Вы находитесь на странице: 1из 32

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pelayanan Kesehatan Pada Wanita Sepanjang Daur Kehidupannya

Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan Reproduksi adalah
pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhusususan kebutuhan penanganan
system reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar fasekehidupan
tersebut. Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat
diperkirakan, yang bila tidak ditangani dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada
masa depan kehidupan selanjutnya.

Dalam pendekatan siklus hidup ini, dikenal lima tahap, yaitu :


1. Konsepsi
a. Perlakuan sama terhadap janin laki-laki/perempuan
b. Pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas serta pelayanan bayi baru lahir
c. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin, BBLR,
kurang gizi (malnutrisi)
d. Pendekatan pelayanan anternatal, promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.

2. Bayi dan anak


a. ASI Eksklusif dan penyapihan layak
b. Tumbuh kembang anak, pemberian makanan dengan gizi seimbang
c. Imunisasi dan menejemen terpadu balita sakit
d. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan
e. Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan
f. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin, sunat
perempuan, kurang gizi (malnutrisi), kesakitan primer, imunisasi, pelayanan
antennal, persalinan, postnatal, menyusui serta pemberian suplemen, dll
Asuhan yang diberikan :
a. ASI Eksklusif
b. Tumbuh kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi seimbang
c. Imunisasi dan menejemen terpadu balita sakit
d. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan (KtP)
e. Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan

3. Remaja
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun dan merupakan
peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis
remaja adalah datangnya haid pertama yang dinamakan menarche. Secara tradisi, menarche
dianggap sebagai sebagai tanda kedewasaan, dan gadis yang mengalaminya dianggap sudah tiba
waktunya untuk melakukan tugas-tugas sebagai wanita dewasa, dan siap dinikahkan. Pada usia
ini tubuh wanita mengalami perubahan dramatis, karena mulai memproduksi hormone-hormon
seksual yang akan mempengaruhi pertumbuhn dan perkembangan system reproduksi.
a. Gizi seimbang
b. Informasi tentang kesehatan reproduksi
c. Pencegahan kekerasan termasuk seksual
d. Pencegahan terhadap ketergantungan napza
e. Perkawinan pada usia wajar
f. Pendidikan, peningkatan keterampilan
g. Peningkatan penghargaan diri
h. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman
i. Masalah yang ditemui meliputi : seks komersial, pelecehan seksual,
penyalahgunaan obat

4. Usia Subur
Usia dewasa muda, yaitu antara 18 sampai 40 tahun, sering dihubungkan dengan masa
subur, karena pada usia ini kehamilan sehat paling mungkin terjadi. Inilah usia produktif dalam
menapak karir yang penuh kesibukan di luar rumah. Di usia ini wanita harus lebih
memperhatikan kondisi tubuhnya agar selalu dalam kondisi prima, sehingga jika
terjadi kehamilan dapat berjalan dengan lancar, dan bayi yang dilahirkan pun sehat. Pada periode
ini masalah kesehatan berganti dengan gangguan kehamilan, kelelahan kronis akibat merawat
anak, dan tuntutan karir. Kanker, kegemukan, depresi, dan penyakit serius tertentu mulai
menggerogoti tubuhnya. Gangguan yang sering muncul pada usia ini, adalah endometritis yang
ditandai dengan gejala nyeri haid, kram haid, nyeri pinggul saat berhubungan seks, sakit saat
buang air besar atau air kecil. Penderita kadang mengalami nyeri hebat, tetapi ada juga yang
tidak mengalami gejala apa-apa.
a. Kehamilan dan persalinan yang aman
b. Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi
c. Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi
d. Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
e. Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
f. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
g. Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
h. Pencegahan dan managemen infertilitas
i. Masalah yang mungkin ditemui: kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan berbagai
kondisi, malnutrisi, anemia, kemandulan, pelcehan/kekerasan seksual, komplikasi aborsi,
ISR/IMS/HIV/AIDS dan pengaturan kesuburan
j. Pendekatan yang dapat dilakukan: pendidikan kesehatan, suplemen, konseling, pencegahan
primer, pengobatan KB, pendidikan tentang perilaku seksual yang bertanggung jawab,
pencegahan dan pengobatan IMS, pelayanan antenatal, persalinan, post partum pelayanan
kebidanan darurat, imunisasi dan informasi-informasi.

Asuhan yang diberikan


a. Kehamilan dan persalinan yang aman
b. Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi
c. Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi
d. Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
e. Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
f. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
g. Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
h. Pencegahan dan managemen infertilitas

5. Usia Lanjut
Yang dianggap lanjut usia (lansia) adalah setelah mencapai usia 60 tahun. Inilah masa yang
paling rentan diserang berbagai penyakit degeneratif dan penyakit berat lainnya. Sangat penting
bagi wanita untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya secara teratur. Prioritas utamanya
adalah menjaga agar tubuh tetap sehat dengan mengatur pola makan yang benar, dan minum
suplemen yang dibutuhkan tubuh. Selain itu olahraga ringan dan tetap aktif secara intelektual.
a. Perhatian pada problem menapouse
b. Perhatian pada penyakit utama degeneratif, termasuk rabun, gangguan mobilitas dan
osteoporosis
c. Deteksi dini kanker rahim
d. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: penyakit sistem sirkulasi, kekerasan,
prolaps/osteoporosis, kanker saluran reproduksi, kanker payudara, ISR/IMS/HIV/AIDS
e. Pendekatan yang dapat dilakukan: dipengaruhi oleh pengalaman reproduksi sebelumnya,
diagnosis, informasi dan pengobatan dini

Asuhan apa yang diberikan


a. Perhatian pada problem menapouse
b. Penyakit jantung koroner
Kadar estrogen yang cukup, mampu melindungi wanita dari penyakit jantung koroner,
berkurangnya hormone estrogen dapat menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dan
meningkatnya kadar kolesterol tidak baik (LDL) yang meningkatkan kejadian jantung
koroner
c. Osteoporosis
Adalah berkurangnya kepadatan tulang pada wanita akibat penurunan kadar hormone
estrogen sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah
d. Gangguan mata
Mata terasa kering dan kadang terasa gatal karena produksi air mata berkurang
e. Kepikunan
Kekurangan hormone estrogen juga mempengaruhi susunan saraf pusat dan otak. Penurunan
hormone estrogen menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, sukar tidur, gelisah, depresi
sampai pada kepikunan tipe Alzeimer dapat terjadi bilamana kekurangan estrogen sudah
berlangsung cukup lama dan berat, yang dipengaruhi factor keturunan
f. Deteksi dini kanker rahim

