Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ULUMUL HADIS
TAKHRIJUL HADITS
Di susun oleh :
Kelompok 9
Nama :
1. Widya G. Abdurrahman
Nim : 18131093
2. Rofandi T. Hi.Abdullah
Nim : 18131092
Prodi : 2PAI3
Kami sangat berharap dengan hadirnya makalah ini dapat membantu dan
menambah wawasan bagi pembaca mengenai dengan materi kami Takhrijul
Hadits. Kami juga menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan pada
makalah kami, dan tentunya masih jauh dari kata sempurna. Karenah itu kami
sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pihak pembaca,
agar kami mengambil sebagai pelajaran nantinya ke depan. Karena kami sadar
bahwa kesempurnaan itu tidak akan ada tanpa adanya kritikan dari pihak lain.
i
lainya yang tidak berkenaan di hati pembaca kami meminta maaf. Dan kami
sangat mengharapkan kritikan dari pembaca untuk menyempurnakan makala kami
di tugas tugas berikutnya.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................2
1. Takhrijul hadis...........................................................................................2
a) Pengertian takhrijul hadis...................................................................2
b) Macam-macam takhrijul hadis............................................................2
c) Kitab yang di gunakan dalam takhrijul hadis.....................................2
d) Kedudukan dan fungsi hadis..............................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................3
a. Pengertian takhrijul hadis..........................................................................3
b. Macam-macam takhrijul hadis..................................................................6
c. Kitab-kitab yang di gunakan di dalamnya...............................................12
d. Kedudukan dan fungsinya hadis.............................................................14
A. Kesimpulan ..............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ilmu takharij adalah merupakan kunci perbendaharaan hadis, faeda danya
sangat jelas ketika kita mengenal suatu hadis,tetapi kita tidak mengenal hakekat
hadits tersebut, apakah iya benar-benar bersumber dari Rosullullah SAW.atau
tidak. Hal itu karena ilmu tadrij mengenalkan pada
Al-Quran al-karim sudah kiranya jelas dan tidak perlu di ragukan lagi
kebenaranya, karena dia adalah wahyu dan sekaligus mukzizat yang di turunkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui malaikad Jibril, dan yang membacanya
bernilai ibadah.
1
bukan tanpa melihat kembali.karena petua-petua yang di namakan dengan hadis
nabawiyah tersebut bertebaran dalam beragam dan berjilid-jilid kitab hinga tak
terhitung jumlahnya.
B. Rumusan Masalah
C. TUJUAN PENULISAN
2
BABA II
PEMBAHASAN
َ مَخَرَجpelaku takhrij ; yaitu orang yang menyebutkan riwayat hadits seperti Imam
Bukhari.1
_________________________
1Abu Muhammad Abdul Mahdi Bin Abdul Qodir Bin Abdul Hadi, Metode Takhrij Hadits, ( Dina Utama
Semarang 1994 ), hlm.2
3
Terhadap kalimat َ َََََهذاالكتبخرجهفلنوستخرجparah ahli Hadits berpendapat bahwa
maksudnya adalah si fulan menyebutkan hadits-hadits dengan sanadnya sendiri.
Takhrij secara bahasa juga merupakan berkumpulnya dua perkara yang saling
berlawanan dalam satu persoalan namun secara mutlak di artikan oleh para ahli
bahasa dengan arti mengeluarkan al-istinbat, melatih at-tadrib, dan
menghadapkan at-taujih.2 takhrij menurut istilah adalah sebagai berikut :
1. Pendapat Mahmud Ath-Thahhan
Takhrij adalah penunjukan terhadap tempat hadist di dalam sumber
aslinya yang dijelaskan sanad dan martabatnya sesuai keperluan.3
2. Pendapat ahli hadits bahwa takhrij mempunyai beberapa arti sebagai
berikut :
1 Mengemukakan hadis kepada orang banyak dengan menyebutkan
para perawinya dalam sanad yang telah menyampaikan hadis itu
dengan metode periwayatanya yang mereka tempuh.
2 Ulama hadis mengemukakan berbagai hadis yang telah di
kemukakan oleh para guru hadis, atau berbagai kitab, susuna nya
dikemukakan menurut periwayatnya dari para penyusun kitab
atau karya tulis yang di jadikan pengambilan.
