Вы находитесь на странице: 1из 23

MAKALAH TEKHNOLOGI SEDIAAN SOLID

FORMULASI SEDIAAN SOLID

KELOMPOK 2

 BERNIKE  ELMA PRATIWI


 DESI  ENI
 DESY ANGGRAENI  EVI ELENNA
 DESITO PASOANG  HASNAENI
 DWI MAYASARI  HASNIDA
 EDI SUNARTO  HENITA ALFIATUL
 ELISA SABIR
STIKES BHAKTI PERTIWI LUWU RAYA PALOPO
TAHUN AJARAN 2018/2019

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha

Esa, karena berkat dan limpahan rahmat-Nya lah kami dapat

menyelesaikan makalah ini. Berikut ini kami persembahkan sebuah makalah

tentang “FORMULASI” yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang

besar bagi kita untuk mempelajari seluk - beluk tentang sediaan obat –obat

tersebut

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas Tekhnologi sediaan

solid. Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan

memohon permakluman bila dalam isi makalah ini ada kekurangan

dan tulisan yang kurang tepat. Kami menyadari bahwa makalah ini

masih terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu kritik dan

saran para pembaca akan kami terima dengan senang hati demi

penyempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan

penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi

makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat. .

PALOPO, 27 September 2019

penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTA.................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2Rumusan Masalah..............................................................................
2
1.3Tujuan Penulisan ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tablet ............................................................................. 3
2.2penggolongan tablet ..................................................................... 4
2.3 Parameter fisika kimia........................................................................ 5
2.4 Study in vivo.......................................................................................
.................................................................................................................15
2.5 sifat organometri................................................................................
.................................................................................................................22

BAB III PENUTUP


3.1Kesimpulan .......................................................................................
.................................................................................................................26
3.2 Saran..................................................................................................
.................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................


.................................................................................................................27

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam
bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif
atau lebih dalam pembawa yang digunakan sebagai obat dalam
ataupun obat luar. Ada berbagai bentuk sediaan obat di bidang
farmasi, yang dapat diklasifikasikan menurut wujud zat dan rute
pemberian sediaan. Berdasarkan wujud zat, bentuk sediaan obat
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sediaan bentuk cair (larutan
sejati, suspensi, dan emulsi), bentuk sediaan semipadat (krim, lotion,
salep, gel, supositoria), dan bentuk sediaan solida/padat (tablet,
kapsul, pil, granul, dan serbuk). Perkembangan dalam bidang industri
farmasi telah membawa banyak kemajuan khususnya dalam
formulasi suatu sediaan, salah satunya adalah bentuk sediaan solida.
Sediaan solida memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
sediaan bentuk cair, antara lain: takaran dosis yang lebih tepat, dapat
menghilangkan atau mengurangi rasa tidak enak dari bahan obat,
dan sediaan obat lebih stabil dalam bentuk padat sehingga waktu
kadaluwarsa dapat lebih lama (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi V (2014), tablet adalah
sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai
tablet cetak dan tablet kempa. Sebagian besar tablet dibuat dengan
cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling
banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan
tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja.
Sedangkan tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk
lembab tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.
Penghantaran obat secara oral merupakan rute yang paling umum
digunakan dibandingkan beberapa rute penghantaran lainnya. Pemberian
oral juga dapat digunakan untuk pengobatan sistemik dengan berbagai
bentuk sediaan farmasi. Sediaan oral merupakan rute yang paling banyak
digunakan karena memberikan kemudahan dalam penggunaannya. Namun,
kelarutan bahan obat dalam saluran cerna merupakan suatu karakteristik
fisika kimia yang perlu diperhatikan dalam memformulasi suatu sediaan
dengan rute pemberian secara oral karena akan mempengaruhi
ketersediaan hayati, sehingga untuk mengatasi keterbatasan tersebut
dilakukan beberapa pendekatan untuk meningkatkan waktu tinggal dari
penghantaran obat pada bagian atas saluran pencernaan (Baru et al.,
2012).
Floating drug delivery systems (FDDS) merupakan suatu mekanisme
penghantaran obat yang memiliki densitas lebih kecil dari cairan lambung
sehingga tetap mengapung untuk jangka waktu lama dan tidak dipengaruhi
waktu pengosongan lambung. Bentuk penghantaran obat dengan sistem
mengapung merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan
dalam memperbaiki dan meningkatkan waktu tinggal dari penghantaran
obat pada bagian lambung (gastric residence time) dan dapat mengontrol
fluktuasi kadar obat dalam plasma. Obat akan terlepas secara perlahan
sesuai dengan kecepatan yang diinginkan. Sistem tersebut dibagi menjadi
dua bentuk yaitu sistem eferfesen dan non-eferfesen (Sharma et.al, 2011).
Sistem eferfesen menggunakan matriks seperti metilselulosa dan kitosan
serta berbagai macam senyawa eferfesen, misalnya natrium bikarbonat,
asam tartrat dan asam sitrat. Ketika kontak dengan cairan lambung akan
menghasilkan gas CO2 dan selanjutnya akan membantu penetrasi cairan ke
dalam tablet kemudian tablet akan mengembang. Sedangkan pada sistem
non-eferfesen mampu membentuk gel dan mudah mengembang setelah
kontak dengan cairan lambung ketika udara
terperangkap dalam matriks sehingga obat mengapung dan mencapai
kepadatan massa kurang dari 1. Matriks yang digunakan berupa golongan
selulosa hidrokoloid (misalnya hidroksil etil selulosa, hidroksil propil
selulosa, hidroksipropil metil selulosa [HPMC] dan natrium karboksi metil
selulosa), polisakarida atau matriks pembentuk polimer (misalnya,
polikarbopil, poliacrilates, dan polistirene) (Narang, 2010).