2. Pelayanan Kesehatan Pada Wanita Sepanjang Daur Kehidupannya


1. Skirining
a. Definisi
Skrining (screening): pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang yang sehat
dari orang yang mempunyai keadaan patologis yang tidak terdiagnosis atau mempunyai
risiko tinggi. (Kamus Dorland ed. 25 : 974 )
Skrining: pengenalan dini secara pro-aktif pada ibu hamil untuk menemukan adanya
masalah atau faktor risiko. ( Rochjati P, 2008 )
Skrining: usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum
jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan
secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar – benar sehat tapi
sesungguhnya menderita kelainan.
Penyaringan atau screening adalah upaya mendeteksi/ mencari penderita dengan penyakit
tertentu dalam masyarakat dengan melaksanakan pemisahan berdasarkan gejala yang ada
atau pemeriksaan laboratorium untuk memisahkan yang sehat dan yang kemungkinan
sakit, selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan

b. Penemuan Penyakit Dengan ‘Screening’


• Screening: Penemuan penyakit secara aktif pada orang-orang yang tampak sehat dan
tidak menunjukkan adanya gejala.
• Uji screening tidak dimaksudkan sebagai diagnostik, akan tetapi seringkali digunakan
sebagai tes diagnosis.
• Diagnosis menyangkut konfirmasi mengenai ada atau tidaknya suatu penyakit pada
individu yang dicurigai atau menderita suatu penyakit tertentu. Orang-orang dengan tanda
positif atau dicurigai menderita penyakit seharusnya diberi perawatan/ pengobatan setelah
diagnosa dipastikan hasilnya.

c. Kriteria Menilai, Suatu Alat Ukur


Suatu alat (test) scereening yang baik adalah yang mempunyai tingkat validitas dan
reabilitas yang tinggi yaitu mendekati 100%. Validitas merupakan petunjuk tentang
kemampuan suatu alat ukur (test) dapat mengukur secara benar dan tepat apa yang akan
diukur. Sedangkan reliabilitas menggambarkan tentang keterandalan atau konsistensi suatu
alat ukur

d. Tujuan Screening
• Mengetahui diagnosis sedini mungkin agar cepat terapi nya
• Mencegah meluasnya penyakit
• Mendidik masyarakat melakukan general check up
• Memberi gambaran kepada tenaga kesehatan tentang suatu penyakit (waspada mulai dini)
• Memperoleh data epidemiologis, untuk peneliti dan klinisi

e. Bentuk Pelaksanaan Screening


• Mass screening adalah screening secara masal pada masyarakat tertentu
• Selective screening adalah screening secara selektif berdasarkan kriteria tertentu, contoh
pemeriksaan ca paru pada perokok; pemeriksaan ca servik pada wanita yang sudah menikah
• Single disease screening adalah screening yang dilakukan untuk satu jenis penyakit
• Multiphasic screening adalah screening yang dilakukan untuk lebih dari satu jenis penyakit
contoh pemeriksaan IMS; penyakit sesak nafas

f. Kriteria Program Penyaringan


• Penyakit yang dipilih merupakan masalah kesehatan prioritas
• Tersedia obat potensial untuk terapi nya
• Tersedia fasilitas dan biaya untuk diagnosis dan terapinya nya
• Penyakit lama dan dapat dideteksi dengan test khusus
• Screeningnya memenuhi syarat sensitivitas dan spesivisitas
• Teknik dan cara screening harus dapat diterima oleh masyarakat
• Sifat perjalanan penyakit dapat diketahui dengan pasti
• Ada SOP tentang penyakit tersebut
• Biaya screening harus seimbang (lebih rendah) dengan resiko biaya bila tanpa screening
• Penemuan kasus terus menerus

g. Contoh Screening
• Mammografi untuk mendeteksi ca mammae
• Pap smear untuk mendeteksi ca cervix
• Pemeriksaan Tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi
• Pemeriksaan reduksi untuk mendeteksi deabetes mellitus
• Pemeriksaan urine untuk mendeteksi kehamilan
• Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner

h. Apa Itu Validitas


• Validitas adalah kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan mereka yang benar
sakit terhadap yang sehat
• Besarnya kemungkinan untuk mendapatkan setiap individu dalam keadaan yang
sebenarnya (sehat atau sakit)
• Validitas berguna karena biaya screening lebih murah daripada test diagnostic

i. Komponen Validitas
• Sensitivitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang positif
betul-betul sakit
• Spesivicitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang negatif
betul-betul tidak sakit

j. Hasil Screening
Rumus
Sensitivitas: TP / (TP + FN)
Spesivisitas: TN
2. Deteksi Dini
a. Pengertian
Deteksi dini ialah usaha untuk mengidentifikasi/mengenali penyakit atau kelainan
yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes (uji), pemeriksaan, atau prosedur
tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang
kelihatannya sehat, benar-benar sehat, dan yang tampak sehat tetapi sesungguhnya
menderita kelainan
b. Tujuan Deteksi Dini
Deteksi dini bertujuan untuk mengidentifikasi penyakit pada stadium yang lebih awal
atau dengan kata lain menemukan adanya kelainan sejak dini,

Deteksi pada ibu hamil mengandung makna :

 Deteksi dini pada ibu hamil yang berisiko, akan dapat menurunkan angka kematian
ibu.
 Kehamilan merupakan hal yang bersifat fisiologis, tetapi perlu perawatan dini yang
khusus agar ibu dan janin sehat, tanpa pengawasan hal yang bersifat fisiologis dapat
menjadi patologis.
c. Bentuk-bentuk komplikasi yang terjadi dalam kehamilan.

Kadar hemoglobin ibu kurang dari 8 gr%, tekanan darah ibu di atas 130/90 mmHg,
terdapat udema diwajah, preeklamsi dan eklamsia, perdarahan pervaginam, ketuban
pecah dini, letak lintang pada umur kehamilan lebih dari 32 minggu, sungsang pada
primigravida, sepsis, prematur, gameli, janin besar, penyakit kronis pada ibu, riwayat
obstetri buruk.

1. Bayi dan Balita

Pada bayi dan balita deteksi dini dapat dilakukan dengan menggunakan DDST
(denver devolopmental screening test).

Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang pada bayi

 Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan yaitu untuk mengetahui atau


menemukan status gizi kurang atau buruk.
 Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu untuk mengetahui gangguan
perkembangan bayi dan balita(keterlambatan),gangguan daya lihat,gangguan daya
dengar
 Deteksi dini penyimpangan mental emosional yaitu untuk mengetahui adanya
masalah mental emosional ,autism dan gangguan pemusatan perhatian.

