Вы находитесь на странице: 1из 8

KEAMANAN KOMUNIKASI MODIA SOSIAL

Oleh: Prof. Dr. Suwatno, M.Si


Guru Besar Komunikasi Organisasi Universitas Pendidikan Indonesia

Dirjen Sumberdaya Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi


menyatakan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia menguasai Asia sebesar
22,4 persen. Indonesia merupakan negara peringkat ketiga di Asia untuk jumlah
pengguna internet. Penggunanya sebanyak 55 juta orang dari 245 juta penduduk
Indonesia tahun 2011. Jumlah pengguna ini, semakin meningkat, terutama pada usia
muda mulai dari 10-20 tahun. Indonesia juga tercatat sebagai negara kelima terbesar
pengguna Twitter di bawah Inggris. Untuk situs jejaring tercatat sebanyak 44,6 juta
pengguna Facebook dan sebanyak 19,5 juta pengguna Twitter di Indonesia. Hasil riset
yang dilakukan Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN) Indonesia bersama Yahoo
menunjukkan, kalangan remaja usia 15-19 tahun mendominasi pengguna internet di
Indonesia (64%). Hasil penelitian dari UNESCO menyimpulkan bahwa 4 dari 10 orang
Indonesia aktif di media sosial seperti Facebook yang memiliki 3,3 juta pengguna,
kemudian WhatsApp dengan jumlah 2,9 juta pengguna dan lain lain.
Mahmud menegaskan Data Global Web Index Survei seperti yang dilansir
merdeka.com menegaskan bahwa Indonesia merupakan negara yang warganya tergila-
gila dengan media sosial. Persentase aktivitas jejaring sosial Indonesia mencapai 79,72
persen, tertinggi di Asia, mengalahkan Filipina (78 persen), Malaysia (72 persen),
China (67 persen). Bahkan negara Asia dengan teknologi Internet maju pemanfaatan
media sosialnya rendah, contohnya Korea Selatan (49 persen) atau Jepang (30 persen).
Andreas Kaplan dan Michael Haenlein (dalam Lesmana) mendefinisikan media sosial
sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun diatas dasar
ideologi dan teknologi Web 2.0, dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-
generated content. Web 2.0 menjadi platform dasar media sosial. Media sosial ada
dalam ada dalam berbagai bentuk yang berbeda, termasuk social network, forum
internet, weblogs, social blogs, micro blogging, wikis, podcasts, gambar, video, rating,
dan bookmark sosial. Menurut Kaplan dan Haenlein ada enam jenis media sosial:
proyek kolaborasi (misalnya, wikipedia), blog dan microblogs (misalnya, twitter),
komunitas konten (misalnya, youtube), situs jaringan sosial (misalnya facebook,
instagram), virtual game (misalnya world of warcraft), dan virtual social (misalnya,
second life).
Selanjutnya McQuail berpendapat bahwa fungsi utama media bagi masyaraka
adalah :
a.Informasi
-Inovasi, adaptasi, dan kemajuan.

b.Korelasi
- Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi.
- Menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan.
- Mengkoordinasi beberapa kegiatan.
- Membentuk kesepakatan.

c.Kesinambungan
- Mengekspresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan kebudayaan. khusus
(subculture) serta perkembangan budaya baru.
- Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai.

d.Hiburan
- Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian, dan sarana relaksasi.
- Meredakan ketegangan sosial.

