Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PEMBAHASAN
Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan Reproduksi adalah
pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhusususan kebutuhan penanganan
system reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar fasekehidupan
tersebut. Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat
diperkirakan, yang bila tidak ditangani dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada
masa depan kehidupan selanjutnya.
3. Remaja
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun dan merupakan
peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis
remaja adalah datangnya haid pertama yang dinamakan menarche. Secara tradisi, menarche
dianggap sebagai sebagai tanda kedewasaan, dan gadis yang mengalaminya dianggap sudah tiba
waktunya untuk melakukan tugas-tugas sebagai wanita dewasa, dan siap dinikahkan. Pada usia
ini tubuh wanita mengalami perubahan dramatis, karena mulai memproduksi hormone-hormon
seksual yang akan mempengaruhi pertumbuhn dan perkembangan system reproduksi.
a. Gizi seimbang
b. Informasi tentang kesehatan reproduksi
c. Pencegahan kekerasan termasuk seksual
d. Pencegahan terhadap ketergantungan napza
e. Perkawinan pada usia wajar
f. Pendidikan, peningkatan keterampilan
g. Peningkatan penghargaan diri
h. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman
i. Masalah yang ditemui meliputi : seks komersial, pelecehan seksual,
penyalahgunaan obat
4. Usia Subur
Usia dewasa muda, yaitu antara 18 sampai 40 tahun, sering dihubungkan dengan masa
subur, karena pada usia ini kehamilan sehat paling mungkin terjadi. Inilah usia produktif dalam
menapak karir yang penuh kesibukan di luar rumah. Di usia ini wanita harus lebih
memperhatikan kondisi tubuhnya agar selalu dalam kondisi prima, sehingga jika
terjadi kehamilan dapat berjalan dengan lancar, dan bayi yang dilahirkan pun sehat. Pada periode
ini masalah kesehatan berganti dengan gangguan kehamilan, kelelahan kronis akibat merawat
anak, dan tuntutan karir. Kanker, kegemukan, depresi, dan penyakit serius tertentu mulai
menggerogoti tubuhnya. Gangguan yang sering muncul pada usia ini, adalah endometritis yang
ditandai dengan gejala nyeri haid, kram haid, nyeri pinggul saat berhubungan seks, sakit saat
buang air besar atau air kecil. Penderita kadang mengalami nyeri hebat, tetapi ada juga yang
tidak mengalami gejala apa-apa.
a. Kehamilan dan persalinan yang aman
b. Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi
c. Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi
d. Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
e. Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
f. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
g. Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
h. Pencegahan dan managemen infertilitas
i. Masalah yang mungkin ditemui: kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan berbagai
kondisi, malnutrisi, anemia, kemandulan, pelcehan/kekerasan seksual, komplikasi aborsi,
ISR/IMS/HIV/AIDS dan pengaturan kesuburan
j. Pendekatan yang dapat dilakukan: pendidikan kesehatan, suplemen, konseling, pencegahan
primer, pengobatan KB, pendidikan tentang perilaku seksual yang bertanggung jawab,
pencegahan dan pengobatan IMS, pelayanan antenatal, persalinan, post partum pelayanan
kebidanan darurat, imunisasi dan informasi-informasi.
5. Usia Lanjut
Yang dianggap lanjut usia (lansia) adalah setelah mencapai usia 60 tahun. Inilah masa yang
paling rentan diserang berbagai penyakit degeneratif dan penyakit berat lainnya. Sangat penting
bagi wanita untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya secara teratur. Prioritas utamanya
adalah menjaga agar tubuh tetap sehat dengan mengatur pola makan yang benar, dan minum
suplemen yang dibutuhkan tubuh. Selain itu olahraga ringan dan tetap aktif secara intelektual.
