Вы находитесь на странице: 1из 22

Mata Kuliah Keperawatan Anak II

Dosen Pembimbing :

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN RETARDASI


MENTAL

Disusun oleh:
DELLA SAFITRI (14220160020)
YESENIA FARADILLAH (14210060030)
FIRNAYANTI MUHLIS (14220160031)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji serta rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas
berkah dan rahmat-Nyalah serta ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tentang “Asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi
mental”. Dengan harapan makalah ini dapat membantu mahasiswa/i dalam
mempelajari mata kuliah keperawatan Anak II.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami
dalam rangka pengembangan dasar ilmu keperawatan anak yang berkaitan dengan
retardasi mental pada anak. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga
untuk menambah wawasan tentang pengetahuan keperawatan anak secara meluas.
Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat menjadi
konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna dan
masih perlu perbaikan serta penyempurnaan, baik dari segi materi maupun
pembahasan. Oleh sebab itu dengan lapang dada penulis akan menerima kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini dimasa
mendatang.
Demikianlah, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
ikut memberikan sumbangan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Makassar 24 November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI
Konsep Dasar Medis ...................................................................... 4
A. Pengertian ........................................................................... 4
B. Etiologi ................................................................................. 5
C. Manisfestasi Klinik .............................................................. 6
D. Patofisiologi ......................................................................... 6
E. Klasifikasi............................................................................. 7
F. Pemeriksaan Penunjang ....................................................... 10
G. Pencegahan .......................................................................... 11
H. Penatalaksanaan ................................................................... 12
I. Komplikasi ............................................................................ 14
Konsep Asuhan Keperawatan ........................................................ 15
A. Pengkajian Keperawatan...................................................... 15
B. Diagnosa Keperawatan ........................................................ 17
C. Intervensi Keperawatan........................................................ 17
D. Implementasi Keperawatan.................................................. 20
E. Evaluasi Keperawatan .......................................................... 21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 22
B. Saran..................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keterbelakangan mental ( Retardasi Mental, RM ) atau di sebut juga


oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna
mental.adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi kecerdasan umum
yang dibawah rata – rata disertai dengan kekurangan kemampuannya untuk
menyesuaikan diri (berprilaku adaptif), yang mulai timbul sebelum usia 18
tahun atau keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa
perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat
perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama
ialah intelegensi yang terbelakang. Pembatasan ini akan menyebabkan anak
belajar dan berkembang dengan lambat daripada anak lain.

Anak dengan retardasi mental membutuhkan waktu lebih lama untuk


berbicara, berjalan, dan menjaga kebutuhan personalnya seperti memakai baju
dan makan. Mereka punya masalah belajar disekolah, mereka akan belajar
tetapi itu akan makan waktu lebih lama dan ada beberapa hal yang mereka
tidak bisa pelajari.Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan
implikasi yang besar terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka
kejadian retardasi mental berat sekitar 0,3% dari seluruh populasi dan hampir
3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka
tidak bias dimanfaatkan karena 0,1% dari anak-anak ini memerlukan
perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya.(Swaiman KF,
1989).

Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di


indonesia 1-3 persen penduduknya menderita kelainan ini. Insidennya sulit di
ketahui karena retardasi metal kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak
usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden
tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun.
Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan
dengan perempuan.Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema,
sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat. Demikian pula dengan
diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah yang
tidak kecil. Dari penjelasan tersebut, penulis tertarik untuk membuat makalah
asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental.

B. Rumusan Masalah

1) Apa pengertian dari retardasi mental ?


2) Apa etiologi dari retardasi mental ?
3) Bagaimana manisfestasi klinik dan patofisologi dari retardasi mental pada
anak?
4) Apa pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan pada anak dengan
retardasi mental ?
5) Bagaimana penatalaksanaan dari anak dengan retardasi mental ?
6) Apa saja komplikasi yang terjadi pada anak dengan retardasi mental ?
7) Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental ?

C. Tujuan

1) Mengetahui landasan teori dari anak dengan retardasi mental (pengertian,


etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang,
prognosis, komplikasi, dan penatalaksanaan)
2) Mengetahui WOC pada anak dengan retardasi mental .
3) Mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental
secara efisien dan tepat dengan peka budaya serta menghargai sumber-
sumber etnik, agama, atau faktor lain dari setiap klien yang unik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP DASAR MEDIS

A. Pengertian

American Association on Mental Deficiency(AAMD)membuat definisi


retardasi mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai suatu
penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa
perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal
penting yang merupakan kata kunci dalam definisi ini yaitu penurunan fungsi
intelektual, adaptasi sosial, dan masa perkembangan.

Retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan mental yang


terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai dengan adanya rendahnya (
impairment) keterampilan ( kecakapan, skill ) selama masa perkembangan,
sehingga berpengaruh terhadap intelegensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa,
motorik dan sosial. ICG ( WHO, 1992 )

Menurut Crocker AC 1983, retadarsi mental adalah apabila jelas


terdapat fungsi intelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam
penyesuaian perilaku, dan gejalanya timbul pada masa perkembangan.

Retardasi Mental adalah kelainan fungsi intelektual yang subnormal


terjadi pada masa perkembangan dan berhubungan dengan satu atau lebih
gangguan dari:

a. Maturasi
b. Proses belajar
c. Penyesuaian diri secara social
B. Etiologi

Kelainan ini dapat digolongkan menjadi :

a. Penyebab Organik

1). Faktor prenatal :

a) Penyakit kromosom ( Trisomi 21 ( Sindrom Down)


b) Kelainan genetik/herediter
c) Intoksikasi
d) Gangguan metabolisme sejak lahir ( Fenilketonuria )

2). Faktor Perinatal :

a) Abrupsio plasenta
b) Diabetes maternal
c) Kelahiran premature
d) Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intracranial

3). Faktor Pasca natal :

a) Cedera kepala
b) Infeksi
c) Gangguan degeneratif

b. Penyebab non organik

a) Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis


b) Sosial cultural
c) Interaksi anak kurang
d) Penelantaran anak
c. Penyebab lain :

Keturunan,pengaruh lingkungan dan kelainan mental lain


Retardasi mental dapat juga disebabkan oleh gangguan psikiatris berat
dengan deviasi psikososial atau lingkungan ( Ilmu Kesehatan Anak
FKUI, Jakarta )

C. Manisfestasi Klinik

a. Gangguan kognitif ( pola, proses pikir )


b. Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa
c. Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
d. Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih besar
atau lebih kecil dari ukuran normal )
e. Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
f. Kemungkinan tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah )
g. Kemungkinan ciri-ciri dismorfik
h. Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar

D. Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-
hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif
yang muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai
dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang )
dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi
adaftif : berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri,
kerumah tanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas,
pengarahan diri , kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan
bekerja. Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal,
perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini
pada masa kanak-kanak.
E. Klasifikasi

Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural


Disorders , WHO, Geneva tahun 1994 retardasi mental dibagi menjadi 4
golongan yaitu :

a. Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69


Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental
dapat dididik (educable). Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi
masih mampu menguasainya untuk keperluan bicara sehari-hari dan untuk
wawancara klinik. Umumnya mereka juga mampu mengurus diri
sendiri secara independen (makan, mencuci, memakai baju, mengontrol
saluran cerna dan kandung kemih), meskipun tingkat
perkembangannya sedikit lebih lambat dari ukuran normal. Kesulitan
utama biasanya terlihat pada pekerjaan akademik sekolah, dan banyak
yang bermasalah dalam membaca dan menulis. Dalam konteks
sosiokultural yang memerlukan sedikit kemampuan akademik, mereka
tidak ada masalah. Tetapi jika ternyata timbul masalah emosional dan
sosial, akan terlihat bahwa mereka mengalami gangguan, misal tidak
mampu menguasai masalah perkawinan atau mengasuh anak, atau
kesulitan menyesuaikan diri dengan tradisi budaya.
b. Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat
dilatih (trainable). Pada kelompok ini anak mengalami keterlambatan
per kembangan pemahaman dan penggunaan bahasa, serta pencapaian
akhirnya terbatas. Pencapaian kemampuan mengurus diri sendiri dan
ketrampilan motor juga mengalami keterlambatan, dan beberapa
diantaranya mem- butuhkan pengawasan sepanjang hidupnya. Kemajuan
di sekolah terbatas, sebagian masih ssbisa belajar dasar- dasar membaca,
menulis dan berhitung.
c. Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 20-34

Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi


mental sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-
keadaan yang terkait. Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat
ini biasanya mengalami kerusakan motor yang bermakna atau adanya
defisit neurologis. Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama
dengan retardasi mental sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab
organik, dan keadaan-keadaan yang terkait. Perbedaan utama adalah pada
retardasi mental berat ini biasanya mengalami kerusakan motor yang
bermakna atau adanya defisit neurologis.

d. Profound retardation (retardasi mental sangat berat), IQ <20

Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas
kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi.
Umumnya anak sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan hanya mampu
pada bentuk komunikasi nonverbal yang sangat elementer.
Tabel 1: Klasifikasi retardasi mental dalama setiap usia perkembangan