3 Menunjukan asal usul hadis dan mengemukakan sumber
pengambilanya dari berbagai kitab hadis yang di susun oleh para
mukhorrijnya langsung,( para periwayat dan juga sebagai
penghimpun bagi hadis yang mereka riwayatkan )
4 Mengemukakan hadis berdasarkan sumbernya atau berbagai su
mbernya,yakni kitab-kitab hadis yang di dalamnya di sertakan
metode periwayatanya dan sanadnya masing-masinag,
___________________
2Abu Muhammad Al-Mahdi Ibn Abd Al-Qodir Al-Hadi. Darul Ikhtisam: Thariqu Takhrij Hadist Rosululloh,
hlm.6
3Mahmmud Ath-thahhan, ushul at-takhrij wa dirosah,As sanid ( Riyadah : Maktaba Roasyada ) hlm.12
4
5. menunjukan atau mengemukakan letak asla hadis pada sumber yang asli,yakni
berbagai kitab yang di dalamnya di kemukakan hadis itu secara lengkap dengan
sanadnya masing-masing,kemuadian untuk kepentingan penelitian dijelaskan
kwalitas sanad hadis tersebut.4
Tanpa keberadaan takrij seseorang tidak mungkin akan mampuh
mengungkapkanya, karena itu, Abu muhammad Abdul Mahdi membagi kegunaan
takhrij sebagai berikut :
a. takrhij memperkenalkan sumber sumber hadis,kitab kitab asal dimana
suatau hadis berada beserta ulama yang meriwayatkanya.
b. Takhrij dapat menambah perbendaharaan sanad hadis-hadis melalui kitab
kitab yang di tunjukinya, semakin banyak kitab-kitab asal yang memuat
suatu hadis,semakin banyak pula perbendaharaan sanad yang kita miliki
c. Takhrij dapat memperjelas keadaan sanad,dengan membandinhgkan
riwayat-riwayat hadis yang banyak itu,maka dapat di ketahui apakah
status riwat tersebut sahih,do’if dan sebagainya.
d. Takhrij memperjelas hukum hadis dengan banyak riwayat itu.terkadang
kita dapat suatu hadis do’if mealui satu riwayat,namun dengan tahrij
kenungkinan kita akan dapat riwayat lain yang sahih itu akan mengangkat
hukum hadis yang do’if tersebut ke derajat yang lebih tinggi.
e. Dengan takhrij kita dapat mengetahui pendapat pendapat para ulama
sekitar hukum hadis.
f. Takhrij dapat memperjelas perawi hadis yang tidak diketahui namanya
melalui perbandingan di atara sanad-sanad.
g. Takhrij dapat menghlangkan kemungkinan terjadinya percampuran hadis.
h. Takhrij dapat memperjelas perawi hadis yang samar.karena terkadang kita
dapati seorang perawi yang belum ada kejelasan
namanya,Muhammad,khalid dan lainya dengan adanya takhrij
kemungkinan kita akan dapat mengetahui nama perawi yang sebenarya
secara lengkap.5
___________________
4syuhudiismail,metodologi penelitian hadis Nabi ( jakarta: bulan bintang 1991), hlm.41-42
5 Abu Muhammad Abdul Mahdi bin Abdul Qodir bin Abdul hadi, metode takhrij hadits,( Dina Utama
Semarang 1994 )hlm.5-6
5
Kerena itu dapat di katakan bahwa takrijul hadis adalah mengemukakan
hadis pada orang banyak dengan menyebutkan para rawinya.mengemukakan asal
usul hadis sambil di jelaskan sumber pengambilanya dari berbagai kitab hadis
yang rangkaiyan, sanadnya berdasarkan riwayat yang di terimanya sendiri atau
berdasarkan rangkaiyan sanad gurunya.
Mentakhrij matan suatu hadis berarti mengunggkap perawi hadis tersebut
dalam kitabnya di sertai bab dan hal-hal lainya yang berkaitan dengan kitab
tersebut.
Setelah mentakhrij suatu hadis hendaknya dapat menjelaskan sekitar hadis
tersebut seluas luas mungkin, sepert tentang kesahihanya,ketersambungan
sanadnya dan lain- lain ini tentunya dengan cara membandingkan di antara sanad
sanad yang ada.