a. Perhatian pada problem menapouse
b. Perhatian pada penyakit utama degeneratif, termasuk rabun, gangguan mobilitas dan
osteoporosis
c. Deteksi dini kanker rahim
d. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: penyakit sistem sirkulasi, kekerasan,
prolaps/osteoporosis, kanker saluran reproduksi, kanker payudara, ISR/IMS/HIV/AIDS
e. Pendekatan yang dapat dilakukan: dipengaruhi oleh pengalaman reproduksi sebelumnya,
diagnosis, informasi dan pengobatan dini
d. Tujuan Screening
• Mengetahui diagnosis sedini mungkin agar cepat terapi nya
• Mencegah meluasnya penyakit
• Mendidik masyarakat melakukan general check up
• Memberi gambaran kepada tenaga kesehatan tentang suatu penyakit (waspada mulai dini)
• Memperoleh data epidemiologis, untuk peneliti dan klinisi
g. Contoh Screening
• Mammografi untuk mendeteksi ca mammae
• Pap smear untuk mendeteksi ca cervix
• Pemeriksaan Tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi
• Pemeriksaan reduksi untuk mendeteksi deabetes mellitus
• Pemeriksaan urine untuk mendeteksi kehamilan
• Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner
i. Komponen Validitas
• Sensitivitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang positif
betul-betul sakit
• Spesivicitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang negatif
betul-betul tidak sakit
j. Hasil Screening
Rumus
Sensitivitas: TP / (TP + FN)
Spesivisitas: TN
2. Deteksi Dini
a. Pengertian
Deteksi dini ialah usaha untuk mengidentifikasi/mengenali penyakit atau kelainan
yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes (uji), pemeriksaan, atau prosedur
tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang
kelihatannya sehat, benar-benar sehat, dan yang tampak sehat tetapi sesungguhnya
menderita kelainan
b. Tujuan Deteksi Dini
Deteksi dini bertujuan untuk mengidentifikasi penyakit pada stadium yang lebih awal
atau dengan kata lain menemukan adanya kelainan sejak dini,
Deteksi dini pada ibu hamil yang berisiko, akan dapat menurunkan angka kematian
ibu.
Kehamilan merupakan hal yang bersifat fisiologis, tetapi perlu perawatan dini yang
khusus agar ibu dan janin sehat, tanpa pengawasan hal yang bersifat fisiologis dapat
menjadi patologis.
c. Bentuk-bentuk komplikasi yang terjadi dalam kehamilan.
Kadar hemoglobin ibu kurang dari 8 gr%, tekanan darah ibu di atas 130/90 mmHg,
terdapat udema diwajah, preeklamsi dan eklamsia, perdarahan pervaginam, ketuban
pecah dini, letak lintang pada umur kehamilan lebih dari 32 minggu, sungsang pada
primigravida, sepsis, prematur, gameli, janin besar, penyakit kronis pada ibu, riwayat
obstetri buruk.
Pada bayi dan balita deteksi dini dapat dilakukan dengan menggunakan DDST
(denver devolopmental screening test).
2. Pubertas
a. Gangguan pada masa puberitas sering kali diakibatkan oleh pola hidup remaja,
dengan pola hidup yang sehat, akan mendapatkan tubuh yang sehat rohani dan jasmani.
b. Gangguan menstrasi yang dialami pada remaja putri dapat merupakan indikasi
adanya gangguan pada organ reproduksi wanita.
a. Gangguan yang sering dialami pada masa ini adalah osteoporosis atau
pengeroposan tulang, hipertensi dan lain-lain.
b. Untuk melakukan deteksi dini pada masa ini salah satu program pemerintah yaitu
posyandu lansia dapat merupakan solusinya. Pada masa ini seorang wanita secara
reproduksi sudah tidak dapat berperan, namun bukan berarti terbebas dari resiko
gangguan reproduksi. Salah satunya penyakit kangker serviks atau mulut rahim
biasanya terjadi pada masa ini. Pap smear merupakan salah satu cara untuk mendeteksi
adanya kangker mulut rahim.