2. Pubertas

a. Gangguan pada masa puberitas sering kali diakibatkan oleh pola hidup remaja,
dengan pola hidup yang sehat, akan mendapatkan tubuh yang sehat rohani dan jasmani.

b. Gangguan menstrasi yang dialami pada remaja putri dapat merupakan indikasi
adanya gangguan pada organ reproduksi wanita.

c. Bidan dapat melakukan penyuluhan-penyuluhan, bimbingan pada remaja putri


dalam konteks kesehatan reproduksi.

3. Klimakterium, menopause, dan senium.

a. Gangguan yang sering dialami pada masa ini adalah osteoporosis atau
pengeroposan tulang, hipertensi dan lain-lain.

b. Untuk melakukan deteksi dini pada masa ini salah satu program pemerintah yaitu
posyandu lansia dapat merupakan solusinya. Pada masa ini seorang wanita secara
reproduksi sudah tidak dapat berperan, namun bukan berarti terbebas dari resiko
gangguan reproduksi. Salah satunya penyakit kangker serviks atau mulut rahim
biasanya terjadi pada masa ini. Pap smear merupakan salah satu cara untuk mendeteksi
adanya kangker mulut rahim.

3. Manajemen Terpadu Balita Sakit

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan dalam


tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar
yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi
telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian
vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian
bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut (Pedoman Penerapan
Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2004). Balita (bawah lima tahun) yaitu
anak umur 0-5 tahun (tidak termasuk umur 5 tahun) (MTBS, Modul 1, 2004).

1. Penilaian dan Klasifiksi Anak Sakit dalam MTBS

Penilaian dan klasifikasi anak sakit dalam MTBS dikelompokkan dalam 2 kelompok
umur yaitu :
 Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun
 Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 1 hari sampai 2 bulan

Apabila anak umur 2 bulan sampai 5 tahun, pilih bagan “Penilaian dan Klasifikasi Anak
Sakit Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun”.Sampai 5 tahun, berarti anak belum mencapai ulang
tahunnya yang kelima. Kelompok umur ini termasuk balita umur 4 tahun 11 bulan, akan tetapi
tidak termasuk anak yang sudah berumur 5 tahun. Apabila anak belum genap berumur 2 bulan,
maka ia tergolong bayi muda. Gunakan bagan “Penilaian Klasifikasi dan Pengobatan Bayi Muda
Umur 1 Hari Sampai 2 Bulan”.Khusus mengenai bayi muda, bagan berlaku untuk bayi muda
sakit maupun sehat. (MTBS, Modul -1, 2004).

2. Proses Manajemen Kasus


Proses manajemen kasus disajikan dalam satu bagan yang memperlihatkan urutan
langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaanya.
Bagan tersebut menjelaskan langkah-langkah berikut ini :
 Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan-5 tahun
 Menentukan tindakan dan memberi pengobatan
 Memberi konseling bagi ibu
 Memberi pelayanan tindak lanjut
 Manajemen terpadu bayi mud 1 hari sampai 2 bulan.
3. Manajemen Terhadap Balita Sakit Umur 2 Bulan – 5 tahun
Pada pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit pada umur 2 bulan sampai dengan
5 tahun tahap pelaksanaan sama seperti pada bayi umur kurang dari 2 bulan yaitu dengan tahap
penilaian dan gejala, tahap kalisifikasi dan tingkat kegawatan, tahap tindakan dan pengobatan,
tahap pemberian konseling dan tahap pelayanan tindak lanjut, adapun secara jelas dapat
dijelaskan sebagai berikut.
a. Penilaian Tanda & Gejala
Pada penilaian tanda & gejala pada bayi umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun ini
yang dinilai adalah tindakannya tanda bahaya umum (tidak bisa minum atau
muntah,kejang, letargis atau tidak sadar dan keluhan seperti batuk atau kesukaran
bernafas, adanya diare, lemah, masalah telinga, mall nutrisi, anemia dan lain-lain.
b. Penilaian pertama keluhan batuk atau sukar bernafas, tanda bahaya umum, tarikan
dinding wajah ke dalam, stridor, nafas cepat. Penentuan frekuensi pernapasan adalah
pada anak usia 2 bulan sampai 12 bulan normal pernapasan 50 atau lebih permenit
sedangkan frekuensi pernapasan anak usia 12 bulan sampai 5 tahun adalah 40 kali
permenit.
c. Penilaian kedua keluhan dan tanda adanya diare seperti letargis atau tidak sadar, atau
cenderung tidak bisa minum atau malas makan maka turgor kulit jelek, gelisah, rewel,
haus atau banyak minum adanya darah dalam tinja (berak campur darah).
d. Penilain ketiga tanda demam, disertai dengan adanya tanda bahaya umu, kaku kuduk,
dan adanya infeksi lokal seperti kekeruhan pada kornea mata,luka pada mulut,mata
bernanah adanya tanda presyok seperti nadi lemah,ektremitas dingin,muntah
darah,berak hitam,perdarahan hidung,perdarahan bawah kulit,nyeri ulu hati dan lain-
lain.
e. Penilaian keempat tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga,adanya
pembengkakan,adanya cairan keluar dari telinga yang kurang dari 14 hari,dan lain-
lain
f. Penilaian kelima tanda status gizi seperti badan kelihatan bertambah kurus,bengkak
pada kedua kaki,telapak tangan pucat,status gizi dibawa garis merah pada
pemeriksaan berat badan menurut umur.

g. Penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan


Pada penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan ini dilakukan setelah penilaian tanda dan
gejala yang diklasifikasikan berdasarkan dari kelompok keluhan atau tingkat kegawatan,adapun
klasifikasinya dapat sebagai berikut :
1) Klasifikasi pneumonia
Pada klasifikasi pneumonia ini dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
a) Diklasifikasi pneumonia berat apabilah adanya tanda bahaya umum,tarikan
dinding dada kedalam,adanya stridor
b) Adanya pneumonia apabila ditemukan tanda frekuensi napas yang sangat
cepat
c) Klasifikasi batuk bukan pneumonia apabilah tidak ada pneumonia ada hanya
keluhan batuk
2) Klasifikasi dehidrasi
Pada klasifikasi ini termasuk klasifikasi diare dengan dihindari yang terbagi
menjadi 3 kelompok yaitu:
a) Dehidrasi berat apabila ada tanda dan gejala seperti letargis atau tidak
sadar,mata cekung,turgor kulit jelek sekali,
b) Klasifikasi dehidrasi ringan sedang dengan tanda seperti gelisah,rewet,mata
cekung,haus,turgor jelek
c) Klasifikasi diare tanpa dehidrasi apabila tidak cukup tanda adanya dehidrasi
3) Klasifikasi diare persisten
Untuk klasifikasi diare ini ditemukan apabila diarenya sudah lebih dari 14 hari
dengan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu diare persisten berat ditemukan adanya
tanda dehidrasi dan diare persisten apabila tidak ditemukan adanya tanda dehidrasi.
4) Klasifikasi disentri
Pada klasifikasi disentri ini juga termasuk klasifikasi diare secara umum akan
tetapi apabilah diarenya disertai dengan darah dalam tinja atau diarenya bercampur
dengan darah
5) Klasifikasi resiko malaria
Pada klasifikasi resiko malaria ini dikelompokkan menjadi resiko tinggi rendah
atau tampak resiko malaria dengan mengidentifikasi apabila darahnya merupakan resiko
terhadap malaria ataukah pernah kedaerah yang beresiko,maka apabila terdapat hasil
klasifikasi maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Klasifikasi dengan resiko tinggi terhadap malaria yang dikelompokkan lagi
menjadi dua bagian yaitu klasifikasi penyakit berat dengan demam apabila
ditemukan tanda bahaya umum disertai dengan kaku kuduk dan klasifikasi
malaria apabila hanya demam ditemukan suhu 37,5 derajat celcius atau lebih.
b) Klasifikasi rendah terhadap malaria yang dikelompokkan lagi menjadi 3 yaitu
penyakit berat dengan demam apabila ada tanda bahaya umum atau kaku
kuduk dan kalsifikasi malaria apabila tidak ditemukan tanda demam atau
campak dan klasifikasi demam mungkin bukan malaria apabila hanya
ditemukan flek atau adanya campak atau juga adanya penyebab lain dari
demam. Klasifikasi tanpa resiko malaria diklasifikasikan menjadi 2 yaitu
penyakit berat dengan demam apabila ditemukan tanda bahaya umum dan
kaku kuduk serta klasifikasi demam bukan malaria apabila tidak ditemukan
tanda bahaya umum dan tidak ada kaku kuduk.
6) Klasifikasi Campak
Pada klasifikasi campak ini dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
a) Campak dengan komplikasi berat apabila ditemukan adanya tanda bahaya umum
terjadi kekeruhan pada kornea mata, adanya luka pad daerah mulut yang dalam &
luas serta adanya tanda umum campak seperti adanya ruang kemerahan dikulit
yang menyeluruh, adanya batuk, pilek, atau mata merah.
b) Campak dengan komplikasi pada mata atau mulut apabila ditemukan tanda mata
bernanah serta luka dimulut dan ketiga klasifikasi campak apabila hanya khas
campak yang tidak disertai tanda klasifikasi diatas.
7) Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
Pada klasifikasi ini apabila terdapat demam yang kurang dri 7 hari, yaitu :
a) DBD apabila ditemukan tanda seperti adanya tanda bintik perdarahan dikulit
(ptkie) adanya tanda syok seperti extermitas peraba dingin, nadi lemah, atau
tidak teraba, muntah bercampur darah, perdarahan hidung atau gusi, adanya
tourniquet positif.
b) Kalsifikasi mungkin DBD apabila adanya tanda nyeri ulu hati atau gelisah,
bintik perdarahan bawah kulit dan uji tourniquet negatif jika ada sedikit ptkie
c) Klasifikasi terakhir adalah klasifikasi demam mungkin bukan DBD apabila
tidak ada tanda seperti diatas hanya ada demam.
8) Klasifikasi Masalah Telinga
Pada klasifikasi masalah telinga ini dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu :
a) Klasifikasi mastoiditis apabila ditemukan adanya pembengkakan & nyeri di
belakang telinga,
b) Klasifikasi infeksi telinga akut apabila adanya cairan atau nanah yang keluar
dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14 hari serta adanya nyeri telinga
c) Klasifikasi infeksi telinga kronis apabila ditemukan adanya cairan atau nanah
yang keluar dari telinga dan terjadi 14 hari lebih
d) Klasifikasi tidak ada infeksi telinga apabila tidak ditemukan gejala seperti di
atas
9) Klasifikasi Status Gizi
Klasifikasi status gizi pada penentuan klasifikasi ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
a) Klasifikasi gizi buruk dan atau anemia berat apabila adanya bengkak pada
kedua kaki serta pada telapak tangan ditemukan adanya kepucatan.
b) Klasifikasi bawah garis merah dan atau anemia apabila ditemukan tanda
sebagai berikut: apabila lapak tangan agak pucat, berat badan menurut umur
di bawah garis merah
c) Klasifikasi tidak bawah garis merah dan tidak anemia apabila tidak ada tanda
seperti di atas.

4. Penentuan Tindakan & Pengobatan


Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan tindakan dan pengobatan
setelah diklasifikasikan berdasarkan kelompok gejala yang ada.
a. Pneumonia
Tindakan yang dpat dilakukan pada maslah pneumonia dalam manajemen terpadu balita
sakit sebagai berikut.
Apabila didapatkan pneumonia berat atau penyakit sangat berat maka tindakan yang pertama
adalah :
1) Berikan
2) Dosis petama antibiotika
Pilihan pertama kontrimoksazol (Trimetoprim + sulfametoksazol) dan pilihan kedua
adalah amoksilin
3) Lakukan rujukan segera

b. Dehidrasi
Pada klasifikasi dehidrasi tindakan dapat dikelompokkan berdasarkan derjat dari
dehidrasi, apabila klasfikasinya dehidrasi berat maka tindakannya adalah sbb:
1) Berikan cairan intravena secepatnya, apabila anak dapat minum berikan oralit melalui
mulut sambil infus dipersiapkan, berikan 100 ml/kg ringer laktat atau NaCl
2) Lakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila belum membaik
berikan tetesan intravena
3) Berikan oralit (kurang dari 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum
4) Lakukan monitoring kembali sesudah 6 jam pada bayi atau pada anak sesudah 3 jam dan
tentukan kembali status dehidrasi kemudian ditentukan status dehidrasi dan lakukan
sesuai dengan derjat dehidrasi
5) Anjurkan untuk tetap memberikan ASI

c. Klasifikasi diare pesisten


Pada klasifikasi ini tindakan ditentukan oleh derajat dehidrasi, kemudian apabila
ditemukan adanya klorea maka pengobatan yang adapat dianjurkan adalah : pilihan pertama
antibiotika kotrimokzasol dan pilihan kedua adalah tetrasiklin.
d. Klasifikasi Resiko Malaria
Penanganan tindakan dan pengobatan pada klasifikasi resiko malaria dapat ditentukan
dari tingkat klasifikasi, adapun tindakannya adalah sbb :
1) Pemberian kinin (untuk malaria dengan penyakit berat) secara intra muscular
2) Pemberian obat anti malaria oral (untuk malaria saja) dengan pilihan pertama adalah
klorokuin + primakuin dan pilihan kedua adalah sulfadoksin primetamin + primakuin
(untuk anak ≥ 12 bulan) dan tablet kina (untuk anak ≤ 12 bulan)
3) Setelah pemberian maka lakukan pengamatan selama 30 menit sesudah pemberian
klorokuin dan apabila dalam waktu tersebut terdapat muntah maka ulangi pemberian
klorokuin.

