Вы находитесь на странице: 1из 24

MAKALAH

ULUMUL HADIS

TAKHRIJUL HADITS

Di susun oleh :
Kelompok 9

Nama :
1. Widya G. Abdurrahman
Nim : 18131093
2. Rofandi T. Hi.Abdullah
Nim : 18131092

Prodi : 2PAI3

FAKULTAS TARBIYA DAN ILMU KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
TERNATE 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT.Tuhan yang maha


Esa,karena atas rahmat dan karuniahnya yang tak henti hentinya di berikan kepada
kita, yang berupa rahmat kesehatan, kesempatan dan tentunya umur panjang. Dan
juga Sholawat dan salam yang tak terhingga ,tertancap di dada,kita ratakan di
muka bumi persadah sehingga di antara kita semua bersaudara. Tidak lupa pulah
sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabiullah baginda Muhammad
SAW. Karena beliaulah yang telah membawa kita kepada jalan yang lurus, yaitu
jalan yang di ridoi Allah SWT.

Atas lindungan-Nya pula, sehingga kami mampu menyelesaikan tugas


makalah ini tanpa ada hambatan sedikitpun dari pihak pihak yang merugikan. Dan
juga kami sangat berterima kasih kepada bapak Fitriadi Hi Yusup selaku dosen
pengampuh mata kuliah Ulumul Hadis yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.

Kami sangat berharap dengan hadirnya makalah ini dapat membantu dan
menambah wawasan bagi pembaca mengenai dengan materi kami Takhrijul
Hadits. Kami juga menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan pada
makalah kami, dan tentunya masih jauh dari kata sempurna. Karenah itu kami
sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pihak pembaca,
agar kami mengambil sebagai pelajaran nantinya ke depan. Karena kami sadar
bahwa kesempurnaan itu tidak akan ada tanpa adanya kritikan dari pihak lain.

Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang


membcanya, dan tentunya kami pribadi,karena itu kami selaku insan yang
beriman dan tidak luput dari kesalahan meminta maaf jika ada kata-kata atau yang

i
lainya yang tidak berkenaan di hati pembaca kami meminta maaf. Dan kami
sangat mengharapkan kritikan dari pembaca untuk menyempurnakan makala kami
di tugas tugas berikutnya.

Ternate 18 maret 2019

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................1

A. Latar Belakang ...........................................................................2

B. Rumusan Masalah......................................................................2

1. Takhrijul hadis...........................................................................................2
a) Pengertian takhrijul hadis...................................................................2
b) Macam-macam takhrijul hadis............................................................2
c) Kitab yang di gunakan dalam takhrijul hadis.....................................2
d) Kedudukan dan fungsi hadis..............................................................2

C. Tujuan Penulisan.........................................................................2

a. Untuk mengetahui mengetahui defenisi dari takhrijul hadis..............2


b. Untuk mengetahui macam-macam takhrijul hadis..............................2
c. Untuk mengetahui kitab yang di gunakan dalam takhrijul hadis........2.
d. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi hadis..................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................3
a. Pengertian takhrijul hadis..........................................................................3
b. Macam-macam takhrijul hadis..................................................................6
c. Kitab-kitab yang di gunakan di dalamnya...............................................12
d. Kedudukan dan fungsinya hadis.............................................................14

BAB III PENUTUP.........................................................................18

A. Kesimpulan ..............................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA........................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ilmu takharij adalah merupakan kunci perbendaharaan hadis, faeda danya
sangat jelas ketika kita mengenal suatu hadis,tetapi kita tidak mengenal hakekat
hadits tersebut, apakah iya benar-benar bersumber dari Rosullullah SAW.atau
tidak. Hal itu karena ilmu tadrij mengenalkan pada

a) Kitab-kitab asli terhadapnya hadis-hadis Rosullillah saw.


b) Apakah hadis-hadis itu benar dari Rosullullah atau tidak.
c) Komentar para ulama sekitar hadis-hadis,baik pengertian,nasakh,dan
mansuknya dan lain-lain.
Ilmu takrij juga memperkenalkan pada metode-metode untuk sampai pada
hadis yang di kehendaki.masing-masing metode dapat di pergunakan tanpa ada
keharusan hubungan degan metode lainya. Bila kita telah memahami masing-
masing metode dengan baik, tentunya akan lebih muda lagi mencari hadis yang
kita maksudkan.
Setiap kitab-kitab induk hadis tersusun menurut susunan tertentu yang
berbeda satu sama lainya.ini memerlukan sala satu cara ilmia yang membuat
penelitian pencarian hadis, menjadi praktis.cara ilmia praktis inilah yang menjadi
kajian ilmu takhrij.

Al-Quran al-karim sudah kiranya jelas dan tidak perlu di ragukan lagi
kebenaranya, karena dia adalah wahyu dan sekaligus mukzizat yang di turunkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui malaikad Jibril, dan yang membacanya
bernilai ibadah.

Namun untuk hadis-hadis nabawiyah,timbul beberapa permasalahan,di


antaranya, apakah suatu hadis memang benar-benar perkataan Rasullullah SAW ?
Kita tidak bisa dengan semena-menena mengatakan iya benar ucapan beliau atau

1
bukan tanpa melihat kembali.karena petua-petua yang di namakan dengan hadis
nabawiyah tersebut bertebaran dalam beragam dan berjilid-jilid kitab hinga tak
terhitung jumlahnya.

