Вы находитесь на странице: 1из 22

BAB III

PEMBAHASAN KASUS
A. Gambaran Kasus

Tn. SM (79 Tahun) merupakan pasien rujukan dari RSUD Rengat. Pasien
datang ke RSUD Arifin Achmad Kota Pekanbaru tanggal 17 maret 2019 dengan
keluhan nyeri yang terasa sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dirasakan oleh pasien di
bagian perutnya, nyeri yang dirasakan hilang timbul dan terasa semakin meningkat
sejak 2 hari yang lalu. Selain nyeri pasien mengeluhkan perut yang terasa bengkak
dan BAK yang keluar sedikit serta tidak ada BAB sejak 3 hari terakhir. Pasien
diindikasikan akan menjalani operasi laparatomi dengan indikasi perforasi gaster.
Namun saat dilakukan operasi dokter dan tim kesehatan lainnya menemukan bahwa
yang bermasalah pada pasien sebenarnya bukan gasternya tetapi kolon sigmoid yang
mengalami perforasi dan gangren sehingga dengan persetujuan keluarga maka pasien
akan dilakukan tindakan untuk menutup bagian kolon sigmoid kebawah dan membuat
stoma pada perut bagian kiri sebagai tempat keluarnya kotoran. Pasien memiliki
riwayat operasi pada prostat dengan TURP ± 2 tahun yang lalu, selain itu menurut
pernyataan keluarga, pasien jarang mengkonsumsi sayur dan kurang minum air putih
sehingga pasien memiliki riwayat susah BAB. Dari pemeriksaan fisik diperoleh hasil
bahwa pasien tampak lemah, badan kurus, abdomen teraba keras, terpasang NGT dan
terpasang infus Aminofluid 20 tpm. Jalan nafas paten, pernafasan spontan, CRT < 2
detik, akral hangat TD: 111/60 mmHg, Nadi: 96 x/menit, S: 36,60 C, RR: 20 x/menit.

B. Pengkajian

DATA UMUM

Identitas Pasien : Identitas Istri:


1. Inisial Pasien : Tn. SM 1. Inisial : Ny. S
2. Usia : 78 tahun 2. Usia : 74 tahun
3. Pekerjaan : petani 3. Pekerjaan : IRT
4. Agama : Islam 4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMP 5. Pendidikan : SMP
6. Suku : Jawa 6. Suku : Jawa
7. Status Perkawinan : Kawin 7. Status Perkawinan : Kawin
8. Alamat : Rengat 8. Alamat : Rengat

KELUHAN UTAMA
Saat dilakukan wawancara sebelum pasien memasuki ruang operasi pada
tanggal 18 Maret 2019 pasien mengeluhkan nyeri pada bagian abdomen, nyeri yang
dirasakan pasien muncul sejak pasien masih dirawat di RSUD Rengat dan nyeri terasa
semakin memberat sejak 2 hari yang lalu. saat dilakukan pengkajian ditemukan skala
nyeri pada pasien yaitu 5. Selain merasakan nyeri pasien juga mengatakan cemas
karena akan dilakukan operasi, pasien mengatakan takut bahwa penyakitnya tidak
sembuh dan menanyakan kemungkinan apa yang akan terjadi setelah di lakukan
operasi, dan keluarga juga bertanya terkait prognosis serta jumlah penderita yang
mengalami penyakit yang sama dengan anggota keluarganya tersebut.

PENGKAJIAN PRIMER PRE OPERASI

Pengkajian primer pre operasi

Airway : jalan nafas paten, bersih, tidak ada sumbatan jalan nafas
Breathing : pernafasan spontan, tidak ada pernafasan cuping hidung, terdapat
selang NGT pada hidung pasien, pasien tidak menggunakan alat bantu
nafas seperti oksigen nasal sebelum operasi, RR 21 x/i
Circulation : CRT < 2 detik, akral hangat, konjungtiva anemis (-), kulit bagian
perifer terlihat merah, TD: 111/60 mmHg, Nadi: 96 x/menit, S:
36,60C, RR: 20 x/menit
Disability : kesadaran CM, GCS: E 4 V 5 M 6 = 15, pupil isokor, refleks terhadap
cahaya (+/+), tidak ada kelemahan ektremitas
Exprossure : pasien terpasang infus Aminofluid 20 tpm pada bagian ekstremitas
bagian atas pada bagian dextra. Tidak terdapat jejas, Kekuatan otot
pasien yaitu (5/5)
Folley Kateter : pasien terpasang kateter urine dengan haluaran urine 250 cc
Gastric tube : pasien terpasang NGT
Heart monitor : pasien tidak terpasang heart monitor, TD: 111/60 mmHg,
Nadi: 96 x/menit, S: 36,60 C, RR: 20 x/menit

RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan sebelumnya
Pasien selama hidupnya sangat sedikit mengkonsumsi air putih, tidak suka

makan sayur dan kurang makan-makanan yang berserat. Pasien riwayat sulit buang

air besar (BAB) sejak seminggu yang lalu, jika BAB yang keluar hanya sedikit,

tekstur keras dan berwarna hitam. Keluarga mengatakan pasien sering meminum obat

asam urat dari warung tanpa resep dokter.


b. Riwayat kesehatan keluarga

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
Berdasarkan informasi dari dan keluarga pasien didapatkan bahwa didalam

keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit seperti yang diderita oleh

pasien. Hanya saja istri dari pasien mengalami penyakit asam urat dan selain itu keluarga

tidak memiliki riwayat penyakit kronik lainnya seperti penyakit kanker, hipertensi,

diabetes melitus, skizofrenia, dan juga fraktur.


Pasien telah menikah dengan istrinya ± 35 tahun, keluarga pasien mengatakan

kedua orang tua mereka hidup harmonis sebagai seorang petani. Saat ini pasien tinggal

bersama istri dan anak kedua dan cucu-cucunya, sedangkan anak pasien yang lain tinggal

di kota yang berbeda dengan pasien.

c. Pemeriksaan Fisik
- Tanda-tanda Vital: TD: 111/60 mmHg, Nadi: 96 x/menit, S: 36,6 0 C, RR: 20

x/menit.
- Tinggi badan: 155cm Berat badan: 40Kg.

- IMT = = 16,6 (gizi kurang)


1. Kepala
Rambut : Rambut pendek, kulit kepala tampak bersih, tidak terdapat lesi dan

tidak terdapat bengkak pada bagian kepala, distribusi rambut merata,


warna rambut hitam.

Mata : Simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, reflex cahaya +/+,

tidak ada edema pada bagian mata.

Hidung : tidak terdapat perdarahan pada hidung, pasien terpasang NGT

Mulut : Mukosa mulut kering, tidak ada stomatitis

Gigi : Tidak ada caries, gigi palsu bagian bawah belakang 4 buah

Telinga: Simetris, tidak ada infeksi, tidak ada gangguan pendengaran.

2. Leher : Tidak ada hiperpigmentasi, tidak ada pembesara KGB


3. Dada
Inspeksi : dada tampak simetris kiri dan kanan, tidak tampak iktus kordis, tidak

tampak pembengkakan atau tanda-tanda infeksi. Frekuensi

pernapasan 20x/menit

Palpasi : tulang dada terasa jelas, tidak terba masa

Perkusi : sonor dikedua lapang paru, tidak ada bunyi tambahan

Auskultasi : bunyi jantung S1/S2 reguler, tidak ada suara jantung mur-mur atu

gallop, suara paru vesikuler, tidak ada suara napas tambahan

4. Tangan
CRT ≤ 2 detik, akral teraba hangat, tidak ada fraktur, tidak ada edema, tidak ada lesi
5. Abdomen
Inspeksi : abdomen tampak bengkak, tidak tampak lesi, tidak terdapat kelainan
pada kulit abdomen
Palpasi : teraba massa yang keras dibagian kuadran 8 dan 9 pada abdomen,
tidak ada nyeri tekan
Perkusi : terdengar timpani, dullnes pada area hepar
Auskultasi : bising usus halus(+), frekuensi: 6x/menit.
6. Genitalia
Terpasang foley cateter, jumlah urin ±100 cc.
7. Kaki
Tidak ada fraktur, tidak ada oedema, tidak ada lesi, CRT < 3 detik.
8. Punggung
Tidak terdapat pada kelainan punggung
d. Pemeriksaan Laboratorium (17-03-2019)
- Hematologi
- Darah lengkap
 Hemoglobin = 12.6 g/dl (L) N= 14.0-18.0
 Leukosit = 18.39 /µL (H) N= 4.80-10.80
 Trombosit = 205 /µL N= 150--450
 Eritrosit = 4.07 /µL (L) N= 4.70-6.10
 Hematocrit = 40.8 % (L) N= 42-52
 MCV = 100.2 Fl (H) N= 79-99
 MCH = 31 pg N= 27-31
 MCHC =30.9 g/dl (L) N= 33-37
 RDW-CV = 14.3 % N= 11.5-14.5
 RDW-SD = 53.6 fl (H) N= 35-47
 PDW = 10.0 fl N= 9-13
 MPV = 9.9 fl N= 7.2-11.1
 P-LCR = 22.1% N= 15-25
- Hitung jenis
 Basophil = 0.0 % N= 0-1
 Eosinofil = 0.0 % (L) N= 2-4
 Neutrofil = 97.3% (H) N= 50-70
 Limfosit =1.2% (L) N= 25-40
 Monosit = 1.5% (L) N= 2.0-8.0
- Hemostasis
 PT = 16.0detik(H)N= 11.6-14.5
 INR = 1.25 detik (H) N= < 1.2
 APTT = 35.2 detik N=28.6-42.2
- Imunologi
 HbSAg = Nonreaktif Nonreaktif
- Analisa gas darah
 Ph =7.39 N=7.35-7.45
 PCO2 =44 mmHg N=34-45
 PO2 =60 mmHg (L) N= 80-100
 HCO3 = 27 mmol/L (H) N=15-41
 SO2C = 90% (L) N= > 95
- Elektrolit
 Na+ = 134 mmol/L (L) N= 135-145
 K+ = 5.6 mmol/L (H) N= 3.5-5.5
 Calsium = 1.03 mmol/L N= 0.90-1.08
 Lactat = 1.1 mol/L N= 0.2-15.0
e. Medikasi

