Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
b.Korelasi
- Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi.
- Menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan.
- Mengkoordinasi beberapa kegiatan.
- Membentuk kesepakatan.
c.Kesinambungan
- Mengekspresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan kebudayaan. khusus
(subculture) serta perkembangan budaya baru.
- Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai.
d.Hiburan
- Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian, dan sarana relaksasi.
- Meredakan ketegangan sosial.
E.Mobilisasi
-Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang, pembangunan
ekonomi, pekerjaan, dan kadang kala juga dalam bidang agama.
Tingginya angka penggunaan media sosial oleh masyarakat Indonesia, menurut
Niken, membuat risiko penyebaran konten negatif serta pesan provokasi dan ujaran
kebencian yang dapat menimbulkan konflik juga amat besar. Niken mencontohkan,
kerapnya muncul pemberitaan palsu yang pernah tersebar di media sosial, seperti kasus
Sarahchen dengan informasi tidak bertanggung jawab. Niken menjelaskan,
pemberitaan palsu mempunyai ciri khas yang bisa dideteksi. Ciri-ciri pemberitaan
palsu itu biasanya bersikeras untuk menyebarkan suatu paham tertentu. Kemudian jika
dilihat dari cara penulisannya memakai metode hypnowriting, jadi tulisannya itu dibuat
menonjol dan terkesan untuk menekankan sesuatu,
Niken menyebutkan, masyarakat menggunakan pola komunikasi 10 to 90
dalam bermedia sosial. Hanya 10 persen masyarakat yang memproduksi informasi,
sedangkan 90 persen cenderung mendistribusikannya. Guna menekan penyebaran
konten negatif di internet, upaya yang telah dilakukan kementeriannya. Upaya pertama,
melakukan pemblokiran sebanyak 778 akun palsu yang terindikasi menyebar konten
negatif. Kedua, melakukan literasi digital dengan membuat kegiatan Generasi Positif
Thinking dan Siberkreasi yang diisi oleh 86 komunitas serta menggandeng beberapa
lembaga agama, perguruan tinggi, badan pembinaan Pancasila dan tokoh masyarakat
Pada dasarnya ujaran kebencian (Hate Speech) adalah Perkataan, perilaku,
tulisan ataupun pertunjukan yang dilarang karena dapat memicu terjadinya tindakan
kekerasan dan memiliki dampak yang merendahkan harkat martabat manusia dan
kemanusiaan serta menyebabkan sikap prasangka dari pihak pelaku pernyataan
tersebut atau korban dari tindakan tersebut1.
Pencemaran nama baik merupakan sebuah proses, perbuatan atau cara
menghina atau menista baik itu dilakukan secara lisan maupun dengan tulisan.
Sedangkan menghina adalah merendahkan atau memandang rendah, memburukkan
nama seseorang, dan menyinggung perasaan orang lain. Pencemaran nama baik sendiri
1
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra,
2010),1.
juga merupakan kata benda dengan perubahan kata kerja kepada penghinaan yaitu
menyerang kehormatan atau nama baik seseorang, penghinaan asal kata dari kata hina
yang berarti rendah kedudukannya atau martabatnya, keji, tercela, tidak baik kelakuan
maupun perbuatannya2.
Kemudahan penyebaran informasi melalui media sosial, bahkan media sosial
juga menjadi wadah bagi setiap individu maupun warga negara untuk bersuara maupun
menyalurkan pendapat. Berikut 6 pengaruh media sosial terhadap keamanan nasional
secara umum:
1. Media sosial sebagai ancaman bagi keamanan nasional
Pengaruh yang pertama adalah bahwa media sosial berpengaruh terhadap peningkatan
ancaman bagi keamanan nasional. Sebelum media sosial berkembang seperti
sekarang, ancaman keamanan nasional terjadi secara nyata dari adanya serangan,
peperangan, maupun yang lainnya. Namun berkembangnya media sosial meningkatkan
ancaman keamanan nasional dimana memudahkan kejahatan-kejahatan yang
mengancam kestabilan suatu negara datang dari berbagai macam aspek, seperti
munculnya kejahatan dunia maya, propaganda, dan lain sebagainya.
2
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), 322.
3. Media sosial berpengaruh terhadap kestabilan dalam negeri
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa media juga menjadi wadah bagi
aspirasi maupun pendapat publik. Maka dari itu, media sosial juga berpengaruh
terhadap keamanan nasional dimana dapat mengancam kestabilan dalam negeri. Salah
satunya adalah melalui propaganda, dimana semakin mudahnya informasi didapatkan
semakin sulit untuk menentukan mana informasi yang benar dan yang tidak benar.
Tentunya hal ini dapat mengarahkan pendapat publik juga menghilangkan kepercayaan
publik terhadap pemerintah. Kondisi tersebutlah yang kemudian dapat mengancam
kestabilan dalam negeri.
Aturan hukum yang berlaku dalam menjerat berbagai pelanggaran yang terjadi dalam
berinteraksi di media social ialah:
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
- Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
- Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia
- Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Ratifikasi Konvensi
International Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.
- Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Ratifikasi Konvensi
Intentational Hak-Hak Sipil dan Politik
- Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
- Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras
dan Etnis
- Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial
https://kominfo.go.id/content/detail/14101/ini-langkah-kominfo-respons-penyebaran-
konten-negatif-di-media-sosial/0/berita_satker
https://www.kompasiana.com/amirudinmahmud/582b91ef359773b810c90745/ancam
an-media-sosial
https://pakarkomunikasi.com/pengaruh-media-sosial-terhadap-keamanan-nasional
http://www.rakyatpos.com/memanfaatkan-media-sosial-untuk-stabilitas-keamanan-
ketentraman.html/
https://beritagar.id/artikel/berita/4-ujaran-kebencian-dengan-sanksi-berat-buat-pns
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Jakarta: Erlangga, 1992).
Gusti Ngurah Aditya Lesmana, Tesis: Analisis Pengaruh Media Sosial Twitter
Terhadap Pembentukan Brand Attachment (Studi: PT. XL AXIATA), ( Program
Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia).