Вы находитесь на странице: 1из 36

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia.
Dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran yang sering
digunakan adalah berat badan dan tinggi badan. Selain itu juga ukuran tubuhlainnya
seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut,lingkaran perut,
lingkaran pinggul. Ukuran-ukuran antropometri tersebut bias berdiri sendiri untuk
menentukan status gizi dibanding baku atau berupa indeks dengan membandingkan
ukuran lainnya seperti BB/U, BB/TB. TB/U (Sandjaja,dkk., 2010).
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau darisudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan berbagai macampengukuran
dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkatgizi (Supariasa,
dkk., 2001).
Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi
tubuh manusia. Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok statistika danukuran
persentil. Jika seratus orang berdiri berjajar dari yang terkecil sampai terbesar
dalam suatu urutan, hal ini akan dapat diklasifikasikan dari 1 persentil sampai 100
persentil. Data dimensi manusia ini sangat berguna dalam perancangan produk
dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusia yang memakainya
(Nugroho, 2002).
Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan
adalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan
status gizi anak balita menggunakan metode antropometri,sebagai cara
untuk menilai status gizi. Di samping itu pula dalam kegiatan penapisan status
gizimasyarakat selalu menggunakan metode tersebut (Supariasa, dkk., 2001).
Penyakit infeksi dan kekurangan gizi terlihat kurang, kemakmuran ternyata
diikuti oleh perubahan gaya hidup. Pola makan terutama di perkotaan bergeserdari
pola makan tradisional yang banyak mengkonsumsi karbohidrat, sayuran makanan
berserat ke pola makan masyarakat barat yang komposisinya terlalubanyak mengandung
2

lemak, protein, gula, garam tetapi miskin serat. Sejalan dengan itu setahun terakhir
ini mulai terlihat peningkatan angka prevalensi kegemukan/obesitas pada sebagian
penduduk perkotaan, yang diikuti pula pada akhir-akhir ini di pedesaan (Asmayuni,
2007).
Perhatian utama adalah mempersiapkan dan meningkatkan kualitas
penduduk usia kerja agar benar-benar memperoleh kesempatan serta turut berperan
dan memiliki kemampuan untuk ikut dalam upaya pembangunan. Salah satu
upayapenting untuk mewujudkan hal tersebut adalah pembangunan di idang
kesehatandan gizi. Antropometri sebagai teknik yang mula-mula dikembangkan
dikalanganantropolog biologis, kini aplikasinya menyentuh berbagai bidang antara
lainkedokteran, olahraga, antropologigizi, keperawatan, dan pediatric dalam
ilmupertumbuhan anak. Antropolog seperti Tanner, Bogin, Boucher, Malina,
danUlijaszek mengembangkan teknik antropometri yang dihubungkan dengan
teoripertumbuhan manusia dari intra-uterine sampai adolesentia akhir (sekitar
20tahun) (Barasi, 2008).
Aplikasi antropometri sebagai metode bioantropologi ke dalam
kedokteranmanjadi bermakna apabila disertai latar belakang teori yang adekuat
tentangpertumbuhan. Berdasarkan tujuan penelitian pengukuran antropometri,
setidak-tidaknya ada lima hal penting yang mewakili tujuan pengukuran yaitu
mengetahuikekern otot, kekekaran tualng, ukuran tubuh secara umum, panjang
tungkai danlengan, serta kandungan lemak tubuh di ekstremitas dan di torso.
Dalampemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam
bentuk indeks, misalnya berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut
umur(TB/U) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan
atasmenurut umur (LLA/U) dan sebagainya (Barasi, 2008).Karena antropometri
sebagai indikator penilaian status gizi yang palingmudah yang dapat dilakukan
dengan mengukur beberapa parameter, antara lain:umur, berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada,lingkar pinggul dan tebal lemak di
bawah kulit. Oleh karena itu, untuk mengetahuistatus gizi seseorang, maka
dilakukan pengukuran antropometri ini
B. Rumusan Masalah
3

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang didapatkan yaitu :


1. Bagaimana cara penentuan status gizi melalui metode antropometri?
2. Bagaimana cara mengukur berat badan yang baik dan benar?
3. Bagaimana cara mengukur tinggi badan yang baik dan benar?
4. Bagaimana cara mengukur lingkar lengan atas (LLA) yang baik dan benar?
5. Bagaimana cara mengukur lingkar paha yang baik dan benar ?
6. Bagaimana cara menghitung indeks massa tubuh (IMT) yang baik dan benar?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara penentuan status gizi melalui metode antropometri
2. Untuk mengetahui cara pengukuran berat badan yang baik dan benar
3. Untuk mengetahui cara pengukuran tinggi badan yang baik dan benar
4. Untuk mengetahui cara pengukuran lingkar lengan atas (LLA) yang baik dan
benar
5. Untuk mengetahui cara pengukuran lingkar paha yang baik dan benar
6. Untuk mengetahui cara menghitung Indeks Massa tubuh (IMT) yang baik dan
benar