Nama obat Dosis Jalur Kegunaan

Pre operasi

Infus RL 1 Kolof (20tpm) IV Sebagai sumber elektrolit dan air


untuk hidrasi

Tramadol 1 ampul IV Menangani nyeri sedang hingga

berat

Post operasi

Ceftriaxone 2x1 gr Oral Menghambat pertumbuhan bakteri

atau membunuh bakteri dalam

tubuh

Metronidazole 3x500 mg IV Mengobati berbagai macam infeksi

yang disebabkan mikroorganisme

protozoa dan bakteri anaerob

Ketorolak 2x1 ampul IV Meredakan nyeri pasca operasi

OMZ 1x40 mg IV Mengatasi nyeri lambung

Analisa Data
Pre Operasi
No DATA ANALISA MASALAH

KEPERAWATAN

1. Data Subjektif Kolon sinistra Nyeri akut


Tn.SM mengatakan (kolon tranversum,
nyeri yang terasa kolon desenden,
sejak 2 hari yang sigmoid)
lalu.
P: Nyeri dirasakan
pada bagian perut
Terjadi lesi
Q: Nyeri seperti
tertusuk benda Masa polypoid
tajam
berkembang
R: Nyeri menjalar
sampai ke bagian
Penyempitan
pinggul
S: Skala nyeri 5 lumen
T: Nyeri dirasakan
hilang timbul Obstruksi lumen

Data Objektif Nyeri akut


Pasien tampak
meringis kesakitan
TD 100/42 mmHg,
HR 54x/i, RR 20
x/i dan suhu
36,3oC.

2. Data Subjektif Perporasi colon Ansietas


- Tn.SM sigmoid
mengatakan
cemas karena Dilakukan tindakan
akan dilakukan laparatomy
operasi
Kurang
- Tn.SM
pengetahuan dan
mengatakan
perubahan status
takut bahwa
kesehatan
penyakitnya
tidak sembuh Ansietas
dan menanyakan
kemungkinan
apa yang akan
terjadi setelah di
lakukan operasi
- Tn.SM juga
bertanya terkait
jumlah penderita
penyakit yang
dialaminya.

Data Objektif
- Tn.SM tampak
cemas dan
gelisah ketika
Diagnosa Keperawatan Pre Operasi
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis: perforasi colon sigmoid
2. Ansietas b.d perubahan dalam status kesehatan dan kurangnya informasi
Rencana Asuhan Keperawatan Pre Operasi