Takhrijul hadis secara sederhana dapat di katakan sebagai mengeluarkan


atau mengungkapakan hadis kembali dan mengangkatnya, ke permukaan dari
sumber sumber aslinya,seperti seorang di tengah padang pasir dalam keadaan
dahaga menyiduk suatu genggam air, dari sumbenya yang terjernih, dari situ
banyak hal yang di lakukan demi kebaikan kenaikan bersama.

B. Rumusan Masalah

1. pengertian takhrijul hadis .


a) Apa Pengertian dari takhrijul hadis ?
b) Ada berapakah macam-macam takhrijul hadis?
c) Apa kitab yang di gunakan dalam takhrijul hadis?
d) Bagaimana Kedudukannya dlam hadis dan apa fungsi dari hadis?

C. TUJUAN PENULISAN

a) Untuk mengetahui defenisi atau pengertian takhrijul hadis


b) Untuk mengetahui macam-macam takhrjul hadis
c) Untuk mengetahui kitap apa saja yang di gunakan dalam takhrjul hadis
d) Untuk mengetahui kedudukannya di dalam hadis dan fungsi hadisnya.

2
BABA II
PEMBAHASAN

A. Pengertian takhrjul hadis


Secara etimology tahrij berasal dari kata kharraja yang berarti tampak
atau jelas, sperti : “kharrajat khwariju fulan” yang artinya ‘ si fulan tampak
kepandaiannya’ “ kharraja tissama u’khuruja” artinya : ‘langit tampak cerah
setelah mendung’. Terkadang obyek yang hendak di jelaskan tidak tampak.
Untuk menampakkanya di butuhkan kesungguhan seprti, pada waktu
mengikhtisharkan sesuatu menyimpulkannya,

Conto: kharrajahu fill’ilmi, artinaya :’ mewisuda si fulan dari studi’

Secara terminnologis, takhrij menurut ahli Hadits, berarti bagaimana


seseorang menyebutkan dalam kitab karangannya suatu Hadits dengan sanadnya
sendiri. Jadi ketika di katakan َ‫هَذَاَلَحَدَيَشَاَحَرَجَهَفَلَن‬ maka itu Artinya
Pengarang Menyebutkan Satu Hadits Berikut Sanadya Pada Kitab yang di
karangnya. para muhatsin berpendapat bahwa kata ‘ikraaj’ َ‫اخراج‬
memilikiَartiَyangَsamaَdengan َtakhrj َََََََََ ََ‫ تخريج‬dengan demikian
perkataan َ‫هَذَااَلحَدَيَشَخَرَجَهَفَلَن‬ adalah sama dengan َ‫ََهذاالهديشاخرجهفلن‬menurut al-
qasimi kebanyakan para ulama setelah membawa suatu hadits mengatakan :
“Hadits ini dikeluarkan oleh si fulan” maksudnya dia fulan yang menyebutkan
haditsnya itu. Dalam pengertian ini si fulan di sebut Mukhrrij

َ‫ مَخَرَج‬pelaku takhrij ; yaitu orang yang menyebutkan riwayat hadits seperti Imam
Bukhari.1

_________________________
1Abu Muhammad Abdul Mahdi Bin Abdul Qodir Bin Abdul Hadi, Metode Takhrij Hadits, ( Dina Utama
Semarang 1994 ), hlm.2

3
Terhadap kalimat َ‫ َََََهذاالكتبخرجهفلنوستخرج‬parah ahli Hadits berpendapat bahwa
maksudnya adalah si fulan menyebutkan hadits-hadits dengan sanadnya sendiri.
Takhrij secara bahasa juga merupakan berkumpulnya dua perkara yang saling
berlawanan dalam satu persoalan namun secara mutlak di artikan oleh para ahli
bahasa dengan arti mengeluarkan al-istinbat, melatih at-tadrib, dan
menghadapkan at-taujih.2 takhrij menurut istilah adalah sebagai berikut :
1. Pendapat Mahmud Ath-Thahhan
Takhrij adalah penunjukan terhadap tempat hadist di dalam sumber
aslinya yang dijelaskan sanad dan martabatnya sesuai keperluan.3
2. Pendapat ahli hadits bahwa takhrij mempunyai beberapa arti sebagai
berikut :
1 Mengemukakan hadis kepada orang banyak dengan menyebutkan
para perawinya dalam sanad yang telah menyampaikan hadis itu
dengan metode periwayatanya yang mereka tempuh.
2 Ulama hadis mengemukakan berbagai hadis yang telah di
kemukakan oleh para guru hadis, atau berbagai kitab, susuna nya
dikemukakan menurut periwayatnya dari para penyusun kitab
atau karya tulis yang di jadikan pengambilan.
3 Menunjukan asal usul hadis dan mengemukakan sumber
pengambilanya dari berbagai kitab hadis yang di susun oleh para
mukhorrijnya langsung,( para periwayat dan juga sebagai
penghimpun bagi hadis yang mereka riwayatkan )
4 Mengemukakan hadis berdasarkan sumbernya atau berbagai su
mbernya,yakni kitab-kitab hadis yang di dalamnya di sertakan
metode periwayatanya dan sanadnya masing-masinag,

