PERSPEKTIF PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN
PANGAN DI INDONESIA
‘Muchjidin Rachmat
Globalisasi dan liberalisasi perdagangan menyebabkan semakin terintegrasinya
sistem perdagangan produk-produk pertanian Indonesia ke dalam perdagangan
pertanian dunia. Globalisasi di satu sisi memberi peluang dan harapan, namun di sisi
lain memasang aturan aturan yang telah disepakati dan harus dita.
Dalam rangka antisipasi globalisasi tersebut, sejak Pelita VI pembangunan nasional
memberi penekanan kepada industrialisasi ‘pertanian/agroindustri. Industralisasi
pertanian dinilai sebagai langkah yang sesuai untuk meningkatkan keunggulan
keunggulan kompetitif menghadapi globalisasi. Pembangunan industralisasi pertanian
berarti memadukan antara pembangunan industri dengan pembangunan pertanian,
dalam bentuk keterkaitan yang kuat antara kedua sektor tersebut baik ke hulu maupun
ke hil, sehingga dalam jangka panjang sektor pertanian tidak tertinggal dengan sektor
insustri secara umum. Berkembangnya agroindustri yang berlandaskan bahan baku
setempat di pedesaan yang akan meningkatkan nilai tambah dan penyerapan tenaga
kerja sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan.
Apabila hal ini berjalan maka akan dihasilkan produk agroindustri yang berdaya saing
dan merupakan sumber devisa,
Pada era globalisasi persaingan perdagangan tidak terbatas kepada persaingan
pasar ekspor tetapi juga persaingan dalam pasar dalam negeri. Ketidakmampuan
‘membangun daya saing mempunyai arti tidak akan dapat melakukan ekspor dan secara
perlahan namun pasti pasar domestik juga akan dikuasal oleh produk ekspor. Pada
kondisi demikian maka Indonesia hanya akan dijacikan sebagai pasar dari produk asing
dan berarti pula potensi domestik yang ada tidak didayagunakan dengan baik dalam
rangka pembangunan nasional.
‘Secara tracisional, Indonesia memilki keragaman jenis dan teknologi dalam bidang
pengolahan, namun teknik pengolahannya masih didominasi oleh cara-cara sederhana
dan umumnya merupakan bagian dari kearifan lokal. Keragaman teknologi pengolahan
produk pertanian yang berkemibangan di masyarakat ditiap daerah merupakan kekayaan/
‘umber daya dasar yang apabila dapat didayagunakan dan disesuaikan dengan kondisi
global akan merupakan sumber kekuatan dalam pengembangan pengolahan yang
berdaya saing. Sejalan dengan dinamika pasar dan perubahan permintaan Konsumen
maka hasil olahan masyarakat tradisional harus dapat dimodernisasi agar tidak tertinggal
dan terdesak oleh produk olahan impor.
Saat ini produk Indonesia sebagian besar dipasarkan masih dalam bentuk bahan
mentah sementara Indonesia mengimpor produk olahan dari bahan baku yang
sejenis. Kondisi ini tidak menguntungkan karena kehilangan nilai tambah produk dan
engembangan investasi usaha pengolahan dengan berbagai penggandanya. Pada
kondisi tersebut diperlukan pengemibangan industri pengolahan pertanian yang memiliki
keunggulan kompetitif yang diukur oleh kelayakan secara finansial (menguntungkan
bagi pengusaha). Tingkat keunggulan kompetitif tersebut akan lebih mudah dibangun
203HE Bereettt pengembanaan nat Pengolanan
Pangan Di Indonesia
apabila didukung oleh keunggulan komparatif. Pengembangan industri pengolahan
dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku yang akan diolah, mencakup ketersediaan
dalam jumlah yang cukup dari sisi volume, kualitas dan kontinuitas. Seringkali hambatan
berkembangnya kegiatan pengolahan terjadi karena ketersediaan bahan baku yang
bersifat musiman dengan jumlah tidak memenuhi skala usaha.
“Pembangunan pertanian Indonesia harus melangkah ke arah industralisasi
melalui pengembangan produk olahan, sehingga ekspor produk pertanian secara
bertahap dapat beralih dari produk primer (bahan baku) ke produk olahan. Dengan
demikian penigembangan produk olahan mempunyai keuntungan ganda yaitu sebagai
promosi ekspor dan sekaligus substitusi impor, menciptakan nilai tambah pertanian,
™menciptakan lapangan kerja industri dan_meningkatnya adopsi teknologi.. Makalah ini
‘akan menguraikan tentang status industri pengolahan Indonesia, kirerja, permasalahan
dan prospek pengembangannya.