No Diagnosa NOC NIC

Nyeri akut b.d NOC NIC


Pain Management
agen cidera - Pain level - Lakukan pengkajian nyeri
- Pain control secara komprehensif
biologis: - Comfort level termasuk lokal,
Kriteria Hasil: karakteristik, durasi,
perforasi colon
- Mampu mengontrol nyeri (tahu frekuensi, kualitas, dan
sigmoid penyebab nyeri, mampu faktor presipitasi
menggunakan teknik - Observasi reaksi nonverbal
nonfarmakologi untuk dari ketidaknyamanan
mengurangi nyeri, mencari - Gunakan Teknik
bantuan) komunikasi terapeutik
- Melaporkan bahwa nyeri untuk mengetahui
berkurang dengan pengalaman nyeri pasien
menggunakan manajemen nyeri - Kaji kultur yang
- Mampu mengenal nyeri (skala, mempengaruhi nyeri
intensitas, frekuensi, dan - Evaluasi pengalaman nyeri
tandanyeri) masa lampau
- Menyatakan rasanyaman - Bantu pasien dan keluarga
setelah nyeri berkurang untuk mencari dan
menemukandukungan
- Control lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
interpersonal)
- Ajarkan tentang Teknik non
farmakologi
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan
control nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
Analgesic Administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesic yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesic ketika
pemberian lebih dari satu
- Tentukan pilihan analgesic
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
- Tentukan analgesic pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
- Pilih rute pemberian IV,
IM, untuk pengobatan nyeri
secara teratur
- Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
- Berikan analgesic tepat
waktu terutaman yeri hebat
- Evaluasi efektifitas
analgesic, tanda dan gejala.
Ansietas b.d Anxiety level - Kaji tanda verbal dan
Kriteria Hasil: nonverbal
perubahan
- Pasien menggunakan teknik - Gunakan pendekatan yang
dalam status relaksasi untuk penurunan menenangkan (komunikasi
kesehatan dan cemas trapeutik dengan tekhnik
- Pasien melaporkan secara sentuhan)
kurangnya
verbal bahwa kecemasan - Dorong pasien untuk
informasi berkurang mengungkapkan perasaan,
- Postur tubuh, ekspresi wajah, ketautan, persepsi
dan bahasa tubuh menunjukkan - Jelaskan semua prosedur,
berkurangnya kecemasan apa yang dirasakan selama
operasi, dan perjalanan
penyakit
- Instruksikan pasien
menggunakan tekhnik
relaksasi dan distraksi
(Ajarlan tehnik relaksasi
napas dalam, dan
instruksikan untuk berdoa
atau berdzikir).

Catatan Keperawatan Dan Perkembangan Pre Operasi

Hari/tgl Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi


Senin, 18 Nyeri akut 10.50 - Mengobservasi reaksi 11.20 WIB
Maret WIB nonverbal dari Subjektif:
2019 b.d agen ketidaknyamanan Pasien mengatakan
10.55 - memonitor tanda-tanda
masih terasa nyeri
cidera vital
10.59 - Mengajarkan tentang namun sudah berkurang
biologis: teknik non farmakologi skala nyeri 4.
yaitu teknik nafas
perforasi dalam Objektif:
11.05 - Mengevaluasi Pasien kesadaran CM,
colon keefektifan control GCS 15. Pasien terlihat
nyeri
tenang, tetapi masih
sigmoid 11.10 - Menganjurkan untuk
meningkatkan istirahat terbaring lemah,.
TD 100/60 mmHg, HR
56x/i, RR 20 x/i dan
suhu 36,3oC

Analisa:
Nyeri akut belum
teratasi.

Planning:
Intervensi dilanjutkan
diruangan, kolaborasi
pemberian analgetik
Berikan analgetik sesuai
anjuran dokter.

Senin, 18 Ansietas b.d 10.52 - Menggunakan 11.25 WIB


Maret WIB pendekatan yang Subjektif:
2019 perubahan menenangkan (dengan - Tn.SM mengatakan
memberikan sentuhan bahwa rasa cemasnya
dalam status
terapeutik untuk berkurang karena
kesehatan menenangkan pasien sudah mengetahui
yang tampak tegang dan prosedur tindakan
dan gelisah) operasi, tentang
11.00 - Menjelaskan dan penyakit yang
kurangnya memberikan informasi dialami dan jumlah
terkait tindakan operasi penderita perforasi
informasi
dan tentang perforasi colon sigmoid
colon sigmoid - Tn.SM mengatakan
- Menjelaskan terkait akan selalu optimis
anestesi dalam dengan operasi yang
menurunkan akan ia jalani karena
kesadaran saat tidak hanya Tn.SM
operasi yang mengalami
- Menjelaskan penyakit ini
definisi, - Tn.SM mengatakan
epidemiologi akan mempraktekkn
penderita perforasi teknik relaksasi
colon sigmoid, dan napas dalam untuk
perjalanan penyakit memberikan
- Meyakinkan bahwa
ketenangan
tidak hanya pasien
yang mengalami
Objektif:
penyakit seperti ini
- Tn.SM tampak
- Mengajak berbincang mendengarkan
11.10 penjelasan mengenai
terkait pengalaman
hidup pasien untuk penyakitnya dengan
mengurangi rasa cemas seksama
pasien - Tn.SM tampak
- Menginstruksikan senang setelah
11.15 mengetahui tentang
pasien berdzikir dan
berdoa jumlah penderita
penyakit yang sama
dengannya
- Tn.SM tampak
mempraktekkan
teknik relaksasi
napas dalam,
berdzikir dan berdoa
- Tn.SM tampak lebih
tenang