___________________
2Abu Muhammad Al-Mahdi Ibn Abd Al-Qodir Al-Hadi. Darul Ikhtisam: Thariqu Takhrij Hadist Rosululloh,
hlm.6
3Mahmmud Ath-thahhan, ushul at-takhrij wa dirosah,As sanid ( Riyadah : Maktaba Roasyada ) hlm.12

4
5. menunjukan atau mengemukakan letak asla hadis pada sumber yang asli,yakni
berbagai kitab yang di dalamnya di kemukakan hadis itu secara lengkap dengan
sanadnya masing-masing,kemuadian untuk kepentingan penelitian dijelaskan
kwalitas sanad hadis tersebut.4
Tanpa keberadaan takrij seseorang tidak mungkin akan mampuh
mengungkapkanya, karena itu, Abu muhammad Abdul Mahdi membagi kegunaan
takhrij sebagai berikut :
a. takrhij memperkenalkan sumber sumber hadis,kitab kitab asal dimana
suatau hadis berada beserta ulama yang meriwayatkanya.
b. Takhrij dapat menambah perbendaharaan sanad hadis-hadis melalui kitab
kitab yang di tunjukinya, semakin banyak kitab-kitab asal yang memuat
suatu hadis,semakin banyak pula perbendaharaan sanad yang kita miliki
c. Takhrij dapat memperjelas keadaan sanad,dengan membandinhgkan
riwayat-riwayat hadis yang banyak itu,maka dapat di ketahui apakah
status riwat tersebut sahih,do’if dan sebagainya.
d. Takhrij memperjelas hukum hadis dengan banyak riwayat itu.terkadang
kita dapat suatu hadis do’if mealui satu riwayat,namun dengan tahrij
kenungkinan kita akan dapat riwayat lain yang sahih itu akan mengangkat
hukum hadis yang do’if tersebut ke derajat yang lebih tinggi.
e. Dengan takhrij kita dapat mengetahui pendapat pendapat para ulama
sekitar hukum hadis.
f. Takhrij dapat memperjelas perawi hadis yang tidak diketahui namanya
melalui perbandingan di atara sanad-sanad.
g. Takhrij dapat menghlangkan kemungkinan terjadinya percampuran hadis.
h. Takhrij dapat memperjelas perawi hadis yang samar.karena terkadang kita
dapati seorang perawi yang belum ada kejelasan
namanya,Muhammad,khalid dan lainya dengan adanya takhrij
kemungkinan kita akan dapat mengetahui nama perawi yang sebenarya
secara lengkap.5
___________________
4syuhudiismail,metodologi penelitian hadis Nabi ( jakarta: bulan bintang 1991), hlm.41-42
5 Abu Muhammad Abdul Mahdi bin Abdul Qodir bin Abdul hadi, metode takhrij hadits,( Dina Utama
Semarang 1994 )hlm.5-6

5
Kerena itu dapat di katakan bahwa takrijul hadis adalah mengemukakan
hadis pada orang banyak dengan menyebutkan para rawinya.mengemukakan asal
usul hadis sambil di jelaskan sumber pengambilanya dari berbagai kitab hadis
yang rangkaiyan, sanadnya berdasarkan riwayat yang di terimanya sendiri atau
berdasarkan rangkaiyan sanad gurunya.
Mentakhrij matan suatu hadis berarti mengunggkap perawi hadis tersebut
dalam kitabnya di sertai bab dan hal-hal lainya yang berkaitan dengan kitab
tersebut.
Setelah mentakhrij suatu hadis hendaknya dapat menjelaskan sekitar hadis
tersebut seluas luas mungkin, sepert tentang kesahihanya,ketersambungan
sanadnya dan lain- lain ini tentunya dengan cara membandingkan di antara sanad
sanad yang ada.

B. Macam Macam Takhrijul Hadits

Untuk mengetahui mengetahui kejelasan hadis beserta sumber-


sumbernya,ada beberapa metode takhrij yang dapat di gunakan oleh mereka yang
menelusurinya,metode-metode ini di upatyahkan oleh parah ulama dengan
maksud unatuk mempermudah mencaeri hadis-hadis Rasull.para ulama telah
banyak mengkodifikasi hadis-hadis dengan mengaturnya dalam susunan yang
berbeda satu dengan yang lainya,sekalipun semuanya menyebutkan ahli hadis
yang meriwayatkanya. Perbedaan cara-cara mengumpulkan inilah yang akhirnya
menimbulkan ilmu takhrij. Di antara mereka ada yang menyusunya sesuai dengan
urutan abjad hijaiyah ( alif,ba,tsa dst ). Disampibg itu ada pula yang menyusunya
sesuai dengan thema hadits, seperti tentang shalat,zakat,tafsir dll. Juga ada yang di
susun menurut nama-nama perawi terakhir, adakalanya perawi terakhir itu sahabat
bila haditsnya muttashil dan ada kalanya tabi’in bila hadits itu mursal. Hadits
tersebut ada yang di tulis lengkap dan ada pula yang hanya potonganya saja,6

