Вы находитесь на странице: 1из 43

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia (Lansia) adalah bagian dari proses tumbuh kembang.

Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-

anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan

fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang

pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu.

Lansia merupakan suatu proses alami yang di tentukan oleh Tuhan Yang Maha

Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua

merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang

mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap (Azizah,

2011). Di masa tua seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental dan

sosial secara bertahap. Terjadinya kemunduran tersebut dapat berakibat pada

terjadinya permasalahan di masa tua antara lain masalah ekonomi, masalah

sosial, masalah kesehatan dan masalah psikologis (Lestari, 2015).

Pada masyarakat Indonesia, masa tua yang identik dengan datangnya

masa pensiun (umumnya usia 55) sering bertolak belakang dengan kondisi

psikis maupun fisik yang bersangkutan. Masa pensiun yang diidentifikasi

sebagai masa tidak produktif berseberangan dengan realita individu yang

terlibat didalamnya, dimana mereka secara fisik maupun psikis ternyata masih

kuat, sehat dan tidak sedikit yang masih mampu berkarya. Maka banyak sekali

1
2

diantara mereka kemudian merasa tidak siap secara psikis sehingga merasa

tidak berarti, terpuruk, inferior, marginal, putus asa, kesepian, stress, depresi,

bahkan kecemasan (Nida, 2014).

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa

lansia. Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para

lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa

faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa

mereka antara lain Penurunan Kondisi Fisik, Penurunan Fungsi dan Potensi

Seksual, Perubahan Aspek Psikososial, Perubahan yang Berkaitan Dengan

Pekerjaan, Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat, dan Penurunan

Kondisi Fisik (Agus Sudaryanto, 2017)

Program Epidemiological Catchment Area (ECA) dari National

Institude of Mental Health telah menemukan bahwa gangguan mental yang

paling sering pada lanjut usia adalah gangguan depresif, gangguan kognitif,

fobia dan gangguan pemakaian alkohol. Sejumlah faktor resiko psikososial

juga mempredisposisikan lanjut usia pada gangguan mental. Faktor resiko

tersebut antara lain: hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian

teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi,

keterbatasan finansial dan penurunan fungsi kognitif (Handayani, 2013).

Selain itu Permasalahan psikologis yang sering dialami oleh lansia meliputi

kecemasan, ketakutan, mudah tersinggung, rasa kesepian, hilangnya percaya

diri, bermimpi masa lalu dan egois (BKKBN, 2012)

2
3

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan kabupaten Klaten pada tahun

2010 sebanyak 478 jiwa dari 1865 lansia yang mengalami gangguan mental

emosi pada tahun 2011, jumlah penduduk 165.000 jiwa dan terdapat 1387

penduduk usia lebih dari 60 tahun mengalami gangguan mental emosional,

komposisi penduduk lansia laki-laki 858 jiwa dan lansia perempuan 529 jiwa

(Handayani, 2013). Selain itu, Penelitian Wahyu Wiyono (2010), tentang

tingkat kecemasan pada lansia di panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta

menunjukkan tingkat kecemasan responden merata dari ringan hingga berat.

Hal tersebut ditunjukkan bahwa pada kategori tingkat kecemasan ringan

terdapat 17 responden (36%), selanjutnya kategori sedang dan berat masing-

masing 15 responden (32%), dan tidak terdapat responden yang memiliki

kecemasan dalam kategori panik dan Data statistik badan kesehatan dunia

(WHO) menyebutkan bahwa kecemasan meningkat sebesar 2,5% setiap

tahunnya dengan perbandingan 2,43% pada wanita dan 0,07% pada laki-laki.

Prevalensi kecemasan lansia sebesar 34,92% (8). Prevalensi ansietas umum

pada pasien yang berusia lebih dari 65 tahun di komunitas adalah 4% (9).

Prevalensi kecemasan lansia di Finlandia sebesar 24% (10). pada saat peneilti

melakukan praktik keperawatan di Panti Social Tresna Werdha Nirwana Puri

Samarinda didapatkan data bahwa 5 dari 7 lansia di wisma Tulip mengalami

gangguan psikososial. Mereka hanya melamun dan berdiam diri dikamar atau

ruang tamu, tidak saling mengobrol ataupun menyapa.

Kesejahteraan psikologis sendiri dapat diperoleh dari berbagai cara.

Menurut penilitian yang dilakukan oleh Lutfiana, I. & Surjaningrum (2010)

3
4

yang memberikan support group pada penderita HIV/AIDS didapatkan hasil

bahwa kelompok yang diberikan support group mempunyai kesejahteraan

psikologis yang lebih baik dibandingkan kelompok yang tidak diberikan

support group. Beberapa terapi psikologis terbukti dapat meningkatkan

kesejahteraan psikologis. Pada penelitian yang lain oleh Reigferrer dkk (2014)

memberikan teknik relaksasi untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis

pada lansia di panti jompo, hasilnya didapatkan bahwa teknik relaksasi dapat

meningkatkan kesejahteraan psikologis pada lansia. Sedangkan penelitian.

Cara lain untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis adalah dengan

melakukan ritual keagamaan. Dalam penelitian Nashori & Faiz. A

Rachmawati (2013) pada lansia yang tinggal di panti jompo menemukan

bahwa aspek koping religius menjadi prediktorutama yang berpengaruh pada

kesejahteraan psikologis pada lanjut usia yang tinggal di panti jompo. Selain

itu hasil penelitian Parolian Gultom, Hendro Bijuni (2016) menunjukan

adanya hubungan antara aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada lansia.

Lansia yang memiliki aktivitas spiritual tinggi cenderung memiliki tingkat

depresi yang rendah. Uraian diatas menunjukkan bahwa seharusnya lansia

mendapatkan kesejahteraan psikologis di fase akhir kehidupannya, dan salah

satu factor untuk mendapatkannya adalah dengan kegiatan spiritual. Salah satu

bentuk kegiatan spiritual yang mudah dilakukan adalah zikir.

Zikir dalam agama Islam selain sebagai bentuk ritual agama juga

mempunyai aspek terapeutik, yaitu mendatangkan kedamaian bagi orang yang

melakukannya. Hal tersebut seperti yang tercantum di dalam Al-Qur’an :

4
5

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan

mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi

tentram” ( QS: Ar-Ra’d : 28 ).. M.A. Subandi, (2009) menyatakan bahwa zikir

merupakan salah satu cara untuk membersihkan jiwa dan menyembuhkan

penyakit - penyakit di dalamnya. Setiap bacaan dzikir mengandung makna

suatu pengakuan percaya dan yakin hanya kepada Allah swt. Individu yang

memiliki spiritual yang tinggi memiliki keyakinan yang kuat hanya kepada

Allah dan dengan keyakinan ini dapat menimbulkan kontrol yang kuat dan

dapat mengarahkan individu ke arah yang positif (Kumala, Kusprayogi, &

Nashori, 2017).

