Вы находитесь на странице: 1из 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM PENCERNAAN : GASTROENTERITIS
DI RUANG PAVIO A RSUD KOTA BOGOR

Sovia Nuraliah
09160000090

PROGAM STUDI SI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN: GASTROENTERITIS
DI RUANG PAVIO A RSUD KOTA BOGOR

Telah Disyahkan
Pada tanggal:

Mengetahui :

Pembimbing Akademik Pembimbing


Klinik

(………………………..) (………………………)

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
2018-2019
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTERITIS
DI RUANG FLAMBOYAN RSUD KOTA BOGOR

A. PENGERTIAN
Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan
baik oleh virus maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006).
Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau
bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya
(Mansjoer, 2006).
Gastroentritis ( GE) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan
usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah
(Capernito,2007).

Diare adalah dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari
3x per hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200gr/hari) dan konsistensi
feses cair. (Smeltzer,2001).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang
disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang
patogen (Whaley & Wong’s,2007).
Dapat disimpulkan gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada
lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih
banyak (lebih dari 3x perhari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200gr/hari)
dan konsistensi feses cair dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan
parasit yang patogen.
B. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi
 Infeksi bakteri :
Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigelia Compylobacter, Yersina,
Aeromonas, dan sebagainya.
 Infeksi virus :
Eterovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis), Adenovirus, Rotavirus,
Astrovirus, dan lain-lain.
 Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris, Strongyloides),
protozoa (Entamoeba Hstolitica, Glardialambia, Trichomonas Hominis).
2. Faktor malabsorbsi: Malabsorbsi karbohidrat, lemak, atau protein.
3. Faktor makanan, Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
4. Factor psikologis, Rasa takut dan cemas.
5. Imunodefisiensi, Dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri.
6. Infeksi terhadap organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang
tenggorokan.
C. MANIFESTASI KLINIKS
1. Diare.
2. Muntah.
3. Demam.
4. Nyeri Abdomen
5. Membran mukosa mulut dan bibir kering
6. Fontanel Cekung
7. Kehilangan berat badan
8. Tidak nafsu makan
9. Lemah
D. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang
terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan
akibat dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan
keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke
lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan
maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang
adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus,
Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,
Salmonella, Escherichia coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,
Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan
infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau sitotoksin dimana
merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang
lainnya.

Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan


minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare
adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan
sehingga timbul diare).

Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,


sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis
Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.
E. PHATWAY

Factor makanan (makanan Factor infeksi Factor malabsorpsi


basi, beracun, alergi (bakteri dan virus) (karbohidrat, protein,
makanan) lemak)

Masuk kedalam tubuh Makanan tidak


diserap oleh villi usus

Mencapai usus halus Infeksi usus halus


Peningkatan tekanan
osmotic dalam lumen
Menstimulus dinding usus
usus halus Malabsorpsi
makanan dan
cairan
Peningkatan isi
(rongga) lumen usus

Hiperperistaltik

Peningkatan percepatan kontak makanan dan air dengan mukosa usus

Penyerapan makanan, air,elektrolit terganggu

GEA

Output cairan dan


elektrolit berlebihan Muntah dan
sering defekasi Refleks spasme otot
dinding perut
Dehidrasi
Intake tidak
Sirkulasi darah adekuat Nyeri akut
menurun

Hipertermihipotalamus
Merangsang Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Resiko tinggi
kekurangan volume
cairan
F. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita
diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan jumlah
cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).

b. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994
dalam Wicaksono, 2011)

Ada 2 jenis cairan yaitu:


1. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-
ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20
g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90
mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L
(Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral:

a. Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan


glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.

b. Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen


di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di
rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.

2. Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan


rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini,
setiap jam perlu dilakukan evaluasi:
a. Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b. Perubahan tanda-tanda dehidrasi.
2. Obat-obatan (Antibiotik)
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien
dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,,
leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan,
persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong,
dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare
Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral
4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin
500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral
atauIV).
Obat Anti Diare : loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin
sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid
2-4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat
tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan
sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi
diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat
mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala
demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.
3. Diatetik (pemberian makanan)
Pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan:
memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin,
mineral dan makanan yang bersih.

G. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas klien : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnose medis
b. Keluhan utama : Feses semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air
dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Turgor kulit
berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB lebih
dari 4 kali dengan konsistensi encer.
c. Riwayat penyakit saat ini : buang air besar lebih dari 3 hari disertai nyeri
perut.
d. Riwayat penyakit sebelumnya : alergi akibat penggunaan obat dan
makanan seperti obat pencahar, antibiotik dan atau mengkonsumsi
makanan yang mengandung sorbitol dan fruktosa.
e. Riwayat penyakit keluarga. : adanya riwayat keluarga yang menderita
penyakit serius seperti diabetes mellitus, hipertensi.

2. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).


a. Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya,
higienitas pasien sehari-sehari kurang baik.
b. Nutrisi metabolic : diawali dengan mual, muntah, anoreksia,
menyebabkan penurunan berat badan pasien.
c. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari,BAK sedikit atau jarang.
d. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya
nyeri akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.
e. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
f. Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi namun
kurang berkonsentrasi karena nyeri abdomen.
g. Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri
karena kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak
tercapai pada fase sakit.
h. Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus pada
penyakit.
i. Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga
dan peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.
j. Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang
berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki koping
yang adekuat.
k. Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang
sembahyang karena gejala penyakit.

3. Pemerikasaan fisik.
 Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir
kering,berat badan menurun,anus kemerahan.
 Perkusi : adanya distensi abdomen.
 Palpasi : Turgor kulit kurang elastic
 Auskultasi : terdengarnya bising usus.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan


intake makanan

3. Risiko kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering

4. Cemas b/d perubahan status kesehatan

I. RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan Reflek spasme otot pada dinding perut
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
nyeri pasien berkurang/terkontrol
Kriteria hasil :
 Pasien melaporkan hilang atau terkontrol.
 Pasien tampak rileks/mampu istirahat dengan tepat
 Pasien tidak gelisah.
Intervensi
1. Dorong pasien untuk melaporkan nyeri.
R/ : mencoba untuk mentoleransi nyeri, dari pada meminta analgesic.
2. Kaji laporan keram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya,. Selidiki
dan laporkan perubahan karakteristik nyeri.
R/ : nyeri kulit hilang timbul pada penyakit crohn. Nyeri sebelum
defekasi sering terjadi pada KU dengan tiba-tiba, dimana dapat berat dan
terus menerus. Perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukan
penyebaran penyakit/terjadinya komplikasi, misalya pistula kandung
kemih, perporasi, toksik megakolon.
3. Catat petunjuk non verbal misalnya gelisah, menolak untuk bergerak,
berhati-hati dengan abdomen, menarik diri dan depresi. Selidiki
perbedaan penunjuk verbal dan non verbal.
R/ : bahasa tubuh/petunjuk non verbal dapat secara psikologis dan
visiologis dan dapat digunakan pada hubungan petunjuk verbal untuk
mengidentifikasi luas dari beratnya masalah.
4. Kaji ulang factor-faktor yang meningkatkan atau menghilangkan nyeri.
R/ : dapat menunjukan dengan tepat pencetus factor-factor pemberat
(seperti kejadian stress, tidak toleran terhadap makanan) atau
mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
5. Atur posisi klien senyaman mungkin
R/ : menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control.
6. Kolaborasi dalam pemberikan obat analgetik sesuai indikasi.
R/ : nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan
untuk memudahkan istirahat ade kuat dan penyembuhan. Catatan :
kopiat harus digunakan dengan hati-hati karena dapat menimbulkan
toksik megakolon.
2. Hipertemi berhubungan dengan sirkulasi darah yang menurun
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x30 menit
diharapkan suhu tubuh pasien kembali normal
Kriteria hasil :
 Tanda-tanda vital stabil (TD : 100-120/70-90mmHg, N : 60-100x/menit,
S : 36,5-37,50C, RR : 12-24x/menit)
 Membran mukosa lembab.
 Turgor kulit baik, kulit tidak kemerahan.