E.Mobilisasi
-Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang, pembangunan
ekonomi, pekerjaan, dan kadang kala juga dalam bidang agama.
Tingginya angka penggunaan media sosial oleh masyarakat Indonesia, menurut
Niken, membuat risiko penyebaran konten negatif serta pesan provokasi dan ujaran
kebencian yang dapat menimbulkan konflik juga amat besar. Niken mencontohkan,
kerapnya muncul pemberitaan palsu yang pernah tersebar di media sosial, seperti kasus
Sarahchen dengan informasi tidak bertanggung jawab. Niken menjelaskan,
pemberitaan palsu mempunyai ciri khas yang bisa dideteksi. Ciri-ciri pemberitaan
palsu itu biasanya bersikeras untuk menyebarkan suatu paham tertentu. Kemudian jika
dilihat dari cara penulisannya memakai metode hypnowriting, jadi tulisannya itu dibuat
menonjol dan terkesan untuk menekankan sesuatu,
Niken menyebutkan, masyarakat menggunakan pola komunikasi 10 to 90
dalam bermedia sosial. Hanya 10 persen masyarakat yang memproduksi informasi,
sedangkan 90 persen cenderung mendistribusikannya. Guna menekan penyebaran
konten negatif di internet, upaya yang telah dilakukan kementeriannya. Upaya pertama,
melakukan pemblokiran sebanyak 778 akun palsu yang terindikasi menyebar konten
negatif. Kedua, melakukan literasi digital dengan membuat kegiatan Generasi Positif
Thinking dan Siberkreasi yang diisi oleh 86 komunitas serta menggandeng beberapa
lembaga agama, perguruan tinggi, badan pembinaan Pancasila dan tokoh masyarakat
Pada dasarnya ujaran kebencian (Hate Speech) adalah Perkataan, perilaku,
tulisan ataupun pertunjukan yang dilarang karena dapat memicu terjadinya tindakan
kekerasan dan memiliki dampak yang merendahkan harkat martabat manusia dan
kemanusiaan serta menyebabkan sikap prasangka dari pihak pelaku pernyataan
tersebut atau korban dari tindakan tersebut1.
Pencemaran nama baik merupakan sebuah proses, perbuatan atau cara
menghina atau menista baik itu dilakukan secara lisan maupun dengan tulisan.
Sedangkan menghina adalah merendahkan atau memandang rendah, memburukkan
nama seseorang, dan menyinggung perasaan orang lain. Pencemaran nama baik sendiri

1
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra,
2010),1.
juga merupakan kata benda dengan perubahan kata kerja kepada penghinaan yaitu
menyerang kehormatan atau nama baik seseorang, penghinaan asal kata dari kata hina
yang berarti rendah kedudukannya atau martabatnya, keji, tercela, tidak baik kelakuan
maupun perbuatannya2.
Kemudahan penyebaran informasi melalui media sosial, bahkan media sosial
juga menjadi wadah bagi setiap individu maupun warga negara untuk bersuara maupun
menyalurkan pendapat. Berikut 6 pengaruh media sosial terhadap keamanan nasional
secara umum:
1. Media sosial sebagai ancaman bagi keamanan nasional
Pengaruh yang pertama adalah bahwa media sosial berpengaruh terhadap peningkatan
ancaman bagi keamanan nasional. Sebelum media sosial berkembang seperti
sekarang, ancaman keamanan nasional terjadi secara nyata dari adanya serangan,
peperangan, maupun yang lainnya. Namun berkembangnya media sosial meningkatkan
ancaman keamanan nasional dimana memudahkan kejahatan-kejahatan yang
mengancam kestabilan suatu negara datang dari berbagai macam aspek, seperti
munculnya kejahatan dunia maya, propaganda, dan lain sebagainya.

2. Media sosial sebagai jalur intervensi negara


Media sosial juga dapat berpengaruh terhadap kedaulatan suatu negara. Dimana dengan
semakin berkembangnya media sosial memungkinkan peningkatan terhadap intervensi
satu negara terhadap negara lain. Artinya bahwa suatu negara akan lebih mudah ikut
campur terhadap urusan domestik maupun urusan dalam negeri negara lainnya.
Tentunya kondisi tersebut juga akan mempengaruhi keamanan nasional suatu negara.

2
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), 322.
3. Media sosial berpengaruh terhadap kestabilan dalam negeri
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa media juga menjadi wadah bagi
aspirasi maupun pendapat publik. Maka dari itu, media sosial juga berpengaruh
terhadap keamanan nasional dimana dapat mengancam kestabilan dalam negeri. Salah
satunya adalah melalui propaganda, dimana semakin mudahnya informasi didapatkan
semakin sulit untuk menentukan mana informasi yang benar dan yang tidak benar.
Tentunya hal ini dapat mengarahkan pendapat publik juga menghilangkan kepercayaan
publik terhadap pemerintah. Kondisi tersebutlah yang kemudian dapat mengancam
kestabilan dalam negeri.

4. Meningkatkan peran atau ancaman terorisme


Media sosial juga dapat meningkatkan peran dan ancaman terhadap hadirnya terorisme.
Media sosial juga dapat dijadikan wadah bagi terorisme untuk menyebarkan paham
mereka dan mempengaruhi publik. Bahkan media sosial juga dapat dijadikan media
ancaman dan perekrutan anggota baru. Hal-hal tersebut yang pastinya akan
berpengaruh pula terhadap keamanan nasional dan menjadi ancaman yang perlu di
perhatikan.