e. Klasifikasi Campak
Pada klasifikasi campak dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :
Apabila campak dijumpai dengan komplikasi berat maka tindakannya adalah pemberian
vitamin A, antibiotik yang sesuai, saleo mata tetrasiklin atau kloramefnikol apabila dijumpai
kekeruhan pada kornea, pemberian paracetamol apabila disertai demam tinggi (38,5 derajat
celcius), kemudian apabila campak disertai komplikasi mata dan mulut ditambahkan dengan
gentian violet dan apabila hanya campak saja tidak ditemukan penyakit atau komplikasi lain
maka tindakannya hanya diberikan vitamin A.

f. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue


Pada klasifikasi demam berdarah dengue tindakan yang dapat dilakukan antara lain
apabila ditemukan maka segera berikan cairan intra vena, pertahankan kadar gula darah,
apabila dijumpai demam tinggi maka berikan paracetamol dan berikan cairan atau oralit
apabila dilakukan rujukan selama perjalanan.
Ketentuan pemberian cairan pra rujukan pada demam berdarah :
1) Benrikan cairan ringer laktak apabila memungkinkan beri glukosa 5% kedalam ringer
laktak melalui intra vena apabila tidak diberikan cairan oralit atau cairan peroaral selama
perjalan.
2) Apabila tidak ada berikan cairan NaCL 10-20 ml/kgbb dalam 30 menit
3) Monitor selama setelah 30 menit dan apabila nadi teraba berikan cairan intra vena
dengan tetesan 10 ml/kgbb dalam 1 jam dan apabila nadi tidak teraba berikan cairan 15-
20 ml/kgbb dalam /1 jam

g. Klaifikasi masalah telinga


Tindakan dan pengobatan pada klasifikasi masalah telingah dapat dilakukan antara lain
berikan dosis pertam untuk antkbiotika yang sesuai pemberian parasetamol apabila kronis
ditambah dengan mengeringkan telingh dengan kain penyerap.

h. Klasifikasi status gizi


Pada kalsifikasi statu gizi dapat dilakukan tindakan pemberian vitamin A apabilaa anak
kelihatan sangat kurus dan bengkak pada kedua kaki dan apabila dijumpai aadanya anemia
maka dapat dilakukan pemberian zat besi dan pabila daerah resiko tinggi malaria dapat
diberikan anti malaria oral piratel pamoat hanya diberikan anak berumur 4 bulan atau lebih
dan belum pernah diberikan dalam 6 bulan terakhir serta hasil pemeriksaan tinja positif.

D. Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan Pelayanan Kebidanan Komunitas


1. Monitoring
Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas
objektif program./ Memantau perubahan, yang focus pada proses dan keluaran. Monitoring
melibatkan perhitungan atas apa yang kita lakukan dan melibatkan pengamatan atas
kualitas dari layanan yang kita berian
2. Evaluasi
Evaluasi adalah penggunaan metode penelitian social untuk secara sistematis
menginvestigasi efektifitas program. /Menilai kontribusi program terhadap perubahan
(Goal/objektif) dan menilai kebutuhan perbaikan, kelanjutan atau perluasan program
(rekomendasi). Evaluasi memerlukan desain studi/penelitian,terkadang membutuhkan
kelompok kontrol atau kelompok pembanding, melibatkan pengukuran seiring dengan
berjalannya waktu,dan melibatkan studi/penelitian khusus.
Perbedaan dan Persamaan Monitoring dan Evaluasi
a. Kaitan antara Monitoring dan Evaluasi adalah evaluasi memerlukan hasil dari
monitoring dan digunakan untuk kontribusi program.
b. Monitoring bersifat spesifik program. Sedangkan Evaluasi tidak hanya dipengaruhi
oleh program itu sendiri, melainkan varibel-varibel dari luar. Tujuan dari Evaluasi
adalah evalausi efektifitas dan cost effectiveness.
Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi dan
balita.
1. Tujuan
Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan neonatal yang terdeteksi di rumah tangga
yang teridentinfikasi dari data bidan.
2. Jenis Register Kohort
a) Register kohort ibu
Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin, serta
keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di organisir sedemikian rupa yang
pengkoleksiaannya melibatkan kader dan dukun bayi diwilayahnya setiap bulan yang mana
informasi pada saat ini lebih difokuskan pada kesehatar ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya
duplikasi informasi.
b) Register kohort bayi
Merupakan sumber data pelayanan kesehatanbayi, termasuk neonatal.
c) Register kohort balita
Merupakan sumber data pelayanan kesehatan balita, umur 12 bulan sampai dengan 5 tahun

Pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh komponen yang merupakan
bagian dari komunitas masyarakat bersangkutan, karena merekalah yang paling dekat dan
mengetahui situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber daya masyarakat itu adaIah
Kader dan dukun bayi serta Tokoh masyarakat.
Bersama-sama dengan Bidan desa, pendataan ibu hamil, ibu bersalin, neonatal, bayi dan
balita dapat diIakukan. Dengan mendata seluruh ibu hamil yang ada di suatu komunitas tanpa
terIewatkan yang dilakukan oleh kader dan dukun bayi kemudian bidan desa memasukan seluruh
data ibu hamil ke dalam kohort yang telah disediakan di Pusesmas, sehingga data yang ada di
desa pun dimiliki puskesmas.
Dengan Puskesmas juga memiliki data dasar, bidan desa dan Puskesmas dalam hal ini bidan
puskesmas dan timnya dapat memonitor dan mengikuti setiap individu yang ada didaerah
tersebut.
Dengan puskesmas memiliki seluruh data ibu hamil dan bidan desa memberikan pemeriksaan
seluruh ibu hamil tanpa melihat apakah ibu hamil lersebut mempunyai faktor resiko atau tidak,
sehingga dapat menyelamatkan jiwa ibu dan anak yang dikandung.