___________________
6Abu Muhammad Abdul Mahdi bin Abdul Qodir bin Abdul hadi, metode takhrij hadits,( Dina Utama
Semarang 1994 )hlm.14-15

6
Adapun yang menyusunya sesuai dengan kriteria-kriteria hadits, seperti
hadis-hadis qudsi, hadits-hadits Mutawatir, hadis-hadis Maudlu dan lain-lain serta
ada pula hadits-hadits yang tersusun menurut lafal-lafal yang terdapat dalam
matan hadits.
Sesuai dengan cara ulama mengumpulkan hadis-hadis,dapat di katakan
bahwa metode takhrij hadits yang di simpulkan dalam macam yaitu :
1. Takhrij menurut lafal pertama hadits
2. Takhrij menurut lafal-lafal yang terdapat dalam hadits
3. Takhrij menurut perawi terakhir
4. Takhrij menurut thema hadits
5. Takhrij menutut klasifikasi jenis hadits.
Yang pertama : Takhrij Melalui Lafal Pertama Matan Hadits
Pengunaan metode ini tergantung dari lafal pertama matan hadits. Artinya
metode ini juga mengkodefikasikan hadits-hadits yang lafal-nya sesui dengan
urutan huruf-huruf hijayah. Seperti hadis-hadis yang huruf pertamanya alif,ba,tsa
dst. Sutu keharusan bagi yang akan mengunakan metode ini untuk mengetahui
dengan pasti lafal-lafal pertama pertama dari hadits yang akan di carinya.setelah
itu iya melihat huruf pertamanya melalui kitab-kitab takhrij yang di susun dengan
metode ini, demikian pula dengan huruf kedua dan seterusnya .
Conto :
ََHadits yang berbunyi ‫ََمنغثنافليَسمنا‬ langkah untuk mencarinya dengan
mengunakan metode ini adalah sebagai berkut :
a) Lafal pertamanya dengan membukanya pada bab ( ‫)م‬
b) Kenudian mencari huruf kedua ( ‫ ) ن‬setelah mim tersenbut.
c) Huruf-huruf selanjutnya adalah ghaib( ‫ ) غ‬lalu syin (‫ ) ش‬serta (‫)ن‬
d) Dan begitu seterusnya sesuai dengan urutan huruf-huruf hijaiyah pada
lafal-lafal hdits.7

________________
7 Abu Muhammad Abdul Mahdi bin Abdul Qodir bin Abdul hadi, metode takhrij hadits,( Dina Utama
Semarang 1994 )hlm.17

7
Kelebihan dan kekurangan lafal pertama.
Denagann mengunakan metode ini kemungkunan besar kita dengan cepat
menemukan hadits-hadits yang di maksud.
Hanya saja bilah terdapat kelainan lafala pertama tersebut sedikitpun akan
akan berakibat sulit menemikan hadits , sebagai contoh :
َ ََََ َ‫اَذَااَتَكممنترضوندينهوخلقهفزوجوه‬
Menurut bunyi hadits di atas ,lafal pertamanya adalah
َ‫ اذااتاكم‬namun bila lafal yang kita ingat adalah َ‫ لواتاكم‬,tentunya akan sulit
menemukan hadits tersebut karena adanya perbedaan lafal itu,demikian pula lafal
yang kita ketahui berbunyi َ‫اَذاجاءكم‬ sekalipun semuanya satu pengertian.
Banyak sekali kitab-kitab takhrij yang di karang mengunakan metode ini
,dalam bentuk besar maupun kecil. seperti Imam Suyuthi dengan Al-Jami’ al-
Kabir-nya yang mencakup hadits-hadits dalam jumlah yang banyak.8 jumlah
karangan beliau mencakup lebih dari 500 kitab.beliau dapat menghafal 200.000
buah hadits, beliau pernah berkata “jika saya dapatkan lebih dari itu tentunya akan
saya hafalkan” beliau memulai karangan-karanganya sejak menetap di raudhah
Miqyas dan tidak beranjak sampai beliau wafat pada hari jum’at subuh 19 jumadal
Ula 911 H.

Yang ke dua : Takhrij Melalui Kata-Kata Dalam Matan Hadits


Bagian ini tergantung pada kata-kata yang terdapat dalam matan hadits,baik itu
berupa isim ( nama benda ), atau fi’il ( kata kerja ).huruf-hutuf tidak di gunakan
dalam metode ini. Pada metode ini, semakin asing ( gharib) suatu kata,maka
pencaria hadits akan semakin mudah dan efisian seperti hadits yang berbunyi :
َ َ‫اَنَالنبَيََصَلَيَللاََءَلَيَهََوََسَلَمََنهَيَءنَصاَمَاَلمتباَريينَاَنََيَوَءََكَل‬
Sekaliun kata-kata yang di pergnakan dalam pencarianya dalam hadits di atas
banyak,seperti : ‫ََنهي‬,َََ‫ََصءلَم‬,ََ‫يوَءَكل‬ tetapi sangat di anjurkan
mencarinya melalui kata َ‫المتباَرَيين‬ karena kata tersebut sangat jarang
sekali adanya. Menurut penelitian kata ‫تباَرَي‬ di guanakan dalam
8
kitab-kitab hadits yang sembilan haya dua kali.
___________________________
8Abu Muhammad Abdul Mahdi bin Abdul Qodir bin Abdul hadi, metode takhrij hadits,( Dina Utama
Semarang 1994 )hlm.60