1.2 Rumusan Masalah

1). Apa yang dimaksud tablet?

2). Apa tujuan dari preformulasi?

3). Jelaskan parameter fisika dan kimia?

4). Jelaskan study in vivo (pada hewan mencit)?

5). Bagaiman Sifat orgonometri?

1.3 Tujuan penlisan

1). Untuk mengetahui apa yang dimaksud tablet

2). Untuk mengetahui tujuan preformulasi

3). Untuk mengetahui parameter fisika dan kimia preformulasi

4). Untuk mengetahui studi in vivo preformulasi

5). Untuk mengetahui sifat orgonometrinya


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak,
dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau
cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan.Tablet adalah sediaan padat yang mengandung satu dosis dari
beberapa bahan aktif dan biasanya dibuat dengan mengempa sejumlah
partikel yang seragam (BP 2002). Tablet yang berbentuk kapsul umumnya
disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk obat hewan
besar. Bentuk tablet umumnya berbentuk cakram pipih/gepeng, bundar,
segitiga, lonjong dan sebagainya. Bentuk khusus ini dimaksudkan untuk
menghindari, mencegah atau mempersulit pemalsuan dan agar mudah
dikenali orang. Warna tablet umumnya putih. Tablet yang berwarna mungkin
karena zat aktifnya memang berwarna, tetapi ada juga tablet yang sengaja
diberi warna agar tampak lebih menarik, mencegah pemalsuan, dan untuk
membedakan tablet yang satu dengan tablet yang lain.