3. Cara Pengisian Kohort


a. Ibu
KOLOM PENGISIAN
1 Diisi nomor urut,
2 Diisi nomor indeks dari famili folder
3 Diisi nama ibu hamil,
4 Diisi nama suami ibu hamil,
5 Diisi alamat ibu hamil,
6 Diisi umur ibu hamil,
7 Diisi umur kehamilan pada kunjungan pertama dalam minggu/tanggal HPL,
8 Faktor resiko : diisi v ( rumput) untuk umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari
35 tahun
9 Paritas diisi Gravida

10 Diisi bila jarak kahamilan < 2 tahun

11 Diisi bila BB ibu < 45 kg, lila < 23,5 cm,

12 Diisi bila TB ibu < 145 cm,

13 sd 17 Resiko tinggi : diiisi dengan tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi, HB
diperiksa dan ditulis hasil pemeriksaannya,
18 Pendeteksian faktor resiko : diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi
oleh tenaga kesehatan
19 Diisi diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh Non NAKES,

20 sd 22 diisi tanggal immunisasi sesuai dengan statusnya

23 sd 34 diisi umur kehamilan dalam bulan kode pengisian sebagai berikut : K I :Kontak
pertama kali dengan tenaga kesehatan dimana saja pada kehamilan I s/d 5 bulan
dengan rambu-rambu O dan secara langsung juga akses dengan rambu-rambu ◙. K4 :
Kunjungan ibu hamil yang keempat kalinya. Untuk memperoleh K4 dapat memakai
rumus 1-1–2 atau 0-2-2 dengan rambu-rambu Δ Perhatian : K4 tidak boleh rada usia
kehamilan 7 bulan Pada ibu hamil pertama kali kunjungan pada usia kehamilan 5
bulan pada bulan berikutnya yaitu 6 bulan harus berkunjung atau dikunjungi agar
tidak kehilangan K4. Pada ibu hamil yang awalnya periksa diluar kota, dan pada
akhir kehamilannya periksa di wilayah kita karena untuk melahirkan dan penduduk
setempat bisa mendapatkan K1, K4 dan sekaligus Akses apabila ibu tersebut dapat
menunjukan pemeriksaan dengan jelas Akses :Kontak pertama kali dengan tenaga
kesehatan tidak memandang usia kehamilan dengan rambu-rambuΟ
35 Penolong Persalinan, diisi tanggal penolong persalinan tenaga kesehatan
36 Diisi tanggal bila yang menolong bukan nakes, ,
37 Hasil akhir Kehamilan : Abortus diisi tanggal kejadian abortus
38 Diisi lahir mati
39 Diisi BB bila BBL < 2500 gram
40 Diisi BB bila BBL > 2500 gram
41 Keadaan ibu bersalin,di beri tanda v bila sehat,
42 Dijelaskan sakitnya,
43 Diisi sebab kematiaannya
44 Diisi v (rumput),
45 Diisi apabila pindah, atau yang perlu diterangkan

b. Bayi

KOLOM PENGISIAN
1 Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan nornor urut
ibu pada register kohort ibu..
2 Disi nomor indeks dari Family Folder
3 sd 7 3sd 7 jelas.
8 Diisi angka berat bayi lahir dalam gram
9 sd 10 diisi tanggal pemeriksaan neonatal oleh tenaga kesehatan.
11 Diisi tanggal pemeriksaan post neonatal oleh petugas kesehatan.
12 sd 23 Diisi hasil penimbangan bayi dalam kg dan rambu gizi yaitu : N = naik, T =
turun, R = Bawah garis titik¬ – titik (BGT), BGM = Bawah garis merah.
24 sd 35 Diisi tanggal bayi tersebut mendapat immunisasi.
36 Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal
37 Diisi penyebab kematian bayi tersebut.
38 Diisi bila bayi pindah atau ada kolom yang perlu keterangan

c. Balita

KOLOM PENGISIAN
1 Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan nomor urut
ibu pada register kohort ibu..
2 Disi nomor indeks dari Family Folder
3 sd 7 3sd 7 jelas.
8 sd 31 diisi hasil penimbangan dalam kg dan rambu gizi
32 sd 35 diisi tanggal pcmberian vit A bulan februari dan Agustus
36 Diisi tanggal bila ditemkan sakit.
37 Diisi penyebab sakit
24 sd 35 Diisi tanggal bayi tersebut mendapat immunisasi.
36 Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal
37 Diisi penyebab kematian bayi tersebut.
38 Diisi tanngal meninggal
39 Diisi sebab meninggal
40 Diisi tanggal bila ditemukan kelainan tumbuh kembang.
41 Diisi jenis kelainan tumbuh kembang
42 Diisi bila ada kcterangan penting tentang balita tersebut.
Bulan data di kohort di rekap kedalam suatu laporan yang disebut dengan PWS KIA atau
Pemantauan wilayah setempat yaitu alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan
pelayanan KIA di suatu wilayah (puskesmas kecamatan) secara terus menerus agar dapat
dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan pelayanan KIA nya
masih rendah.
Penyajian PWS-KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi dan komunikasi kepada
sektor terkait, khususnya Pamong setempat yang berperan dalam pendataan dan penggerakan
sasaran agar mendapatkan pelayanan KIA dan membantu memecahkan masalah nonteknis,
sehingga semua masalah ibu hamil dapat tertangani secara memadai, yang pada akhimya AKI
rdan AKB akan turun sesuai harapan.

E. Pencatatan dan Pelaporan

1. Pengertian pencatatan dan pelaporan


Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu aktivitas dalam
bentuk tulisan. Pencatatan dilakukan diatas kertas,disket, pita nama dan pita film. Bentuk
catatan dapat berupa tulisan, grafik, gambar dan suara (syahlan : 253).
Sedangkan setiap kegiatan yang dilakukan diakhiri dengan pembuatan laporan.
Laporan adalah catatan yang memberikan informasi tentang kegiatan tertentu dan hasilnya
yang disampaikan ke pihak yang berwenang atau berkaitan dengan kegiatan tersebut
(syahlan : 256).
Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan. Tanpa ada
pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak akan
terlihat wujudnya. Output dari pencatatan dan pelaporan ini adalah sebuah data dan
informasi yang berharga dan bernilai bila menggunakan metode yang tepat dan benar. Jadi,
data dan informasi merupakan sebuah unsur terpenting dalam sebuah organisasi, karena
data dan informasilah yang berbicara tentang keberhasilan atau perkembangan organisasi
tersebut.

Sistem Pencatatan secara umum terbagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu Sistem
PencatatanTradisional dan Sistem Pencatatan Non-Tradisional.
1) Sistem Pencatatan Tradisional adalah system pencatatan yang memiliki catatan
masing-masing dari setiap profesi atau petugas kesehatan, dimana dalam sistem ini
masing-masing disiplin ilmu (Dokter, Bidan, Perawat, Epidemiolog, Ahli Gizi dsb)
mempunyai catatan sendiri – sendiri secara terpisah. Keuntungan system ini adalah
pencatatan dapat dilakukan secara lebih sederhana. Kelemahan system ini adalah data
tentang kesehatan yang terkumpul kurang menyeluruh, koordinasi antar
petugaskesehatan tidak ada dan upaya pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
tuntassulit dilakukan.

