Вы находитесь на странице: 1из 3

ARTIKEL 1

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Makanan dengan campuran bahan berbahaya


masih ditemukan di sejumlah pedagang pasar tradisional Argosari, Wonosari,
Gunungkidul, Yogyakarta. Makanan tersebut dicampur dengan Rhodamin B yang
berbahaya bagi kesehatan. Staf Seksi Pemeriksaan, Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) Republik Indonesia, Sri Yuniati menyampaikan, pihaknya
mengambil sampel sejumlah makanan yang biasanya dicampur bahan berbahaya.
Seperti cendol, lanting, bakso, rengginan, moho, bleng cap Semar, kerupuk merah
singkong, kerupuk singkong merah putih, selondok super, dan mi basah.
Setelah diperiksa di mobil pemeriksaan milik BPOM, makanan tersebut
diketahui mengandung bahan kimia berbahaya, yakni Rhodamin B dan boraks.
"Dari 11 makanan yang diperiksa menggunakan test kit, ada 6 makanan yang
mengandung bahan berbahaya menggunakan Rhodamin B dan boraks," katanya
ditemui seusai melakukan pemeriksaan, Senin (12/6/2017). Adapun makanan yang
mengandung Rhodamin B, yakni lanting merah, rengginang, kerupuk singkong
merah dan merah putih. Sementara bleng dua jenis mengandung boraks. Merujuk
WHO dan Peraturan Menteri Kesehatan tahun 1985, bahan-bahan tersebut dilarang
digunakan untuk makanan. Rhodamin B berbahaya karena mengandung logam
berat dan sifat kimiawinya. Pun demikian dengan boraks juga dilarang untuk
makanan karena mengandung bahan pengawet untuk mayat. Sri mengatakan,
pihaknya akan melakukan koordinasi dengan lurah pasar agar memantau para
penjual makanan.
Kami akan berikan surat pernyataan untuk tidak menjual kembali bahan
makanan tersebut. Karena lokasi kami jauh (tak bisa melakukan pemantauan setiap
hari), maka kami bekerja sama dengan lurah pasar agar memantau," ucapnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Makanan yang Mengandung
Zat Berbahaya Masih Ditemukan di Yogyakarta",
https://regional.kompas.com/read/2017/06/12/12385541/makanan.yang.mengandu
ng.zat.berbahaya.masih.ditemukan.di.yogyakarta.
Penulis : Kontributor Yogyakarta, Markus Yuwono.
ARTIKEL 2

JAKARTA, KOMPAS — Makanan mengandung bahan kimia berbahaya yang


masih beredar di pasaran saat ini kian sulit dikenali. Kepala Suku Dinas Kelautan,
Pertanian, dan Ketahanan Pangan Kota Administrasi Jakarta Selatan Kristrisasi
Helenandari mengatakan, tahu yang diawetkan dengan formalin, misalnya,
sekarang ditemukan bertekstur mirip dengan tahu yang tak ditambah zat pengawet.
Diduga kadar formalin dikurangi untuk menutupi perbedaan. "Kalau dulu, tahu
berformalin teksturnya lebih keras. Temuan kami sekarang, tahu bertekstur lembut
pun ternyata ada yang berformalin," katanya seusai melakukan kegiatan
pengawasan keamanan pangan terpadu di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan, Rabu
(23/3). Pada kegiatan itu, sejumlah bahan makanan diuji langsung di lokasi, seperti
tahu, kolang-kaling, daging ayam, dan daging sapi. Dari pengujian di Pasar
Mayestik, tidak ditemukan bahan makanan berbahaya. Pada kegiatan yang sama
pekan lalu, dari 320 sampel yang diambil di lima pasar, ditemukan delapan sampel
mengandung bahan kimia berbahaya. Dua sampel tahu berformalin ditemukan di
Pasar Lenteng Agung, tiga sampel di Pasar Warung Buncit, dan di Pasar Santa satu
sampel. Di Pasar Minggu, ditemukan satu sampel ikan kembung berformalin dan
satu sampel beras yang diputihkan dengan klorin. Beras mengandung klorin tidak
berbeda warna dan harganya dari beras yang tidak diberi pemutih. Penambahan
klorin diduga diberikan kepada beras kedaluwarsa dan berwarna kekuningan. Beras
biasanya pecah-pecah karena beras sudah lama.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Makanan Berbahaya Makin
Sulit
Dikenali", https://megapolitan.kompas.com/read/2016/03/24/20000021/Makanan.
Berbahaya.Makin.Sulit.Dikenali.

Kristrisasi mengatakan, sangat sulit membedakan bahan-bahan tersebut tanpa


melakukan pengujian laboratorium. Pemerintah Administrasi Kota Jakarta Selatan
memberikan stiker aman kepada pedagang yang terbukti tak menjual bahan-bahan
makanan berbahaya. "Stiker ini jadi panduan masyarakat," katanya. Kegiatan
pengawasan ini akan dilakukan bergiliran di Jakarta Selatan. Bahan pangan yang
mengandung bahan makanan berbahaya ditelusuri asalnya oleh penyidik pegawai
negeri sipil suku dinas kelautan, pertanian, dan ketahanan pangan. Namun,
umumnya pedagang tak tahu-menahu dari mana asal zat berbahaya itu. Tahu yang
mengandung formalin, misalnya, ditelusuri diproduksi di Jawa Barat. Pedagang
ikan kembung berformalin mengaku membelinya di Muara Angke. "Padahal, di
Muara Angke sudah bersih dari penambahan formalin," ujar Kristrisasi. Ketua
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tulus Abadi mengatakan, saat ini masih
20-30 persen dari makanan mentah di DKI Jakarta terkontaminasi bahan berbahaya.
Jumlah ini diperkirakan akan makin tinggi di sekitar bulan puasa tiga bulan
mendatang saat pemerintah pasar meningkat. Tulus mendesak agar pengawasan
diperketat disertai sanksi tegas bagi pedagang dan produsen nakal. (IRE)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Makanan Berbahaya Makin
Sulit
Dikenali", https://megapolitan.kompas.com/read/2016/03/24/20000021/Makanan.
Berbahaya.Makin.Sulit.Dikenali.

Вам также может понравиться