BAB II
PEMBAHASAN

A. Penentuan Status Gizi


Status gizi adalah ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel-
variabel tertentu. Status gizi juga merupakan akibat dari keseimbangan antara
konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau
keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluruh tubuh (Supariasa,
2002).
Antropometri merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
untukmenilai status gizi. Secara umum antropometri diartikan sebagai ukuran
tubuh,ditinjau dari sudut gizi maka antropometri ditinjau dari berbagai tingkat umur
dan tingkat gizi. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi
untuk berbagai ketidak seimbangan antara asupan energi dan protein (Gibson
2005).
Pertumbuhan dan perkembangan mencakup dua peristiwa yang
statusnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan susah dipisahkan. Pertumbuhan
(growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran dan fungsi
tingkatsel, organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat (gram,
pound,kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan
keseimbanganmetabolik (Suparasia, dkk., 2001).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapatdiramalkan sebagai hasil proses pematangan. Pertumbuhan terbagi atas
duayaitu pertumbuhan linier dan massa jaringan dimana kedua jenis
pertumbuhantersebut merupakan ukuran antropometri gizi. Pertumbuhan linier
misalnyatinggi badan (TB), lingkar dada, dan lingkar kepala sedangkan
pertumbuhanmassa jaringan yaitu berat badan, lingkar lengan atas (LILA) dan tebal
lemak di bawah kulit (TLK). Antropometri sangat umum digunakan utuk
mengukur status gizi dari berbagai ketidak seimbangan antara asupan protein dan
energi.Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan

4
5

proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
Adapun beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri ini
adalah(Suparasia, dkk., 2001) :
a) Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas,
mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri di rumah.
b) Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif.
Contohnya apabila terjadi kesalahan pada pengukuran lingkar lengan atas pada
anak balita maka dapat dilakukan pengukuran kembali tanpa harus persiapan
alat yang rumit.
c) Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional, juga
oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
d) Biaya relatife murah, karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan bahan-
bahan lainnya.
e) Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas (cut off points)
dan baku rujukan yang sudah pasti.
f) Secara ilmiah diakui kebenaraya. Hampir semua negara mengguakan
antropometri sebagai metode untuk mengukur status gizi masyarakat,khususnya
untuk penapisan ( screening ) status gizi.

Hal ini dikarenakan antropometri diakui kebearanya secara ilmiah.


Memperhatikan faktor di atas, maka di bawah ini akan diuraikan keunggulan
antropometri yaitu :
a) Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampelyang
besar.
b) Relative tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan dengantenaga
yang sudah dilatih dalam waktu singkat dapat melakukan pengukuran
antropometri.
c) Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan, dibuat di daerah
setempat.
d) Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan.
e) Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi masa lampau.
6

f) Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi.


g) Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu.
h) Digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi.

Di samping keunggulan metode antropometri tersebut, terdapat


pula beberapa kelemahan seperti :
a) Tidak sensitif Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu
singkat dan tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zinc
dan fe.
b) Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat
menurukan spesifitas dan sensifitas pengukuran antropometri.
c) Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempungaruhi presisi,
akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi.
d) Kesalahan terjadi karena:
1. Pengukuran
2. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan
3. Analisis dan asumsi yang keliru
e) Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan:
1. Latihan petugas yang tidak cukup
2. Kesalahan alat atau alat tidak ditera
3. Kesulitan pengukuran

B. Pengukuran Berat Badan


Berat badan merupakan pengukuran antropometik yang terpenting, dipakai
pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan pada semua kelompok umur.
Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada
pada tubuh, antara lain ulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya. Berat
badan dipakai sebagai indikator terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan
gizi, pengukuran objektif dan dapat diulangi, dapat digunakan timbangan apa
saja yang relatif murah, mudah dan tidak memerlukan banyak waktu.
7

Arisman (2004) mengemukakan beberapa pertimbangan mengapa berat


badan paling sering digunakan sebagai indikator penilaian status gizi,
diantaranya :
1. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat
karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.
2. Memberikan gambaran status gizi sekarang.
3. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas
di indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang memerlukan
penjelasan secara meluas.
4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan
mengukur.
Menimbang berat badan adalah mengikuti perkembangan kesehatan dan
pertumbuhananggota keluarga, terutama bayi, balita dan ibu hamil.
Pertumbuhan anak dapat diamatisecara cermat dengan menggunakan kartu
menuju sehat (KMS) balita. Kartu menuju sehat berfungsi sebagai alat bantu
pemantauan gerak pertumbuhan.

a. Pengukuran Berat badan pada pasien normal


Pada prinsipnya, ada dua macam timbangan yaitu beam (lever)
balance scales dan spring scales. Contoh beam balance adalah dacin, dan
contoh spring scale adalah timbangan pegas(contohnya, timbangan kamar
mandi). Karena pegas mudah melar, timbangan jenis springscale tidak
dianjurkan untuk (terutama) digunakan berulang kali, apalagi pada
lingkunganyang bersuhu panas. Penimbangan dianjurkan dilakukan pada
pagi hari setelah bangun tidur,sebelum makan dan setelah buang air, dan
ditimbang oleh petugas yang sama pula. Selain itu, jika keadaan
memungkinkan, maka subjek ditimbang bertelanjang atau berpakaian
seminimalmungkin. Setelah itu, hasil penimbangan harus dikurangi dengan
berat pakaian termasukaksesoris yang digunakan saat penimbangan.

 Pengukuran berat badan menggunakan baby scale


8

Alat ini digunakan untuk pengukuran berat badan bayi dan anak
berusia di bawahdua tahun (Belum Bisa Berdiri). Penimbangan pada
bayi yang belum bisa berdiri yaitudengan menggunakan alat timbang
Baby scale.