5. Media sosial meningkatkan kerjasama keamanaan nasional


Selain beberapa pengaruh negatif media sosial terhadap keamanan nasional diatas, efek
media sosial juga dapat memberikan pengaruh positif. Salah satu pengaruhnya adalah
adanya peningkatan kerjasama keamanan nasional antar negara. Setiap negara dapat
meningkatkan sistem keamanan mereka dengan membuat maupun menciptakan
kerjasama keamanan nasional dengan satu maupun lebih negara. Sehingga nantinya
dapat menciptakan kebijakan-kebijakan yang dapat mengurangi dampak negatif dari
perkembangan media sosial.
6. Media sosial sebagai wadah informasi keamanan nasional
Pengaruh positif yang lainnya adalah media sosial menjadi salah satu contoh media
dalam interaksi sosial. Dimana dapat dijadikan sebagai wadah informasi mengenai
suatu keamanan nasional. Sehingga publik bisa mengetahui apa yang sedang terjadi
terhadap negaranya, dan dapat pula memberikan rasa aman dalam kehidupan
bernegara.

Aturan hukum yang berlaku dalam menjerat berbagai pelanggaran yang terjadi dalam
berinteraksi di media social ialah:
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
- Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
- Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia
- Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Ratifikasi Konvensi
International Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.
- Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Ratifikasi Konvensi
Intentational Hak-Hak Sipil dan Politik
- Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
- Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras
dan Etnis
- Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2009


tentang Implementasi Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia dalam Penyelenggaraan
Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia. Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 tentang Teknis Penanganan Konflik Sosial.
Surat Edaran Kapolri Nomor: SE/06/X/2015 Tentang Penanganan Ujaran Kebencian
(Hate Speech)
Hal tersebut pernah terjadi menimpa pada beberapa kasus ujaran kebencian
yang menimpa ASN. Hal ini diungkapkan oleh Kepa Biro Hubungan Masyarakat BKN
Ridwan terkait dengan ujaran kebencian memiliki beberapa kriteria. Pertama
menyampaikan pendapat, baik lisan maupun tulisan, lewat media sosial yang
bermuatan ujaran kebencian terhadap Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika,
NKRI, dan Pemerintah.
Kedua, ujaran kebencian terkait SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan).
Ketiga, menyebarluaskan ujaran kebencian yang terlarang melalui media sosial pada
poin pertama dan kedua. Entah itu membagikan, meneruskan, mengunggah, like,
retweet, repost, atau sejenisnya.
Tak hanya aktivitas daring (online), aktivitas luring (offline) juga menjadi larangan
keempat. Misalnya mengadakan kegiatan yang mengarah pada perbuatan menghina,
menghasut, memprovokasi, dan membenci Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal
Ika, NKRI, dan Pemerintah.
Sedangkan dua aktivitas yang diancam dengan hukuman disiplin sedang atau
ringan ada dua. Yakni, mengikuti atau hadir dalam kegiatan yang mengarah pada
penghinaan, penghasutan, provokasi, dan membenci Pancasila, UUD 1945, Bhinneka
Tunggal Ika, NKRI, dan Pemerintah, juga dilarang.
Mengeluarkan dukungan atau sikap seperti pada larangan pertama dan kedua,
sebagai tanda setuju juga diharamkan. Entah itu dalam bentuk likes, dislike, love,
retweet, atau komentar di media sosial. Walau diancam hukuman disiplin sedang atau
ringan, namun sanksinya tetap akan mempertimbangkan latar belakang dan dampak
ujaran kebencian yang mereka sebar.
Menurut pasal 7 ayat 4 Peraturan Pemerintah nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil, ada enam jenis hukuman untuk pelanggaran disiplin
golongan berat. Yakni penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 tahun, atau
mutasi dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah. PNS yang melanggar
bisa juga dibebaskan dari jabatannya. Hukuman lebih berat adalah pemberhentian
dengan hormat hingga pemberhentian tidak dengan hormat.
DAFTAR PUSTAKA

https://kominfo.go.id/content/detail/14101/ini-langkah-kominfo-respons-penyebaran-
konten-negatif-di-media-sosial/0/berita_satker

https://www.kompasiana.com/amirudinmahmud/582b91ef359773b810c90745/ancam
an-media-sosial

https://pakarkomunikasi.com/pengaruh-media-sosial-terhadap-keamanan-nasional
http://www.rakyatpos.com/memanfaatkan-media-sosial-untuk-stabilitas-keamanan-
ketentraman.html/

https://beritagar.id/artikel/berita/4-ujaran-kebencian-dengan-sanksi-berat-buat-pns

Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Jakarta: Erlangga, 1992).

Gusti Ngurah Aditya Lesmana, Tesis: Analisis Pengaruh Media Sosial Twitter
Terhadap Pembentukan Brand Attachment (Studi: PT. XL AXIATA), ( Program
Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia).

Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010)


Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988).

Вам также может понравиться