B. Penggolongan tablet
 Berdasarkan Metode Pembuatan
Berdasarkan metode pembuatannya, dikenal dua jenis tablet, yaitu tablet
cetak dan tablet kempa.
 Tablet cetak
Tablet cetak dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi yang umumnya
mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan.
Massa serbuk dibasahi dengan etanol persentase tinggi. Kadar etanol
tergantung pada kelarutan zat aktif dan bahan pengisi dalam system
pelarut, serta derajat kekerasan tablet yang diinginkan. Massa serbuk
yang lembap ditekandengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.
Kemudian dikeluarkan dan dibiarkan kering. Tablet cetak agak rapuh
sehingga harus hati-hati dalam pengemasan dan pendistribusian.
Kepadatan tablet bergantung pada ikatan Kristal yang terbentuk selama
proses pengeringan selanjutnya dan tidak bergantung pada kekuatan
tekanan yang diberikan.
Tablet kempa
Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk
atau granul menggunakan cetakan baja. Umumnya tablet kempa
mengandung zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegrant dan
lubrikan, tetapi dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak
(pewarna yang diabsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak
larut) yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis.

Jenis-jenis tabletnya sebagai berikut:


 Tablet triturat
Tablet triturat merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil,
umumnya slindris, digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang
tepat untuk peracikan obat.
 Tablet hipodermik
Tablet hipodermik adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang
mudah larut atau melarut sempurna dalam air, harus steril dan dilarutkan
lebih dahulu sebelum digunakan untuk injeksi hipodermik.
 Tablet sublingual
Tablet sublingual digunakan dengan Cara meletakkan tablet dibawah
lidah sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut,
diberikan secara oral atau jika diperlukan ketersediaan obat yang cepat
seperti tablet nitrogliserin.
 Tablet bukal
Tablet bukal digunakan dengan Cara meletakkan tablet diantara pipi dan
gusi, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
 Tablet efervesen
Tablet efervesen dibuat dengan Cara dikempa. Selain zat aktif, tablet
mengandung campuran asam (asam sitrat, asam asam tartrat) dan
natrium bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan
karbon dioksida. Tablet disimpan dalam wadah tertutup rapat atau dalam
kemasan tahan lembap dan pada etiket tertera informasi bahwa tablet ini
tidak untuk ditelan.
 Tablet kunyah (chewable)
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, meninggalkan residu dengan
rasa enak dalam rongga mulut. Diformulasikan untuk anak-anak,
terutama formulasi multivitamin, antasida dan antibiotic tertentu. Dibuat
dengan Cara dikempa, pada umumnya menggunakan manitol, sorbitol
dan sukrosa sebagai bahan pengikat atau pengisi, serta mengandung
bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan
dan rasa.

 Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh


Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh, tablet dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu:
 Bekerja lokal: misalnya tablet isap untuk pengobatan pada rongga
mulut; ovula untuk pengobatan pada infeksi di vagina.
 Bekerja sistemik: Tablet yang bekerja sistemik dapat dibedakan menjadi:
a. Yang bekerja short acting (jangka pendek); dalam satu hari memerlukan
beberapa kali menelan obat
b. Yang bekerja long-acting (jangka panjang); dalam satu hari cukup
menelan satu tablet. Tablet jangka panjang ini dapat dibedakan lagi
menjadi:
 Delayed action tablet (DAT)
Dalam tablet ini terjadi penundaan zat berkhasiat karena pembuatannya
adalah sebagai berikut. Sebelum dicetak, granul dibagi dalam beberapa
kelompok. Kelompok pertama tidak diapa-apakan, kelompok kedua
disalut dengan bahan penyalut yang akan pecah setelah beberapa saat,
kelompok ketiga disalut dengan bahan penyalut yang pecah lebih lama
dari kelompok kedua, demikian seterusnya, tergantung pada macam
bahan penyalut dan lama kerja obat yang dikehendaki. Granul-granul dari
semua kelompok dicampurkan dan baru dicetak.
 Repeat action tablet (RAT)
Granul-granul dari kelompok yang paling lama pecahnya dicetak dahulu
menjadi tablet inti (core tablet). Kemudian granul-granul yang kurang
lama pecahnya dimampatkan di sekeliling kelompok pertama sehingga
terbentuk tablet baru.