Berdarsakan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh

dzikir untuk meningkatkan status kesehatan mental lansia di Panti Social

Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, Rumusan masalah

penelitian ini adalah “ Bagaimanakah gambaran pengaruh terapi dzikir pada

lansia di Panti Sosial Tresna Werda Nirwana Puri Samarinda ”.

C. Tujuan

Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari

terapi dzikir pada lansia

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penilitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :

5
6

1. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran kepada institusi

pendidikan akan pentingnya terapi dzikir pada lansia

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi semangat bagi pelayanan

kesehatan untuk melaksanakan terapi dzikir

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan

kepada keluarga terutama yang memiliki lansia agar dapat menerapkan

terapi dzikir

4. Bagi Peneliti

Memperoleh kemampuan serta menambah pengalaman peneliti

dalam penelitian di bidang keperawatan mengenai pengaruh terapi dzikir

pada lansia.

6
7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Teori

1) Lansia

a. Pengertian

Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia.

Dalam proses ini, tahap yang paling krusial adalah tahap lansia (lanjut

usia) dimana pada diri manusia secara alami terjadi penurunan atau

perubahan kondisi fisik,psikologis maupun sosial yang saling

berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi

menimbulkan masalah kesehatan secara fisik maupun kesehatan jiwa

secara khusus pada individu lanjut usia (Sumirta, 2013)

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia

tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-

anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan

perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi

pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap

perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses

alami yang ditentukan oleh Allah SWT. Semua orang akan mengalami

proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang

terakhir (Azizah, 2011)


8

b. Karakteristik dan Ciri-ciri Lansia

1) Rambut beruban

2) Kerutan kulit

3) Hilangnya gigi

4) Tidak bisa melaksanakan fungsi peran orang dewasa.

Kriteria simbolik seseorang dianggap tua ketika cucu pertamanya

lahir. Dalam kepulauan Pasific, seseorang dianggap tua ketika ia

berfungsi sebagai kepala dari garis keturunan keluarganya (Azizah,

2011).

a. Batasan Lanjut Usia

WHO, Menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia

kronologi/biologis menjadi 4 kelompok, yaitu :

1) Usia pertengahan (middle age) Antara usia 45 - 59 tahun

2) Lanjut usia (elderly) Antara usia 60 - 74 tahun

3) Lanjut usia tua (old) Antara usia 75 - 90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Azizah, 2011).

a. Tipe - Tipe Lanjut Usia

1) Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah pengalaman menyesuaikan diri dengan

perubahan jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah

hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi

panutan.
9

2) Tipe mandiri

Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan-

kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan,

serta memenuhi undangan.

3) Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang

menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik

jasmaniah, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi,

pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani

dan pengkritik.

4) Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep

habis gelap terbitlah terang, mengikuti kegiatan beribadah, ringan

kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.

5) Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa

minder, menyesal, pasif, mental, sosial dan ekonominya. Tipe ini

antara lain adalah :

a) Tipe optimis

b) Tipe konstruktif

c) Tipe ketergantungan

d) Tipe defensif

e) Tipe militan dan serius


10

f) Tipe marah atau frustasi

g) Tipe putus asa (Azizah, 2011).

a. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

1) Perubahan Fisik

a) Sistem Indra

Sistem pendengaran dan sistem integumen

b) Sistem Musculoskeletal

Jaringan penghubung (kolagen dan elastin), kartilago,

tulang, otot dan sendi

c) Sistem kardiovaskuler dan Respirasi

d) Pencernaan dan metabolisme

e) Sistem perkemihan

f) Sistem saraf

g) Sistem reproduksi

1) Perubahan Kognitif

a) Memori (daya ingat, ingatan)

b) IQ (intelllegent quacient)

c) Kemampuan belajar (learning)

d) Kampuan pemahaman

e) Pemecahan masalah

f) Pengambilan keputusan

g) Kebijaksanaan

h) Kinerja (performance)
11

i) motivasi

1) Perubahan Spiritual

2) Perubahan psikososial

3) Penurunan fungsi dan potensi seksual (Azizah, 2011).

a. Masalah fisik yang sehari-hari ditemukan pada lansia :

1) Mudah jatuh

2) Mudah lelah

3) Berat badan menurun

4) Gangguan ketajaman penglihatan (Azizah, 2011).

a. Penyakit yang sering dijumpai pada lansia :

Menurut Azizah (2011) penyakit yang sering dijumpai pada

lansia yaitu :

1) Gangguan sirkulasi darah : hipertensi, kelainan pembuluh

darah, gangguan pembuluh darah di otak (koroner) dan

ginjal.

2) Gangguan metabolisme hormonal, seperti : diabetes militus,

klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid

3) Gangguan pada persendian, seperti : osteoartritis, gout

artritis, ataupun penyakit kolagen lainnya

4) Berbagai macam neoplasma (Azizah, 2011).

1) Dzikir

a. Pengertian
12

Dzikir menurut konteks bahasa mengandung beberapa

pengertian, mengandung arti “Menceritakan” (QS. Maryam : 56), “Al-

Qur’an” (QS. Al-Anbiya : 50), “Shalat” (QS. Al Baqarah : 239),

“Wahyu” (QS. Al Qamar : 25) dan sebagainya. Arti Dzikir yang

sebenarnya adalah suatu cara / media untuk menyebut/mengingat nama

Allah Subhanahu Wata’ala, jadi semua bentuk aktivitas yang tujuannya

mendekatkan diri kepada Allah dinamakan dzikir seperti shalat (QS.

Thoha : 14), tetapi lebih spesifik lagi dzikir dibatasi dengan kata

mengingat Allah dengan lisan dan hati. Dalil berdzikir (QS. Al Ahzab :

41). (QS. Al Baqarah : 152).

Kata dzikir berasal dari bahasa Arab, adz-dzikr yang berarti

mengingat, mengucap atau menyebut, dan berbuat baik. Jika kata

dzikir dikaitkan dengan Islam, maka memiliki pengertian:

1) Dzikir berarti mengingat dan menyebut

asma Allah SWT. Misalnya dengan

membaca: tahlil/tauhid, tasbih, istighfar,

atau sholawat, dan juga berdoa kepada

Allah SWT. Sebab dengan berdoa

manusia menyadari bahwa alam semesta

dan seluruh isinya ini milik Allah SWT.

Karena itu untuk mewujudkan segala

keinginan, dan cita-citanya, manusia

butuh pertolongan-Nya.
13

2) Dzikir berarti berbuat baik (beramal

saleh) dalam rangka mendekatkan diri

kepada Allah SWT sesuai dengan yang

telah diajarkan oleh Rosulullah saw.

Beberapa di antaranya adalah: berbakti

kepada orang-tua; berlaku jujur, objektif,

dan adil; menghormati yang lebih tua dan

menyayangi yang lebih muda, sekalipun

kita tidak mengenalnya dengan baik;

serta mengajak kepada kebaikan, dan

melarang terjadinya kemungkaran;

Dzikir merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam. "Wahai

orang - orang yang beriman, ingatlah kepada Allah dengan mengingat

(nama- Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada

waktu pagi dan petang." (QS. 33/Al-Ahzab: 41-42)

a. Keutamaan Dzikir

Berdzikir berarti kita mengingat Allah SWT, baik dalam bentuk

lisan maupun perbuatan. Segala apa yang kita lakukan, selalu kita

dasari dengan niat tak lain hanya untuk mendapatkan ridha Allah SWT.