___________________
6Abu Muhammad Abdul Mahdi bin Abdul Qodir bin Abdul hadi, metode takhrij hadits,( Dina Utama
Semarang 1994 )hlm.14-15
6
Adapun yang menyusunya sesuai dengan kriteria-kriteria hadits, seperti
hadis-hadis qudsi, hadits-hadits Mutawatir, hadis-hadis Maudlu dan lain-lain serta
ada pula hadits-hadits yang tersusun menurut lafal-lafal yang terdapat dalam
matan hadits.
Sesuai dengan cara ulama mengumpulkan hadis-hadis,dapat di katakan
bahwa metode takhrij hadits yang di simpulkan dalam macam yaitu :
1. Takhrij menurut lafal pertama hadits
2. Takhrij menurut lafal-lafal yang terdapat dalam hadits
3. Takhrij menurut perawi terakhir
4. Takhrij menurut thema hadits
5. Takhrij menutut klasifikasi jenis hadits.
Yang pertama : Takhrij Melalui Lafal Pertama Matan Hadits
Pengunaan metode ini tergantung dari lafal pertama matan hadits. Artinya
metode ini juga mengkodefikasikan hadits-hadits yang lafal-nya sesui dengan
urutan huruf-huruf hijayah. Seperti hadis-hadis yang huruf pertamanya alif,ba,tsa
dst. Sutu keharusan bagi yang akan mengunakan metode ini untuk mengetahui
dengan pasti lafal-lafal pertama pertama dari hadits yang akan di carinya.setelah
itu iya melihat huruf pertamanya melalui kitab-kitab takhrij yang di susun dengan
metode ini, demikian pula dengan huruf kedua dan seterusnya .
Conto :
ََHadits yang berbunyi ََمنغثنافليَسمنا langkah untuk mencarinya dengan
mengunakan metode ini adalah sebagai berkut :
a) Lafal pertamanya dengan membukanya pada bab ( )م
b) Kenudian mencari huruf kedua ( ) نsetelah mim tersenbut.
c) Huruf-huruf selanjutnya adalah ghaib( ) غlalu syin ( ) شserta ()ن
d) Dan begitu seterusnya sesuai dengan urutan huruf-huruf hijaiyah pada
lafal-lafal hdits.7
________________
7 Abu Muhammad Abdul Mahdi bin Abdul Qodir bin Abdul hadi, metode takhrij hadits,( Dina Utama
Semarang 1994 )hlm.17
7
Kelebihan dan kekurangan lafal pertama.
Denagann mengunakan metode ini kemungkunan besar kita dengan cepat
menemukan hadits-hadits yang di maksud.
Hanya saja bilah terdapat kelainan lafala pertama tersebut sedikitpun akan
akan berakibat sulit menemikan hadits , sebagai contoh :
َ ََََ َاَذَااَتَكممنترضوندينهوخلقهفزوجوه
Menurut bunyi hadits di atas ,lafal pertamanya adalah
َ اذااتاكمnamun bila lafal yang kita ingat adalah َ لواتاكم,tentunya akan sulit
menemukan hadits tersebut karena adanya perbedaan lafal itu,demikian pula lafal
yang kita ketahui berbunyi َاَذاجاءكم sekalipun semuanya satu pengertian.
Banyak sekali kitab-kitab takhrij yang di karang mengunakan metode ini
,dalam bentuk besar maupun kecil. seperti Imam Suyuthi dengan Al-Jami’ al-
Kabir-nya yang mencakup hadits-hadits dalam jumlah yang banyak.8 jumlah
karangan beliau mencakup lebih dari 500 kitab.beliau dapat menghafal 200.000
buah hadits, beliau pernah berkata “jika saya dapatkan lebih dari itu tentunya akan
saya hafalkan” beliau memulai karangan-karanganya sejak menetap di raudhah
Miqyas dan tidak beranjak sampai beliau wafat pada hari jum’at subuh 19 jumadal
Ula 911 H.
8
Kitab ini merupakan kitab kamus dari 9 kitab hadits yakni, Syahi Al- Bkhari, Syai
Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan Al- Tirmizi, Sunan Al- Nasai, Sunan Ibnu
Majha, Sunan Al-Darimi, Al-Muwatta Imam Malik,Dan Musnad Ahmad Ibnu
Hambal.