RM IQ Usia Usia Sekolah Usia Dewasa


Prasekolah (0-21 tahun) (>21 tahun)
(0-5 tahun)
Sangat <20 Retradasi jelas Beberapa Perkembangan
berat Perkembangan motorik motorik dan
dapat berespon namun bicara sangat
terbatas terbatas

Perkembangan Dapat bicara atau Dapat berperan


Berat 20- motorik yang berkomunikasi namun sebagian dalam
23 miskin latihan kejujuran tidak pemeliharaan
bermanfaat diri sendiri
dibawah
pengawasan
ketat

Dapat Latihan dalam Dapat bekerja


berbicara atau keterampilan social dan sendiri tanpa
Sedang 35- belajar pekerjaan dapat dilatih namun
49 berkomunikasi bermanfaat, dapat pergi perlu
, ditangani sendiri ketempat yang pengawasan
dengan telah dikenal terutama jika
pengawasan berada dalam
sedang stress

Dapat Dapat belajar Biasanya dapat


mengembangk keterampilan akademik mencapai
Ringan 50- an sampai ± kelas 6 SD keterampilan
69 keterampilan social dan
social dan kejujuran namun
komunikasi, perlu bantuan
retradasi terutama bila
minimal stress
F. Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang


menderita retardasi mental, yaitu dengan:
1. Kromosomal Kariotipe
a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan kongenital
d. Genetalia abnormal
2. EEG ( Elektro Ensefalogram)
a. Gejala kejang yang dicurigai
b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT ( Cranial Computed Tomography) atau MRI ( Magnetic Resonance
Imaging)
a. Pembesaran kepala yang progresif
b. Tuberous sklerosis
c. Dicurigai kelainan otak yang luas
d. Kejang lokal
e. Dicurigai adanya tumor intrakranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
a. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b. Neonatal hepatosplenomegali
c. Petechie pada periode neonatal
d. Chorioretinitis
e. Mikroptalmia
f. Kalsifikasi intrakranial
g. Mikrosefali
5. Serum asam urat ( uric acid serum)
a. Gout
b. Sering mengamuk
6. Laktat dan piruvat darah
a. Asidosis metabolik
b. Kejang mioklonik
Beberapa uji tumbuh kembang:
 Uji intelegensi standar ( stanford binet, weschler, Bayley Scales of infant
development )
 Uji perkembangan seperti DDST II
 Pengukuran fungsi adaftif ( Vineland adaftive behaviour scales,
Woodcock-Johnson Scales of independent Behaviour, School edition of
the adaptive behaviour scales ).

G. Pencegahan

1) Pencegahan primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan
keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran
(umpamanya perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang
baik, kehamilan pada wanita adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan
pencegahan peradangan otak pada anak-anak).
2) Pencegahan sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan
subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat
dibuka dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak
menolong).
3) Pencegahan tersier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya disekolah
luar biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau
dektrukstif. Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan
pragmatis dengan tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi
frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan Retardasi mental.
H. Penatalaksanaan

1.) Farmakologi
Anak Retardasi mental biasanya disertai dengan gejala hyperkinetik (selalu
bergerak, konsentrasi kurangdan perhatian mudah dibelokkan). Obat-obat
yang sering digunakan dalam bidang retardasi mental adalah terutama
untuk menekan gejala-gejala hyperkinetik, misalnya :
a. Amphetamin dosis 0,2 - 0,4 mg/kg/hari
b. Imipramin dosis ± 1,5 mg/kg/hariEfek sampingan kedua obat diatas
dapat menimbulkan convulsi
c. Valium, Nobrium, Haloperidol dsb. dapat juga menekan gejala
hyperkinetik
Obat-obatan untuk konvulsi :
a. Dilantin dosis 5 - 7 mg/kg/hari (Dilantin dapat juga menurunkan
gejala hyperkinetik, gejalagangguan emosi dan menaikkan fungsi
berfikir).
b. Phenobarbital dosis 5 mg/kg/hari (Phenobarbital dapat menaikkan
gejala hyperkinetik).
c. Cofein : baik untuk convulsi dan menurunkan gejala hyperkinetik
Obat-obatan untuk menaikkan kemampuan belajar :
a. Pyrithioxine (Encephabol, Cerebron).
b. Glutamic acid.
c. Gamma amino butyric acid (Gammalon).
d. Pabenol.
e. Nootropil.
f. Amphetamin dsb.

