Вы находитесь на странице: 1из 8

ANALISIS GAYA BUNYI PADA PUISI “KEPADA PEMINTA-MINTA”

KARYA CHAIRIL ANWAR

(SEBUAH KAJIAN STILISTIKA)

Dosen Pembimbing: Dra. Sri Suhita M.Pd. & Marlina M.Pd.

Disusun Oleh:

Tabita (1201617046)

Kelas 2 PB 1

PRODI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2018
PENDAHULUAN

Karya sastra merupakan wujud dari hasil pemikiran manusia. Karya sastra
bermakna ciptaan manusia dalam bentuk bahasa lisan maupun tulis, yang
menimbulkan rasa keindahan, menyenangkan dan menggugah hati. Salah satu
karya sastra yaitu puisi. Puisi termasuk salah satu genre sastra, berisi ungkapan
perasaan penyair, mengandung rima dan irama, diungkapkan dalam pilihan kata
yang cermat dan tepat (Sri Suhita, 2018:6) . Struktur pembangun puisi ada dua yaitu
unsur ekstrinsik dan unsur instrinsik. Salah satu unsur instrinsik puisi yaitu gaya
bahasa. Gaya bahasa dalam puisi terdiri dari gaya bunyi, gaya kalimat, gaya kata,
larik, dan bahasa kiasan.

Di dalam kajian puisi ini menggunakan pendekatan modern menurut M.H.


Abrams. Pengkajian terhadap puisi dimaksudkan untuk menafsirkan atau
interpretasi suatu karya sastra yang telah ditulis oleh penyair. Dalam pengkajian ini,
mencoba untuk melihat karya sastra dari sudut kebahasaan suatu puisi (stilistika).

“Pendekatan stilistika secara definitive adalah ilmu yang berkaitan dengan


gaya bahasa. Tetapi pada umumnya lebih banyak mengacu pada gaya bahasa.
(Ratna, 2009: 167)”. Sementara itu, pendapat ahli yang lain sebagai berikut
“Stilistika dapat diterjemahkan sebagai ilmu tentang gaya. Secara etimologis
stylistic berhubungan dengan kata style (gaya). Stilistika adalah ilmu pemanfaatan
bahasa dalam karya sastra. Penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam sastra.
Gaya bahasa yang muncul ketika pengarang mengungkapkan idenya. Gaya bahasa
ini merupakan efek seni dan dipengaruhi oleh hati nurani. Melalui gaya bahasa itu
seorang penyair mengungkapkan idenya. Pengungkapan ide yang diciptakan
melalui keindahan dengan gaya bahasa pengarangnya. (Endraswara, Suwardi.
2011).”

Seperti yang dijelaskan diatas salah satu gaya bahasa dalam puisi ialah gaya
bunyi. Pengkajaian puisi “Kepada Peminta-Minta” karya Chairil Anwar
menggunakan analisis gaya bunyi sebuah kajian stilistika. Penggunanan
pendekatan stilistika pengkajian gaya bunyi dalam puisi dikarenakan puisi hadir
untuk disuarakan daripada sekadar dibaca tanpa suara. Dengan cara disuarakan
keindahan puisi dapat dirasakan lebih intensif. Hal ini menunjukkan bahwa aspek
atau gaya bunyi penting dalam puisi, bahkan keindahan sebuah puisi banyak
ditentukan oleh keindahan bunyi. Itu sebabnya, gaya bunyi harus mendapat
perhatian dalam puisi. Maka, dalam kajian stilistika puisi, gaya bunyi harus juga
dilakukan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka, tujuan penulisan kajian ini
adalah untuk merespon teks puisi yang dianalisis sebagai sebuah karya sastra serta
mengobservasi gaya bunyi yang digunakan penyair dalam puisi “Kepada Peminta-
Minta”.

Metode
Langkah-langkah berikut dapat dipandang sebagai salah satu cara mengkaji
stile aspek bunyi dalam sebuah puisi. Langkah tersebut harus dilakukan karena hal
inilah sebenarnya yang menjadi identitas kajian stilistika.
 Langkah pertama
Mengapresiasi keindahan puisi. Unsur bunyi yang dijadikan focus
kajian adalah bunyi yang didayakan untuk mendukung dan mencapai
efek keindahan.
 Langkah kedua
Identifikasi unsur bunyi yang secara konkret terlihat didayakan untuk
mendukung capaian efek keindahan. Unsur bunyi yang diidentifikasi
antara lain persajakan seperti aliterasi, asonansi, dan lain-lain; irama;
nada dan suasana.
 Langkah ketiga
Penyajian data hasil kajian. Deskripisikan hasil identifikasi langkah
kedua.
 Langkah keempat
Jelaskan dan tafsirkan peran dan fungsi tiap aspek bunyi yang didayakan
sebagaimana terlihat pada penyajian data dalam mendukung tercapainya
efek keindahan.
(Burhan, 2017:171)

Inti dalam pembahasan ini adalah keterkaitan yang sangat erat antara karya
sastra sebagai objek kajian stilistika serta penentuan dan memperlihatkan
penggunaan gaya bunyi puisi yang ditulis sastrawan.

