitis yang terjadi pada Tn.SM disebabkan oleh infeksi bakteri yang mengakibatkan
teraba massa yang keras dibagian kuadran 8 dan 9, terdapat distensi abdomen dan bising
usus menurun dan terdengar lemah yaitu 6 x/menit. Keluhan adanya abdomen tampak
bengkak, teraba massa yang keras dibagian kuadran 8 dan 9, terdapat distensi abdomen
dan bising usus menurun dan terdengar lemah merupakan salah satu dari tanda dan gejala
peritonitis (Kowalak & Hughes, 2010). Setelah dilakukan tindakan laparatomy dengan
eksplorasi didapatkan bahwa terdapat tinja dirongga abdomen. Tinja yang didapatkan
bewarna kuning, keras dan sebesar kepalan tangan orang dewasa, sedangkan pada bagian
usus yang ganggren diambil sekitar 3x1 cm diambil untuk pemeriksaan PA.