Analisa:
Masalah keperawatan
teratasi

Planning:
Pasien dibawa keruang
OK

INTRA OPERASI
Pada pukul 11.45 WIB pasien dilakukan anastesi dengan jenis anastesi yaitu

general anastesi dan pada pukul 11.50 WIB pasien dilakukan tindakan laparatomy dan

eksplorasi karena dugaan awal dokter adalah pasien mengalami penyakit peritonitis ec

perforasi gaster. Kelengkapan tim operasi terdiri dari 1 orang dokter operator dan 3

orang asisten dokter operator, 1 orang dokter anastesi, 2 orang penata anastesi dan 1

orang perawat sirkuler. Posisi saat dilakukan tindakan laparatomy adalah supinasi dan

bagian tubuh yang tidak mempengaruhi operasi ditutup dengan kain steril sedangkan

bagian abdomen dibersihkan terlebih dahulu menggunakan cairan aseptik dan juga

dibersihkan dengan menggunakan betadine. Tanda tanda vital pasien stabil saat

operasi berlangsung hingga selesai operasi pada pukul 14.20 WIB, ditandai dengan

TD :105/56 mmHg, HR : 54 x/menit, SpO2 : 100%.


Saat dilakukan laparotomy dan di eksplorasi bagian abdomen pasien

didapatkan bahwa gaster pasien tidak mengalami suatu masalah, sehingga dokter dan

perawat yang sedang melakukan operasi mencari lagi sumber dari penyakit pasien dan

didapatkan bahwa kolon sigmoid pasien mengalami gangren dan tinja pasien sudah

berserakan dalam rongga abdomen. Karena kolon sigmoid pasien sudah mengalami

gangren dan tidak memungkin kan untuk defekasi melalui anus seperti biasanya

makan dipanggil keluarga pasien untuk persetujuan melakukan tindakan colostomy

dengan indikasi perforasi colon sigmoid. Setelah mendapat persetujuan dari keluarga

pasien maka dilakukan tindakan colostomy dan membersihkan rongga abdomen

pasien dari tinja yang sudah berserakan tersebut. Tinja yang dijumpai pada rongga

abdomen pasien seperti tinja pada umumnya, berwarna kuning dan keras dengan

ukuran ± sekepalan tangan orang dewasa. Bagian colon pasien yang mengalami

gangren diambil sedikit ± 3x1 cm untuk pemeriksaan PA. Setelah dilakukan

laparatomy dan pembuatan colostomy maka abdomen pasien kembali dijahit dan
setelah operasi pasien dan tanda-tanda vital pasien stabil maka pasien dipindahkan ke

recovery room dengan menggunakan bed transfort.

Pengkajian Primer Intra Operasi

Airway : Jalan napas terpasang ETT no 6,5 dan OPA no 9

Breathing : Pernafasan kontrol ventilator

Circulation : IVFD RL 1000 cc, Output pendarahan  300 cc dan urin  500 cc, NaCl

untuk pembersihan 10 L, akral teraba dingin, CRT > 2 detik

0 (menit) 30 (menit) 60 (menit) 90 (menit) 120 (menit)

TD (mmHg) 100/60 105/57 97/54 94/60 100/60


Nadi (x/menit) 56 59 54 61 64
SpO2 (%) 100 100 100 100 100

Disability : Koma reversible (pengaruh anastesi)

Exposure : Terdapat luka insisi vertical diatas simfisis pubis sampai dengan 3 jari

diatas umbilikus 15 cm

Folley Kateter : Terpasang kateter dengan produksi  500 cc dalam 2 jam

Gastric Tube : Tidak terpasang NGT

Heart Monitor : Terpasang heart monitor dengan TD :122/53 mmHg, HR :52x/i, RR :23
x/i, suhu :35,5oC.dengan bantuan ventilator.

POST OPERASI
A. Pengkajian
Keadaan Umum

Pada pukul 14:20 WIB pasien dipindahkan dari ruangan OK ke ruangan

recovery room dengan aldert score 10 menit pertama post op: aktivitas (0), respirasi

(1), sirkulasi (1), kesadaran (0), saturasi oksigen (1), sehingga total modified aldert

score 3. Kulit pasien teraba dingin, pucat, CRT > 2 detik dan pasien tampak

menggigil, tidak ada sianosis, pernapasan dangkal dan lambat, terdengar suara

gurgling, pendarahan intra operatif  300 cc, terdapat luka insisi bagian abdomen  20
cm. TTV dimenit pertama TD: 122/53 mmHg, HR: 52 x/menit, SpO2: 97%, T: 35,5

C, RR: 23x/menit.