 Berdasarkan jenis bahan penyalut


Tujuan penyalutan tablet:
a Melindungi zat aktif yang bersifat higroskopis atau tidak tahan terhadap
pengaruh udara, kelembapan atau cahaya.
b. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak.
c. Membuat penampilan lebih baik dan menarik.
d. Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna. Misalnya tablet
enteric yang pecah di usus.
Macam-macam tablet salut:
1. Tablet salut biasa/ salut gula (dragee), disalut dengan gula dari suspensi
dalam air yang mengandung serbuk yang tidak larut seperti pati, kalsium
karbonat, talk atau titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom
akasia atau gelatin. Kelemahan salut gula adalah waktu penyalutan yang
lam adan perlu penyalut tahan air. Hal ini memperlambat disolusi dan
memperbesar bobot tablet.
2. Tablet salut selaput (film coated tablet, fct), disalut dengan
hidroksipropilmetilselulosa, metilselulosa, hidroksipropilselulosa, Na-
CMC, dan campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG yang tidak
mengandung air atau mengandung air.
3. Tablet salut kempa adalah tablet yang disalut secara kempa cetak
dengan massa granulat yang terdiri atas laktosa, kalsium fosfat, dan zat
lain yang cocok. Mula-mula dibuat tablet inti, kemudian dicetak kembali
bersama granulat kelompok lain yang sehingga terbentuk tablet berlapis
(multi layer tablet). Tablet ini sering dipergunakan untuk pengobatan
secara berulang (repeat action).
4. Tablet salut enteric (enteric-coated tablet), atau tablet lepas tunda, yakni
jika obat dapat rusak atau menjadi tidak aktif akibat cairan lambung atau
dapat mengiritasi mukosa lambung, maka diperlukan penyalut enteric
yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati
lambung.
5. Tablet lepas-lambat (sustained-release tablet), atau tablet dengan efek
diperpanjang, yang dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tetap
tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan.
 Berdasarkan Cara pemakaian
1. Tablet biasa/tablet telan. Dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral
dengan Caraditelan, pecah di lambung.
2 Tablet kunyah (chewable tablet). Bentuknya seperti tablet
biasa, Cara pakainya dikunyah dulu dalam mulut kemudian ditelan,
umumnya tidak pahit. Contohnya tablet antasida.
3.Tablet isap (lozenges, trochisi, pastiles), adalah sediaan padat yang
mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar
beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur
perlahan-lahan dalam mulut. Tablet ini dibuat dengan Cara tuang
(dengan bahan dasar gelatin dan/atau sukrosa yang dilelehkan atau
sorbitol) yang disebut pastiles, atau dengan Cara kempa menggunakan
bahan dasar gula yang disebut trochisi. Diisap di dalam rongga mulut,
digunakan sebagai obat lokal pada infeksi di rongga mulut atau
tenggorokan. Umumnya mengandung antibiotic, antiseptic, dan
adstringensia.
4. Tablet larut (effervescent tablet). Contohnya Ca-D-Redoxon,
tablet efervesen Supradin.
5. Tablet implant (pelet). Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril dan berisi
hormone steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan Cara merobek kulit
sedikit, kemudian tablet dimasukkan, kemudian kulit dijahit kembali. Zat
khasiat akan dilepas perlahan-lahan.
6. Tablet hipodermik (hypodermic tablet). Tablet steril, umumnya berbobot
30 mg, larut dalam air, digunakan dengan Cara melarutkan ke dalam air
untuk injeksi secara aseptic dan disuntikkan di bawah kulit (subkutan).
7. Tablet bukal (buccal tablet).
8. Tablet sublingual.
9. Tablet vagina (ovula).

Kriteria tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;
7. Bebas dari kerusakan fisik;
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;
10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.