Memperbanyak mengingat Allah SWT selama hidup di dunia, karena

ini merupakan salah satu pembeda. Sebagaimana dalam sebuah hadist

diterangkan; “Perumpamaan orang yang ingat akan Rabb-nya dengan


14

orang yang tidak ingat Rabb-nya laksana orang yang hidup dengan

orang yang mati.”(HR. Al-Bukhari) (Sari, 2016).

Selain dapat dilakukan secara “sirr” maupun “jahr”, dzikir pun

dapat dilakukan secara fardi dan jama’i. Rasulullah SAW juga

menjelaskan mengenai keutamaan dzikir secara jama’i, yang dilakukan

dalam halaqoh-halaqoh dzikir. Imam Nawawi dalam Riyadhus

Shalihin juga mencantumkan bab khusus tentang keutamaan halaqoh

dzikir (Bab ke 247), sebagaimana Imam Muslim juga mencantumkan

dalam Shahehnya bab fadhl Majalis Dzikr. Bahkan jika diperhatikan

dan ditadaburi, dalam Al-Qur’an pun Allah secara tersirat

memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk senantiasa komitmen dengan

halaqoh dzikir:

‫ك عمعع اَليذييعن يعيددعيوعن عرببَهديم يباَيلعغعداَرة عواَيلععرشيي يدررييدديوعن عويجهعهد عولع تعيعدد ععييعناَ ع‬
‫ك ععينهديييم تدررييييدد‬ ‫صبرير نعيفعس ع‬
‫عواَ ي‬

‫رزيينعةع اَيلعحعياَرة اَلددينعياَ عولع تدرطيع عمين أعيغفعيلعناَ قعيلبعهد ععين رذيكررعناَ عواَتبَبععع هععواَهد عوعكاَعن أعيمدرهد فددر ط‬
َ‫طا‬

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang

yang menyeru Rabnya di pagi dan senja hari dengan mengharap

keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka

(karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah

kamu mengkuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari

mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah

keadaannya itu melewati batas.” (Al-Kahfi, 18:28)

Adapun dalam hadits, terdapat beberapa riwayat yang

mengungkapkan keutamaan majalis dzikr, diantaranya adalah:


15

‫صبَلىَّ اد ععلعييره عوعسلبَعم “لع يعيقدعييدد قعيييومم‬


‫عقاَعل عردسيودل ار ع‬، ‫ عقاَعل‬،‫ضعي اد ععينده‬ ‫ععين أعبريي عسرعييدد اَيلدخيدرر ي‬
‫ي عر ر‬

‫يعيذدكدريوعن اع إرلبَ عحفبَيتهددم اَيلعملعئرعكةد عوعغرشيييعيتهددم اَلبَريحعمييةد عونععزلعيي ي‬


‫ت ععلعييرهييدم اَلبَسييركيينعةد عوعذعكعرهدييدم اديي فرييعمييين‬

”‫رعينعدده‬

“Dari Abu Sa’id al-Khudzri ra, Rasulullah SAW bersabda,

“Tidaklah sekelompok orang duduk dan berdzikir kepada Allah,

melainkan mereka akan dikelilingi para malaikat, mendapatkan

limpahan rahmat, diberikan ketenangan hati, dan Allah pun akan

memuji mereka pada orang yang ada di dekat-Nya.” (HR. Muslim)

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW mengatakan:

‫ عقاَعل اد تعععاَلعىَّ يعيييوعم‬،‫ىَّ اد ععلعييره عوعسلبَعم‬ ‫ عقاَعل عردسيودل ار ع‬،‫ضعي اد ععينده‬


َ‫صل ب‬ ‫ععين أعربي عسرعييدد اَيلدخيدرر ي‬
‫ي عر ر‬

‫ قعيياَعل عمعجيياَلر د‬،‫ فعقرييعل عمييين أعيهييدل اَيلركييعررم يعيياَ عردسيييودل اريي؟ِهلل‬،‫عسيعيعلعدم أعيهدل اَيلعجيمرع رمين أعيهرل اَيلركعررم‬: ‫اَيلقرعياَعمرة‬
‫س‬

(‫ )رواَه أحمد‬.‫اَليذيكرر فريي اَيلعمعساَرجرد‬

“Dari Abu Sa’id al-Khudzri ra, Rasulullah SAW bersabda, “Allah

SWT berfirman pada hari kiamat, ‘orang-orang yang berkumpul akan

mengetahui siapakah mereka yang termasuk ahlul karam (orang yang

mulia)’, seorang sahabat bertanya, siapakah ahlul kiram ya Rasulullah

SAW?, beliau menjawab, “majlis-majlis dzikir di masid-masjid.” (HR.

Ahmad) (Nuh, 2017).

b. Faidah Dzikir

Allah Subhanahu Wata’ala memerintahkan dalam ayat – ayat Al-

Qur’an agar hambanya berdzikir yang banyak kepadanya. Hal itu

dikarenakan besarnya kebutuhan hamba kepada dzikir tersebut dan

ketergantungannya padanya serta ketidakberdayaannya tanpanya


16

meskipun hanya sekejap mata. Kesempatan apapun yang tidak diisi

oleh seorang hamba dengan dzikir, niscaya menjadi beban atasnya dan

bukan keberhasilan baginya (Abdurrazaq, 2010b). Faidah – faidah

dzikir antara lain :

1) Mengatasi gangguan Syaiton

Diantara faidah dzikir, ia dapat mengusir setan,

membungkamnya dan mematahkannya. Allah Subhananhu

Wata’ala berfirman : “Barang siapa lalai dari berdzikir kepada Ar-

Rahman, kami kuasakan atasnya setan, dan dia menjadi

pendamping baginya.” (Az-Zukhruf: 36). Dan firman-Nya :

“Sesunguhnya orang – orang yang bertaqwa bila mereka ditimpa

was – was dari syaitan, mereka mengingat Allah, maka, ketika itu

juga mereka melihat kesalahan – kesalahannya.” (Al-A’raf : 201)

(Abdurrazaq, 2010b).

2) Mendatangkan ketenangan hati, rasa

senang, gembira, dan rileks

Diantara faidah dzikir yaitu dapat mendantangkan bagi hati

orang yang berdzikir berupa rasa senang, gembira, dan rileks.