 Pengukuran berat badan menggunakan alat ukur SECA


Alat ini digunakan baik untuk mengukur berat badan orang dewasa,
anak yangsudah bisa berdiri maupun bayi, hanya cara pengukurannya
saja yang berbeda.
9

 Pengukuran berat badan dengan Timbangan berat badan digital merek


AND
Timbangan jenis ini bisa dipakai semua anggota rumah tangga.
Timbangan berat badan digital merek AND mempunyai
kapasitas 150 kg dan ketelitian 50 gram; menggunakan baterai alkaline
3A sebanyak 2 buah. Timbangan berat badan digital sangat sederhana
penggunaannya, namundiperlukan pelatihan petugas agar mengerti dan
dapat menggunakannyasecara sempurna. Pedoman penggunaan
timbangan berat badan ini harus dipelajari dengan benar untuk hasil yang
optimal.

 Pengukuran berat badan dengan menggunakan Dacin


Dacin merupakan alat yang dapat memenuhi persyaratan dan
kemudian dipilih dandianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan
anak dan balita. Penggunaan dacin mempunyai beberapa keuntungan
antara lain:
 Dacin sudah dikenal umum smapai di pelososk pedesaan
 Dibuat di Indonesia, bukan impor, dan mudah didapat
 Ketelitian dan ketepatan cukup baik
10

Dacin yang digunakan sebaiknya minimum 20 kg dan maksimum 25


kg. Biladigunakan dacin berkapasitas 50 kg dapat juga, tetapi hasilnya
agak kasar, karena angkaketelitiannya 0.25 kg.
Jenis timbangan lain yang digunakan adalah “Detecto” yang
terdapat di puskesmas. Timbangan kamar mandi (Bath room scale) tidak
dapat dipakai menimbang anak balita, karena menggunakan “per”,
sehingga hasilnya dapat berubah-ubah menurut kepekaan “per”nya.
Alat lain yang diperlukan adalah kantong celana timbang atau kain
sarung, kotak ataukeranjang yang tidak membahayakan anak terjatuh
pada waktu ditimbang. Diperlukan pula tali atau sejenisnya yang cukup
kuat untuk menggantungkan dacin. Cara menimbang/ mengukur berat
badan menggunakan dacin yaitu: periksalah dacin dengan seksama,
apakah masih dalam kondisi baik atau tidak. Dacin yang baik adalah
apabila bandul
geser berada pada posisi skala 0.0 kg, jarum penunjuk berada pada posi
si setimbang. Setelah alat timbang lainnya (celana atau sarung timbang)
dipasang padadacin, lakukan peneraan yaitu dengan cara menambah
beban pada ujung tungkai dacin,misalnya plastik berisi pasir.

 Menimbang dengan menggunakan timbangan detekto dan timbangan


injak pegas
Timbangan ini untuk anak usia di atas 5 tahun atau dewasa,
timbangan yang baik adalah detekto atau beam balance. Berbeda
dengan balita, anak di atas 5 tahun dandewasa sebelum ditimbang
11

hendaknya mengosongkan alat kemih, penimbangan dilakukan


sebelum makan atau 2 jam setelah makan. Prinsip alat detekto ialah
pemberat timbangan dapat digeser-geser sampai detekto seimbang. Ada
pemberat pengatur satuan, puluhan, dan ratusan.
Timbangan ini umumnya dilengkapi dengan ukuran tinggi badan yang
build in (jadi satu). Namun detekto tidak praktis bila digunakan di
lapangan karena terlalu berat. Alat yang lain yaitu timbangan digital
injak atau timbangan pegas yang biasa digunakan.

b. Pengukuran berat badan pada pasien dengan kondisi khusus


1. Pada orang yang tidak dapat berdiri
Timbangan tidur atau bed scale biasanya digunakan untuk
menimbang orang yang tidak dapat berdiri tanpa bantuan.

2. Pada orang yang berkursi roda


12

Ada dua macam cara menimbang yaitu dengan cara menimbang


beserta kursi rodanya dan menimbangnya dengan pegangan untuk
sandaran berdiri responden. Timbangan yang digunakan adalah
timbangan khusus untuk kursi roda yang biasa disebut wheel chair
scale.

3. Pada bayi premature


Penimbangan pada bayi yang prematur menggunakan timbangan
khusus yang disebut warmer/incubator scale. Timbangan ini
dimasukkan kedalam inkubator dengan caramemasangnya langsung dan
diletakkan sebagai alas bayi. Timbangan ini tidak akan mengganggu
bayi karena nyaman untuk digunakan.