Keuntungan tablet
Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai
keuntungan antara lain :
1. Tablet merupakan bentuk sediaan utuh dan menawarkan kemampuan
terbaik dibanding semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran
serta variabilitas kandungan yang paling rendah.
2. Tablet merupakan sediaan yang biaya pembuatannya paling rendah.
3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan sehingga
mudah dibawa.
4. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah
untuk dikemas dan dikirim.
5. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah,
tidak memerlukan pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan
pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.
6. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di
tenggorokan, terutama tablet salut yang memungkinkan pecah/
hancurnya tablet tidak segera terjadi.
7. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti
pelepasan di usus atau produk lepas lambat.
8. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk
diproduksi secara besar-besaran.
9. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran
kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.
10. Bau, rasa, dan warna yang tidak menyenangkan dapat ditutupi dengan
penyalutan.
11.Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif
yang tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk
sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang
paling rendah.
12.Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang
kecil.
13.Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil.
14.Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air.
15. Pemakaian oleh penderita lebih mudah.

Kerugian tablet
1.Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak,
tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasinya, atau rendahnya berat
jenis.
2. Obat yang sukar dibasakan, lambat melarut, dosisnya tinggi, absorpsi
optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat
diatas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam
bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavailabilitas obat cukup
3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan,
atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaban udara perlu
pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin)
atau memerlukan penyalutan dulu. Pada keadaan ini kapsul dapat
merupakan jalan keluar yang terbaik dan lebih murah.
4. Kesulitan menelan pada anak-anak, orang sakit parah, dan pasien lanjut
usia.

F. Komponen tablet
Komponen tablet atau formulasi tablet kempa terdiri atas zat
aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran dan lubrikan, dapat
juga mengandung bahan pewarna dan lak (bahan pewarna yang
diabsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut) yang
diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis.
1. Zat aktif : harus memenuhi syarat yang ditentukan farmakope.
2. Eksipien atau bahan tambahan
a.Bahan pengisi (diluent) berfungsi untuk memperbesar volume massa agar
mudah dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya
sedikit atau sulit dikempa. Misalnya laktosa, pati, kalsium fosfat dibase,
dan selulosa mikrokristal.
b.Bahan pengikat (binder) berfungsi memberikan daya adhesi pada massa
serbuk sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan
pengisi, misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa,
CMC, pasta pati terhidrolisis, selulosa mikrokristal.
c.Bahan penghancur/pengembang (disintegrant) berfungsi membantu
hancurnya tablet setelah ditelan. Misalnya pati, pati dan selulosa yang
dimodifikasi secara kimia, asam alginate, selulosa mikrokristal, dan
povidon sambung-silang.
d.Bahan pelican (lubrikan/lubricant) berfungsi mengurangi gesekan selama
proses pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa
tablet melekat pada cetakan. Misalnya senyawa asam stearat dengan
logam, asam stearat, minyak nabati terhidrogenasi, dan talk. Umumnya
lubrikan bersifat hidrofob, sehingga dapat menurunkan kecepatan
disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu, kadar lubrikan yang
berlebih harus dihindari. PEG dan garam laurel sulfat dapat digunakan,
tetapi kurang memberikan daya lubrikasi yang optimal dan diperlukan
dalam kadar yang lebih tinggi.
e. Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalir
serbuk, umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa proses
granulasi. Misalnya silica pirogenik koloidal.
f. Bahan penyalut (coating agent): (lihat pada jenis bahan penyalut)
3.Ajuvan. Ajuvan adalah bahan tambahan yang tidak mempengaruhi kerja
dari suatu obat.
a.Bahan pewarna (colouring agent) dan lak berfungsi meningkatkan nilai
estetika atau untuk identitas produk. Misalnya zat pewarna dari
tumbuhan.
b.Bahan pengaroma (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat
yang tidak enak (misalnya tablet isap penisilin), biasanya digunakan
untuk tablet yang penggunaannya lama di mulut. Misalnya macam-
macam minyak atsiri.
PI L ( PI LU LAE )
PENGERTIAN
Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk bulat sepeti kaleng
mengandung satu atau lebih bahanobat. Berat pil berkisar antar 100
mg sampai 500 mg.
Pil kecil yang beratnya kira-kira 30 mg disebut granul dan pil
besar yang beratnya lebih dari500 mg disebut boli. Boli biasanya
digunakan untuk pengobatan hewan seperti sapi, kuda dan lain-
lain.Bila tidak disebut lain granul mengandung bahan obat berkhasiat
1m