Untuk Musnad Ahmad ( )حمhanya disebutkan juz serta halamannya; Sahih Muslim
( )مdan al-Muwatta ( )طnama bab dan nomor urut Hadits, sedangkan Sahih al-
Bukhari ()خ, Sunan Abu Dawud ()د, Sunan al-Tirmizi ()ت, Sunan al-Nasai ()ن
serta Sunan Ibn Majah()جه, Sunan al-Darimi ( )دىdisebutkan nama bab serta
nomor urut babnya.9
__________________
9 Abu Muhammad, Metode Takhrij Hadits, (Semarang: Bina Utama, 1994), hlm. 120
9
dengan kitab ini.
3. Terkadang suatu hadits tidak di dapatkan dengan satu kata sehingga orang
yang mencarinya harus menggunakan kata-kata yang lain.
Takharijul ini berlandaskan pada perawi pertama suatu hadits, baik perawi
tersebut dari kalangan sahabat bila sanad hdits-hadits itu mursal.para penyusun
kitab-kitab ini dengan metode ini mencantumkan hadits-hadits yang di
riwayatkan oleh setiap mereka ( perawi pertama ), sahabat atau tabi’i sebagai
langkah pertama ialah mengenal terlebih dahulu,perawi pertama setiap hadits,
yang akan kita takhrij melalui kitab-kitabnya.lnagkah selanjutnya mencari nama
perawi pertamanya itu,bilah kita telah menemukanya maka kita akan mengetahui
pula ulama hadits yang meriwayatkanya.
Metode ini tidak akan dapat membantu besar proses pencarian hadits tanpa
mengetahui terlebih dahulu dengan pasti,perawi pertamanya,untuk itu kita harus
mengunakan metode lainya,metode-metode tersebut dapat kita jadikan.rujukan
pencarian hadits bila kita bersikeras tetapi ingin memanfaatkan metode ketiga ini.
Tentunya bila kita mengetahui nama perawi pertama yang di perkenalkan oleh
metode-metode lainya itu. Jadi paling tidak metode-metode tersebut kita jadikan
sebagai batu loncatan pengunaan metode ke tiga.11
____________________
10Abu Muhammad, Metode Takhrij Hadits, (Semarang: Bina Utama, 1994), hlm.60-61
11 Ibid.Hlm.78-79
10
Kelemahan dari hadits ini.
1. Metode ini memperpendek masa proses takhrij dengan di perkenalkanya
ulama hadits yang meriwayatkanya,beserta kitab-kitabnya. Lain hal dengan
metode pertama yang memperkenalkan perawinya
2. Metode ini memberkan manfaat,yang tidak sedikit,diantaranya memberikan
kesempatan melakukan persanad,dan juga faeda-faeda lain yang yang
disebutkan oleh para penyusun kitab-kitab takharij dengan metode ketiga
ini.
Namaun ada pula kekuranganya.
1. Metode ini tidak dapat di gunakan dengan baik tanpa mengetahui terlebih
dahulu perawi pertama hadits yang kita maksud.
2. Terdapatnya kesulitan-kesulitan mencari hadits di antara yang tertera
dibawa perawi pertamanya.hal ini karena penyusunan hadits-haditsnya di
antaranya di dasarkan perawi-perawinya yang dapat menyulitkan maksud
tujuan.
Kitab-kitab dengsn metode ini yaitu seperti.12
a) Kitab al-Athraf
b) Kitab Musnad
______________________
12
Abu Muhammad, Metode Takhrij Hadits, (Semarang: Bina Utama, 1994), hlm.79
11
ََثَهاَدََتََاَنََلََاََلَهََاََلََاَللاََوََاََنََمَهَمَدََاَرَسَاوََللاََوَاََقَامََلسَلََتََوَاََيَاتَا:ََبَنَيَاَلََسَلَمَاَلَيَخَمَس
َََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََءََاَلزََلَكََتََوَصَوََمََرَمَصَنََوَحَجََاََلبَيَتََلَمَنََاَسَتَصَاَعََاَلَيَهََسَبَيَل
Hadis ini di cantumkan pada iman,tauhid,shalat,zakat,puasa dan haji. Untuk itu
kita harus mencarinya pada tema-tema ini,karena hadits di atas mengandung
semuanya,agar tidak terjadi kesalafahaman antara kita dan penyusun.
