Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
ح ا
ْ اككك للكككمم لياَ أليَيلهاَ الاحذيلن آلمكنوُا إحلذا حقيِلل للككمم تلفلاسكحوُا حفيِ امللملجككاَلح ح
س لفاَمفلسكككحوُا يلمفلسك ح
Dengan ilmu manusia dapat berkarya untuk kehidupan yang lebih baik
bahwa kemudahan dan kesukseskan hidup baik di dunia maupun diakhirat
dapat dicapai oleh manusia melalui ilmu pengetahuan.
Hal diatas menunjukan bahwa kehadiran orang lain dalam hal ini
para guru dan guru pembimbing menjadi amat penting untuk membantu
mengembangkan potensi peserta didik dan dalam menghadapi masalah-
masalah yang berkait dengan belajar. Menyadari hal tersebut peserta didik
perlu bantuan dan bimbingan orang lain agar dapat bertindak dengan tepat
sesuai dengan potensi yang ada pada diri peserta didik.
Tabel 1
8
Indikator
1 2 3 4 5
No Nam Sko Kriteri
a r a
1 EV √ √ √ √ √ 80 Tinggi
2 AFA √ √ √ √ √ 81 Tinggi
3 NMH √ √ √ √ √ 77 Tinggi
4 TOF √ √ √ √ √ 77 Tinggi
5 NAL √ √ √ √ √ 82 Tinggi
6 IP √ √ √ √ √ 77 Tinggi
Sumber: Data awal yang diperoleh dari penyebaran angket kejenuhan
belajar.
Tabel 2
9
Indikator
1 2 3 4 5
No Nam Sko Kriteri
a r a
1 IMP √ √ √ √ √ 79 Tinggi
2 JWP √ √ √ √ √ 79 Tinggi
3 GNC √ √ √ √ √ 83 Tinggi
4 SHR √ √ √ √ √ 81 Tinggi
5 DA √ √ √ √ √ 79 Tinggi
6 ANP √ √ √ √ √ 82 Tinggi
Sumber : data awal yang diperoleh dari penyebaran angket kejenuhan
belajar.
Tabel 3
10
ا
ال لكحثيِررا
9 Tri Susanti, Jurnal Ilmiah, Efektivitas Teknik Modeling Untuk Meningkatkan Empati
Mahasiswa Prodi BK Universitas Ahmad Dahlan, (Volume 1, Nomor 2, Desember 2015), h. 191.
10 Al-Qur’an dan Terjemahan, Surah Al-Ahzab: 21.
11 Ibid, h. 176.
13
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diidentifikasikan sejumlah masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Terdapat 12 peserta didik kelas VIII yang memiliki kejenuhan
belajar tinggi.
2. Layanan konseling kelompok yang belum efektif dalam mengatasi
masalah kejenuhan belajar peserta didik.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang timbul, maka perlu adanya
batasan masalah. Hal ini disesuaikan dengan judul penelitian yang akan
diteliti, agar apa yang hendak dicapai dalam penilitian ini dapat terarah
dengan baik. Maka dalam hal ini penulis membatasi masalah pada
efektivitas konseling kelompok behavior dengan teknik modelling untuk
mengurangi kejenuhan belajar peserta didik kelas VIII di SMPN 22
Bandar Lampung Tahun Ajaran 2018/2019.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis dapat
merumuskan masalah yang dapat menjadi kajian penelitian, yaitu “Apakah
Konseling Kelompok Behavior Dengan Teknik Modelling efektif untuk
Mengurangi kejenuhan Belajar Peserta Didik kelas VIII di SMPN 22
Bandar Lampung?”.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
14
BAB II
LANDASAN TEORI
15
A. Konseling Kelompok
1. Pengertian Konseling Kelompok
Pengertian konseling kelompok secara umum adalah pemberi
bantuan kepada sekelompok peserta didik baik yang sudah ditentukan
jumlahnya maupun yang sudah terbentuk apa adanya. Konseling
kelompok menurut Sukardi adalah suatu teknik pelayanan konseling
yang diberikan oleh pembimbing kepada sekelompok peserta didik
dengan tujuan membantu seseorang atau sekelompok peserta didik yang
menghadapi masalah-masalah belajarnya dengan menempatkan dirinya
di dalam suatu kehidupan atau kegiatan kelompok yang sesuai.12
Menurut Winkel, konseling kelompok adalah proses pemberian
bantuan kepada orang lain dalam memahami dirinya dan ligkungannya
yang mempunyai tujuan ingin dicapai bersama, berinteraksi, dan
berkomunikasi secara intensif satu sama lain pada waktu berkumpul,
saling tergantung pada proses kerja sama, dan mendapatkan keputusan
pribadi diri interaksi psikologis dengan seluruh anggota yang bergabung
dalam suatu satuan.13
Berdasarkan dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengertian konseling kelompok adalah konseling yang memungkinkan
sejumlah peserta didik bersama-sama melalui dinamika kelompok
memperoleh berbagai bahan dari narasumber (terutama guru
pembimbing) dan atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan
tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dalam
15
kehidupannya sehari-hari untuk perkembangan dirinya baik sebagai
individu maupun sebagai pelajar dalam mempertimbangkan segala
keputusan atau tindakan tertentu.