2.) Non Farmakologi


Psikoterapi dapat diberikan baik pada anaknya sendiri maupun
pada orang tuanya. Untuk anak yang terbelakang dapat diberikan
psikoterapi individual, psikoterapi kelompok dan manipulasi
lingkungan(merubah lingkungan anak yang tidak menguntungkan bagi
anak tersebut).
Walaupun tak akan dapat menyembuhkan keterbelakangan mental,
tetapi dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakanperubahan
sikap, tingkah laku, kemampuan belajar dan hasil kerjanya. Yang penting
adalah adanya ketekunan, kesadaran dan minat yang sungguh dari pihak
terapis (yang mengobati).
Terapis bertindak sebagai pengganti orang tua untuk membuat
koreksi-koreksi terhadaphubungan yang tak baik ini. Dari pihak perawat
diperlukan juga ketekunan dan kesadaran dalam merawatanak-anak
dengan retardasi mental serta melaporkan kepada dokter bila dalam
observasi terdapattingkah laku anak maupun orang tua yang negatif,
merugikan bagi anak tersebut maupun lingkungannya(teman-teman
disekitarnya).
Social worker (pekerja sosial) melakukan kunjungan rumah untuk
melihat hubungan anak denganorang tua, saudara-saudaranya maupun
dengan masyarakat sekitarnya. Tugasnya utama mencari data-data anak
dan orang tua serta hubungan anak dengan orang-orang disekitarnya.
Untuk ibu atau orangtua anak dengan retardasi mental dapat diberikan
family terapi (terapi keluarga) untuk mengubah sikaporang tua atau
saudaranya yang kurang baik terhadap penderita. Dapat diberikan juga
terapi kelompok dengan ibu-ibu.
Anak retardasi mental lainnya, seminggu sekali selama 12 kali.
Tujuannya untuk mengurangi sikaprendah diri, perasaan kecewa dari ibu
tersebut karena ternyata banyak ibu lain yangmengalami nasib serupa,
mempunyai anak dengan retardasi mental. Dengan demikian ibu
dapatbersikap lebih realistik dan lebih dapat menerima anaknya serta dapat
merencanakan program yang baikbagi anaknya. Di luar negeri social
worker yang bertugas memberi terapi kelompok untuk ibu-ibu tersebut di
atas.
I. Komplikasi

a. Serebral palcy
b. Gangguan kejang
c. Gangguan kejiwaan
d. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e. Defisit komunikasi
f. Konstipasi

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai kekurangan


dan kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif ; komunikasi,
perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sarana-sarana di masyarakat
pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik fungsional,
pembentukan ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja.

1.) Riwayat Kesehatan


a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien menunjukkan Gangguan kognitif ( pola, proses pikir ), Lambatnya
ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa, Gagal melewati tahap
perkembangan yang utama, Lingkar kepala diatas atau dibawah normal (
kadang-kadang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal ),
lambatnya pertumbuhan, tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot
lemah ), ciri-ciri dismorfik, dan terlambatnya perkembangan motoris
halus dan kasar.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan besar pasien pernah mengalami Penyakit kromosom (
Trisomi 21 ( Sindrom Down), Sindrom Fragile X, Gangguan Sindrom (
distrofi otot Duchene ), neurofibromatosis ( tipe 1), Gangguan
metabolisme sejak lahir ( Fenilketonuria ), Abrupsio plasenta, Diabetes
maternal, Kelahiran premature, Kondisi neonatal termasuk meningitis
dan perdarahan intracranial, Cedera kepala, Infeksi, Gangguan
degenerative.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ada kemungkinan besar keluarga pernah mengalami penyakit yang
serupa atau penyakit yang dapat memicu terjadinya retardasi mental,
terutama dari ibu tersebut.

2.) Pemeriksaan fisik


a. Kepala :Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
b. Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus
dan cepat berubah
c. Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
d. Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil,
cuping melengkung ke atas, dll
e. Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit
lebar/melengkung tinggi
f. Geligi : odontogenesis yang tdk normal
g. Telinga : keduanya letak rendah; dll
h. Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
i. Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
j. Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing,
ibujari gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
k. Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll
l. Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
m. Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang
kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk
B. Diagnosis Keperawatan

1) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi kognitif


2) Gangguan komunikasi verbal b.d. kelainan fungsi kognitif
3) Risiko cedera b.d. perilaku agresif ketidakseimbangan mobilitas fisik
4) Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi sosial
5) Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak retardasi mental
6) Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya
kematangan perkembangan.