Penilaian dan klasifikasi anak sakit dalam MTBS dikelompokkan dalam 2 kelompok
umur yaitu :
Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun
Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 1 hari sampai 2 bulan
Apabila anak umur 2 bulan sampai 5 tahun, pilih bagan “Penilaian dan Klasifikasi Anak
Sakit Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun”.Sampai 5 tahun, berarti anak belum mencapai ulang
tahunnya yang kelima. Kelompok umur ini termasuk balita umur 4 tahun 11 bulan, akan tetapi
tidak termasuk anak yang sudah berumur 5 tahun. Apabila anak belum genap berumur 2 bulan,
maka ia tergolong bayi muda. Gunakan bagan “Penilaian Klasifikasi dan Pengobatan Bayi Muda
Umur 1 Hari Sampai 2 Bulan”.Khusus mengenai bayi muda, bagan berlaku untuk bayi muda
sakit maupun sehat. (MTBS, Modul -1, 2004).
b. Dehidrasi
Pada klasifikasi dehidrasi tindakan dapat dikelompokkan berdasarkan derjat dari
dehidrasi, apabila klasfikasinya dehidrasi berat maka tindakannya adalah sbb:
1) Berikan cairan intravena secepatnya, apabila anak dapat minum berikan oralit melalui
mulut sambil infus dipersiapkan, berikan 100 ml/kg ringer laktat atau NaCl
2) Lakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila belum membaik
berikan tetesan intravena
3) Berikan oralit (kurang dari 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum
4) Lakukan monitoring kembali sesudah 6 jam pada bayi atau pada anak sesudah 3 jam dan
tentukan kembali status dehidrasi kemudian ditentukan status dehidrasi dan lakukan
sesuai dengan derjat dehidrasi
5) Anjurkan untuk tetap memberikan ASI
e. Klasifikasi Campak
Pada klasifikasi campak dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :
Apabila campak dijumpai dengan komplikasi berat maka tindakannya adalah pemberian
vitamin A, antibiotik yang sesuai, saleo mata tetrasiklin atau kloramefnikol apabila dijumpai
kekeruhan pada kornea, pemberian paracetamol apabila disertai demam tinggi (38,5 derajat
celcius), kemudian apabila campak disertai komplikasi mata dan mulut ditambahkan dengan
gentian violet dan apabila hanya campak saja tidak ditemukan penyakit atau komplikasi lain
maka tindakannya hanya diberikan vitamin A.
Pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh komponen yang merupakan
bagian dari komunitas masyarakat bersangkutan, karena merekalah yang paling dekat dan
mengetahui situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber daya masyarakat itu adaIah
Kader dan dukun bayi serta Tokoh masyarakat.
Bersama-sama dengan Bidan desa, pendataan ibu hamil, ibu bersalin, neonatal, bayi dan
balita dapat diIakukan. Dengan mendata seluruh ibu hamil yang ada di suatu komunitas tanpa
terIewatkan yang dilakukan oleh kader dan dukun bayi kemudian bidan desa memasukan seluruh
data ibu hamil ke dalam kohort yang telah disediakan di Pusesmas, sehingga data yang ada di
desa pun dimiliki puskesmas.
Dengan Puskesmas juga memiliki data dasar, bidan desa dan Puskesmas dalam hal ini bidan
puskesmas dan timnya dapat memonitor dan mengikuti setiap individu yang ada didaerah
tersebut.
Dengan puskesmas memiliki seluruh data ibu hamil dan bidan desa memberikan pemeriksaan
seluruh ibu hamil tanpa melihat apakah ibu hamil lersebut mempunyai faktor resiko atau tidak,
sehingga dapat menyelamatkan jiwa ibu dan anak yang dikandung.