2. Kelebihan Konseling Kelompok
Sebagai suatu sistem pemberian bantuan, konseling kelompok
memiliki kelebihan, yaitu sebagai berikut :
1. Epsiensi, dibandingkan dengan strategi bantuan yang bersifat
individual, konseling kelompok lebih episien karena dalam waktu
yang ociale sama konselor dapat memberikan layanan bantuan
kepada sejumlah individu.
12 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah
(Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 68.
13 Winkel WS Hastuti, Bimbingan Dan Konseling Di Institute Pendidikan (Yogyakarta:
Media Abadi, 2006), h. 548.
16
15 Ibid, h. 27.
16 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007), h. 180.
18
21 Gantina Komalasari dkk, Teori dan Teknik Konseling, (Jakarta: PT indeks, 2016), h.
176.
22 Ibid, h. 176.
23 Sofwan Adiputra, Penggunaan Teknik Modeling Terhadap Perencanaa Karir Siswa,
(Volume 1 No. 1, Januari 2015), h. 51.
23
27 Gantina Komalasari, Teori dan Teknik Konseling, (Jakarta: PT indeks, 2016), h. 178.
28 Ibid, h. 178.
25
b. Pada live model, pilih model yang bersahabat atau teman sebaya
konseli yang memiliki kesamaan seperti: usia, status ekonomi, dan
penampilan fisik. Hal ini penting terutama bagi anak-anak.
c. Bila mungkin gunakan lebih dari satu model.
d. Kompleksitas perilaku yang dimodelkan harus sesuai dengan
tingkat perilaku konseli.
e. Kombinasikan modeling dengan aturan, instruksi, behavioral
rehersal, dan penguatan.
f. Pada saat konseli memperhatikan penampilan tokoh berikan
penguatan alamiah.
g. Bila mungkin buat desain pelatihan untuk konseli menirukan model
secara tepat, sehingga akan mengarahkan konseli pada peguatan
alamiah, bila tidak maka buat perencanaan pemberian penguatan
untuk setiap peniruan tingkah laku yang tepat.
h. Bila perilaku bersifat komples, maka episode modeling dilakukan
mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar.
i. Skenario modelling harus dibuat realistik.
j. Melakukan pemodelan dimana tokoh menunjukan perilaku yang
menimbulkan rasa takut bagi konseli (dengan sikap manis,
perhatian, bahasa yang lembut dan perilaku yang menyenangkan
konseli).29
8. Proses Penting Modelling
Menurut Bandura, orang dapat mempelajari respon baru melalui
pemodelan dengan cara mengobservasi baik secara langsung maupun
tidak langsung sehingga membentuk tingkah laku baru. Orang dapat
memperoleh tingkah laku baru dengan mengamati model secara
langsung atau melalui simbol seperti film, audio visual. Pada saat
melakukan pemodelan diawali dengan observasi terhadap model yang
dipilihnya. Hasil dari kita melakukan observasi dapat berupa kata-kata,
sikap dan tingkah laku dari model.
a. Perhatian, harus fokus pada model. Proses ini dipengaruhi
asosiasi pengamat dengan model, sifat model yang atraktif, arti
penting tingkah laku yang diamati bagi si pengamat.
29 Ibid, h. 179.
26
30 Ibid, h. 177.
31 Ibid, h. 177.
27
C. Konseling Behavior
1. Pengertian Konseling Behavior
Behavior merupakan aliran psikologis yang didirikan oleh John B.