4. Pada orang yang tidak dapat diukur berat badannya (kondisi koma)
13

a. Pada pasien yang diamputasi


Jika pasien telah mengalami amputasi, berat badan pasien
sakarang dapat dipastikandengan menghitung berat badan dari
bagian tubuh yang diamputasi ataumenggunakan estimasi
(perkiraan) menurut bagian tubuh individu yang diamputasi.
𝐵𝐵 𝑠𝑒𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔
BB Keseluruhan=100−%𝑎𝑚𝑝𝑢𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑥 100%

b. Megukur berat badan secara estimasi


Pengukuran Secara estimasi ini digunakan jika pasien tidak
memungkinkan untuk diukur dengan alat timbang pada umumnya,
dan juga karena ketidaktersediaan alat, maka cara estimasi adalah
salah satu cara untuk dapat menentukan berat badan seseorang.
Pengukuran berat badan pada pasien dengan kondisi khusus yaitu
dengan memperkirakan berat badan dalam kondisi tertentu karena
pengukuran berat badan aktual mungkin tidak dapat dilakukan, contoh:
a. Pasien yang tidak dapat duduk atau berdiri sehingga berada dalam posisi
berbaring sementara timbangan tempat tidur (bed scale) tidak tersedia.
b. Pasien dengan edema atau asites sehingga tidak dapat ditentukan berat
badan sebernarnya. Pada keadaan tersebut di atas bisa diperkirakan berat
badan dengan berdasarkan panjang badan.

C. Pengukuran Tinggi Badan


Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat melihat keadaan
status gizi sekaran dan keadaan yang telah lalu. Pertumbuhan tinggi/panjang
badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif pada masalah
kekurangan gizi pada waktu singkat (Anggraeni, 2012).

1. Pengukuran panjang dan tinggi badan pada orang normal


a. Pengukuran panjang badan
Pengukuran ini digunakan utuk mengukur panjang badan bagi anak
yang berusia < 2 tahun dan panjang badan ≤ 50 cm serta menggunakan
14

alat ukur panjang badan. Menggunakan alat pegukur panjang badan


yang terbuat dari papan kayu yang dikenal dengan nama Length Board.

b. Pengukuran Tinggi Badan


Pengukuran ini digunakan utnuk mengukur tinggi badan anak yang
telah dapat berdiri tanpa bantuan. Pengukuran tinggi badan dilakukan
dengan alat pengukur tinggi (microtoise) yang mempunyai ketelitian
0,1 cm.

D. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LLA)


Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status
gizi, karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang
terkadang susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan
otot dan lapisan lemak bawah kulit.
Lingkar lengan bawah diukur pada bagian proksimal tidak lebih dari 6 cm
dari radial. Lingkar paha diukur di bagian paha, yaitu titik pertengahan antara
titik paling proksimal tulang patella dan titik pertengahan lipat paha. Titik
15

tengah lipat paha ditentukan dengan jalan menentukan terlebih dahulu letak
SIAS ketika (subjek masih berdiri), dan simfasis pubis. Lingkar betis dapat
diukur baik dalam keadaan berdiri maupun duduk. Jika subjek berdiri, berat
badan harus tertumpu pada kedua kaki secara merata, dan jarak kedua kaki
sekitar 25 cm. Jika subjeknya duduk, kedua kaki harus dijuntaikan. Pita
pengukur kemudian dilingkarkan ke betis (tegak lurus dengan aksis
memanjang betis), dan diturun-naikkan untuk mencari diameter terbesar. Hasil
pengukuran ulang tidak boleh berbeda lebih dari 2 mm (Arisman, 2007).

Tabel 1: Ambang Batas Pengukuran LiLA


Klasifikasi Batas Ukur
Wanita Usia Subur
KEK < 23,5 cm
Normal 23,5 cm
Bayi Usia 0-30 hari
KEP < 9,5 cm
Normal 9,5 cm
Balita
KEP < 12,5 cm
Normal 12,5 cm

Sumber: Sirajuddin, 2012.

LiLA mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan:


1. Status KEP pada balita
2. KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: risiko lahir bayi BBLR
Kelemahan dari pengukuran LILA:
- Baku LLA yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang
memadai untuk digunakan di Indonesia.
- Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada TB.
16

- Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif


untuk golongan dewasa.

E. Pengukuran Lingkar Paha


Lingkar paha yang ideal untuk setiap orang tentu berbeda-beda, tergantung
dari tinggi dan berat badan ideal mereka. Kondisi paha yang tidak ideal,
biasanya juga disertai dengan bagian perut yang besar dan bagian tubuh lainnya.
Lingkar paha diukur di bagian paha, yaitu titik pertengahan antara titik
paling proksimal tulang patella dan titik pertengahan lipat paha. Titik tengah
lipat paha ditentukan dengan jalan menentukan terlebih dahulu letak SIAS
ketika subjek masih berdiri, dan simfisis pubis.

F. Menghitung Indeks Mata Tubuh ( IMT )


Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18
tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak-anak, remaja, ibu hamil, dan
olahragawan. Disamping itu, IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus
lainnya seperti edema, asites, dll. IMT/U merupakan yang terutama bermanfaat
untuk penapisan kelebihan berat badan dan kegemukan. Biasanya IMT tidak
meningkat dengan bertambahnya umur.

Rumus perhitungan IMT:


IMT merupakan alat yang sangat sederhana untuk memantau status gizi
orang khususnya yang berkaitan kekurangan dan kelebihan berat badan,
maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat
17

mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Indikator IMT/U hampir sama
dengan BB/PB atau BB/TB. Ketika melakukan interpretasi resiko kelebihan
berat badan, perlu mempertimbangkan berat badan orang tua.