2) Sistem Pencatatan Non-Tradisional adalah Pencatatan yang berorientasi pada


Masalah (Problem Oriented Record /POR). Keuntungan system ini adalah kerjasama
antar tim kesehatan lebih baik dan menunjang mutu pelayanan kesehatan secara
menyeluruh.Setiap petugas kesehatan dituntut untuk membuat pencatatan tentang
data kesehatan sebaik mungkin.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat pula disimpulkan bahwa


pencatatan dan pelaporan merupakan :
1) Suatu kegiatan mencatat dengan berbagai alat/media tentang data kesehatan
yangdiperlukan sehingga terwujud tulisan yang bias dibaca dan dapahami isinya.
2) Salah satu kegiatan administrasi kesehatan yang harus dikerjakan
dandipertanggungjawabkan oleh petugas kesehatan.
3) Kumpulan Informasi kegiatan upaya pelayanan kesehatan yang berfungsi
sebagaialat/sarana komunikasi yang penting antar petugas kesehatan.

Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan khususnya bagi dinas
kesehatan kota dan Sitem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas juga merupakan fondasi
dari data kesehatan. Sehingga diharapkan terciptanya sebuah informasi yang akurat, representatif
dan reliable yang dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan kesehatan. Setiap
program akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan perlu dicatat, dianalisis dan dibuat
laporan. Data yang disajikan adalah informasi tentang pelaksanaan progam dan perkembangan
masalah kesehatan masyarakat. Informasi yang ada perlu dibahas, dikoordinasikan,
diintegrasikan agar menjadi pengetahuan bagi semua staf puskesmas.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup 3 hal:
(1) pencatatan, pelaporan, dan pengolahan;
(2) analisis; dan
(3) pemanfaatan.

Pencatatan hasil kegiatan oleh pelaksana dicatat dalam buku-buku register yang berlaku
untuk masing-masing program. Data tersebut kemudian direkapitulasikan ke dalam format
laporan SP3 yang sudah dibukukan. Koordinator SP3 di puskesmas menerima laporan-laporan
dalam format buku tadi dalam 2 rangkap, yaitu satu untuk arsip dan yang lainnya untuk dikirim
ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten. Koordinator SP3 di Dinas Kesehatan
Kabupaten meneruskan ke masing-masing pengelola program di Dinas Kesehatan Kabupaten.
Dari Dinas Kesehatan Kabupaten, setelah diolah dan dianalisis dikirim ke koordinator SP3 di
Dinas Kesehatan Provinsi dan seterusnya dilanjutkan proses untuk pemanfaatannya. Frekuensi
pelaporan sebagai berikut: (1) bulanan; (2) tribulan; (3) tahunan. Laporan bulanan mencakup
data kesakitan, gizi, KIA, imunisasi, KB, dan penggunaan obat-obat. Laporan tribulanan meliputi
kegiatan puskesmas antara lain kunjungan puskesmas, rawat tinggal, kegiatan rujukan puskesmas
pelayanan medik kesehatan gigi. Laporan tahunan terdiri dari data dasar yang meliputi fasilitas
pendidikan, kesehatan lingkungan, peran serta masyarakat dan lingkungan kedinasan, data
ketenagaan puskesmas dan puskesmas pembantu. Pengambilan keputusan di tingkat kabupaten
dan kecamatan memerlukan data yang dilaporkan dalam SP3 yang bernilai, yaitu data atau
informasi harus lengkap dan data tersebut harus diterima tepat waktu oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten, sehingga dapat dianalisis dan diinformasikan (Santoso, 2008).

Untuk pengembangan efektifitas Sistem Informasi Manajemen Puskesmas, standar mutu


(Input, Proses, Lingkungan dan Output) perlu dikaji dan dirumuskan kembali, masing-masing
komponen terutama proses pencatatan dan pelaporannya perlu ditingkatkan.
2. Metode Penelitian Dalam Pencatatan Dan Pelaporan
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan rancangan studi kasus dengan
menggunakan metode kualitatif, maksudnya adalah untuk menggali informasi sebanyak-
banyaknya dan secara detail pada proses pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan
puskesmas.

a. Manfaat pencatatan adalah sebagai berikut :


1) Memberi informasi tentang keadaan masalah atau kegiatan
2) Sebagai bukti dari suatu kegiatan atau peristiwa
3) Bahan proses belajar dan bahan penelitian
4) Sebagai pertanggungjawaban
5) Bahan pembuatan laporan
6) Perencanaan, pelaksaan, dan evaluasi
7) Bukti hokum
8) Alat komunikasi dalam penyampaian pesan serta mengingatkan kegiatan peristiwa
khusus.

b. Bentuk pencatatan berdasarkan isi meliputi :


1) Catatan tradisional : berisi hal-hal yang didengar dan dilakukan oleh pencatat secara
tidak sistematis, tidak lengkap dan biasanya berupa catatan harian.
2) Catatan sistematis : menggambarkan pola keadaan, masalah dan langkah pemecahan
masalah.

c. Batasan dari pencatatan dan pelaporan adalah sebagai berikut :


1) Pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga kesehatan
adalah melakukan pencatatan data penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga
kesehatan dan melaporkan data tersebut kepada instansi yang berwenang berupa
laporan lengkap pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan format yang ditetapkan.
2) Pencatatan dan pelaporan rekapitulasi kegiatan tiap triwulan adalah melakukan
pencatatan data pada semua kegiatan dalam satu triwulan berjalan dan melaporkan
data tersebut dalam bentuk rekapitulasi kegiatan triwulanan kepada instansi yang
berwenang dengan menggunakan format yang ditetapkan.
3) Pencatatan dan pelaporan rekapitulasi kegiatan yang diselenggarakan setiap
triwulan dan tiap tahun adalah pencatatan data untuk semua kegiatan dalam satu
triwulan dan satu tahun berjalan, serta melaporkan data tersebut dalam bentuk
rekapitulasi data kegiatan triwulanan dan tahunan kepada instansi yang berwenang
dengan menggunakan format yang telah ditetapkan.

3. Macam-macam Pencatatan
Model naratif atau narasi.Sering di sebut tekhnik pencatatan yang berorientasi
pada sumber data.
a. Keuntungan:
1) Sudah di kenal
2) Udah di kombinasikan dengan cara dokumentasi lain
3) Jika di tulis dengan tepat bisa mencakup seluruh keadaan pasien
4) Mudah di tulis

b. Kekurangan
1) Tidak terstruktur dan simpang siur datanya.
2) Perlu banyak waktu
3) Terbatas dengan kemampuan pelayanan kesehatan
4) Informasi sulit untuk jangka panjang

Naratif adalah model lama, tradisional yang paling fleksible. Sistem pencatatan naratif
cara penulisannya mengikuti dengan ketat urutan kejadian atau kronologis. Dengan cara naratif
ini tiap institusi mempunyai kebijakan sendiri dalam sistem pencatatan.