PEMBAHASAN

Dalam hal ini puisi yang akan di analisis adalah puisi dengan judul “Kepada
Peminta-Minta” karya Chairil Anwar. Puisi tersebut adalah sebagai berikut:

Kepada Peminta-Minta

1
Baik, baik aku akan menghadap Dia

2
Menyerahkan diri dan segala dosa

3
Tapi jangan lagi tentang aku

4
Nanti darahku jadi beku

5
Jangan lagi kau bercerita

6
Sudah tercacar semua di muka

7
Nanah meleleh dari luka

8
Sambil berjalan kau usap juga

9
Bersuara tiap kau melangkah
10
Mengerang tiap kau menendang

11
Menetes dari suasana kau datang

12
Sembarang kau merebah

13
Mengganggu dalam mimpiku

14
Menghempas aku di bumi keras

15
Di bibirku terasa pedas

16
Mengaum di telingaku

17
Baik, baik aku akan menghadap Dia

18
Menyerahkan diri dan segala dosa

19
Tapi jangan tentang lagi aku

20
Nanti darahku jadi beku

(Chairil Anwar, 2010:78)

Teori yang berhubungan dengan kajian stilistika yang terdapat dalam puisi diatas
adalah sebagai berikut.

Persajakan (rima)

Dalam persajakan ada bunyi-bunyi tertentu yang diulang-ulang dengan


tujuan untuk memperindah bunyi atau suara yang dihasilkan. Bunyi tersebut
sengaja dihadirkan dengan maksud untuk memperoleh efek kepuitisan atau efek
keindahan. Hal itu dikemukan oleh Slamet Mulyana (1956) dalam Burhan
(2017:155) yang memberikan pengertian persajakan sebagai pola estetika bahasa
yang berdasarkan ulangan suara yang diusahakan dan dialami dengan kesadaran.
Persajakan disebut sebagai pola estetika karena kehadirannya dalam puisi berkaitan
dengan tujuan keindahan.

Persajakan (rima) pada puisi “Kepada Peminta-Minta” secara


keseluruhan didominasi dengan adanya vocal /a/ dan /u/. Sedangkan bunyi
konsonan yang dominan yaitu bunyi /t/, /k/ dan /d/. Asonansi a terdapat pada
baris puisi yaitu baris 1, 2, 5, 6, 7, 8. 17, dan 18 Misalnya, pada larik kelima
yaitu: Jangan lagi kau bercerita, pada larik ketujuh yaitu: Nanah meleleh dari
luka. Asonansi u terdapat pada baris genap yaitu baris 3, 4, 13, 16, 19, dan 20.
Misalnya, pada baris ketiga yaitu: Tapi jangan lagi tentang aku, pada baris
keempat: Nanti darahku jadi beku. Asonansi a pada 2 baris pertama dan asonansi
u pada 2 baris berikutnya mengesankan bahwa puisi ini mempunyai irama yang
tetap dan teratur yakni irama vokal aauu.
Pada baris pertama dijumpai aliterasi d (menghadap, dia). Aliterasi d juga
terdapat pada baris 7, 10, 11, 13 dan 15 yakni pada kata: dari, menghadang,
datang, dalam, dan pedas. Pengulangan 4 baris pertama juga dilakukan untuk
menambah bentuk asonansi dan aliterasi dalam puisi ini. Aliterasi k dapat dilihat
banyak sekali digunakan. Beberapa di antaranya juga terdapat pada baris 1, 2, 4,
5, 6, 7, 14 dan 16 yakni pada kata: baik, aku, akan, menyerahkan, beku, kau,
muka, luka, keras dan ku.
Berikutnya aliterasi t terdapat pada baris 3, 5, 11, 15, dan 16 yaitu:
tentang, bercerita, datang, terasa, dan ditelingaku. Selain asonansi dan aliterasi,
terdapat pengulangan rima yang teratur yang disusun oleh penyair. Pada 2 baris
pertama berakhiran bunyi vokal yang sama yaitu vokal a dan pada baris 3 dan 4
berakhiran bunyi vokal yang sama yaitu vokal u sehingga rima puisi tersebut
mempunyai rima yang teratur yaitu aabb. Penggunaan gaya bunyi dengan variasi
dan rima pada puisi tersebut menimbulkan sebuah irama yang menciptakan
sebuah irama yang indah.

Nada

Nada adalah sikap yang ditunjukkan oleh penyair (implisit) terhadapa masalah
yang dikemukakan atau terhadap pembaca (implisit). Nada dapat dibangkitkan
sejalan dengan rasa, luapan emosi, ekspresi jiwa, yang ingin disampaikan.
(Burhan, 2017:167). Nada yang ditunjukan dalam puisi adalah sinis. Nada sinis
muncul akibat dari kebencian pengarang kepada peminta-minta. Hal tersebut
salah satunya muncul pada baris puisi berikut jangan lagi kau becerita sudah
tercacar semua dimuka nanah meleleh dari muka sambil di jalan kau usap juga.
Muncul nada sinis akibat dari tekanan yang didasarkan oleh rasa benci dari sikap
si peminta-minta.Selain itu, terlihat terdapat nada menyindir dari makna puisi
Chairil Anwar. Menyindir pada tingkah si peminta-minta yang terlalu melebih-
lebihkan rasa penderitaannya.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa puisi


adalah salah satu objek kajian stilistika yang tepat untuk diteliti. Puisi memiliki
kekhasan bahasa dan kepadatan bahasa yang sesuai untuk dikaji dengan stilistika.
Salah satu gaya bahasa yang penting dianalisis dalam sebuah puisi yaitu gaya bunyi.
Gaya bunyi merupakan hal yang sengaja dihadirkan dengan tujuan keindahan.
Dengan demikian nilai, pemikiran dan prinsip pengarang dalam puisi “Kepada
Peminta-Minta” dapat dipahami melalui analisis gaya bunyi suatu kajian
stilistika.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil. 2010. Aku ini Binatang Jalang. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Endraswara, Suwardi. 2011. Metodelogi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS.
Nurgiyantoro, Burhan. 2017. Stilistika. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika, Kajian Puitika Bahasa, dan Budaya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suhita, Sri dan Rahma Purwahida. 2018. Apresiasi Sastra Indonesia dan
Pembelajarannya. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Вам также может понравиться