8
Kitab ini merupakan kitab kamus dari 9 kitab hadits yakni, Syahi Al- Bkhari, Syai
Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan Al- Tirmizi, Sunan Al- Nasai, Sunan Ibnu
Majha, Sunan Al-Darimi, Al-Muwatta Imam Malik,Dan Musnad Ahmad Ibnu
Hambal.
Untuk Musnad Ahmad (‫ )حم‬hanya disebutkan juz serta halamannya; Sahih Muslim
(‫ )م‬dan al-Muwatta (‫ )ط‬nama bab dan nomor urut Hadits, sedangkan Sahih al-
Bukhari (‫)خ‬, Sunan Abu Dawud (‫)د‬, Sunan al-Tirmizi (‫)ت‬, Sunan al-Nasai (‫)ن‬
serta Sunan Ibn Majah(‫)جه‬, Sunan al-Darimi (‫ )دى‬disebutkan nama bab serta
nomor urut babnya.9

Keistimewaan metode kedua.


1. Metode ini mempercepat pencarian hadits-hadits.
2. Para penyusun kitab-kitab dengan metode ini membatasi hadits-haditsnya
dalam beberapa kitab-kitab induk dengan menyebutkan nama kitab,juz,bab
dan halaman.
3. Memungkinkan pencarian hadits melalui kata-kata apa saja yang terdapat
dalam hadits.

Namun ada juga kelemahan dari metode ini,seperti :

1. Keharusan memiliki kemampuan bahasa arab serta perangkat-perangkat


ilmunya yang memadai.karea metode ini menuntut untuk mengembalikan
setiap kata-kata kuncinya kepada kata dasarnya, pertama yang di cari adalah
kata dasar setiap kata, misalnya : ‫ََ متءمدا‬haruslah di cari melalui kata
َ‫ءمد‬
2. Metode ini tidak menyebutkan perawi dari kalangan sahabat. Untuk
mengetahui nama sahabat yang menerima hadits dari Nabi SAW.
mengharuskan kembali kepada kitab-kiatab aslinya setelah mentakhrijnya

__________________
9 Abu Muhammad, Metode Takhrij Hadits, (Semarang: Bina Utama, 1994), hlm. 120

9
dengan kitab ini.
3. Terkadang suatu hadits tidak di dapatkan dengan satu kata sehingga orang
yang mencarinya harus menggunakan kata-kata yang lain.

Kitab-kitab yang menggunakan metode ini,di antaranya, kitab al-Mu’jam al-


Mufahras,yang di susun oleh beberapa orientalis, guru besar bahasa Aab di
Universitas Leiden. Kemudian bergabung denganya beberapa orientalis dengan
disertai Muhammad Fuad Abdu al-Baqy.10

Ke tiga : Takhrijul Mengenai Perawi Hadits Pertama

Takharijul ini berlandaskan pada perawi pertama suatu hadits, baik perawi
tersebut dari kalangan sahabat bila sanad hdits-hadits itu mursal.para penyusun
kitab-kitab ini dengan metode ini mencantumkan hadits-hadits yang di
riwayatkan oleh setiap mereka ( perawi pertama ), sahabat atau tabi’i sebagai
langkah pertama ialah mengenal terlebih dahulu,perawi pertama setiap hadits,
yang akan kita takhrij melalui kitab-kitabnya.lnagkah selanjutnya mencari nama
perawi pertamanya itu,bilah kita telah menemukanya maka kita akan mengetahui
pula ulama hadits yang meriwayatkanya.
Metode ini tidak akan dapat membantu besar proses pencarian hadits tanpa
mengetahui terlebih dahulu dengan pasti,perawi pertamanya,untuk itu kita harus
mengunakan metode lainya,metode-metode tersebut dapat kita jadikan.rujukan
pencarian hadits bila kita bersikeras tetapi ingin memanfaatkan metode ketiga ini.
Tentunya bila kita mengetahui nama perawi pertama yang di perkenalkan oleh
metode-metode lainya itu. Jadi paling tidak metode-metode tersebut kita jadikan
sebagai batu loncatan pengunaan metode ke tiga.11

____________________
10Abu Muhammad, Metode Takhrij Hadits, (Semarang: Bina Utama, 1994), hlm.60-61
11 Ibid.Hlm.78-79

10
Kelemahan dari hadits ini.
1. Metode ini memperpendek masa proses takhrij dengan di perkenalkanya
ulama hadits yang meriwayatkanya,beserta kitab-kitabnya. Lain hal dengan
metode pertama yang memperkenalkan perawinya
2. Metode ini memberkan manfaat,yang tidak sedikit,diantaranya memberikan
kesempatan melakukan persanad,dan juga faeda-faeda lain yang yang
disebutkan oleh para penyusun kitab-kitab takharij dengan metode ketiga
ini.
Namaun ada pula kekuranganya.
1. Metode ini tidak dapat di gunakan dengan baik tanpa mengetahui terlebih
dahulu perawi pertama hadits yang kita maksud.
2. Terdapatnya kesulitan-kesulitan mencari hadits di antara yang tertera
dibawa perawi pertamanya.hal ini karena penyusunan hadits-haditsnya di
antaranya di dasarkan perawi-perawinya yang dapat menyulitkan maksud
tujuan.
Kitab-kitab dengsn metode ini yaitu seperti.12
a) Kitab al-Athraf
b) Kitab Musnad

Yang Keempat : Thakrij Menurut Tema Hadits


Thakrij ini bersandar pada pengenalan tema hadits. Setelah menemukan hadits
yang akan kita takhrij, maka langka selanjutnya adalah menyimpulkan, tema
hadits tersebut kemudian kita mencerinya melalui tema ini pada kitab-kitab
metode ini.
Kerap kali suatu hadits memiliki tema lebih dari satu,sikap kitab kita terhadap
hadits seperti ini mencarinya pada tema-tema yanng di kandungnya.