Watson pada tahun 1913. Sama halnya dengan aliran Psikoanalisis,
aliran Behavior juga merupakan aliran yang revolusioner, kuat dan
berpengaruh serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Sejumlah
filosuf dan ilmuwan sebelum Watson, dalam satu dan lain bentuk telah
mengajukan gagasan mengenai pendekatan objektif dalam mempelajari
manusia berdasarkan pandangan yang mekanistis dan matearilistis,
suatu pendekatan yang menjadi ciri utama behavior. Seorang
diantaranya adalah Ivan Pavlov (1849-1936) seorang ahli psikologi
Rusia.33
Model konseling Behavior dikembangkan berdasarkan penelitian
eksperimen mengenai teori belajar. Sejumlah teori belajar yang
termasuk kedalam teori behavior adalah teori koneksionisme dari
Thorndike, Teori Klasikal Kondisioning dari Ivan Pavlov dan Operan
Kondisioning dari Skinner.
Teori koneksionisme mendominasi dunia psikologi belajar di
Amerika Serikat. Pada masa dewasa ini pengaruh teori ini agak mundur
karena terdesak aliran lain, namun pengaruhnya dalam praktek
pengajaran masih tetap sangat terasa. Menurut teori ini belajar pada
hewan dan manusia pada dasarnya berlangsung menurut prinsip-prinsip
yang sama dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi (bond
conection) antara kesan panca indera (sense impression) dengan
34 Ibid, h. 194.
29
35 Gantina Komalasari dkk, Teori Dan Teknik Konseling, (Jakarta: pt indeks, 2016), h.
36 Ibid, h.
30
D. Kejenuhan Belajar
1. Pengertian Kejenuhan Belajar
Secara harfiah jenuh dapat diartikan penat atau penuh sehingga
tidak mampu lagi memuat apapun. Jenuh juga dapat berarti bosan,
peserta didik terkadang mengalami jenuh belajar yang dalam
bahasa psikologi lazim disebut learning pleateau atau plateau.41
Kejenuhan adalah kondisi dimana terjadinya keletihan yang lama
dan menghilangnya ketertarikan terhadap sesuatu hal. Kejenuhan
44 Gian Sugiana, Jurnal Ilmiah, Teknik Self Instruction dalam Mengurangi Kejenuhan
Belajar Siswa (pra Eksperimen terhadap Siswa Kelas XII ipa SMA Angkatan lanud Husen
Sastranegara Bandung.
45 Fajria Safarina, Perbedaan Tingkat Kejenuhan Belajar Antara Siswa Di Full Day
School dan Non Full Day School Ditinjau Dari Lamananya Waktu Belajar, ( Volume 1, Agustus
2008).
38
46 Ibid, h. 35.
47 Retnowati, Keefektivan Konseling Rational Emotive Behavior Untuk Menurunkan
Kejenuhan Belajar Siswa SMP, ( Volume 1, No 1 September 2018 ), h. 33.
40
E. Kerangka Berfikir
Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992)
mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual
tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting.49 Kerangka berfikir yang
baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan
diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel
independen dan dependen. Penelitian ini menggunakan konseling
kelompok dengan teknik symbolic model. Symbolic model dalam
konseling kelompok ini merupakan teman sebaya yang dapat dijadikan
model dalam konseling kelompok.
1.
Gambar 1.
Ha : 1 = 2
Ho : 1 ≠ 251
Dimana :
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian quasi
eksperimental. Alasan penulis menggunakan metode ini karena dalam
rancangan metode quasi ekperimental terdapat kelompok kontrol dan
47
Pengukuran Pengukuran
K O₃ O₄
Gambar 2
Pola Non-equivalent Control Group Design
Keterangan :
52 Ibid. h. 77
53 Ibid, h. 77
48
E : Kelompok Eksperiment
K : Kelompok Kontrol
O1 dan O3 : Pengukuran kejenuhan belajar peserta didik, sebelum
54 Ibid. h. 79
49
C. Varibel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
bentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau
obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau
satu obyek yang lain. Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang
keilmuan atau kegiatan tertentu. Kerlinger menyatakan bahwa variabel
adalah konstrak (constructs) atau sifat yang akan dipelajari.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.55 Dalam
penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel independent (X) dan
variabel dependent (Y).
Gambar 3.
Variabel Penelitian
D. Definisi Operasional
Definisi variabel merupakan uraian yang berisikan sejumlah
indikator yang dapat diamati dan diukur untuk mengidentifikasi variabel
55 Ibid, h. 60-61.
50
Tabel 4.
Definisi Operasional
dinamika
kelompok.