SYARAT SEDIAAN PIL YANG BAIK


 Homogen (ukuran, bentuk, warna, dosis)
 Mempunyai kekenyalan, daya rekat dan kekerasan tertentu
 Mempunyai waktu hancur tertentu

Dalam FI III disyaratkan waktu hancur pil:


 Tidak boleh > 15 menit untuk pil tidak bersalut
 Tidak boleh > 60 menit untuk pil bersalut gula atau selaput
 Untuk pil salut enterik: Setelah dilakukan pengujian dalam larutan
HCl 0,06 N selama 3 jam
pada pengujian selanjutnya (larutan dapar pH 6,8) waktu hancur pil
tidak boleh > 60 menit

BERDASARKAN BERATNYA, DIBAGI MENJADI :


1. Pil (bobot 60-300mg, bobot ideal 100-150mg rata2 120 mg).
2. Boli (pil yang beratnya >300mg).
3. Granula (1/3 – 1 grain).
4. parvul (<>).

TUJUAN SEDIAAN PIL


 Mudah digunakan/ditelan
 Menutup rasa obat yang tidak enak
 Relatif > stabil dibanding bentuk sedian serbuk dan solution
 Sangat baik utk sedian yang penyerapannya dikehendaki lambat

KERUGIAN SEDIAAN PIL


 Obat yang dikehendaki memberikan aksi yang cepat
 Obat yang dalam keadaan larutan pekat dapat mengiritasi lambung
 Bahan Obat padat/serbuk yang voluminous dan Bahan Obat cair
dalam jumlah besar
 Penyimpanan lama sering menjadi keras dan tidak memenuhi waktu
hancur
 Ada kemungkinan ditumbuhi jamur (dapat diatasi dengan bahan
pengawet
Suppositoria

Suppositoria adalah salah satu bentuk sediaan farmasi yang


digunakan untuk obat luar, dalam hal ini melalui rectal/ anal, vaginal atau
uretral. yang ditujukan untuk mencapai efek lokal maupun sistemik.
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV yang dimaksud dengan sediaan
suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang
diberikan melalui rektal, vagina, atau uretra. Umumnya meleleh, melunak,
atau melarut pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai
pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapeutik yang bersifat
lokal atau sistemik. Bahan dasar suppositoria umumnya lemak coklat ,
gelatin trigliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen
glikol berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilen glikol.
menurut Ansel, 2005 Bentuk dan ukurannya harus sedemikian rupa
sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam lubang atau celah
yang diinginkan tanpa meninggalkan kejanggalan begitu masuk, har us
dapat bertahan untuk suatu waktu tertentu

Penggunaan suppositoria bertujuan :


1. Untuk tujuan lokal seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan
penyakit infeksi lainnya. Suppositoria untuk tujuan sistemik karena dapat
diserap oleh membran mukosa dalam rektum.
2. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat
3. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran
gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hati
( Syamsuni, 2005 )

Penggolongan suppositoria berdasarkan tempat pemberiannya


dibagi menjadi:
1. Suppositoria rectal : suppositoria rectal untuk dewasa berbentuk
berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan biasanya berbobot
lebih kurang 2 g ( anonim, 1995). Suppositoria untuk rektum umumnya
dimasukkan dengan jari tangan. Biasanya suppositoria rektum
panjangnya ± 32 mm (1,5 inchi), dan berbentuk silinder dan kedua
ujungnya tajam. Bentuk suppositoria rektum antara lain bentuk
peluru,torpedo atau jari-jari kecil, tergantung kepada bobot jenis bahan
obat dan basis yang digunakan. Beratnya menurut USP sebesar 2 g
untuk yang menggunakan basis oleum cacao ( Ansel,2005 ). supositoria
jenis ini biasanya disebut suppositoria di pasaran.