Pengkajian primer post operasi

Airway : jalan nafas paten, bersih, tidak ada sumbatan jalan


nafas
Breathing : pernafasan spontan, tidak ada pernafasan cuping hidung,
terdapat selang NGT pada hidung pasien, pasien
menggunakan oksigen NRM 10 L/m RR 23 x/i
Circulation : CRT < 2 Detik, akral hangat, konjungtiva anemis (-), kulit
bagian perifer terlihat merah
Disability : Alderate Score dari ruangan OK ke RR : 2, alderate Score dari
ruangan RR ke ruang rawat inap : 9 pupil isokor, refleks
terhadap cahaya (+/+), tidak ada kelemahan ektremitas
Exprossure : pasien terpasang infus Syiringe 20 tpm pada bagian
ekstremitas bagian atas pada bagian dextra. Kekuatan otot
pasien yaitu (5/5)
Folley Kateter : pasien terpasang kateter urine dengan haluaran urine 250 cc
Gastric tube : pasien terpasang NGT
Heart monitor : heart monitor stabil, HR dalam batas normal (90 x/i)

Analisa Data
No DATA ANALISA MASALAH

KEPERAWATAN

1. Data Subjektif: Prosedur Ketidakefektifan bersihan


Pasien dalam pembedahan jalan napas
pengaruh anastesi ↓
Anastesi general
Data Objektif: ↓
- pasien terpasang Pemasangan Gudel
nRM 8 L dan respon tubuh
- pernapasan terhadap benda
dangkal dan asing
lambat ↓
- terdapat bunyi Penimbunan sekret
napas tambahan dan perubahan
gurgling frekuensi
- Hemodinamik: pernapasan
TD: 154/72
mmHg
N: 52 x/menit
SpO2: 100%
S: 35,5 C
RR: 23 x/menit

2. Data Subjektif Prosedur Hipotermi


Tn.SM mengatakan pembedahan
kedinginan ↓
Anastesi general
Data Objektif ↓
Tn.SM tampak Perlambatan kerja
menggigil, kulit saraf efek anatesi
termasuk dalam
teraba dingin,
termoregulasi
tampak pucat CRT ↓
> 2 detik Kegagalan
TD :122/53 mmHg, termoregulasi
HR :52x/i ↓
RR :23 x/i dan Hipotermi
suhu :35,5oC.

3. Data Subjektif Prosedur Resiko Infeksi


- pembedahan
Data Objektif
- Terdapat luka
gangren pada Insisi
colon sigmoid
Paparan
dengan luka ±
lingkungan
25 cm
- terdapat tinja Resiko infeksi
berserakan di
rongga
abdomen
- tinja padat
sebesar kepalan
tangan dewasa
- Pasien
dilakukan
laparotomy
- Tampak luka
insisi
laparotomy
- Pasien
dilakukan
pembuatan
lubang stoma di
perut bagian
kiri dan
terpasang
kolostomi
- TD :122/53
mmHg
- HR :52x/i
- RR :23 x/i
- suhu :35,5oC.