13 sd 17 Resiko tinggi : diiisi dengan tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi, HB
diperiksa dan ditulis hasil pemeriksaannya,
18 Pendeteksian faktor resiko : diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi
oleh tenaga kesehatan
19 Diisi diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh Non NAKES,
23 sd 34 diisi umur kehamilan dalam bulan kode pengisian sebagai berikut : K I :Kontak
pertama kali dengan tenaga kesehatan dimana saja pada kehamilan I s/d 5 bulan
dengan rambu-rambu O dan secara langsung juga akses dengan rambu-rambu ◙. K4 :
Kunjungan ibu hamil yang keempat kalinya. Untuk memperoleh K4 dapat memakai
rumus 1-1–2 atau 0-2-2 dengan rambu-rambu Δ Perhatian : K4 tidak boleh rada usia
kehamilan 7 bulan Pada ibu hamil pertama kali kunjungan pada usia kehamilan 5
bulan pada bulan berikutnya yaitu 6 bulan harus berkunjung atau dikunjungi agar
tidak kehilangan K4. Pada ibu hamil yang awalnya periksa diluar kota, dan pada
akhir kehamilannya periksa di wilayah kita karena untuk melahirkan dan penduduk
setempat bisa mendapatkan K1, K4 dan sekaligus Akses apabila ibu tersebut dapat
menunjukan pemeriksaan dengan jelas Akses :Kontak pertama kali dengan tenaga
kesehatan tidak memandang usia kehamilan dengan rambu-rambuΟ
35 Penolong Persalinan, diisi tanggal penolong persalinan tenaga kesehatan
36 Diisi tanggal bila yang menolong bukan nakes, ,
37 Hasil akhir Kehamilan : Abortus diisi tanggal kejadian abortus
38 Diisi lahir mati
39 Diisi BB bila BBL < 2500 gram
40 Diisi BB bila BBL > 2500 gram
41 Keadaan ibu bersalin,di beri tanda v bila sehat,
42 Dijelaskan sakitnya,
43 Diisi sebab kematiaannya
44 Diisi v (rumput),
45 Diisi apabila pindah, atau yang perlu diterangkan
b. Bayi
KOLOM PENGISIAN
1 Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan nornor urut
ibu pada register kohort ibu..
2 Disi nomor indeks dari Family Folder
3 sd 7 3sd 7 jelas.
8 Diisi angka berat bayi lahir dalam gram
9 sd 10 diisi tanggal pemeriksaan neonatal oleh tenaga kesehatan.
11 Diisi tanggal pemeriksaan post neonatal oleh petugas kesehatan.
12 sd 23 Diisi hasil penimbangan bayi dalam kg dan rambu gizi yaitu : N = naik, T =
turun, R = Bawah garis titik¬ – titik (BGT), BGM = Bawah garis merah.
24 sd 35 Diisi tanggal bayi tersebut mendapat immunisasi.
36 Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal
37 Diisi penyebab kematian bayi tersebut.
38 Diisi bila bayi pindah atau ada kolom yang perlu keterangan
c. Balita
KOLOM PENGISIAN
1 Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan nomor urut
ibu pada register kohort ibu..
2 Disi nomor indeks dari Family Folder
3 sd 7 3sd 7 jelas.
8 sd 31 diisi hasil penimbangan dalam kg dan rambu gizi
32 sd 35 diisi tanggal pcmberian vit A bulan februari dan Agustus
36 Diisi tanggal bila ditemkan sakit.
37 Diisi penyebab sakit
24 sd 35 Diisi tanggal bayi tersebut mendapat immunisasi.
36 Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal
37 Diisi penyebab kematian bayi tersebut.
38 Diisi tanngal meninggal
39 Diisi sebab meninggal
40 Diisi tanggal bila ditemukan kelainan tumbuh kembang.
41 Diisi jenis kelainan tumbuh kembang
42 Diisi bila ada kcterangan penting tentang balita tersebut.
Bulan data di kohort di rekap kedalam suatu laporan yang disebut dengan PWS KIA atau
Pemantauan wilayah setempat yaitu alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan
pelayanan KIA di suatu wilayah (puskesmas kecamatan) secara terus menerus agar dapat
dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan pelayanan KIA nya
masih rendah.