2. Suppositoria vaginal : umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan


berbobot lebih kurang 5,0 g dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air
atau yang dapat bercampur dalam air seperti polietilen glikol atau gelatin
tergliserinasi. Suppositoria ini biasa dibuat sebagai “pessarium” .
( Anonim,1995; Ansel, 2005). suppositoria jenis ini, dipasaran disebut
sebagai ovula.

3. Suppositoria uretra : suppositoria untuk saluran urine yang juga


disebut “bougie”. Bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk
dimasukkan ke dalam saluran urine pria atau wanita. Suppositoria
saluran urin pria berdiameter 3- 6 mm dengan panjang ± 140 mm,
walaupun ukuran ini masih bervariasi satu dengan yang lainnya. Apabila
basisnya dari oleum cacao maka beratnya ± 4 gram. Suppositoria untuk
saluran urin wanita panjang dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria,
panjang ± 70 mm dan beratnya 2 gram, bila digunakan oleum cacao
sebagai basisnya ( Ansel, 2005).
Keuntungan penggunaan suppositoria antara lain:
1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung
2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan
3. Obat dapat masuk langsung saluran darah dan ber akibat obat dapat
memberi efek lebih cepat daripada penggunaan obat per oral
4. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak
5. Bentuknya seperti terpedo mengunt sadarungkan karena suppositoria
akan tertarik masuk dengan sendirinya bila bagian yang besar masuk
melalui otot penutup dubur (Anief, 2005; Syamsuni, 2005).

Kerugian penggunaan bentuk sediaan suppositoria antara lain:


1. Tidak menyenangkan penggunaan
2. Absorbsi obat sering tidak teratur dan sedikit diramalkan.

Berikut adalah cara penggunaan suppositoria, yang saya dapat dari


situs orang
1. Cuci kedua tangan sampai bersih dengan air dan sabun
2. Sebelum dikeluarkan dari wadah, jika suppositoria terasa melunak,
simpan di kulkas atau rendam dalam air dingin selama beberapa saat
untuk mengeraskannya kembali
3. Buka wadah pembungkus suppositori

4. Jika diminta untuk menggunakan hanya setengahnya, maka potong di


bagian tengah dengan rata menggunakan pisau yang tajam
5. Bagian ujung suppositoria dilumasi dengan lubrikan larut air supaya
licin, jika tidak ada bisa ditetesi sedikit dengan air keran

6. Diperbolehkan memakai sarung tangan bersih jika ingin

7. Atur posisi tubuh berbaring menyamping dengan kaki bagian bawah


diluruskan sementara kaki bagian atas ditekuk ke arah perut

8. Angkat bagian atas dubur untuk menjangkau ke daerah rectal

9.Masukkan suppositoria, ditekan dan ditahan dengan jari telunjuk,


sampai betul-betul masuk ke bagian otot sfinkter rektum (sekitar ½ – 1
inci dari lubang dubur). Jika tidak dimasukkan sampai ke bagian otot
sfinkter, suppositoria ini akan terdorong keluar lagi dari lubang dubur