Selain itu, berdzikir menumbuhkan perasaan nyaman dan tenang

dalam hati. Hal itu seperti firman Allah Subhanahu Wata’ala : “

orang – orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram

dengan sebab dzikir kepada Allah. Ketahuilah, dengan sebab dzikir

kepada Allah, hati menjadi tentram.” (Ar – Ra’d: 28). Makna


17

friman-Nya, “hati menjadi tentram,” yakni, terkikisapa yang ada

padanya berupa keresahan dan kegalauan, lalu digantikan dengan

rasa nyaman, suka cita, dan rileks. Sedangkan firman-Nya,

“Ketahuilah,dengan sebab dzikir kepada Allah hati menjadi

tentram,” yakni,sudah menjadi kepatutan dan keharusan bahwa hati

tidak akan tenang karena sesuatu perkara melainkan dengan dzikir

kepada Allah Subhanahu Wata’ala (Abdurrazaq, 2010b).

3) Sebagai Penyembuh bagi hati dan

obat bagi penyakit – penyakitnya.

Diantara faidah dzikir, bahwa ia menjadi penyembuh bagi

hati dan obat bagi penyakit – penyakitnya. Makhul bin Abdillah

berkata, “dzikir kepada Allah Subhanahu Wata’ala adalah

penyembuh dan dzikir (mengingat) manusia adalah penyakit”.

Kemudian berdzikir juga menghilangkan kekerasan hati.

Dalam hati terdapat suatu kekerasan yang tidak bias diluluhkan

kecualidengan dzikir kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Suatu

ketika seorang laki – laki dating kepada Al – Hasan Al – Bashri

dan berkata, “wahai Abu Said, aku mengadukan kepadamu

kekerasan hatiku”. Beliau berkata, “luluhkan ia dengan dzikir.”

(Abdurrazaq, 2010b).

4) Dekat dengan Allah Subhanahu

Wata’ala
18

Diantara faidah dzikir, orang yang berdzikir akan dekat

dengan Allah Subhanahu Wata’ala, dan Allah Subhanahu Wata’ala

juga dekat dengannya. Ini adalah kebersamaan yang khusus, bukan

sekedar kebersamaan dalam arti pengetahuan dan pengawasan

secara umum, namun ia adalah kebersamaan dalam arti kedekatan,

perwalian, kecintaan, pertolongan, bantuan, dan taufiq. Seperti

firman Allah Subhanahu Wata’ala : “sesungguhnya Allah bersama

orang – orang bertaqwa dan orang – orang yang berbuat

kebaikan.” (An – Nahl:128). Dan firman-Nya: “dan Allah bersama

orang – orang yang sabar.” (Al – Baqarah: 249). Dan firman-Nya:

“dan sesungguhnya Allah benar – benar bersama orang – orang

berbuat kebaikan.” (Al – Ankabut: 69) (Abdurrazaq, 2010b).

a. Bacaan Dzikir

1) Bacaan Dzikir Tasbih, Tahmid dan Takbir

Di antara dzikir yang paling dianjurkan adalah dzikir

setelah sholat dengan bacaan dzikir tasbih, tahmid dan takbir.

Bacaan tasbih, tahmid dan takbir tersebut dibaca masing-

masing 33 kali.

َ‫ عوعحرمييعد ب‬.‫صييعلدة ثععلثطيياَ عوثععلثريييعن‬


.‫اعيي ثععلثطيياَ عوثععلثريييعن‬ َ‫عمين عسببَعح ب‬
‫اع رفي ددبدرر دكيييل ع‬

َ‫ عوعقاَعل تععماَعم اَيلرماَئعرة عل إرلعييهع إربَل ب‬.‫ك تريسععةم عوتريسدعوعن‬


‫اديي عويحييعدهد عل‬ َ‫عوعكببَعر ب‬
‫ فعيتلر ع‬.‫اع ثععلطثاَ عوثععلرثيعن‬

‫طاَعيياَهد عوإرين عكياَنع ي‬


‫ت‬ ‫ دغرفيعر ي‬.‫ك عولعهد اَيلعحيمدد عوهدعو عععلىَّ دكييل عش ييدء عقيرديمر‬
‫ت عخ ع‬ ‫ك لعهد لعهد اَيلدميل د‬
‫عشرري ع‬

‫رميثعل عزبعرد اَيلبعيحرر‬


19

“Barang siapa menyucikan (bertasbih) kepada Allah di

akhir sholat (setelah sholat) sebanyak 33. Memuji (bertahmid)

kepada Allah sebanyak 33x. Dan mengagungkan kebesaran

Allah (bertakbir) sebanyak 33x. Sehingga menjadi 99,

kemudian menyempurnakannya menjadi 100 dengan

bacaan laa ilaha illallahu wahdahu laa syarikalah lahul mulku

walalhul hamdu wahuwa ‘alaa kulli syai-in qodiir. Maka

diampuni segala kesalahannya meskipun menyerupai buih

laut.” (HR. Muslim no. 597) (Abdurrazaq, 2010).

2) Subhaanallaahi wabihamdihi seratus kali.

‫ح ععييين أعربيي هدعرييييعرةع‬ ‫ك ععييين دسييعميي ععيين أعبرييي ع‬


‫صيياَلر د‬ َ‫عحبَدثععناَ ععيبدد ب‬
‫ار يبدن عميسلععمةع ععين عماَلريي د‬

َ‫اد ععلعييره عوعسلبَعم عقاَعل عمين عقاَعل دسيييبعحاَعن ب‬


‫اريي عوبرعحيمييردره فرييي يعيييودم‬ َ‫صبَلىَّ ب‬ َ‫اد ععينهد أعبَن عردسوعل ب‬
‫ار ع‬ َ‫ضعي ب‬
‫عر ر‬

‫ت رميثعل عزبعرد اَيلبعيحرر‬


‫طاَعياَهد عوإرين عكاَنع ي‬ ‫رماَئعةع عمبَردة دحطبَ ي‬
‫ت عخ ع‬

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin

Maslamah dari Malik dari Sumay dari Abu Shalih dari Abu

Hurairah radliallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wasallam bersabda: “Barangsiapa mengucapkan

‘Subhaanallaahi Wabihamdihi (Maha suci Allah dan segala

pujian hanya untuk-Nya)’ sehari seratus kali, maka kesalahan-

kesalahannya (dosa) akan terampuni walaupun sebanyak buih

di lautan.” (HR.Bukhori No.5926, Muslim No.4857, At

Tirmidzi No.3388, Ahmad N0.10266 dan No.7667, Ibnumajah

No.3802, dan Imam Malik No.438) (Isriadhi, 2018)


20

3) Bacaan Dzikir dengan Sholawat Nabi

‫عن اَلنبي صلىَّ ا عليه وسييلم اَنييه قيياَل ميين عسييرت عليييه حاَجيية فليكييثر‬

َّ‫باَلصلة علي فإنهاَ تكشييف اَلهمييوم و اَلغمييوم و اَلكييروب و تكييثر اَلرزاَق و تقضييى‬

‫اَلحواَئج‬

Dari Nabi SAW sesungguhnya Nabi bersabda;

Barangsiapa yang susah hajatnya, maka perbanyaklah sholawat

atasku, sebab memperbanyak sholawat kepadaku dapat menjadi

sebab hilangnya kesusahan, tambahnya rizqi dan terpenuhinya

hajat. (Khozinatul Asror 178)

Syaikh Isa Al-Barowi Qoddasallahu sirrohul ‘aziz

berkata; Barangsiapa yang pada malam jum’at membaca

sholawat adrikni 1000 kali;

‫اَلصلة واَلسلم عليك ياَ سيدي ياَ رسول ا خذ بيدي قلت حيلتي اَدركني‬

Assholaatu wassalaamu ‘alaika yaa sayyidii yaa

Rasulallaah khudz biyadii qollat khiilatii adriknii. (1000 kali)

Maka hajatnya akan terpenuhi dengan segera, perkara yang

dicari akan hasil dan tujuannya bisa didapat di dunia dan

akhirat. Syaikh Isa Al-Barowi berkata; Hal ini pernah dicoba

tanpa keraguan (dan berhasil).