Kelebihan metode ini,
a) Metode tema hadits tidak membutuhkan pengetahuan –pengetahuan lain
di luar haditsl seperti keabsahan lafal pertamanya,sebagaimana metode
pertama.
b) Metode ini mendidik ketajaman pemahaman hadits pada diri peneliti.
c) Metode ini juga memperkenalkan keada peneliti maksud hadits yamg di
carinya dan hadits-hadits yang senada deganya.ini tentunya akan
menambah kesemangatan dan membantu memperdalam permasalahan.
Dengan demikian kedua kekurangan ini akan sirna dengan sendirinya dengan
memperbanyak menelaah hadits-hadits. Penelaah berulang-ulang akan
menimbulkan pengetahuan tentang metode para ulama.13
__________________
12
Abu Muhammad, Metode Takhrij Hadits, (Semarang: Bina Utama, 1994), hlm.122-123
12
Pengarang membicarakan sekitar takhrij dan menjelaskan kedudukan hadits-
haditsnya seperti halnya imam Suyuthy,lebih dari itu terkadang beliau juga
menambah keterangan dari imam sayuthy.
__________________
13
Abu Muhammad, Metode Takhrij Hadits, (Semarang: Bina Utama, 1994), hlm.46
13
Kitab ini tidak memiliki komentar setiap hadits-haditsnya seoerti yang
telah di jelaskan dahulu.
Susunan yang di gunakan belum secermat mungkin
Dalam kitab ini terdapat hadits yanga di ulang yang memang telah
terdapat dalam kitab aslinya sekaipun tidak mengalami penambahan
sedikit pun.
5. kitab hidayah al- Baary yang di karang oleh as-Syaid Abdur-Rahim bin anbar
ath-Thahthawy,ulama hadits yang tinggal di Thahtha, Mesir ( W 1365 )
6. kitab kunuuz al-Haqaa’iq, yang di karang oleh Abdu ar-Rauf al-Manawi
7 kitab al-Maqaashhid, kitab ini di susun oleh al-Hafizh Syamsudin.
Masai banyak lagi kitab yang mengunakan metode ini.14
_________________
14 Abu Muhammad, Metode Takhrij Hadits, (Semarang: Bina Utama, 1994), hlm.46
15Khajana safitra,Dalam islam.com
14
c. Menurut jumhur ulama
Beberapa ulama berpendapat bahwa hadist adalah segala perkataan (sabda),
perbuatan, dan ketetapan lainnya (taqrir) yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW, para sahabat, dan para tabiin.
Secara garis beras, hadist mempunyai makna segala perkataan (sabda),
perbuatan, dan ketetapan lainnya dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan
hukum syariat islam selain Al-Qur’an. Ada banyak sekali ulama-ulama ahlul
hadits. Namun yang paling terkemuka ada 7 orang, diantaranya adalah Imam
Bukhari, Imam Muslim, Imam Turmudzi, Imam Ahmad, Imam Abu Daud, Imam
Ibnu Majah, dan Imam Nasa’i.
Fungsi hadits
َ ََكتابَللاَوَسنةَرسوله:َتركتَفيكمَأمرينَلنَتضلُّواَماَتمسكتمَبهما
“Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama
berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.”
____________________
16Khajana safitra,Dalam islam.com,Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr,
Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah,
hlm. 12-13.
15
Kedudukam sunnah dalam hukum islam sebagai sumber hukum. Para ulama
juga telah berkonsensus dasar hukum islam adalah al-quran dan sunnah. Dari segi
urusan tingkatan dasar islam ini, sunnah menjadi dasar hukum islam kedua
setelah al-Quran, hal ini dapat di maklumi karena beberapa hal :
1. Fungsi sunnah sebagai penjelas bagi al-Quran.
Sunnah sebagai penjelas atau tambahan bagi al-Quran. Tetunya pihak
penjelas di berikan peringatan ke dua setelah pihak yang di jelaskan. Teks
al-Quran sebagai pokok asal,sadangkan sunnah sebagai penjelas ( tafsir )
