Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pengendalian vektor penular penyakit di atas kapal merupakan salah satu upaya
pemutusan mata rantai penularan penyakit. Survei awal yang dilakukan oleh petugas Kantor
Kesehatan Pelabuhan Medan pada tahun 2008 menunjukkan bahwa 83,3 % kapal yang datang
melalui pelabuhan Belawan dikategorikan risiko tinggi karena di atas kapal dijumpai vektor
penyakit.
Jenis penelitian ini adalah survei dengan tipe Explanatory research yang bertujuan
menganalisis pengaruh determinan perilaku terhadap pengendalian vector penyakit oleh Anak
Buah Kapal (ABK) melalui pelabuhan Belawan. Populasi dalam penelitian sebanyak 46 orang
ABK dengan jabatan sebagai Chip cook (penjamah makanan di kapal). Sampel adalah total
populasi, sedangkan analisis data digunakan uji regresi logistik ganda pada taraf kepercayaan
95 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor predisposisi yang tidak berpengaruh
terhadap tindakan pengendalian vektor penyakit oleh ABK meliputi umur (p=0,494), masa
kerja (p=0,949), kebangsaan (p=0,256), pengetahuan (p=0,516) dan sikap (p=0,871).
Sedangkan berdasarkan faktor pendukung dan factor pendorong, variabel ketersediaan waktu
(p=0,008), dukungan seprofesi (p=0,026) dan dukungan kapten (p=0,034) berpengaruh
signifikan terhadap pengendalian vector penyakit, namun variabel ketersediaan sarana
(p=0,574) dan dukungan petugas (p=0,429) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
pengendalian vector penyakit oleh ABK melalui pelabuhan Belawan.
Disarankan kepada Direktorat Jenderal PP & PL Depkes RI agar membuat rekomendasi
kepada pihak pelayaran umtuk dilakukan rekrutmen tenaga ABK yang khusus menangani
pengendalian vektor di atas kapal dan menginstruksikan kepada seluruh Kepala KKP untuk
meningkatkan pengawasan vektor penyakit di atas kapal. Kepada Kantor Kesehatan Pelabuhan
agar membuat perencanaan pemberantasan vektor dengan melibatkan stake holder di
pelabuhan serta meningkatkan sosialisasi kepada seluruh ABK tentang faktor risiko
keberadaan vektor di atas kapal.
RUMUSAN MALASAH
Faktor penyebab timbulnya vector kecoak di atas kapal
Pencegahan/pengendalian vector yang dilakukan dari berbagai sumber
PEMBAHASAN
Menurut WHO (2005), vektor adalah serangga atau hewan lain yang biasanya
membawa kuman penyakit yang merupakan suatu risiko bagi kesehatan masyarakat.
Vektor yang paling sering dijumpai di atas kapal adalah kecoa. Pada umumnya kecoa
merupakan binatang malam. Pada siang hari mereka bersembunyi di dalam lubang atau celah-
celah tersembunyi. Kecoa yang menjadi permasalahan dalam kesehatan manusia adalah kecoa
yang sering berkembangbiak dan hidup di sekitar makhluk hidup yang sudah mati. Aktivitas
kecoa kebanyakan berkeliaran di dalam ruangan melewati dinding, pipa-pipa atau tempat
sanitasi. Kecoa dapat mengeluarkan zat yang baunya tidak sedap sehingga kita dapat
mendeteksi tempat hidupnya. Jika dilihat dari kebiasaan dan tempat hidupnya, sangat mungkin
kecoa dapat menularkan penyakit pada manusia. Kuman penyakit yang menempel pada
tubuhnya yang dibawa dari tempat-tempat yang kotor akan tertinggal atau menempel di tempat
yang dia hinggapi.
Pelabuhan laut merupakan salah satu pintu masuk yang strategis bagi masuknya vektor
penular penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah dari berbagai negara di
dunia. Kemajuan teknologi bidang transportasi, perdagangan bebas maupun mobilitas
penduduk antar negara mengakibatkan dampak negatif di bidang kesehatan yaitu percepatan
perpindahan dan penyebaran vektor penyakit menular potensial wabah yang dibawa oleh alat
angkut, orang maupun barang bawaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyebaran vektor
melalui alat angkut
adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri (Depkes RI, 2007a).
Keberadaan vektor di atas kapal dapat mempengaruhi kondisi kesehatan para Anak Buah Kapal
(ABK) karena vektor dapat menularkan penyakit kepada manusia. Misalnya vektor jenis kecoa
yang ada di atas kapal sering membawa mikroorganisme seperti Salmonella, Entamoeba
histolitica yaitu kuman penyebab diare, typhoid/thypus, disentri, cholera dan virus hepatitis A
(Aryatie, 2005).
