Вы находитесь на странице: 1из 4

BAB IV Isi dan Pembahasan

1.2.Panen Mikroalga C. Protothecoides


Mikroalga C. Protothecoides akan siap panen ketika mamasuki usia 144 jam
terhitung dari awal penambahan mikroalga kedalam kultivasi. Pada usia tersebut,
sel heterotropik C. Protothecoides yang berada didalam kultivasi erlemenyer flask
dan substrat CPH telah mencapai nilai konsenterasi biomassa maksimum sebesar
3,92 g/L (H Xu et al, 2006).
Mikroalga c. protothecoides dipanen menggunakan prinsip wet route. Wet
route adalah proses panen mikroalga yang diganggu untuk mendapatkan produk
intraseluler(Rahul et al, 2018). Kata”diganggu” memmiliki arti bahwa c.
protothecoides yang dipanen masih berebentuk bubuk basah dan belum kering
sepenuhnya. Proses memanen sel mikroalga dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pra-
harvesting dan harvesting. Pra-harvesting atau screening adalah tahap pemisahan
awal c. protothecoides dengan substrat dengan cara disaring (A.I Barros et al,
2014). Pada tahap ini, sel c. protothecoides disaring menggunakan alat
microstrainer dengan bukaan penyaring berukuran 3-30 mikrometer. Setelah
melalui tahap penyaringan, c. protothecoides sebagai residu akan diteruskan
ketahap harvesting. Harvesting adalah proses inti dari panen mikroalga. Dari proses
ini, mikroalga c. protothecoides akan menjadi kering dengan kandungan air yang
sangat sedikit. Proses ini juga rentan memengaruhi konten lipid dari mikroalga jika
terjadi kerusakan sel c. protothecoides. Untuk menghindari hal tersebut, diperlukan
pemilihan metode harvesting yang tepat dengan mempertimbangkan level
kelembapan, konsenterai garam, densitas, dan ukuran sel agar tidak ada sel yang
rusak selama proses harvesting. Centifugation merupakan metode harvesting
terbaik yang memiliki kelebihan proses yang cepat, effisiensi tinggi, dan cocok
dengan mayoritas mikroalga (A.I Barros et al, 2014). Selanjutnya, sel-sel c.
protothecoides kering berbentuk bubuk dibilas kembali menggunakan air aquades
untuk menghilangkan sisa-sisa bahan kimia substrat yang masih menempel. Bubuk
c. protothecoides basah inilah yang menjadi bahan baku utama pembuatan
biodiesel.

1.3.Ekstraksi Minyak c. protothecoides


Minyak atau asam lemak yang terkandung dalam mikroalga c. protothecoides
adalah bahan baku utama dalam pembuatan biodiesel. Minyak ini diekstrak dari sel-
sel c. protothecoides berbentuk bubuk basah melalui metode microwave assisted
extraction (MAE). MAE adalah metode ekstraksi menggunakan bantuan
gelombang microwave untuk mempercepat reaksi selektif melalui pemanasan
pelarut secara cepat dan efisien (Jain et al, 2009). Panas radiasi gelombang mikro
memanaskan dan menguapkan air sel bahan. Tekanan pada dinding sel meningkat.
Akibatnya, sel membengkak (swelling). Tekanan mendorong dinding sel dari
dalam, meregangkan, dan memecahkan sel tersebut (Calinescu et al., 2001).
Rusaknya matrik bahan mempermudah senyawa target (dalam hal ini minyak)
keluar dan terekstraksi (Jain et al., 2009). Keuntungan dari penggunaan metode ini
adalah tingginya kuantitas dan kualitas minyak yang dihasilkan serta waktu
ekstraksi yang singkat (M. Mubarak et al, ).
Ekstraksi minyak mikroalga c. protothecoides berjalan dengan
menggunakan pelarut berupa kloroform dan methanol. Larutan pelarut dibuat
dengan mencampurkan larutan kloroform dan methanol dengan rasio perbangingan
1:1. Selanjutnya, bubuk basah c. protothecoides di larutkan kedalam pelarut dengan
rasio perbandingan pelarut dan bubuk c. protothecoides 40:1. Proses ekstraksi 200
mg bubuk basah c. protothecoides yang dilarutkan dalam 8 mL pelarut dengan
pengaturan microwave 254 W selama 4 menit telah dapat mengektraksi 17% dari
berat kering lemak (Rahul et al, 2018). Dengan mengubah sedikit pengaturan pada
microwave, seperti menaikkan suhu pada 95oC dan waktu ekstraksi selama 30
menit, maka minyak c. protothecoides dapat terekstraksi hingga 77% dari konten
minyak total.
1.4.Produksi Biodiesel
Minyak mikroalaga yang telah di ekstrak dari sel-sel c. protothecoides
selanjutnya akan dirubah menjadi biodiesel dengan reaksi transesterifikasi asam.
Minyak mikroalga direaksikan dengan methanol pada suhu 30oC dengan rasio
perbandingan molar methanol dengan oil 56:1 (Xu et al, 2006). Reaksi ini
berlangsung bantuan asam sulfat sebagai katalis dan pemberi suasana asam. Berat
katalis yang disesuaikan dengan berat minyak yang direaksikan dengan
perbandingan 1:1 (Xu et al, 2006). Reaksi berlangsung selama 4 jam dan
menghasilkan produk berupa asam lemat metil ester (biodiesel) serta menurunkan
specific gravity dari 0,912 ke 0,864 (Xu et al ,2006)

Gliserol kemudian akan dipisahkan dari metil ester di separator, sedangkan


metil ester melanjutkan ke proses penghilangan methanol dengan metode ekstraksi
cair-cair.

Metil ester yang sudah terekstraksi dari pelarut methanol selanjutnya


dinetralkan dan dicuci menggunakan air dan alkali. Alkali berfungsi untuk
menaikkan pH biodiesel agar mencapai pH standar dengan nilai 7. Pencucian
dengan air berfungsi untuk menghilangkan katalis, gliserol, dan methanol yang
tersisa pada metil ester (Lynn et al, 2006). Setelah itu, air bekas cucian dipisahkan
dari metil ester menggunakan corong pisah. Pada tahap terakhir, metil ester di
keringkan untuk menghilangkan kandungan air dengan cara dipanaskan pada suhu
100oC selama 5 menit hingga air menguap. Hingga kemudian jadilah biodiesel
dengan spesifikasi :

Вам также может понравиться