Вам также может понравиться

  • Lapleng Sso
    Lapleng Sso
    Документ2 страницы
    Lapleng Sso
    Asmaul Husna
    Оценок пока нет
  • NASKAH
    NASKAH
    Документ135 страниц
    NASKAH
    Asmaul Husna
    Оценок пока нет
  • Leb Ke 2 Word
    Leb Ke 2 Word
    Документ1 страница
    Leb Ke 2 Word
    Asmaul Husna
    Оценок пока нет
  • HASNidaI STATISTIK 2 BU DIAN
    HASNidaI STATISTIK 2 BU DIAN
    Документ6 страниц
    HASNidaI STATISTIK 2 BU DIAN
    Asmaul Husna
    Оценок пока нет
  • Eni khs3
    Eni khs3
    Документ1 страница
    Eni khs3
    Asmaul Husna
    Оценок пока нет
  • Laporan Farfis Kenaikan Kapiler Dan Cincin Dengan Nuoy Kelompok 1
    Laporan Farfis Kenaikan Kapiler Dan Cincin Dengan Nuoy Kelompok 1
    Документ6 страниц
    Laporan Farfis Kenaikan Kapiler Dan Cincin Dengan Nuoy Kelompok 1
    Asmaul Husna
    Оценок пока нет
  • Tugas Ke3
    Tugas Ke3
    Документ3 страницы
    Tugas Ke3
    Asmaul Husna
    Оценок пока нет
  • Toko Elektronik Super Lengkap
    Toko Elektronik Super Lengkap
    Документ1 страница
    Toko Elektronik Super Lengkap
    Asmaul Husna
    Оценок пока нет
  • SWHJJ
    SWHJJ
    Документ17 страниц
    SWHJJ
    Asmaul Husna
    Оценок пока нет
  • PT Ultrjya
    PT Ultrjya
    Документ12 страниц
    PT Ultrjya
    Asmaul Husna
    Оценок пока нет
  • JJJ
    JJJ
    Документ9 страниц
    JJJ
    Asmaul Husna
    Оценок пока нет
  • Tugas Ke3
    Tugas Ke3
    Документ3 страницы
    Tugas Ke3
    Asmaul Husna
    Оценок пока нет
  • Makalah Tekhnologi Sediaan Soliddddddddddddddddd
    Makalah Tekhnologi Sediaan Soliddddddddddddddddd
    Документ24 страницы
    Makalah Tekhnologi Sediaan Soliddddddddddddddddd
    Asmaul Husna
    Оценок пока нет
  • LPORAN
    LPORAN
    Документ12 страниц
    LPORAN
    Asmaul Husna
    Оценок пока нет
  • Tugas Biokimia
    Tugas Biokimia
    Документ13 страниц
    Tugas Biokimia
    Asmaul Husna
    Оценок пока нет
  • Makalah Tekhnologi Sediaan Solid Tablet Hasaeni
    Makalah Tekhnologi Sediaan Solid Tablet Hasaeni
    Документ21 страница
    Makalah Tekhnologi Sediaan Solid Tablet Hasaeni
    Asmaul Husna
    Оценок пока нет
  • Pre Formulas I
    Pre Formulas I
    Документ30 страниц
    Pre Formulas I
    Asmaul Husna
    Оценок пока нет
  • Tugas Makalah Steril KLP 5
    Tugas Makalah Steril KLP 5
    Документ15 страниц
    Tugas Makalah Steril KLP 5
    asmaul husna
    Оценок пока нет
  • Makalah Perbekalan Kesehatan Rumah Tangg
    Makalah Perbekalan Kesehatan Rumah Tangg
    Документ7 страниц
    Makalah Perbekalan Kesehatan Rumah Tangg
    Nurul Fajriah
    Оценок пока нет
  • Cpob Kelas A
    Cpob Kelas A
    Документ34 страницы
    Cpob Kelas A
    Asmaul Husna
    Оценок пока нет
  • Tugas Makalah Steril KLP 5
    Tugas Makalah Steril KLP 5
    Документ15 страниц
    Tugas Makalah Steril KLP 5
    asmaul husna
    Оценок пока нет
  • Tugas Makalah Steril KLP 5
    Tugas Makalah Steril KLP 5
    Документ15 страниц
    Tugas Makalah Steril KLP 5
    asmaul husna
    Оценок пока нет
  • Makalah Ikm P
    Makalah Ikm P
    Документ18 страниц
    Makalah Ikm P
    Asmaul Husna
    Оценок пока нет
  • Document Limbah
    Document Limbah
    Документ6 страниц
    Document Limbah
    ayupradnyadewi
    Оценок пока нет