Oleh sebab itu, cobalah buktikan seperti ucapan Syaikh

Al-Barowi supaya tenang dan damai jiwanya (Eliza, 2016).


21

4) Bacaan Dzikir Hauqolah

‫ قيياَل رسييول ايي صييلىَّ ايي عليييه‬: ‫عن اَبن عباَسرضي ا عنهماَ اَنه قيياَل‬

‫وسلم من قاَل بسم ا اَلرحمن اَلرحيم ولحول ول قوة إل باَل اَلعلي اَلعظيييم صيرف‬

‫ا سبعين باَباَ من اَنواَع اَلبلياَ واَلهم واَلغم واَللمم‬

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma

berkata: Rasulullah SAW bersabda (Barangsiapa

membaca Bismillaahirrohmaanirrohim Wa Laahaula walaa

quwwata Illaa billaahil ‘aliyyil ‘adziim, maka Allah

menyingkirkan 70 pintu macam bilahi, kesusahan, kesedihan

dan sesuatu yang menyakitkan (Piloro; B.Jawa). (Khozinatul

Asror; 85)

َ‫ قاَل لي رسول ا صلىَّ ا عليه وسييلم )يييا‬:‫عن اَبي موسىَّ اَلشعري قاَل‬

‫ اَل اَدلك علىَّ كنز من كنوز اَلجنة ؟ِهلل ل حول ولقوة اَل باَل( متفييق‬, ‫عبد ا بن قيس‬

‫ ل ملجأ من ا اَل اَليه‬: ‫ زاَد اَلنساَئ‬. ‫عليه‬

Dari Abi Musa Al-Asy’ari berkata: Rasulullah

SAW berkata kepadaku (Hai Abu Abdillah, bukankah aku telah

menunjukkan suatu simpanan(gedung) dari beberapa simpanan

surga? Yaitu Laa haula Walaa quwwata Illaa Billaah.

(Muttafaqun ‘alaih), dalam riwayat Imam Nasa’i terdapat

tambahan (Laa malja’ minallaahi Illaa Ilaih) (Eliza, 2016).

Pada penelitian ini peneliti menggunakan bacaan

Subhaanallaahi Wabihamdihi.

1) Kecemasan
22

a) Pengertian

Kecemasa

Istilah kecemasan dalam Bahasa Inggris yaitu anxiety yang

berasal dari Bahasa Latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango,

anci yang berarti mencekik (Widosari, 2010).

Yusuf (2009) mengemukakan anxiety (cemas) merupakan

ketidakberdayaan neurotik, rasa tidak aman, tidak matang, dan

kekurangmampuan dalam menghadapi tuntutan realitas (lingkungan),

kesulitan dan tekanan kehidupan sehari-hari.

(Destyani, 2018) mendefinisikan kecemasan sebagai suatu

sistem respon dari kognitif, afektif, fisiologis dan perilaku yang

diaktifkan ketika mengantisipasi suatu kejadian atau keadaan yang

dianggap tidak menyenangkan, karena merasa suatu kejadian yang

diterima tidak dapat diprediksi dan dikontrol dan hal tersebut dapat

berpotensi mengancam kepentingan individu. Sementara itu Sarwono

(2012) menjelaskan kecemasan merupakan takut yang tidak jelas

objeknya dan tidak jelas pula alasannya.

b. Etiologi

Ada beberapa teori mengenai penyebab kecemasan:

1) Teori Psikologis

Dalam teori psikologis terdapat 3 bidang utama:

a) Teori psikoanalitik
23

Teori psikoanalitik menyatakan bahwa kecemasan

adalah suatu sinyal kepada ego yang memberitahukan

adanya suatu dorongan yang tidak dapat diterima dan

menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensif

terhadap tekanan dari dalam tersebut. Idealnya,

penggunaan represi sudah cukup untuk memulihkan

keseimbangan psikologis tanpa menyebabkan gejala,

karena represi yang efektif dapat menahan dorongan di

bawah sadar. Namun jika represi tidak berhasil sebagai

pertahanan, mekanisme pertahanan lain (seperti

konversi, pengalihan, dan regresi) mungkin

menyebabkan pembentukan gejala dan menghasilkan

gambaran gangguan neurotik yang klasik (seperti

histeria, fobia, neurosis obsesif-kompulsif).

b) Teori perilaku

Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan

disebabkan oleh stimuli lingkungan spesifik. Pola

berpikir yang salah, terdistorsi, atau tidak produktif

dapat mendahului atau menyertai perilaku maladaptif

dan gangguan emosional. Penderita gangguan cemas

cenderung menilai lebih terhadap derajat bahaya dalam

situasi tertentu dan menilai rendah kemampuan dirinya

untuk mengatasi ancaman.


24

c) Teori eksistensial

Teori ini memberikan model gangguan

kecemasan umum dimana tidak terdapat stimulus yang

dapat diidentifikasikan secara spesifik untuk suatu

perasaan kecemasan yang kronis.

1) Teori Biologis

Peristiwa biologis dapat mendahului konflik

psikologis namun dapat juga sebagai akibat dari suatu

konflik psikologis.

a) Sistem saraf otonom

Stresor dapat menyebabkan pelepasan epinefrin

dari adrenal melalui mekanisme berikut ini: Ancaman

dipersepsi oleh panca indera, diteruskan ke korteks

serebri, kemudian ke sistem limbik dan RAS (Reticular

Activating System), lalu ke hipotalamus dan hipofisis.

Kemudian kelenjar adrenal mensekresikan katekolamin

dan terjadilah stimulasi saraf otonom. Hiperaktivitas

sistem saraf otonom akan mempengaruhi berbagai

sistem organ dan menyebabkan gejala tertentu,

misalnya: kardiovaskuler (contohnya: takikardi),

muskuler (contohnya: nyeri kepala), gastrointestinal

(contohnya: diare), dan pernafasan (contohnya: nafas

cepat).
25

b) Neurotransmiter

Tiga neurotransmiter utama yang berhubungan

dengan kecemasan adalah norepinefrin, serotonin, dan

gamma-aminobutyric acid (GABA).