______________________
12
Abu Muhammad, Metode Takhrij Hadits, (Semarang: Bina Utama, 1994), hlm.79

11
َ‫َثَهاَدََتََاَنََلََاََلَهََاََلََاَللاََوََاََنََمَهَمَدََاَرَسَاوََللاََوَاََقَامََلسَلََتََوَاََيَاتَا‬:ََ‫بَنَيَاَلََسَلَمَاَلَيَخَمَس‬
َََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََ‫ءََاَلزََلَكََتََوَصَوََمََرَمَصَنََوَحَجََاََلبَيَتََلَمَنََاَسَتَصَاَعََاَلَيَهََسَبَيَل‬
Hadis ini di cantumkan pada iman,tauhid,shalat,zakat,puasa dan haji. Untuk itu
kita harus mencarinya pada tema-tema ini,karena hadits di atas mengandung
semuanya,agar tidak terjadi kesalafahaman antara kita dan penyusun.
Kelebihan metode ini,
a) Metode tema hadits tidak membutuhkan pengetahuan –pengetahuan lain
di luar haditsl seperti keabsahan lafal pertamanya,sebagaimana metode
pertama.
b) Metode ini mendidik ketajaman pemahaman hadits pada diri peneliti.
c) Metode ini juga memperkenalkan keada peneliti maksud hadits yamg di
carinya dan hadits-hadits yang senada deganya.ini tentunya akan
menambah kesemangatan dan membantu memperdalam permasalahan.
Dengan demikian kedua kekurangan ini akan sirna dengan sendirinya dengan
memperbanyak menelaah hadits-hadits. Penelaah berulang-ulang akan
menimbulkan pengetahuan tentang metode para ulama.13

C. Kitab-Kitab Yang Di Gunakan Di Dalam Takhrijul Hadits

Pada metode pertama,kitab yang di gunakan seperti :


1. Kitab al- jami al-syaghiir yang di karang oleh al-Hafizh Jalaluddin Abul
Fadl Abdu Ar-rahman bin Abi bakar Muhammad al-Khudhairy as-suyuthy
as- syafi’i. Beliau mengahafal 200.000 hadits, karangan beliau mencapai
500 kitab. ( w. 911 H )
2. Kitab faidah al- Qodiir, yang di karang oleh Syekh Syamsuddin
Muhammad. Kelenhgkapan-kelengkapan yang di muliki kitab ini yang
sangat banyak,sala satu kelebihan dari kitab ini,pengaranagnya

__________________
12
Abu Muhammad, Metode Takhrij Hadits, (Semarang: Bina Utama, 1994), hlm.122-123

12
Pengarang membicarakan sekitar takhrij dan menjelaskan kedudukan hadits-
haditsnya seperti halnya imam Suyuthy,lebih dari itu terkadang beliau juga
menambah keterangan dari imam sayuthy.

3. Kitab jam’ al-jawami’,yang di karang oleh Imam Suyuti, sistematis yamg


digunakan dalam penyusunan hadits-hadits perkataan sebagaimana halnya
urutan huruf-huruf hijaiyah yang terdapat pada huruf pertama dan
seterusnya dari matan hadits itu . Kemudian hadits yang beliau anggab
doi’if di jelaskan sebab kedaifanya. Metode penilayan hadits yang di pakai
imam, Sayuti yaitu menghimpun antara ringkas dan lengkap,dan beliau
mengkriteriakan kitab kitab yang di takhrijkanaya menjadi tiga bagian
seperti :
a) Kitab-kitab yang telah nyata kesyahihan hadits-haditsnya.
b) Kitab-kitab yang mencakup hadits Hasan dan dha’if
c) Kitab-kitab yang hanya mencakup hadits dha’if.
4. Kitab al-jaami’ Al-azhar,yang di karang oleh Imam al-Hafizh Abdu ar-
Rauf binTaju Ad –Din Ali bin Al-Hddady al-Manawi al-Qahiry as-syafi’i (
lahir tahun 952 H dan W 1031 H ) Mesir.
Kelebihan dari hadits ini adalah.46
 Kitab ini mampuh menghimpun hadits dalam jumlah yang banyak
 Kitab ini menghimpun hadits-hadits dari berbagai sumber yang sulit
di dapati , bahkan yang sudah tidak mungkit di temukan kembali.
 Hadits-haditsnya di susun sedemikian rupa hingga mudah
mendapatkanya.
 Kitab ini mampuh memberikan manfaat yang besar yang berkaitan
dengan permasalahan sanad,ini merupakan suatu nialai tersendiri.
Adapun kekurangan dari hadits ini seperti.
 Kitab ini tidak menjelaskan sistematika yang di pakai.