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛
IMT =
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛2

Tabel 1. Ketegori IMT (WHO 2000)


Klasifikasi BMI (kg/m2)
Underweight <18,50
- Severe thinness <16,00
- Moderate thinness 16,00-16,99
- Mild thinness 17,00-18,49
Normal 18,50-24,49
Overweight >25,00
- Pre-obesitas 25,00-29,99
Obesitas >30,00
- Obesitas kelas I 30,00-34,99
- Obesitas kelas II 35,00-39,99
- Obesitas kelas III >40,00
Sumber: WHO, 1995, WHO, 2000 dan 2004, www.andeka.com

Tabel 2. Kategori IMT (IOTF, WHO 2000, Penduduk Asia Dewasa)


Kategori BMI (kg/m2) Risk Of Co-morbidities
Underweight <18,50 Rendah (tetapi risiko
terhadap masalah-masalah
klinis lain meningkat
Normal 18,50-22,99 Rata-rata
Overweight >23,00
At Risk 23,00-24,99 Meningkat
Obese I 25,00-29,99 Sedang
18

Obese II >30,00 Berbahaya


Sumber: IOTF,WHO 2000,Penduduk Asia Dewasa

Tabel 3. Kategori IMT (Riskesdas 2007)


Kategori BMI (kg/m2)
Kurus <18,50
Normal 18,50-24,99
Berat Badan Lebih 25,00-27,00
Obese >27,00
Sumber: Rise Kesehatan Dasar 2007

Berat badan normal adalah idaman bagi setiap orang agar mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. Beberapa keuntungan yang diberikan adalah
penampilan baik, lincah dan risiko sakit rendah.(Arisman, 2002).

Indeks massa tubuh telah digunakan dalam beberapa penelitian populasi


internasional untuk menilai risiko penyakit di antara orang dewasa. BMI
meningkat jelas terkait dengan risiko yang lebih tinggi dari tekanan darah
tinggi, diabetes mellitus tipe 2, faktor risiko kardiovaskular penyakit lainnya,
dan mortalitas meningkat. Memang, risiko relatif untuk faktor risiko penyakit
kardiovaskular kejadian penyakit kardiovaskular meningkat dinilai dengan
peningkatan BMI pada semua kelompok populasi. Selain itu, asosiasi antara
gangguan muskuloskeletal, gangguan dalam fungsi pernapasan dan fisik, dan
kualitas hidup. Akibatnya, dalam studi epidemiologi, BMI digunakan untuk
mengetahui kelebihan berat badan atau obesitas pada orang dewasa dan untuk
memperkirakan risiko terkena penyakit. Perluh diketahui bahwa anak yang
pendekpun dapat mengalami kelebihan berat badan. Maka perluh
mempertahankan berat badan normal.

Badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral pada tulang.
Pada remaja, lemak cenderung meningkat dan protein otot menurun. Pada klien
19

edema dan asites, terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat
menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang Berat
badan merupakan ukuran antropometri terpenting dan paling sering digunakan
pada bayi baru lahir (neonatus).

Digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR (dibawah 2500


gram). Pada masa bayi atau balita, berat badan dapat dipergunakan untuk
melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan
klinis (dehidrasi, asites, edema, atau adanya tumor). Dapat digunakan sebagai
dasar perhitungan dosis obat dan makanan. Berat perkembangan tubuh yang
baik maupun yang buruk. Berat badan merupakan suatu pencerminan dari
kondisi yang kekurangan gizi.

G. Alat dan Bahan


1. Timbangan
2. Microtoice
3. Meteran
4. Buku catatan dan alat tulis

H. Prosedur Kerja
1) Pengukuran berat badan
1. Mengukur berat badan dengan baby scale.
 Letakkkan timbangan di tempat yang datar
 Pastikan skala ukur tepat diangka nol
 Lepaskan baju pada bayi yang akan ditimbang.
 Letakkan bayi di atas timbangan (ditengah timbangan) dengan posisi
badan telentang.
 Baca dan catat hasil penimbangan

2. Pengukuran berat badan menggunakan alat ukur SECA


a. Anak bisa berdiri
20

 Ketika alat timbang sudah menunjukkan angka 00.00 mintalah


anak tersebut untuk berdiri di tengah-tengah alat timbang.
 Pastikan posisi badan anak dalam keadaan berdiri tegak,
mata/kepala lurus kearah depan, kaki tidak menekuk.
Pewawancara dapat membantu anak tersebut berdiri dengan baik
di atas timbangan dan untuk mengurangi gerakan anak yang
tidak perlu yang dapat mempengaruhi hasil penimbangan.
 Setelah anak berdiri dengan benar, secara otomatis alat timbang
akan menunjukkan hasil penimbangan digital. Mintalah anak
tersebut untuk turun dulu dari timbangan dan pewawancara harus
segera mencatat hasil penimbangan tersebut

b. Bayi/Anak belum bisa berdiri


 Jika anak belum bisa berdiri, maka minta ibu/pengasuh untuk
menggendong tanpa selendang. Ketika alat timbang sudah
menunjukkan angka 00.00 mintalah ibu dengan menggendong
sang anak untuk berdiri di tengah-tengah alat timbang.
 Pastikan posisi ibu, badan tegak, mata lurus ke depan, kaki tidak
menekuk dan kepala tidak menunduk ke bawah. Sebisa mungkin
bayi/anak dalam keadaan tenang ketika ditimbang.
 Setelah ibu berdiri dengan benar, secara otomatis alat timbang
akan menunjukkan hasil penimbangan digital. Mintalah ibu
tersebut untuk turun dulu dari timbangan dan pewawancara harus
segera mencatat hasil penimbangan tersebut
 Ulangi proses pengukuran, kali ini hanya ibu saja tanpa
menggendong anak
 Berat badan anak adalah berat badan saat menggendong
dikurangi berat badan ibu
21