Diagnosa Keperawatan Post Operasi

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan efek anastesi dan

penumpukan secret

2. Hipotermi berhubungan dengan efek anastesi dan lingkungan

3. Resiko Infeksi b.d prosedur invasif

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa NOC NIC

1 Ketidakefektifa Status pernafasan: Kepatenan jalan 1. Buka jalan napas, gunakan


n bersihan jalan nafas teknik chin lift
nafas 2. Posisikan pasien untuk
berhubungan Kriteria Hasil: memaksimalkan ventilasi
dengan efek - Menunjukkan frekuensi 3. Lakukan suction jika perlu
anastesi pernapasan dalam rentang 4. Kolaborasi pemberian
normal (16-20 x/menit) oksigen
- Menunjukkan irama pernapasan 5. Auskultasi suara napas,
yang normal catat adanya suara napas
- Menunjukkan kemampuan tambahan
mengeluarkan sputum 6. Monitor kecepatan, irama,
- Menunjukkan tidak ada suara kedalaman, dan kesulitan
napas abnormal bernapasa
- Tidak ada dispnea 7. Monitor pola pernapasan
(misal bradipneu, takipneu,
hiperventilasi, kusmaul)
8. Motivasi pasien untuk
bernapas pelan, dalam, dan
batuk
9. Buang sekret dengan
memotivasi klien untuk
melakukan batuk efektif
2 Hipotermi Termoregulasi 1. Monitor suhu tubuh,
berhubungan Kriteria Hasil: menggunakan alat pengukur
dengan efek 1. Suhu tubuh, nadi, dan RR dan rute yang paling tepat.
anastesi dan dalam rentang normal 2. Monitor TD, Nadi, RR
lingkungan 2. Tidak ada sianosis 3. Monitor warna dan suhu
3. Pasien tidak tampak kulit
menggigil 4. Berikan pemanas eksternal
aktif (misal botol yang
diberi air hangat, selimut
hangat, lampu radiasi, dan
pemanas udara)
5. Monitor adanya gejala-
gejala yang berhubungan
dengan hipotermia ringan
(misal takipnea, menggigil,
hipertensi, dan diuresis),
hipotermia berat (misal
oliguria, tidak ada refleks
neurologi, edema paru, dan
ketidaknormalan asam
basa).
6. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negative dari kedinginan
3 Resiko Infeksi NOC NIC
- Immune status Infection control (Kontrol
b.d prosedur - Knowledge infection control infeksi)
- Risk control - Bersihkan lingkungan
invasif Kriteria hasil: setelah dipakai pasien lain
- Klien bebas dari tanda dan - Pertahankan teknik isolasi
gejala infeksi - Batasi pengunjung bila
- Mendeskripsikan proses perlu
penularan penyakit, faktor yang - Intruksikan pada
mempengaruhi penularan serta pengunjung untuk mencuci
penatalaksanaanya tangan saat berkunjung dan
- Menunjukknkemampuan untuk setalah berkunjung
mencegah timbulnya infeksi meninggalkan pasien
- Jumlah leukosit dalam batas - Gunakan sabun
normal antimikroba untuk cuci
Menunjukkan perilaku hidup sehat tangan
- Cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan
- Pertahankan lingkungan
aseptic selama pemasangan
alat
- Tingkatkan intake nutrisi
Instruksikan pasien untuk
minum antibiotic sesuai
resep

CATATAN KEPERAWATAN DAN PERKEMBANGAN

Hari/tgl Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi


Senin, Ketidakefektif 14.28 1. Memposisikan pasien head thin chin 15.35 WIB
18 an bersihan WIB lift untuk memaksimalkan ventilasi Subjektif:
Maret jalan nafas (Posisi menengadah dengan Pasien
2019 berhubungan meletakkan botol aquades 1000 cc mengatakan
dengan efek dibawah scapula) tidak sesak
anastesi 14.30
2. Memberian oksigen (NRM 8 liter Objektif:
sebelum pasien sadarkan diri) - Pernapasan
14.33 bersih (tidak
3. Kolaborasi melakukan suction untuk terdengar
mengeluarkan sekret lagi suara
gurgling),
14.40 jalan napas
4. Memonitor respirasi dan status O2 paten.
setiap 15 menit - Tidak ada
sianosis
- TTV dalam
Waktu SpO2 RR batas normal
(menit) TD: 122/53
mmHg
15 84 23 N:
88x/menit,
30 88 20
RR:
45 89 24 18x/menit,
SpO2: 98%,
60 100 18 S: 37,1C
75 98 18
Analisa:
Masalah
teratasi

Planning:
Intervensi
dilanjutkan di
ruangan:
- Auskultasi
suara napas,
catat
adanya
suara napas
tambahan
- Lakukan
suction jika
perlu
- Motivasi
pasien
untuk
bernapas
pelan,
dalam, dan
batuk

Senin, Hipotermi 14.40 1. Memonitor suhu setiap 15 menit 15.40 WIB


18 berhubungan WIB Subjektif:
Maret dengan efek Tn.SM
0 15 30 45 60 75
2019 anastesi dan mengatakan
lingkungan T 35, 5 35,8 36,2 36,8 36,9 37,1 bahwa tidak
kedinginan lagi
14. 42
2. Memberikan selimut elektrik (T: 40 Objektif:
C) dan selimut kain Tn.SM tampak
14.48 tidak
3. Memonitor suhu dan warna kulit menggigil,
(Suhu dalam batas normal, tidak ada kulit teraba
sianosis) hangat, tidak
14.50 ada tanda-
4. Mengatur suhu ruangan (Suhu tanda sianosis
ruangan 25 C) TD: 122/53
mmHg, N:
87x/menit, RR:
18x/menit, S:
37,1 C