(1) Norepinefrin

Pasien yang menderita gangguan kecemasan

mungkin memiliki sistem noradrenergik yang

teregulasi secara buruk. Badan sel sistem

noradrenergik terutama berlokasi di lokus sereleus di

pons rostral dan aksonnya keluar ke korteks serebral,

sistem limbik, batang otak, dan medula spinalis.

Percobaan pada primata menunjukkan bahwa

stimulasi lokus sereleus menghasilkan suatu respon

ketakutan dan ablasi lokus sereleus menghambat

kemampuan binatang untuk membentuk respon

ketakutan. Pada pasien dengan gangguan

kecemasan, khususnya gangguan panik, memiliki

kadar metabolit noradrenergik yaitu 3-methoxy-4-

hydroxyphenylglycol (MHPG) yang meninggi

dalam cairan serebrospinalis dan urin.

(2) Serotonin

Badan sel pada sebagian besar neuron

serotonergik berlokasi di nukleus raphe di batang


26

otak rostral dan berjalan ke korteks serebral, sistem

limbik, dan hipotalamus. Pemberian obat

serotonergik pada binatang menyebabkan perilaku

yang mengarah pada kecemasan. Beberapa laporan

menyatakan obat-obatan yang menyebabkan

pelepasan serotonin, menyebabkan peningkatan

kecemasan pada pasien dengan gangguan

kecemasan.

(3) Gamma-

aminobutyric acid

(GABA)

Peranan GABA dalam gangguan kecemasan

telah dibuktikan oleh manfaat benzodiazepine

sebagai salah satu obat beberapa jenis gangguan

kecemasan. Benzodiazepine yang bekerja

meningkatkan aktivitas GABA pada reseptor

GABAA terbukti dapat mengatasi gejala gangguan

kecemasan umum bahkan gangguan panik. Beberapa

pasien dengan gangguan kecemasan diduga

memiliki fungsi reseptor GABA yang abnormal.

Faktor budaya juga merupakan salah satu penyebab

kecemasan yang penting. Pekerjaan, pendidikan,

institusi agama, dan sosial budaya semuanya dapat


27

menjadi konflik yang menyebabkan kecemasan

(Widosari, 2010).

a. Tingkat Kecemasan

Menurut Annisa & Ifdil (2017) terdapat beberapa tingkat

kecemasan yaitu :

1) Ansietas ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-

hari, ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan

meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi

belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

2) Ansietas sedang

Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang

penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini

mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian,

individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat

berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk

melakukannya.

3) Ansietas berat

Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu

cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak

berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk

mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak

arahan untuk berfokus pada area lain.


28

4) Tingkat panik

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal

yang rinci terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan

kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan

sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi

kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik,

menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,

persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang

rasional.

a. Cara Mengukur Tingkat Kecemasan

Salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat

kecemasan adalah BAI (Beck Anxiety Inventory). Dalam skala BAI

terdapat 4 tingkatan kecemasan yaitu :

1) Skor total dihitung dengan mencari jumlah

dari 21 item.

2) Skor 0-21 = kecemasan rendah

3) Skor 22-35 = kecemasan sedang

4) Skor 36 ke atas = berpotensi mengenai

tingkat kecemasan.

cara menilai skor kecemasan dengan skala BAI yaitu dengan mengisi

skor pada tabel.

Pada tabel di bawah ini terdapat tanda-tanda yang terjadi pada

diri klien selama seminggu terakhir hingga hari ini. Klien


29

dipersilahkan untuk memilih salah satu dari keempat pilihan jawaban

pada masing-masing tanda sesuai dengan keadaan yang anda alami.

Berilah tanda centang (√) pada jawaban.

Tabel 1 Skala BAI Destiyani

Tidak Hampir Kadang –


No. Aspek Sering
pernah tidak pernah kadang

1. Jantung berdebar 0 1 2 3
2. Tubuh terasa panas/dingin 0 1 2 3
3. Mudah tegang 0 1 2 3
4. Merasa khawatir 0 1 2 3
5. Otot tegang 0 1 2 3
6. Keringat panas/dingin 0 1 2 3
7. Sakit kepala 0 1 2 3
8. Sesak nafas 0 1 2 3
9. Merasa bimbang 0 1 2 3
10. Mulut kering 0 1 2 3
11. Mudah gugup 0 1 2 3
12. Sulit konsentrasi 0 1 2 3
Limbang (kurang dapat
13. 0 1 2 3
menjaga keseimbangan)
14. Gangguan tidur 0 1 2 3
15. Kaki lemas 0 1 2 3
16. Penglihatan kabur 0 1 2 3
17. Mudah lupa 0 1 2 3
18. Dada sakit 0 1 2 3
19. Mual 0 1 2 3
20. Mudah gelisah 0 1 2 3
21. Sakit perut 0 1 2 3

a. Tanda dan Gejala

Dadang Hawari (2006) mengemukakan gejala kecemasan

diantaranya :
30

1) Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang

2) Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir)

3) Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum

(demam panggung)

4) Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain

5) Tidak mudah mengalah, suka ngotot

6) Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk,

gelisah

7) Sering mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik),

khawatir berlebihan terhadap penyakit

8) Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah

yang kecil (dramatisasi)

9) Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang

dan ragu

10) Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali

diulang-ulang

11) Kalau sedang emosi sering kali bertindak histeris

b. Faktor yang mempengaruhi kecemasan

Blacburn & Davidson (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka

Saputra, 2012: 51) menjelaskan faktor-faktor yang menimbulakan

kecemasan, seperti pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai

situasi yang sedang dirasakannya, apakah situasi tersebut mengancam

atau tidak memberikan ancaman, serta adanya pengetahuan mengenai


31

kemampuan diri untuk mengendalikan dirinya (seperti keadaan emosi

serta fokus kepermasalahannya). Kemudian Adler dan Rodman

(dalam M. Nur Ghufron & Rini Risnawita, S, 2014: 145- 146)

menyatakan terdapat dua faktor yang dapat menimbulkan kecemasan,

yaitu :

1. Pengalaman

negatif pada

masa lalu

Sebab utama dari timbulnya rasa cemas kembali pada

masa kanak-kanak, yaitu timbulnya rasa tidak menyenangkan

mengenai peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa

mendatang, apabila individu menghadapi situasi yang sama dan

juga menimbulkan ketidaknyamanan, seperti pengalaman pernah

gagal dalam mengikuti tes.

2. Pikiran yang

tidak rasional

Pikiran yang tidak rasional terbagi dalam empat bentuk,

yaitu

a) Kegagalan ketastropik, yaitu

adanya asumsi dari individu bahwa

sesuatu yang buruk akan terjadi

pada dirinya. Individu mengalami


32

kecemasan serta perasaan

ketidakmampuan dan

ketidaksanggupan dalam mengatasi

permaslaahannya.

b) Kesempurnaan, individu

mengharapkan kepada dirinya

untuk berperilaku sempurna dan

tidak memiliki cacat. Individu

menjadikan ukuran kesempurnaan

sebagai sebuah target dan sumber

yang dapat memberikan inspirasi.

c) Persetujuan

d) Generalisasi yang tidak tepat, yaitu

generalisasi yang berlebihan, ini

terjadi pada orang yang memiliki

sedikit pengalaman.