3. Pengukuran menggunakan timbangan digital merek AND


a. Prosedur penimbangan responden dewasa atau anak yang sudah bisa
berdiri
 Aktifkan alat timbang dengan cara menekan tombol sebelah
kanan (warna BIRU). Mula-mula akan muncul angka 8,88, dan
tunggu sampai muncul angka 0,00. Bila muncul bulatan (O) pada
ujung kiri kaca display, berarti timbangan siap digunakan.
Aktifkan dengan menekan tombol biru (sebelah kanan), muncul
angka 888,88(Belum siap digunakan), muncul angka 0,00
dengan bulatan di kiri atas (Telah siapdigunakan) tombol biru
 Responden diminta naik ke alat timbang dengan posisi kaki tepat
di tengah alat timbang tetapi tidak menutupi jendela baca
 Perhatikan posisi kaki responden tepat di tengah alat timbang,
sikap tenang (jangan bergerak-gerak) dan kepala tidak
menunduk (memandang lurus kedepan)
22

 Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul, dan tunggu


sampai angka tidak berubah (statis)
 Catat angka yang terakhir (ditandai dengan munculnya tanda
bulatan O diujung kiriatas kaca display). Angka hasil
penimbangan dibulatkan menjadi satu digit missal 0,51 - 0,54
dibulatkan menjadi 0,5 dan 0,55 - 0,59 dibulatkan menjadi 0,6
 Minta Responden turun dari alat timbang
 Alat timbang akan OFF secara otomatis

b. Prosedur penimbangan anak umur < 2 tahun atau anak yang belum
bisa berdiri:
 Mintalah kepada ibu untuk membuka topi/ tutup kepala, jaket,
sepatu, kaos kaki atau asesoris yang digunakan anak maupun ibu
 Siapkan buku catatan untuk mencatat hasil penimbangan ibu dan
penimbangan ibu dan anak sebelum dipindahkan ke formulir
 Aktifkan alat timbang dengan cara menekan tombol sebelah
kanan (warna BIRU).Mula-mula akan muncul angka 8,88, dan
tunggu sampai muncul angka 0,00. Bilamuncul bulatan (O) pada
ujung kiri kaca display, berarti timbangan siap digunakan.
 Timbang ibu dari anak yang akan ditimbang dengan meminta
ibu naik ke alat timbang
 Perhatikan posisi kaki ibu tepat di tengah alat timbang, sikap
tenang (jangan bergerak-gerak) dan kepala tidak menunduk
(pandangan lurus kedepan)
 Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul, dan tunggu
sampai angka tidak berubah (statis)
 Catat angka yang terakhir (ditandai dengan munculnya tanda
bulatan O diujung kiriatas kaca display. Hasil penimbangan :
52,70 kg dibulatkan 52,7 kg
 Minta responden turun dari alat timbang dan tunggu sampai alat
timbang OFFsecara otomatis
23

 Aktifkan kembali alat timbang dengan cara menekan tombol


sebelah kanan (warna BIRU), dan tunggu sampai muncul angka
0,00.
 Timbang ibu dan anak (digendong) bersama-sama
 Catat angka yang terakhir
 Berat badan anak adalah selisih antara (berat badan ibu dan
anak) dengan berat badan ibu. Pembulatan berat badan
anak dilakukan setelah pengurangan (berat badan ibu dan anak)
dengan berat badan ibu.

4. Pengukuran dengan timbangan pegas :


 Letakkan timbangan pada permukaan yang datar
 Pastikan jarum menunjukkan angka nol
 Pastikan anda menggunakan pakaian seminimal mungkin
 Naiklah ke atas timbangan.
 Jangan melakukan banyak gerakan dan berdirilah dengan tegak.
Telapak kaki harus berada tepat di tengah-tengah pijakan alat
timbang badan, berdirilah dengan tenang dan lengan di samping
badan. Jangan membuat gerakan-gerakan yang akan mengacaukan
timbangan.
 Baca hasil pengukuran dari timbangan. Bacalah dengan sudut
pandang tegak lurus.

5. Pengukuran menggunakan timbangan tidur :


 Persiapkan timbangan terlebih dahulu.
 Subjek berbaring di atas ranjang timbangan (subjek dalam posisi
terlentang lurus, dantenang).
 Kemudian subjek diangkat oleh gendongan pada timbangan.
 Baca dan catat hasil.
2) Pengukuran Tinggi Badan
24

 Gantungkan bandul benang untuk membantu memasang microtoise di


dinding agar tegak lurus.
 Letakkan pengukur di lantai yang datar tidak jauh dari bandul tersebut
dan menempel pada dinding. Dinding jangan ada lekukan atau tonjolan
(rata).
 Tarik papan penggeser tegak lurus ke atas, sejajar dengan benang
berbandul yang tergantung dan tarik sampai angka pada jendela baca
menunjukkan angka nol (0). Kemudian dipaku atau direkatkan dengan
lakban pada bagian atas mecrotoise.
 Untuk menghindari terjadi perubahan posisi pita, beri lagi perekat pada
posisi sekitar 10 cm dari bagian atas microtoise.
Selain itu pengukuran tinggi badan juga bisa dilakukan di tempat tidur
dengan langkah-langkah sebagai berikut
 Dekatkan alat ke dekat pasien
 Luruskan kepala sampai kaki pasien
 Atur posisi pasien senyaman mungkin (dengan posisi anatomis)
 Bentangkan meteran dari ujung kepala sampai telapak kaki
 Catat hasil pengukuran
 Informasikan kepada pasien hasil pengukuran.