Intervensi
1. Kaji tanda gejala hipertemi
R/: Dapat didentifikasi pola/ tingkat demam
2. Ajarkan klien dan keluarga pentingnya mempertahankan masukan yang
adekuat sedikitnya 2000 ml/ hari
R/: Untuk memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh klien
3. Monitor intake dan output dehidrasi
R/: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
4. Monitor suhu dan tanda vital
R/: Suhu 38,9-41,1 C menunjukkan proses penyakit infeksius akut
5. Kolaborasi dengan TIM Medis (dokter) pemberian obat antipiretik
R/: Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi centralnya pada
hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam
membatasi pertumbuhan organism, dan meningkatkan autodekstruksi
dari sel-sel yang terinfeksi.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake


tidak adekuat.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x30 menit
diharapkan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil : Intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang
disediakan, mual,muntah tidak ada.
Intervensi
1. Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.
R/: Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
2. Timbang berat badan klien.
R/: Penimbangan BB harian adalah pengawasan status cairan terbaik.
3. Kaji faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.
R/: Meminimalkan anoreksia dan mual
4. Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
R/: Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan
pemasukan juga mencegah distensi gaster
5. Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.
R/: untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan output cairan


dan elektrolit berlebihan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x30 menit
diharapkan pasien mampu mempertahankan volume cairan
adekuat
Kriteria hasil :
 Tanda-tanda vital stabil (TD : 100-120/70-90mmHg, N : 60-100x/menit,
S : 36,5-37,50C, RR : 12-24x/menit).
 Membran mukosa lembab.
 Turgor kulit membaik.
 Keseimbangan masukan dan haluaran dengan urin normal dalam
konsentrasi/jumlah (0,5-1cc/kg BB/jam).
 Mata tidak cowong.
Intervensi :
1. Kaji tanda vital (TD, nadi, suhu).
R/ : hipotensi (termasuk postural), takikardial, demam dapat
menunjukan respon terhadap dan/ atau efek kehilangan cairan.
2. Awasi masukan haluaran, karakter, dan jumlah feses ; perkirakan
kehilangan yang tak terlihat misalnya berkeringat. Ukur berat jenis urine;
observasi oliguria.
R/ : memberikan informasi tentang keseimbangan cairan. Fungsi ginjal
dan control penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian
cairan.
3. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan
turgor kulit, pengisian kapiler lambat.
R/ : menunjukan kehilangan cairan berlebih atau dehidrasi.
4. Kolaborasi
 Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
R/ : mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian
cairan untuk memperbaiki kehilangan. Catatan : cairan mengandung
natrium dapat dibatasi pada adanya enteritis regional.
 Berikan obat sesuai indikasi anti diare.
R/ : menurunkan kehilangan cairan dari usus.
 Berikan obat antiemetic misalnya trimetobenzamida (tigan) ;
hidroksin (pistaril) ; proklorperasin (kompazine).
R/ : digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada heksaserbasi
akut.
 Berikan cairan Elektrolit misalnya tambahan kalium
R/ : elektrolit hilang dalam jumlah besar, khususnya pada usus yang
gundul, area ulkus, dan diare dapat juga menimbulkan asedosis
metabolit karena kehilangan bikarbonat (HCO3).
DAFTAR PUSTAKA

Capernito. 2007. Diagnosa Keperawatan edisi 8. Jakarta : EGC.

Mansjoer Arif. 2006. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI.

Mayers,2008. Buku saku keperawatan. Edisi 2. Jakarta, EGC

Nanda Nic-Noc. 2012. Aplikasi pembelajaran.

Prasetyo. 2008. Askep pada gastroenteritis. http://smartnet-

q.blogspot.com/2008/09/asuhan-keperawatan-medikalbedah

dengan_8181.html.

Whaley & Wong’s,2007. Fisiologo manusia dan mekanisme penyakit

.Ed.3. Jakarta. EGC

Вам также может понравиться