Menurut Agus Sudaryanto ada beberapa faktor yang sangat

berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor-faktor tersebut

hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati

hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang

dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa

mereka adalah sebagai berikut:


33

a) Penur

unan

Kondi

si

Fisik

b) Penur

unan

Fungs

i dan

Potens

Seksu

al

c) Perub

ahan

Aspek

Psikos

osial

d) Perub

ahan

yang

Berkai

tan
34

Denga

Pekerj

aan

e) Perub

ahan

Dalam

Peran

Sosial

di

Masya

rakat

A. Kerangka Teori

LANSIA

PROSES MENUA

PERUBAHAN PENURUNAN FUNGSI PERUBAHAN PERUBAHAN YANG PERUBAHAN DALAM


DAN POTENSI PSIKOSOSIAL BERKAITAN DENGAN PERAN DALAM
FISIK
SEKSUAL PEKERJAAN MASYARAKAT
35

DZIKIR

GANGGUAN
KECEMASAN

Gambar 1 Kerangka Teori (Azizah, agus sudaryanto, abdurrazaq)


BAB III

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

dengan pendekatan studi kasus dengan melibatkan 3 orang lansia sebagai

objek untuk melakukan penelitian ini.

Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui perubahan skor

kecemasan sebelum dan sesudah diberi kegiatan dzikir.


36

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan. Penetapan

lokasi penelitian merupakan tahap yang sangat penting dalam penelitian kualitatif,

karena dengan ditetapkannya lokasi penelitian berarti objek dan tujuan sudah

ditetapkan sehingga mempermudah penulis dalam melakukan penelitian. Lokasi

ini bisa diwilayah tertentu atau suatu lembaga tertentu dalam masyarakat

(Notoatmodjo, 2010). Dalam hal ini peneliti menetapkan Panti Sosial Tresna

Werdha Nirwana Puri Samarinda sebagai tempat penelitian. Alasannya karena di

Panti Sosial tersebut terdapat responden yang sesuai dengan kriteria inklusi yang

telah ditetapkan oleh peneliti.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada bulan Maret 2019.

Penelitian ini dilakukan selama 2 minggu dengan 4x pertemuan dan setiap

pertemuan dilakukan selama 30 menit.

A. Kerangka Konsep Penelitian

PRE TEST PROSES POST TEST

Skor Kecemasan
Skor Kecemasan
Lansia setelah
Lansia sebelum Dzikir berdzikir
berdzikir
37

Gambar 2 Kerangka konsep

penelitian

B. Fokus Studi

Menilai pengaruh dzikir pada untuk menurunkan skor kecemasan pada

lansia.

C. Definisi Operasional

Menurut Notoatmodjo (2010) kerangka konsep membahas

ketergantungan antar variabel atau visualisai hubungan yang berkaitan atau

dianggap perlu antara suatu konsep dengan konsep lainnya atau variabel satu

dengan variabel lainnya untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang

sedang atau akan diteliti. Kerangka konsep merupakan model konseptual yang

berkaitan dengan bagaimana seseorang peneliti menyusun teori atau

menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk

masalah.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

ALAT UKUR
DEFINISI SKALA
VARIABEL DAN CARA HASIL UKUR
OPERASIONAL UKUR
UKUR
Kecemasan Merupakan rasa tidak Alat ukur berupa Skor ordinal
Lansia aman, tidak matang, dan lembar pedoman Kecemasan
sebelum kekurangmampuan dalam wawancara dan
berdzikir menghadapi tuntutan lembar skala
realitas (lingkungan), kecemasan BAI
kesulitan dan tekanan
kehidupan sehari-hari
38

sebelum berdzikir
Kecemasan Merupakan rasa tidak Al Alat ukur Skor ordinal
lansia setelah aman, tidak matang, dan berupa lembar kecemasan
berdzikir kekurangmampuan dalam pedoman
menghadapi tuntutan wawancara dan
realitas (lingkungan), lembar skala
kesulitan dan tekanan kecemasan BAI
kehidupan sehari-hari
setelah berdzikir

D. Subyek atau Sampel Penelitian

Jenis sampel penelitian ini adalah Purposie Sampling. Menurut Sugiyono

(2010) Purposive Sampling adalah teknik untuk menentukan sampel

penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data

yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif. Adapun petimbangannya

adalah sebagai berikut ;

Kirteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Lansia yang berumur 60 - 70 tahun

2. Lansia yang mengalami masalah kesehatan mental

3. Lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werda

Nirwana Puri Samarinda

4. Lansia yang bersedia menjadi responden

Kriteria ekslusi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.Lansia yang pindah dari panti saat penelitian berlangsung

2.Lansia yang tidak menganut agama islam

A. Instrumen Penelitian
39

Menurut Fairuzul (2017) Instrument penelitian adalah berupa tes yang

bersifat mengukur, karena berisi tentang pertanyaan dan pernyataan yang

alternative jawabannya memiliki standard jawaban tertentu, benar salah

maupun skala jawaban. Instrument yang berisi jadwal skala, berupa

pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk skala deskriftif atau

skala garis.

1) Jenis Instrumen :

a) Lembar persetujuan partisipan.

b) Lembar pedoman wawancara responden.

c) Lembar skala BAI.

A. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, prosedur pengumpulan data yang dilakukan oleh

peneliti mulai dari persiapan sampai data-data tersebut dapat terkumpul

menurut Susilo (2015)yaitu sebagai berikut :

1. Peneliti meminta surat ijin penelitian kepada Rektorat

Universitas Mulawarman untuk melakukan penelitian di Panti

Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda

2. Setelah mendapatkan surat ijin dari Rektorat Universitas

Mulawarman untuk selanjutnya diserahkan kepada Panti Sosial

Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda untuk melakukan

penelitian di Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri

Samarinda
40

3. Setelah mendapatkan persetujuan dari Panti Sosial Tresna

Werdha Nirwana Puri Samarinda untuk melakukan penelitian,

peneliti melakukan pendekatan dengan calon partisipan.

4. Calon partisipan yang memenuhi kriteria dan bersedia untuk

diteliti diberikan penjelasan tentang penelitian yang akan

dilakukan berdasarkan surat persetujuan yang telah disiapkan.

5. Bila calon partisipan sudah menandatangani surat persetujuan

penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan kontrak waktu

kepada partisipan untuk dilakukannya senam lansia di Panti

Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda

6. Peneliti melakukan wawancara untuk mendapatkan nilai skor

kecemasan pada lansia.

7. Setelah dilakukan wawancara , peneliti memberikan penjelasan

mengenai manfaat dzikir, kemudian mengajarkan bacaan dzikir.