3) Pengukuran LLA
 Bawa alat kedekat pasien
 Cuci tangan
 Pakai sarung tangan
 Atur posisi pasien dengan posisi terlentang
 Siapkan lengan yang akan diukur (gunakan lengan yang jarang
digunakan)
 Naikan lengan baju pasien
 Tandai daerah yang akan diukur ( akrimiom – olecranon)
 Letakkan pita pengukur pada tempat yang telah ditandai
 Tarik pita pengukur dari daerah akromiom sampai dengan olecranon.
25

 Temukan hasil panjangnya akromiom – olecranon kemudian ambil titik


tengahnya (hasil dibagi 2)
 Tarik pita pengukur melingkari lengan.
 Lakukan pengulangan jika hasil meragukan.

4) Pengukuran lingkar paha


 Bawa alat ke dekat klien
 Jelaskan tindakan yang akan dilakukan beserta tujuannya
 Cuci tangan
 Atur posisi klien: Berdiri atau berbaring dengan nyaman.
 Atur kaki pasien untuk lurus.
 Ukur panjang paha atas pasien dari SIAS hingga ke Patella.
 Hasil pengukuran panjang tersebut dibagi 2.
 Lingkarkan meteran pada paha pasien dengan mengacu pada ukuran
yang telah dibagi 2.
 Informasikan pada klien hasil pengukuran tersebut.
 Mencuci tangan
 Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan perawatan

5) Pengukuran IMT
 Bawa alat kedekat pasien
 Cuci tangan
 Atur posisi klien: duduk atau berbaring dengan nyaman.
 Ukur Tinggi badan, dan Berat badan pasien jika pasien belum di ukur
oleh ahli gizi.
 Hitung IMT pasien dengan Rumus BB dibagi TB dikuadratkan dengan
Tb sebelumnya telah dibagi 100.
 Informasikan pada klien hasil pengukuran tersebut.
 Mencuci tangan
 Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan perawatan
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh
manusia. Dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran
yang sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan. Selain itu juga
ukuran tubuhlainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah kulit,
tinggi lutut, lingkaran perut, lingkaran pinggul. Ukuran-ukuran antropometri
tersebut bias berdiri sendiri untuk menentukan status gizi dibanding baku atau
berupa indeks dengan membandingkan ukuran lainnya seperti BB/U, BB/TB.
TB/U (Sandjaja, dkk., 2010).
Berat badan merupakan pengukuran antropometik yang terpenting, dipakai
pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan pada semua kelompok umur.
Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada
pada tubuh, antara lain ulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya.
Pengukuran berat badan dibedakan cara mengukurnya untuk orang normal dan
orang khusus. Cara mengukur berat badan pun bermacam-macam, ada yang
menggunakan baby scale, SECA, AND, dacin, dan lain sebagainya.
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat melihat keadaan
status gizi sekaran dan keadaan yang telah lalu. Pertumbuhan tinggi/panjang
badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif pada masalah
kekurangan gizi pada waktu singkat (Anggraeni, 2012).
Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status
gizi, karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang
terkadang susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan
otot dan lapisan lemak bawah kulit.
Lingkar paha diukur di bagian paha, yaitu titik pertengahan antara titik
paling proksimal tulang patella dan titik pertengahan lipat paha.
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18
tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak-anak, remaja, ibu hamil,

26
27

dan olahragawan. Disamping itu, IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan
khusus lainnya seperti edema, asites, dll. IMT/U merupakan yang terutama
bermanfaat untuk penapisan kelebihan berat badan dan kegemukan. Biasanya
IMT tidak meningkat dengan bertambahnya umur. Rumus IMT yaitu berat
badan dibagi kuadrat tinggi badan.
DAFTAR PUSTAKA

Supariasa, Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC


http://kahar141.blogspot.com/2013/06/antropometri-gizi.html
https://mietha.wordpress.com/2009/03/12/menghitung-indeks-massa-tubuh-imt/
https://www.academia.edu/9020967/pengukuran_tinggi_badan_dan_berat_badan

28
LAMPIRAN

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN

FORMAT PENILAIAN KETERAMPILAN

1. Mata Ajar : keperawatan Dasar (KDM)


2. Keterampilan :
a. Mengukur berat badan
b. Mengukur tinggi badan di tempat tidur
c. Mengukur lingkar lengan atas (LLA)
d. Mengukur Lingkar Paha
e. Mengukur indeks massa tubuh (IMT)
3. Pengertian :
a. BB adalah indicator yang menentukan status gizi seseorang.
b. Mengukur tinggi badan dengan menggunakan meteran di tempat
tidur
c. Merupakan tindakan yang dilakukan dengan cara mengukur
Lingkar lengan atas dengan menggunakan pita pengukur/meteran
d. Merupakan tindakan untuk mengukur lingkar paha
e. IMT adalah indicator yang menentukan berat badan ideal
seseorang.
4. Tujuan :
 LLA dan Lingkar Paha
a) Mengetahui Status Perkembangan gizi pasien
b) Untuk mengetahui berat badan ideal seseorang

29
30

ASPEK YANG DI NILAI NILAI KET


0 1 2
PENGETAHUAN
1. Pengusaan Prosedur
2. Ketepatan Data
3. Rasional Tindakan
SIKAP
1. Disisplin
2. Motivasi
3. Kerja Sama
4. Tanggung Jawab
5. Komunikasi
6. Kejujuran
7. Penampilan Fisik
8. Kreativitas
INDIKASI
 Setiap klien yang baru dirawat
 Setiap klien secara rutin
 Klien sesuai kebutuhan

KONTRA INDIKASI
 Pada pasien dewasa dengan intoleransi
aktifitas total
PELAKSANAAN
1. Persiapan Pasien :
a. Memperkenalkan diri
b. Bina hubungan saling percaya
c. Meminta pengunjung atau keluarga
meninggalkan ruangan
d. Menjelaskan tujuan
31

e. Menjelaskan langkah prosedur yang akan


dilakukan
f. Menyepakati waktu yang akan digunakan
(kontrak waktu)
2. Persiapan Alat dan Bahan :
a) Pita Pengukur/Meteran
b) Timbangan
c) Buku catatan
d) Bolpoin
3. Persiapan Lingkungan
Sampiran
TAHAP PRE INTERAKSI
1. Persiapan Diri
2. Persiapan Alat
3. Validasi Pasien
TAHAP ORIENTASI
1. Memberi salam, panggil klien dengan
panggilan yang disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan
tindakan pada klien atau keluarga
4. Menjelaskan tentang kerahasiaan
TAHAP KERJA
1. Mengukur berat badan
 Bawa alat kedekat pasien
 Cuci tangan
 Atur posisi klien: berdiri duduk atau
berbaring dengan nyaman.
 Ukur Berat badan pasien jika pasien
belum di ukur oleh ahli gizi.
32

 Informasikan pada klien hasil


pengukuran tersebut.
 Mencuci tangan
 Dokumentasikan hasil tindakan pada
catatan perawatan

2. Mengukur tinggi badan di tempat tidur


 Dekatkan alat ke dekat pasien
 Luruskan kepala sampai kaki pasien
 Atur posisi pasien senyaman mungkin
(dengan posisi anatomis)
 Bentangkan meteran dari ujung kepala
sampai telapak kaki
 Catat hasil pengukuran
Informasikan kepada pasien hasil
pengukuran.
3. Mengukur LLA
 Bawa alat kedekat pasien
 Cuci tangan
 Pakai sarung tangan
 Atur posisi pasien dengan posisi
terlentang
 Siapkan lengan yang akan diukur
(gunakan lengan yang jarang digunakan)
 Naikan lengan baju pasien
 Tandai daerah yang akan diukur (
akrimiom – olecranon)
 Letakkan pita pengukur pada tempat yang
telah ditandai
 Tarik pita pengukur dari daerah
akromiom sampai dengan olecranon.
33

 Temukan hasil panjangnya akromiom –


olecranon kemudian ambil titik
tengahnya (hasil dibagi 2)
 Tarik pita pengukur melingkari lengan.
 Lakukan pengulangan jika hasil
meragukan.

4. Mengukur Lingkar Paha


 Bawa alat ke dekat klien
 Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
beserta tujuannya
 Cuci tangan
 Atur posisi klien: Berdiri atau berbaring
dengan nyaman.
 Atur kaki pasien untuk lurus.
 Ukur panjang paha atas pasien dari SIAS
hingga ke Patella.
 Hasil pengukuran panjang tersebut
dibagi 2.
 Lingkarkan meteran pada paha pasien
dengan mengacu pada ukuran yang telah
dibagi 2.
 Informasikan pada klien hasil
pengukuran tersebut.
 Mencuci tangan
 Dokumentasikan hasil tindakan pada
catatan perawatan

5. Menghitung IMT
 Bawa alat ke dekat klien
34

 Jelaskan tindakan yang akan dilakukan


beserta tujuannya
 Cuci tangan
 Atur posisi klien: duduk atau berbaring
dengan nyaman.
 Ukur Tinggi badan, dan Berat badan
pasien jika pasien belum di ukur oleh
ahli gizi.
 Hitung IMT pasien dengan Rumus BB
dibagi TB dikuadratkan dengan Tb
sebelumnya telah dibagi 100.
 Informasikan pada klien hasil
pengukuran tersebut.
 Mencuci tangan
 Dokumentasikan hasil tindakan pada
catatan perawatan

TAHAP TERMINASI
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang
dilakukan
2. Melakukan kontrak untuk tindakan
selanjutnya
3. Berikan reinforcement sesuai dengan
kemampuan klien
TAHAP EVALUASI
1. Menanyakan pada pasien apa yang
dirasakan setelah dilakukan tindakan
TAHAP DOKUMENTASI
Catat seluruh hasil tindakan dalam
catatan keperawatan
35

Keterangan :

0 = tidak dikerjakan

1 = di kerjakan tapi tidak lengkap / tidak sempurna

2 = dikerjakan dengan sempurna

Mataram, ….............................. 2019

Penguji

( )
36

Вам также может понравиться