4. Pengelolaan
a. Pencatatan
Semua kegiatan pokok baik didalam maupun diluar gedung puskesmas, puskesmas
pembantu, dan bidan didesa harus dicatat. Untuk memudahkan dapat menggunakan formulir
standar yang ditetapkan dalam SP2TP. Jenis formulir standar yang digunakan dalam
pencatatan adalah sebagai berikut :
1) Rekam Kesehatan Keluarga (RKK)

Kegunaan untuk mengikuti keadaan kesehatan dan gambaran penyakit di suatu


keluarga. Penggunaan dalam anggota keluarga yang mengindap salah satu penyakit
misalnya penderita TBC paru,Kusta, keluarga resiko tinggi yaitu ibu hamil resiko tinggi.
Dalam pelaksanaannya keluarga yang menggunakan RKK diberi alat bantu Kartu Tanda
Pengenal Keluarga(KTPK) untuk memudahkan pencarian berkas pada saat melakukan
kunjungan ulang.
2) Kartu rawat jalan
Kartu rawat jalan atau lebih dikenal dengan kartu rekam medik pasien merupakan
kartu untuk pencatatan identitas dan status pasien rawat jalan yang berkunjung ke
puskesmas.
3) Kartu indeks penyakit
Merupakan alat bantu untuk mencatat identitas pasien , riwayat dan
perkembangan penyakit. Kartu indeks penyakit diperuntukkan khusus penderita penyakit
TBC, paru, dan kusta.
4) Kartu Ibu
Merupakan alat bantu untuk mengetahui identitas, status kesehatan dan riwayat
kehamilan sampai kelahiran.
5) Kartu anak
Merupakan alat bantu untuk mencatat identitas, status kesehatan, pelayanan
preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitative yang di berikan kepada balita dan anak pra
sekolah.

6) KMS balita, anak sekolah


Merupakan alat bantu untuk mencatat identitas pelayanan dan pertumbuhan yang
di peroleh balita dan sekolah.
7) KMS ibu hamil
Merupakan alat untuk mengetahui identitas dan mencatat perkembangan
kesehatan ibu hamil dan pelayanan kesehatan yang di terima ibu hamil.
8) KMS usia lanjut(USILA)
Merupakan alat untuk mencatat kesehatan usia lanjut secara pribadi baik fisik
maupun psikososial dan di gunakan untuk memantau kesehatan, deteksi dini penyakit,
dan evaluasi kemajuan kesehatan USILA.

b. Register
Merupakan formulir untuk mencatat dan merekap data kegiatan baik di dalam maupun di
luar gedung puskesmas, yang telah di catat di kartu dan catatan lainnya Ada beberapa
jenis register sebagai berikut:
1) Nomor indeks pengunjung puskesmas
2) Rawat jalan
3) Register kunjungan
4) Register rawat inap
5) Register KIA dan KB
6) Register kohort ibu dan balita
7) Register deteksi dini tumbuh kembang dan gizi
8) Register penimbangan balita
9) Register imunisasi
10) Register gizi
11) Register kapsul beryodium
12) Register anak sekolah
13) Sensus harian kunjungan, kegiatan KIA, imunisasi , dan penyakit.

Adapun kriteria system pencatatan data kesehatan yang baik mencakup hal – hal di
bawah ini :
1) Pencatatan Harus Sistematis, Jelas, Ringkas dan mengacu pada responpasien
terhadap kejadian penyakit atau intervensi yang diberikan.
2) Ditulis dengan Baik dan menghindari kesalahan.
3) Tepat Waktu, ditulis segera setelah tindakan/kegiatan dilakukan.
4) Ditulis secara Terperinci mencakup What, Why, When, Where, Whoand How
5) Menghindari kata-kata yang sulit diukur
6) Mencantumkan nama jelas dan tanda tangan setelah melakukanpencatatan.

5. Pelaporan
Pelaporan merupakan cara komunikasi petugas kesehatan yang dapat dilakukan
baiksecara tertulis maupun lisan tentang hasil dari suatu kegiatan atau intervensi yang telah
dilaksanakan.
a. Laporan Lisan
1) Kelemahan: Kemungkinan yang dilaporkan hanyalah hal-hal yangbaik-baik saja
dan bersifat subyektif.
2) Keuntungan: Hasil dari kegiatan/intervensi yang telah dilakukandan data yang
telah terkumpul dapat segera ditindaklanjuti dalamwaktu yang lebih cepat.

b. Laporan Tertulis
1) Kelemahan: memakan waktu dan biaya yang lebih.
2) Keuntungan: bisa lebih bersifat Objektif dan lebih terperinci sertapelaporan dapat
bersifat positif maupun negative.

6. Pencatatan dan Pelaporan menurut POTTER dan PERRY


a) Komunikasi
Sebagai alat komunikasi yang efektif antar petugas kesehatansehingga kesinambungan
informasi dan upaya pelayanan kesehatan dapat tercapai.
b) Pendidikan
Sebagai informasi tentang gambaran penyakit atau masalahkesehatan dan pemecahannya
c) Pengalokasian Dana
Dapat digunakan untuk merencanakan tindakan dankegiatan yang tepat dengan dana yang
tersedia.
d) Evaluasi
Sebagai dasar ntuk melakukan evaluasi terhadap hasil intervensi yangdiberikan.
e) Dokumen yang Sah
Sebagai bukti nyata dan legal yang dapat digunakan bila didapatkan adanya
penyimpangan serta bila diperlukan untuk keperluan pengadilan.
f) Jaminan Mutu
Dapat memberikan jaminan kepada masyarakat terhadap mutulayanan kesehatan yang
diberikan.
g) Penelitian
Merupakan sumber data yang sangat bemanfaat untuk kepentinganpenelitian atau riset.
h) Analisis
Merupakan dasar analisis masalah kesehatan pada individu, keluargamaupun masyarakat.
i) Feed Back
Dapat digunakan sebagai umpan balik dalam rangka meningkatkanpelayanan kesehatan
kepada masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan
Reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhusususan
kebutuhan penanganan system reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta
kesinambungan antar fasekehidupan tersebut. Skrining (screening): pemeriksaan
sekelompok orang untuk memisahkan orang yang sehat dari orang yang mempunyai
keadaan patologis yang tidak terdiagnosis atau mempunyai risiko tinggi.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan
dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan
kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit. Monitoring adalah proses
rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas objektif program. Evaluasi adalah
penggunaan metode penelitian social untuk secara sistematis menginvestigasi efektifitas
program.
Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu aktivitas dalam
bentuk tulisan.
DAFTAR PUSTAKA

Вам также может понравиться