C. Intervensi Keperawatan

1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi


kognitif
Tujuan : Tidak mengalami kegagalan tumbang

Kriteria Hasil :

-Tak ada kemunduran mental

-Anak mampu melakukan kegiatan sesuai kemampuan secara optimal


Intervensi :

1. Kaji tingkat perkembangan anak


2. Dorong / libatkan anak dalam melakukan aktivitas
3. Berikan aktivitas sesuai dengan kemampuan anak
4. Ajarkan hal-hal yang perlu diketahui anak (aktivitas dasar)
5. Pantau tingkat perkembangan anak
Rasional :

1. Informasi data dlm menentukan intervensi


2. Melatih kemampuan meningkatkan harga diri
3. Menstimulasi kemampuan fisik, kognitif anak
4. Meningkatkan kemampuan
5. Mengetahui kemajuan / perkembangan anak

2. Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi


sosial
Tujuan : Anak mampu berinteraksi social

Kriteria Hasil :

-Anak tidak mengisolasi diri


-Anak mapu bergaul dengan lingkungan
Intervensi :
1) Kaji factor penyebab gangguan perkembangan dan isolasi sosial
2) Tingkatkan komunikasi verbal
3) Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok
4) Beri reinforcement yang positif atas hasil yang dicapai anak
5) Ajarkan anak untuk bermain bersama teman kelompoknya
Rasional :
1) Informasi data dlm menentukan intervensi
2) Melatih anak dalam berkomunikasi
3) Meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi
4) Meningkatkan harga diri anak
5) Meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi

3. Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya


kematangan perkembangan.
Tujuan : Perawatan diri terpenuhi

Kriteria Hasil :

-Anak tampak bersih


-Anak mampu berperan dalam perawatan dirinya

Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan anak
2) Pantau anak dalam memenuhi kebutuhannya
3) Libatkan anak dalam memenuhi kebutuhannya
4) Jelaskan secara berulang-ulang tentang perawatan diri
5) Beri dorongan anak untuk merawat dirinya
Rasional :
1) Untuk menentukan intervensi
2) Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
3) Meningkatkan kemampuan dan harga diri anak
4) Meningkatkan pemahaman anak ttg perawatan diri
5) Meningkatkan motivasi anak.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah


direncanakan,mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Rencana tindakan
tersebut diterapkan dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan dan hasil yang di harapakan. Tindakan keperawatan harus
mendetail. Agar semua tenaga keperwatan dapat menjalankan tugasnya dengan
baik dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dan di lakukan sesuai dengan
kondisi pasien.

E. Evalusi Keperawatan

Evaluasi atau hasil penilaian yang dapat di capai setelah tindakan keperawatan
antara lain:

-Tidak mengalami kegagalan tumbang

-Anak mampu berinteraksi social

-Perawatan diri terpenuhi

-komunikasi verbar dapat meningkat

-kelurga menerima kondisi anaknya


BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Retardasi mental merupakan suatu penurunan fungsi intelektual secara


menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan dengan
gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal penting yang merupakan kata kunci dalam
definisi ini yaitu penurunan fungsi intelektual, adaptasi sosial, dan masa
perkembangan. Kelainan ini dapat digolongkan menjadi :penyebab organik (
faktor prenatal,intratal dan pascanatal) dan penyebab non organik. Diagnosis
retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.retardasi mental
dapat di klasifikasikan dalam 4 bagian yaitu : Retardasi mental ringan (mampu
didik) 52-69, retardasi mental sedang (mampu latih ) 36-51, retardasi mental
berat 20-35 ,retardasi mental sangat berat dibawah 20.

B.Saran

Peran orang tua sangatlah penting dalam perawatan anak dengan


retardasi mental, di dalam setiap kehidupan sehari-hari anak. Dan sebaiknya
orang tua ataupun keluarga menerima apapun kekurangan dari seorang anak
dengan retardasi mental, serta lebih memberikan support atau pujian yang
dapat membuat anak menjadi lebih baik. Serta peran serta perawat dalam
memberikan dukungan pendidikan kesehatan dan pelayanan keperawatan yang
dapat berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
ibu dalam merawat anak dengan retardasi mental.

.
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih.1995.Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Nelson. 1994. Ilmu kesehatan anak, Jilid I. Jakarta: EGC

Betz and Sowden. 2002. Buku saku keperawatan pediatri. Jakarta : EGC

Marlynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse.1999. Rencana asuhan

keperawatan. Jakarta : EGC

http://www.slideshare.net/yabniellitjingga/lp-rm

http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/2-3-8.pdf

Вам также может понравиться