Pada kasus penyakit diare misalnya, data menurut Depkes RI (2006b), angka kesakitan
diare di Indonesia pada tahun 2001 (301 kasus) meningkat menjadi 374 per1000 penduduk
pada tahun 2003. Sedangkan hasil wawancara terhadap 20 orang kapten kapal pada bulan
Desember 2007 bahwa penyakit yang sering dikeluhkan para ABKnya adalah penyakit diare
atau penyakit perut. Hal ini didukung oleh data kunjungan poliklinik tahun 2006/2007 yang
dihimpun dari beberapa Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) kelas utama di seluruh Indonesia
menunjukkan bahwa laporan penyakit diare di KKP Tanjung Priok (318 kasus), KKP Batam
(77 kasus), KKP Makassar (205 kasus), KKP Surabaya (110 kasus), Semarang (84 kasus),
Dumai
(538 kasus) dan KKP Medan (72 kasus) (Simkespel, 2007).
Untuk mewaspadai penyebaran masuknya vektor penular penyakit lewat pelabuhan,
sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No.356/Menkes/Per/IV/2008 telah ditetapkan bahwa
KKP sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan ujung tombak Departemen Kesehatan RI yang
berwenang mencegah dan mengendalikan vector penular penyakit yang masuk dan keluar
pelabuhan dengan melakukan upaya pemutusan mata rantai penularan penyakit secara
profesional sesuai standar dan persyaratan yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2008)
Jenis-jenis kecoa yang menjadi perhatian dalam kesehatan masyarakat dan tempat
hidupnya pada umumnya berada di dalam lingkungan manusia dan khususnya di dalam
lingkungan kapal antara lain : German cockroach (Blatella germanica), American cockroach
(Periplaneta americana), Oriental cockroach (Blatta orientalis) Brown-banded cockroach
(Supella longipalpa), Australian cockroach (Periplaneta fuliginosa) dan Brown cockroach
(Periplanetabrunnea) (Aryatie, 2005).
Menurut Depkes RI (2002), kecoa merupakan serangga yang hidup di dalam rumah,
restoran, hotel, rumah sakit, alat angkut, gudang, kantor, perpustakaan, dan lain-lain. Serangga
ini sangat dekat hidupnya dengan manusia, menyukai bangunan yang hangat, lembab dan
banyak terdapat makanan, hidupnya berkelompok, dapat terbang aktif pada malam hari seperti
di dapur, tempat penyimpanan makanan, sampah, saluran-saluran air kotor. Umumnya
menghindari cahaya, siang hari bersembunyi di tempat gelap dan sering bersembunyi di celah-
celah. Serangga ini dikatakan pengganggu karena mereka biasa hidup di tempat kotor dan
dalam keadaan
tertentu mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap. Kecoa mempunyai peranan yang cukup
penting dalam penularan penyakit. Peranan tersebut antara lain :
a) Sebagai vektor mekanik bagi beberapa mikro organisme patogen.
b) Sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing.
c) Menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-gatal dan
pembengkakan pada kelopak mata.
Menurut Aryatie (2005), penularan penyakit dapat terjadi melalui bakteri atau kuman
penyakit yang terdapat pada sampah atau sisa makanan, dimana kuman tersebut terbawa oleh
kaki atau bagian tubuh lainnya dari kecoa, kemudian melalui organ tubuh kecoa, selanjutnya
kuman penyakit tersebut mengkontaminasi makanan.
Solusi
Cara pengendalian kecoa menurut Depkes RI (2002), ditujukan terhadap kapsul telur dan kecoa
:
1) Pembersihan kapsul telur yang dilakukan dengan cara :
Mekanis yaitu mengambil kapsul telur yang terdapat pada celah-celah dinding, celah-
celah almari, celah-celah peralatan, dan dimusnahkan dengan membakar/dihancurkan.
2) Pemberantasan kecoa
Pemberantasan kecoa dapat dilakukan secara fisik dan kimia. Secara fisik atau mekanis
dengan :
- Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul atau tangan.
- Menyiram tempat perindukkan dengan air panas.
- Menutup celah-celah dinding.
Secara Kimiawi :
- Menggunakan bahan kimia (insektisida) dengan formulasi spray (pengasapan), dust (bubuk),
aerosol (semprotan) atau bait (umpan).
Selanjutnya kebersihan merupakan kunci utama dalam pemberantasan kecoa yang dapat
dilakukan dengan cara-cara seperti sanitasi lingkungan, menyimpan makanan dengan baik dan
intervensi kimiawi (insektisida, repellent, attractan).