Peran Industri Pengolahan Pertanian Indonesia
Transformasi perekonomian Indonesia yang dicerminkan oleh perubahan struktur
PDB, kesempatan kerja dan komposisi ekspor serta impor ditunjukkan oleh penurunan
eran dari sektor pertanian sementara sektor industri termasuk industri pengolahan
pertanian. Dalam tahun 2004-2012, peran pertanian terhadap PDB menurun dari 14,34
Persen menjadi 12,5 persen, sementara pada periode yang sama peran agroindustri
meningkat dari 7,12 persen menjadi 7,18 persen. Kontribusi PDB dari agoindustri ini
telah melebihi kontribusi sub sektor bahan makanan sebagal sub sektor utama di
sektor pertanian, Dengan menggunakan definisi agribisnis (pertanian secara luas) yang
‘mencakup Kegiatan pertanian (on farm) dan agroindustri, kontribusi sektor agribisnis
dalam PDB dalam tahun 2004 mencapai 21,46 % dan tahun 2012 sebesar 19,68 %
(Tabel 1).
‘abel 1. Kontribusi Pertanian Dan Industri Pengolahan Hasil Pertanian Terhadap PDB (%)
Tapangan Usaha 2008 20
7. Pertanian 1434 5
2. T. Bahan Makanan 72h 6,08
. Perkebunan 26 198
c Peternakan 177 7,60
4. Kehutanan 0.88 067
e.Perikanan 231 220
2 Industri Pengolahan 28,07 3559
2. Agroindustt 72 718
3._ Produk Domestik Bato (96) 300,00 100500
ial PDB _(Wilyar Rp) 2.295826 3.241.864
Sumber: Sak noes, 5. * samp dengan ttn
Dalam kurun waktu tahun 2004-2012, jumlah industri pengolahan pertanian
meningkat dari 896.267 unit menjadi 1.036.531 atau peningkatan sebesar 1,96 %/
tahun. Peningkatan jumlah industri tersebut telah pula meningkatkan jumlah tenaga
EE, 2Perspektit Pengembangan industri Pengolahan
Pangan Di Indonesia
kerja yang terlibat dari 3,19 juta orang menjadi 3,79 juta orang atau peningkatan
sebesar 2,35 9%/tahun. Nilai output yang dihasilkan meningkat 33,02 %6/tahun, dan nilai
tambah yang diperoleh_meningkat 36,35 %. Namun demikian peningkatan laju jumlah
industri pengolahan pangan tersebut masih lebih rendah dari peningkatan industri
engolahan secara keseluruhan (Tabel 2).
Tabel 2. Peran Industri Pengolahan Pertanian Dalam Penyerapan Tenaga Kerja,
Penciptaan Output dan Nilai Tambah Tahun 2004 dan 2012
ie wie Tajo paruribaan AY
"Toil —] Pengoiehan | — Tot | Pengolahan | Total | Pangalatan
tdiator | angus | “Peranan” | nduset | “Peranian” | industt | "Pertanian
Pengolshon Pengolshn Pengolhan
“aah 2625 | wEIT | 3261300) TOES] 255 136
indus (3.25) (31,58)
(ont
Tkeja | Los72aH | Sio7sre | iee263 | a7era | —2ae 2s
(orang) (2941) (232)
Nil output [725662 | 257-353 | —3191.718 | 937.166 | —aR25 Bar
‘yar fo) (35,32) (29,36)
Nia Waa 7588 | 1313508 | 310685 | — 31a es
Tomboh 24.37) (23,65)
Loony) | |
Sumber: Sat rds 195 203
(Hires pat ertanan espaol na engolan
Dalam bidang perdagangan, secara umum nilai perdagangan pertanian Indonesia
berada pada posisi surplus, baik untuk produk segar maupun olahan. Dalam tahun 2009
surplus perdagangan produk pertanian sebesar AS$ 13,140 juta, berasal dari suplus
produk segar AS$ 9,165 juta dan surplus produk olahan AS$ 3,975 juta. Namun demikian
kontribusi suplus perdagangan tersebut terutama berasal dari subsektor perkebunan.
Dalam tahun 2009 surplus perdagangan produk perkebunan sebesar AS$ 17,632 juta,
terdiri dari suplus produk segar AS$ 12,742 juta dan surplus produk olahan AS$ 4,891
Juta. Sementara nilai perdagangan subsektor lainnya cenderung defisit (Tabel 3).
Tabel 3. Neraca Perdagangan Produk Segar Dan Olahan Pertanian, 2009 (US $ Juta).
sito Fa oar [Sear [ban | Sproat |
Toman s| 7] 2a6| sm) 2m] 25| 2a7
verte | | | mf m[ «| we
retzonan | 13500] 7530] 1as0| 2000 [rare | aan] men
Petaralan is) se | 7| see] oa) 5] a3
Teal waaer| er] sacz [ares sacs] ao75| aae0
Sumber 5, 201 (oa,
305