__________________
13
Abu Muhammad, Metode Takhrij Hadits, (Semarang: Bina Utama, 1994), hlm.46

13
 Kitab ini tidak memiliki komentar setiap hadits-haditsnya seoerti yang
telah di jelaskan dahulu.
 Susunan yang di gunakan belum secermat mungkin
 Dalam kitab ini terdapat hadits yanga di ulang yang memang telah
terdapat dalam kitab aslinya sekaipun tidak mengalami penambahan
sedikit pun.
5. kitab hidayah al- Baary yang di karang oleh as-Syaid Abdur-Rahim bin anbar
ath-Thahthawy,ulama hadits yang tinggal di Thahtha, Mesir ( W 1365 )
6. kitab kunuuz al-Haqaa’iq, yang di karang oleh Abdu ar-Rauf al-Manawi
7 kitab al-Maqaashhid, kitab ini di susun oleh al-Hafizh Syamsudin.
Masai banyak lagi kitab yang mengunakan metode ini.14

D. Kedudukan Dan Fungsi Hadits

Hadits (‫ ) الحديث‬secara harfiah dapat diartikan sebagai perkataan (sabda),


percakapan, atau perbuatan. Sedangkan secara terminologi, hadist didefinisikan
sebagai catatan yang bersumber dari pernyataan dan tingkah laku Nabi
Muhammad SAW yang dijadikan landasan syariat islam.
a. Menurut para ahli hadist
Hadist merupakan segala perkataan (sabda), perbuatan, hal ihwal (kejadian,
peristiwa, masalah), dan ketetapan lainnya yang disandarkan kepada Nabi
Muhahmmad SAW.
b. Menurut ahli ushul fiqh (ushuliyyun)
Hadist adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang hanya berhubungan dengan hukum-hukum
islam.15

_________________
14 Abu Muhammad, Metode Takhrij Hadits, (Semarang: Bina Utama, 1994), hlm.46
15Khajana safitra,Dalam islam.com

14
c. Menurut jumhur ulama
Beberapa ulama berpendapat bahwa hadist adalah segala perkataan (sabda),
perbuatan, dan ketetapan lainnya (taqrir) yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW, para sahabat, dan para tabiin.
Secara garis beras, hadist mempunyai makna segala perkataan (sabda),
perbuatan, dan ketetapan lainnya dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan
hukum syariat islam selain Al-Qur’an. Ada banyak sekali ulama-ulama ahlul
hadits. Namun yang paling terkemuka ada 7 orang, diantaranya adalah Imam
Bukhari, Imam Muslim, Imam Turmudzi, Imam Ahmad, Imam Abu Daud, Imam
Ibnu Majah, dan Imam Nasa’i.

 Fungsi hadits

Pada dasarnya, hadist memiliki fungsi utama sebagai menegaskan, memperjelas


dan menguatkan hukum-hukum dan hal lain yang ada di al Quran. Para ulama
sepakat setiap umat islam diwajibkan untuk mengikuti perintah yang ada hadist-
hadist shahih. Dengan berpegang teguh kepada Al Quran dan Al hadist, niscaya
hidup kita dijamin tidak akan tersesat. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

َ َ‫َكتابَللاَوَسنةَرسوله‬:َ‫تركتَفيكمَأمرينَلنَتضلُّواَماَتمسكتمَبهما‬

“Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama
berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.”

____________________
16Khajana safitra,Dalam islam.com,Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr,
Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah,
hlm. 12-13.

15
Kedudukam sunnah dalam hukum islam sebagai sumber hukum. Para ulama
juga telah berkonsensus dasar hukum islam adalah al-quran dan sunnah. Dari segi
urusan tingkatan dasar islam ini, sunnah menjadi dasar hukum islam kedua
setelah al-Quran, hal ini dapat di maklumi karena beberapa hal :
1. Fungsi sunnah sebagai penjelas bagi al-Quran.
Sunnah sebagai penjelas atau tambahan bagi al-Quran. Tetunya pihak
penjelas di berikan peringatan ke dua setelah pihak yang di jelaskan. Teks
al-Quran sebagai pokok asal,sadangkan sunnah sebagai penjelas ( tafsir )
yang di bangun karenanya. Dengan demikian segala uraiyang dalam
sunnah berasal dari al-Quran. Al-Quran mengandung segala permasalahan
secara paripurna dan lengkap, baik menyangkut masalah duniawi maupun
ukhrawi, tidak ada satu maslah yang tertinggal. Sebagai firman Allah S
W. T. Dalam surah al-An’am : 38.

َ َ‫ماَفرَطناَالكتاَبَمَنََشَيَء‬
“ Tidak ada sesuatu yang kami tinggalkan dalam al-Qitab”

Keterangan al-Quran sangat sempurna tidak meninggalkan sesuatu,tetapi


penjelasanya secara global maka perlu di terangkan secara rinci dari sunnah.