Penyajian PWS-KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi dan komunikasi kepada
sektor terkait, khususnya Pamong setempat yang berperan dalam pendataan dan penggerakan
sasaran agar mendapatkan pelayanan KIA dan membantu memecahkan masalah nonteknis,
sehingga semua masalah ibu hamil dapat tertangani secara memadai, yang pada akhimya AKI
rdan AKB akan turun sesuai harapan.
Sistem Pencatatan secara umum terbagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu Sistem
PencatatanTradisional dan Sistem Pencatatan Non-Tradisional.
1) Sistem Pencatatan Tradisional adalah system pencatatan yang memiliki catatan
masing-masing dari setiap profesi atau petugas kesehatan, dimana dalam sistem ini
masing-masing disiplin ilmu (Dokter, Bidan, Perawat, Epidemiolog, Ahli Gizi dsb)
mempunyai catatan sendiri – sendiri secara terpisah. Keuntungan system ini adalah
pencatatan dapat dilakukan secara lebih sederhana. Kelemahan system ini adalah data
tentang kesehatan yang terkumpul kurang menyeluruh, koordinasi antar
petugaskesehatan tidak ada dan upaya pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
tuntassulit dilakukan.
Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan khususnya bagi dinas
kesehatan kota dan Sitem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas juga merupakan fondasi
dari data kesehatan. Sehingga diharapkan terciptanya sebuah informasi yang akurat, representatif
dan reliable yang dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan kesehatan. Setiap
program akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan perlu dicatat, dianalisis dan dibuat
laporan. Data yang disajikan adalah informasi tentang pelaksanaan progam dan perkembangan
masalah kesehatan masyarakat. Informasi yang ada perlu dibahas, dikoordinasikan,
diintegrasikan agar menjadi pengetahuan bagi semua staf puskesmas.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup 3 hal:
(1) pencatatan, pelaporan, dan pengolahan;
(2) analisis; dan
(3) pemanfaatan.
Pencatatan hasil kegiatan oleh pelaksana dicatat dalam buku-buku register yang berlaku
untuk masing-masing program. Data tersebut kemudian direkapitulasikan ke dalam format
laporan SP3 yang sudah dibukukan. Koordinator SP3 di puskesmas menerima laporan-laporan
dalam format buku tadi dalam 2 rangkap, yaitu satu untuk arsip dan yang lainnya untuk dikirim
ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten. Koordinator SP3 di Dinas Kesehatan
Kabupaten meneruskan ke masing-masing pengelola program di Dinas Kesehatan Kabupaten.
Dari Dinas Kesehatan Kabupaten, setelah diolah dan dianalisis dikirim ke koordinator SP3 di
Dinas Kesehatan Provinsi dan seterusnya dilanjutkan proses untuk pemanfaatannya. Frekuensi
pelaporan sebagai berikut: (1) bulanan; (2) tribulan; (3) tahunan. Laporan bulanan mencakup
data kesakitan, gizi, KIA, imunisasi, KB, dan penggunaan obat-obat. Laporan tribulanan meliputi
kegiatan puskesmas antara lain kunjungan puskesmas, rawat tinggal, kegiatan rujukan puskesmas
pelayanan medik kesehatan gigi. Laporan tahunan terdiri dari data dasar yang meliputi fasilitas
pendidikan, kesehatan lingkungan, peran serta masyarakat dan lingkungan kedinasan, data
ketenagaan puskesmas dan puskesmas pembantu. Pengambilan keputusan di tingkat kabupaten
dan kecamatan memerlukan data yang dilaporkan dalam SP3 yang bernilai, yaitu data atau
informasi harus lengkap dan data tersebut harus diterima tepat waktu oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten, sehingga dapat dianalisis dan diinformasikan (Santoso, 2008).
3. Macam-macam Pencatatan
Model naratif atau narasi.Sering di sebut tekhnik pencatatan yang berorientasi
pada sumber data.
a. Keuntungan:
1) Sudah di kenal
2) Udah di kombinasikan dengan cara dokumentasi lain
3) Jika di tulis dengan tepat bisa mencakup seluruh keadaan pasien
4) Mudah di tulis
b. Kekurangan
1) Tidak terstruktur dan simpang siur datanya.