Teknik
modelling
dalam
pendekatan
behavior
merupakan
teknik yang
menggunakan
proses belajar
melalui
pengamatan
terhadap
model dengan
menambahkan
atau
mengurangi
tingkah laku
yang teramati,
dalam
pendekatan
behavior
bahwa perilaku
dapat teramati.
Tabel 5.
Jumlah Populasi Penelitian
2. Sampel
3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel
dengan adanya kriteria dan pertimbangan tertentu.58 Adapun
kriteria dalam menentukan sampel dalam penelitian ini yaitu :
a. Peserta didik kelas VIII SMPN 22 Bandar Lampung
b. Peserta didik yang teridentifikasi memiliki
kejenuhan belajar tinggi
c. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan serangkaian informasi yang dihimpun
secara sistematis, diklasifikasikan jenisnya, kemudian dihimpun menurut
sistem tertentu. Peneliti akan menggunakan beberapa metode atau cara
untuk memeproleh data-data yang diperlukan. Berdasarkan uraian tersebut
maka dalam penelitian ini peneiti akan menggunakan beberapa metode
dalam pengumpulan data.
1. Wawancara (interview)
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan
cara Tanya jawab lisan yang dilakukan secara sistematis guna
mencapai tujuan penelitian.59 Pada umumnya interviu dilakukan
oleh dua orang atau lebih, satu pihak sebagai pencari data
(interviewer) pihak yang lain sebagai sumber data (interviewee)
dengan memanfaatkan saluran-saluran komunikasi secara wajar.
Wawancara dapat dibedakan menjadi wawancara terstruktur dan
wawancara tidak terstruktur. Pada teknik ini peneliti menggunakan
wawancara tidak terstruktur. Wawancara dilakukan pada selaku
guru BK, dengan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai
58 Ibid. h. 82.
59 Anwar Sutoyo, Pemahaman Individu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), h. 123.
55
60 Ibid, h. 69.
61 Sugiono, Metode Penelitian pendidikan Pendekatan Kuanitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta 2011), h. 203
62 Ibid, h. 329
56
dari guru BK, dan dari peserta didik saat proses belajar. Tujuan
dokumentasi sebagai hasil observasi dan wawancara dengan guru
BK dan peserta didik.
4. Kuesioner atau Angket
Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang efesien bila peneliti tahu
dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan responden.63 Instrumen ini terdiri dari 25 pernyataan,
Angket diberikan kepada peserta didik kelas VIII, diberikannya
angket ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang kejenuhan
belajar peserta didik kelas VIII yang memiliki kejenuhan tinggi,
dipergunakan sebagai instrument untuk mengukur kejenuhan
belajar peserta didik.
Skala likert, yang akan dibagikan kepada peserta didik
berisikan pernyataan yang mendukung sikap (favorable) dan
pernyataan yang tidak mendukung sikap (unfavorable) serta
memiliki lima alternative jawaban yakni selalu (SL), sering (SR),
kadang-kadang (KD), tidak pernah (TP). Kuesioner ini ditunjukan
kepada peserta didik yang menjadi sampel dalam penelitian untuk
melihat kejenuhan belajar mereka.
Tabel 6.
Alternatif Jawaban
63 Ibid, h. 199
57
Positif)
Unfavorable
(Pernyataan 1 2 3 4
Negatif)
Ji = (t - r)/Jk
Keterangan
Tabel 7.
mampu
menghafal
materi
pelajaran
terlalu banyak.
18. Beberapa mata
pelajaran yang
tidak saya
suka,
mendapat nilai
yang kurang
maksimal.
5. Sering 19. Saya suka 20. Saya merasa
sakit menghafal pusing saat
kepala materi pelajaran akan 2
yang terlalu menghadapi
banyak ujian
6. Merasa 21. Suasana 24. Ketika guru
tidak pembelajaran menjelaskan
nyaman yang materi
berlangsung pelajaran, saya
secara kondusif sering
mmebuat saya mengobrol
nyaman untuk dengan teman. 5
25. Lingkungan
belajar.
22. Saya tidak sekolah yang
mudah bersih
terpengaruh membuat saya
dengan teman nyaman
yang ramai saat belajar.
proses belajar.
23. Lingkungan
62
sekolah yang
nyaman
membuat saya
nyaman belajar.
Jumlah 11 14 25
X ₁ ̅̅ − X ₂ ̅̅
t= ❑
√❑
Keterangan :
66 Sugiyono, metode Penelitian Kuantitatif Dan R&D (Bandung : Alfabeta, 2011), h. 77.