Analisa:
Masalah
Hipotermi
teratasi

Planning:
Lanjutkan
intervensi saat
pindah
diruangan
- Monitor
suhu tubuh
- Monitor
TTV
- Berikan
pemanas
eksternal
- Monitor
adanya
gejala-
gejala yang
berhubunga
n dengan
hipotermia
ringan
Senin, Resiko Infeksi 14.42 1. Membatasi pengujung 15.45 WIB
18 b.d prosedur 14.45 2. Mengintruksikan pada keluarga Subjektif:
Maret invasif pengunjung untuk mencuci tangan Pasien
2019 saat berkunjung dan setalah mengatakan
berkunjung meninggalkan pasien sakit pada
14.47
3. Mengintruksikan pada keluarga bagian luka
unakan sabun antimikroba untuk cuci yang dijahit
tangan
14.52 4. mempertahankan lingkungan aseptic
selama pemasangan alat Objektif:
5. Mengistruksikan pasien untuk tampak
15.05 minum antibiotic sesuai resep meringis
TD 100/65
mmHg, HR
58x/i, RR 20
x/i dan suhu
35,6 oC

Analisa:
Resiko Infeksi
belum teratasi

Planning:
Intervensi
dilanjutkan
diruangan,
membatasi
pengunjung,
cuci tangan
setiap sebelum
dan setelah
tindakan
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bagian ini penulis akan membahas beberapa hal yang mendukung maupun

menghambat kelancaran proses keperawatan serta mencari alternatif pemecahan masalah agar

tindakan keperawatan lebih terarah dan mencapai tujuan semaksimal mungkin. Penerapan

asuhan keperawatan pada pasien dilakukan secara menyeluruh dan memiliki rangkaian yang

tidak dapat dipisahkan. Penulis akan membahas sesuai dengan proses keperawatan yang

dimulai dari tahap pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, merumuskan proses

perencanaan atau intervensi, pelaksanaan atau implementasi, dan evaluasi keperawatan.


A. Pengkajian
Pengkajian telah dilakukan pada Tn. SM pada tanggal 18 Maret 2019. Pasien

didiagnosa menderita peritonitis ec perforasi colon sigmoid dengan rencana tindakan

laparatomi + eksplorasi dan tindakan colostomy. Hasil pengkajian tentang riwayat

kesehatan masa lampau didapatkan bahwa ±2 tahun yang lalu pasien pernah dilakukan

operasi prostat dengan TURP. Pasien juga memiliki riwayat sakit asam urat dan pasien

rutin meminum obat asam urat yang dibeli di warung-warung dekat dengan rumah

pasien, selain itu pasien dari usia muda jarang mengkonsumsi minum air putih sehingga

pasien juga memiliki riwayat susah BAB dan BAB sering berdarah.
Sulit BAB merupakan suatu tanda terdapatnya infeksi bakteri pada bagian

abdomen (Muttaqin & sari, 2011). Infeksi bakteri akan menyebabkan terjadinya

peritonitis. Bakteri yang paling sering mucul adalah E. Coli sehingga kontaminasi bakteri

ini akan memperberat peritonitis yang akan menyebabkan perforasi organ-organ salah

satunya perforasi colon sigmoid (Muttaqin & Sari, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh

Japanesa, dkk (2014), mengatakan bahwa peritonitis paling banyak disebabkan oleh

akibat perforasai pada bagian organ dalam abdomen, salah satunya perforasi colon, yaitu

48 kasus dari 120 kasus. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada

rumah sakit Hamburg-Altona, Jerman ditemukan 73% penyebab tersering peritonitis


adalah perforasi. Berdasarkan pemaparan teori diatas, penulis berpendapat bahwa

peritonitis yang terjadi pada Tn.SM disebabkan oleh infeksi bakteri yang mengakibatkan

terjadionya perforasi pada colon sigmoid.


Hasil pengkajian selanjutnya didapatkan bahwa abdomen tampak bengkak dan

teraba massa yang keras dibagian kuadran 8 dan 9, terdapat distensi abdomen dan bising

usus menurun dan terdengar lemah yaitu 6 x/menit. Keluhan adanya abdomen tampak

bengkak, teraba massa yang keras dibagian kuadran 8 dan 9, terdapat distensi abdomen

dan bising usus menurun dan terdengar lemah merupakan salah satu dari tanda dan gejala

peritonitis (Kowalak & Hughes, 2010). Setelah dilakukan tindakan laparatomy dengan

eksplorasi didapatkan bahwa terdapat tinja dirongga abdomen. Tinja yang didapatkan

bewarna kuning, keras dan sebesar kepalan tangan orang dewasa, sedangkan pada bagian

usus yang ganggren diambil sekitar 3x1 cm diambil untuk pemeriksaan PA.

Вам также может понравиться