yang di bangun karenanya. Dengan demikian segala uraiyang dalam
sunnah berasal dari al-Quran. Al-Quran mengandung segala permasalahan
secara paripurna dan lengkap, baik menyangkut masalah duniawi maupun
ukhrawi, tidak ada satu maslah yang tertinggal. Sebagai firman Allah S
W. T. Dalam surah al-An’am : 38.
َ َماَفرَطناَالكتاَبَمَنََشَيَء
“ Tidak ada sesuatu yang kami tinggalkan dalam al-Qitab”
__________________
17Abdul Majid Khon, ulumul hadits,Amzah, hlm.26
16
Beragama tidak mungkin bisa sempurna tanpa sunnah, sebagaiman syariah
tidak mungkin sempurna tanpa di sandarkan kepada sunnah. Para sahabat
menerima langsung penjelasan Nabi tentang syariah yang terkandung dalam al-
Quran, baik dengn perkataan,perbuatan dan ketetapan beliau yang di sebut
dengan sunnah itu. Demikian umat islam setelahnya, tidak mungkin memahami
hakikat al-Quran,kecuali harus kembali kepada sunnah. Oleh karena itu umat
islam dahulu dan sekarang sepakat ( kecuai kelompok minoritas ), bahwa sunnah
Rasul baik perbuatan, perkataan dan pengakuanya sebagai sala satu sumber
hukum islam dan seseorang tidak bisa melepaskan sunnah untuk mengetahui halal
dan haram.18
___________________
18Abdul Majid Khon, ulumul hadits,Amzah, hlm.26
17
BAB III
PENUTUP
A. K esimpulan
Secara etimology tahrij berasal dari kata kharraja yang berarti tampak
atau jelas, sperti : “kharrajat khwariju fulan” yang artinya ‘ si fulan tampak
kepandaiannya’ “ kharraja tissama u’khuruja” artinya : ‘langit tampak cerah
setelah mendung’.
Secara terminnologis, takhrij menurut ahli Hadits, berarti bagaimana
seseorang menyebutkan dalam kitab karangannya suatu Hadits dengan sanadnya
sendiri. Jadi ketika di katakan َهَذَاَلَحَدَيَشَاَحَرَجَهَفَلَن maka itu Artinya
Pengarang Menyebutkan Satu Hadits Berikut Sanadya Pada Kitab yang di
karangnya.َ
Menurut al-qasimi kebanyakan para ulama setelah membawa suatu hadits
mengatakan : “Hadits ini dikeluarkan oleh si fulan” maksudnya dia fulan yang
menyebutkan haditsnya itu. Dalam pengertian ini si fulan di sebut Mukhrrij
َ مخرجpelaku takhrij ; yaitu orang yang menyebutkan riwayat hadits seperti
Imam Bukhari.
Macam macam takharijul hadits :
1. Takhrij menurut lafal pertama hadits
2. Takhrij menurut lafal-lafal yang terdapat dalam hadits
3. Takhrij menurut perawi terakhir
4. Takhrij menurut thema hadits
5. Takhrij menutut klasifikasi jenis hadits.
18
1. Kitab al- jami al-syaghiir yang di karang oleh al-Hafizh Jalaluddin Abul
Fadl Abdu Ar-rahman bin Abi bakar Muhammad al-Khudhairy as-suyuthy
as- syafi’i.
2. Kitab faidah al- Qodiir, yang di karang oleh Syekh Syamsuddin
Muhammad.
3. Kitab jam’ al-jawami’,yang di karang oleh Imam Suyuti.
4. Kitab al-jaami’ Al-azhar,yang di karang oleh Imam al-Hafizh Abdu ar-
Rauf binTaju Ad –Din Ali bin Al-Hddady al-Manawi al-Qahiry as-syafi’i.
5. kitab hidayah al- Baary yang di karang oleh as-Syaid Abdur-Rahim bin
anbar ath-Thahthawy,ulama hadits yang tinggal di Thahtha, Mesir ( W
1365 )
kedudukan dan fungsinya suatu hadits :
Kedudukam sunnah dalam hukum islam sebagai sumber hukum.
Dan fungsinya suatu hadits itu diadakan sebagai penjelasan al-Quran, untuk
menjelaskan maksud dari al-Quran. para ulama juga sudah berkonsensus
dasar hukum islam adalah al-Quran dan sunnah.
19
DAFTAR PUSTAKA
________Abu Muhammad Abdul Mahdi Bin Abdul Qodir Bin Abdul Hadi,
Metode Takhrij Hadits, ( Dina Utama Semarang 1994 ),
_____Mahmmud Ath-thahhan, ushul at-takhrij wa dirosah,As sanid ( Riyadah :
Maktaba Roasyada ) hlm.12
20