8. Setelah melakukan kegiatan dzikir sebanyak 4x pertemuan,

peneliti melakukan wawancara kepada responden untuk menilai

kembali skor kecemasan narasumber

9. Setelah selesai, partisipan diberikan penjelasan mengenai data

yang sudah terkumpul

A. Tehnik Pengolahan Data


41

Peneliti melakukan tekhnik pengolahan data menggunakan tehnik

editing, processing, dan cleaning.

B. Tehnik Analisa Data

Menurut Sugiyo 2015 Analisa data bertujuan untuk mendapatkan

informasi yang relevan yang terkandung didalam data tersebut dan

menggunakan hasil analisis tersebut untuk memecahkan suatu masalah.

Pada penelitian ini teknik analisa data dilakukan dengan membandingkan

hasil wawancara sebelum dan sesudah dianjurkan dzikir dan hasilnya

akan didekripsikan.’

C. Etika Penelitian

Secara umum prinsip etika dalam penelitian/pengumpulan data dapat

dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai

hak-hak responden, dan prinsip keadilan (Nursalam, 2015)

a. Prinsip manfaat (beneficience)

Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teknik

wawancara in depth interview yang dimana wawancara ini dilakukan

secara mendalam sesuai dengan pedoman wawancara yang telah

tersedia. Sebelum penelitia ini dilakukan peneliti juga sudah membuat

persetujuan antar peneliti dengan responden agar informasi atau data

yang didapat akan dipergunakan hanya untuk keperluan penelitian ini

saja dan tidak merugikan pihak responden. Peneliti berharap


42

penelitian ini juga dapat memberikan efek menguntungkan kepada

pihak-pihak yang terkait didalamnya.

b. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

Sebelum melakukan penelitian atau wawancara langsung kepada

responden, peneliti juga memberikan surat persetujuan(informed

consent) kepada pihak calon responden yang telah ditentukan sesuai

kriteria tentang kebersediaannya untuk mengikuti proses

wawancara/penelitian. Para calon responden juga mempunyai hak

untuk menolak berpartisipasi dalam penelitian ini dan tidak ada

keterpaksaan dari calon responden tersebut.

c. Prinsip keadilan (right to justice)

Para calon responden berhak untuk meminta agar hasil

wawancara/data yang telah peneliti dapatkan untuk dijaga

kerahasiaannya dan berhak untuk diperlakukan seadil-adilnya dalam

proses wawancara/penelitian.

d. Informed concent

Para calon responden diberikan surat persetujuan(informed

consent) tenang penelitian ini untuk berhak menolak jika tidak besedia

menjadi responden didalam penelitian ini. Jika para calon responden

tidak bersedia, maka peneliti akan mamilih calon responden lainnya

yang memiliki kriteria yang sama.

e. Anonymity (tanpa nama)


43

Untuk tetap menjaga kerahasian responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden, tetapi, peneliti menggunakan inisial

nama seperti : Tn.A atau Ny. B untuk masing-masing responden yang

telah bersedia menjadi responden.

f. Confidentially (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden

dijamin oleh peneliti. Data tersebut hanya akan disajikan atau

dilaporkan pada pihak-pihak yang terkait di dalam penelitian ini.

Daftar Pustaka

Вам также может понравиться

  • Masa Ketika Seorang Mengalami Perubahan Fisik
    Masa Ketika Seorang Mengalami Perubahan Fisik
    Документ2 страницы
    Masa Ketika Seorang Mengalami Perubahan Fisik
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • TGL Catatan Perawat Nama Paraf Jam
    TGL Catatan Perawat Nama Paraf Jam
    Документ1 страница
    TGL Catatan Perawat Nama Paraf Jam
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • TGL Catatan Perawat Nama Paraf Jam
    TGL Catatan Perawat Nama Paraf Jam
    Документ1 страница
    TGL Catatan Perawat Nama Paraf Jam
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • Masa Ketika Seorang Mengalami Perubahan Fisik
    Masa Ketika Seorang Mengalami Perubahan Fisik
    Документ2 страницы
    Masa Ketika Seorang Mengalami Perubahan Fisik
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • Diagnosa Keperawatan
    Diagnosa Keperawatan
    Документ3 страницы
    Diagnosa Keperawatan
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • KP Penkes
    KP Penkes
    Документ2 страницы
    KP Penkes
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • KMB Osteo
    KMB Osteo
    Документ9 страниц
    KMB Osteo
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • LP DM BPP Rika Kapoy
    LP DM BPP Rika Kapoy
    Документ15 страниц
    LP DM BPP Rika Kapoy
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • 5928 Isk
    5928 Isk
    Документ1 страница
    5928 Isk
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • Tamba Han
    Tamba Han
    Документ8 страниц
    Tamba Han
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • Dinas Komunitas Konsul
    Dinas Komunitas Konsul
    Документ37 страниц
    Dinas Komunitas Konsul
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • Diagnosa Keperawatan
    Diagnosa Keperawatan
    Документ3 страницы
    Diagnosa Keperawatan
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • Fix KMB
    Fix KMB
    Документ13 страниц
    Fix KMB
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • Tamba Han
    Tamba Han
    Документ8 страниц
    Tamba Han
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • Patofisiolog
    Patofisiolog
    Документ3 страницы
    Patofisiolog
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • Laporan Fix
    Laporan Fix
    Документ4 страницы
    Laporan Fix
    Yeni Puspita
    Оценок пока нет
  • In Syaa Allah GK Revisi EVALUASI SOAP SEMINAR KASUS
    In Syaa Allah GK Revisi EVALUASI SOAP SEMINAR KASUS
    Документ1 страница
    In Syaa Allah GK Revisi EVALUASI SOAP SEMINAR KASUS
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • Bab 2 Diare Kelompok 1.1
    Bab 2 Diare Kelompok 1.1
    Документ19 страниц
    Bab 2 Diare Kelompok 1.1
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • BAB I Fix
    BAB I Fix
    Документ7 страниц
    BAB I Fix
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • Keluarga
    Keluarga
    Документ3 страницы
    Keluarga
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • Sap Kemo Mpit Fix
    Sap Kemo Mpit Fix
    Документ8 страниц
    Sap Kemo Mpit Fix
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • Home Care Askep
    Home Care Askep
    Документ61 страница
    Home Care Askep
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • Askep Stroke PDF
    Askep Stroke PDF
    Документ108 страниц
    Askep Stroke PDF
    Nur Fadilah
    Оценок пока нет
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Документ3 страницы
    Abs Trak
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • Jadual Dinas PKL
    Jadual Dinas PKL
    Документ4 страницы
    Jadual Dinas PKL
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • Format Sikap Lamp 9
    Format Sikap Lamp 9
    Документ1 страница
    Format Sikap Lamp 9
    Selvi Novianti
    Оценок пока нет
  • MENINGIOMA
    MENINGIOMA
    Документ10 страниц
    MENINGIOMA
    mdedir02
    Оценок пока нет
  • PROPOSAL Usaha Baby Spa
    PROPOSAL Usaha Baby Spa
    Документ12 страниц
    PROPOSAL Usaha Baby Spa
    arik
    86% (7)