2) Perlu banyak waktu
3) Terbatas dengan kemampuan pelayanan kesehatan
4) Informasi sulit untuk jangka panjang
Naratif adalah model lama, tradisional yang paling fleksible. Sistem pencatatan naratif
cara penulisannya mengikuti dengan ketat urutan kejadian atau kronologis. Dengan cara naratif
ini tiap institusi mempunyai kebijakan sendiri dalam sistem pencatatan.
4. Pengelolaan
a. Pencatatan
Semua kegiatan pokok baik didalam maupun diluar gedung puskesmas, puskesmas
pembantu, dan bidan didesa harus dicatat. Untuk memudahkan dapat menggunakan formulir
standar yang ditetapkan dalam SP2TP. Jenis formulir standar yang digunakan dalam
pencatatan adalah sebagai berikut :
1) Rekam Kesehatan Keluarga (RKK)
b. Register
Merupakan formulir untuk mencatat dan merekap data kegiatan baik di dalam maupun di
luar gedung puskesmas, yang telah di catat di kartu dan catatan lainnya Ada beberapa
jenis register sebagai berikut:
1) Nomor indeks pengunjung puskesmas
2) Rawat jalan
3) Register kunjungan
4) Register rawat inap
5) Register KIA dan KB
6) Register kohort ibu dan balita
7) Register deteksi dini tumbuh kembang dan gizi
8) Register penimbangan balita
9) Register imunisasi
10) Register gizi
11) Register kapsul beryodium
12) Register anak sekolah
13) Sensus harian kunjungan, kegiatan KIA, imunisasi , dan penyakit.
Adapun kriteria system pencatatan data kesehatan yang baik mencakup hal – hal di
bawah ini :
1) Pencatatan Harus Sistematis, Jelas, Ringkas dan mengacu pada responpasien
terhadap kejadian penyakit atau intervensi yang diberikan.
2) Ditulis dengan Baik dan menghindari kesalahan.
3) Tepat Waktu, ditulis segera setelah tindakan/kegiatan dilakukan.
4) Ditulis secara Terperinci mencakup What, Why, When, Where, Whoand How
5) Menghindari kata-kata yang sulit diukur
6) Mencantumkan nama jelas dan tanda tangan setelah melakukanpencatatan.
5. Pelaporan
Pelaporan merupakan cara komunikasi petugas kesehatan yang dapat dilakukan
baiksecara tertulis maupun lisan tentang hasil dari suatu kegiatan atau intervensi yang telah
dilaksanakan.
a. Laporan Lisan
1) Kelemahan: Kemungkinan yang dilaporkan hanyalah hal-hal yangbaik-baik saja
dan bersifat subyektif.
2) Keuntungan: Hasil dari kegiatan/intervensi yang telah dilakukandan data yang
telah terkumpul dapat segera ditindaklanjuti dalamwaktu yang lebih cepat.
b. Laporan Tertulis
1) Kelemahan: memakan waktu dan biaya yang lebih.
2) Keuntungan: bisa lebih bersifat Objektif dan lebih terperinci sertapelaporan dapat
bersifat positif maupun negative.
A. Simpulan
Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan
Reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhusususan
kebutuhan penanganan system reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta
kesinambungan antar fasekehidupan tersebut. Skrining (screening): pemeriksaan
sekelompok orang untuk memisahkan orang yang sehat dari orang yang mempunyai
keadaan patologis yang tidak terdiagnosis atau mempunyai risiko tinggi.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan
dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan
kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit. Monitoring adalah proses
rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas objektif program. Evaluasi adalah
penggunaan metode penelitian social untuk secara sistematis menginvestigasi efektifitas
program.
Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu aktivitas dalam
bentuk tulisan.
DAFTAR PUSTAKA