2. Mayoritas sunnah relatif kebenaranya


Seluruh umat islam juga telah berkonsessus bahwa al-Quran seluruhnya di
riwayatkan secara mutawatir ( para periwayat secara kolektif dalam segala
tingkat generasi). Maka ia memberi faeda absolut kebenaranya ( qath’i
ats-tsubuth ) dari Nabi, kemuadian dia antaranya ada yang memberi
petunjuk makna secara tegas dan pasti ( qath’i ad-dilalah) dan secara
relatif petunjuknya ( dzanni ad-dilalah ). Sedangkan sunnah di antaranya
ada yang mutawatir yang memberikan faeda qath’i ath-tsubut. Keduanya
memberikan faeda. Tergolong petunjuk yang kedua setelah al-Quran.17

__________________
17Abdul Majid Khon, ulumul hadits,Amzah, hlm.26

16
Beragama tidak mungkin bisa sempurna tanpa sunnah, sebagaiman syariah
tidak mungkin sempurna tanpa di sandarkan kepada sunnah. Para sahabat
menerima langsung penjelasan Nabi tentang syariah yang terkandung dalam al-
Quran, baik dengn perkataan,perbuatan dan ketetapan beliau yang di sebut
dengan sunnah itu. Demikian umat islam setelahnya, tidak mungkin memahami
hakikat al-Quran,kecuali harus kembali kepada sunnah. Oleh karena itu umat
islam dahulu dan sekarang sepakat ( kecuai kelompok minoritas ), bahwa sunnah
Rasul baik perbuatan, perkataan dan pengakuanya sebagai sala satu sumber
hukum islam dan seseorang tidak bisa melepaskan sunnah untuk mengetahui halal
dan haram.18

___________________
18Abdul Majid Khon, ulumul hadits,Amzah, hlm.26

17
BAB III
PENUTUP

A. K esimpulan

Secara etimology tahrij berasal dari kata kharraja yang berarti tampak
atau jelas, sperti : “kharrajat khwariju fulan” yang artinya ‘ si fulan tampak
kepandaiannya’ “ kharraja tissama u’khuruja” artinya : ‘langit tampak cerah
setelah mendung’.
Secara terminnologis, takhrij menurut ahli Hadits, berarti bagaimana
seseorang menyebutkan dalam kitab karangannya suatu Hadits dengan sanadnya
sendiri. Jadi ketika di katakan َ‫هَذَاَلَحَدَيَشَاَحَرَجَهَفَلَن‬ maka itu Artinya
Pengarang Menyebutkan Satu Hadits Berikut Sanadya Pada Kitab yang di
karangnya.َ
Menurut al-qasimi kebanyakan para ulama setelah membawa suatu hadits
mengatakan : “Hadits ini dikeluarkan oleh si fulan” maksudnya dia fulan yang
menyebutkan haditsnya itu. Dalam pengertian ini si fulan di sebut Mukhrrij
َ‫ مخرج‬pelaku takhrij ; yaitu orang yang menyebutkan riwayat hadits seperti
Imam Bukhari.
Macam macam takharijul hadits :
1. Takhrij menurut lafal pertama hadits
2. Takhrij menurut lafal-lafal yang terdapat dalam hadits
3. Takhrij menurut perawi terakhir
4. Takhrij menurut thema hadits
5. Takhrij menutut klasifikasi jenis hadits.

Adapun kitab yang perlukan dalam takharijul hadits seperti :

18
1. Kitab al- jami al-syaghiir yang di karang oleh al-Hafizh Jalaluddin Abul
Fadl Abdu Ar-rahman bin Abi bakar Muhammad al-Khudhairy as-suyuthy
as- syafi’i.
2. Kitab faidah al- Qodiir, yang di karang oleh Syekh Syamsuddin
Muhammad.
3. Kitab jam’ al-jawami’,yang di karang oleh Imam Suyuti.
4. Kitab al-jaami’ Al-azhar,yang di karang oleh Imam al-Hafizh Abdu ar-
Rauf binTaju Ad –Din Ali bin Al-Hddady al-Manawi al-Qahiry as-syafi’i.
5. kitab hidayah al- Baary yang di karang oleh as-Syaid Abdur-Rahim bin
anbar ath-Thahthawy,ulama hadits yang tinggal di Thahtha, Mesir ( W
1365 )
kedudukan dan fungsinya suatu hadits :
Kedudukam sunnah dalam hukum islam sebagai sumber hukum.
Dan fungsinya suatu hadits itu diadakan sebagai penjelasan al-Quran, untuk
menjelaskan maksud dari al-Quran. para ulama juga sudah berkonsensus
dasar hukum islam adalah al-Quran dan sunnah.

19
DAFTAR PUSTAKA

________Abu Muhammad Abdul Mahdi Bin Abdul Qodir Bin Abdul Hadi,
Metode Takhrij Hadits, ( Dina Utama Semarang 1994 ),
_____Mahmmud Ath-thahhan, ushul at-takhrij wa dirosah,As sanid ( Riyadah :
Maktaba Roasyada ) hlm.12

_____4syuhudi ismail,metodologi penelitian hadis Nabi ( jakarta: bulan bintang


1991), hlm.41-42
_____ Khajana safitra,Dalam islam.com,Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik;
al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-
Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13.

_____Abdul Majid Khon, ulumul hadits,Amzah, hlm.26

20

Вам также может понравиться