Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Muhamad Ahsan, M.M.
Disusun Oleh :
1. Della Saskiana (G03217012)
Segala puji syukur sampaikan kepada Allah SWT karena berkat limpahan
nikmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
yang berjudul “Islamic Entrepreneurship: An Ongoing Driver for Social Change”
dengan baik. Tak lupa shalawat serta salam haturkan kepada Nabi akhir Zaman yakni
Muhammad SAW yang telah membimbing kita menuju jalan yang terang benderang
yakni “addinul islam wal iman”.
Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah
Kewirausahaan. Kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Kewirausahaan yaitu Dr. Ir.
Muhamad Ahsan, M.M, yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini.
Karena terbatasnya pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki, kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Melainkan masih
terdapat kekurangan dan kesalahan baik dalam penyusunan kata, penulisan, maupun isi
serta pembahasannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca semoga karya tulis ini dapat bermanfaat.
Penulis, (Kelompok 7)
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KEWIRAUSAHAAN
1
Yusanto, Muhammad Ismail & Widjajakusuma, Muhammad Karebet, Menggagas Bisnis Islami, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2002), 33.
senantiasa menginginkan prestasi prima; Kedua, Wirausahawan tidak takut
menjalani pekerjaan yang disertai resiko dengan memperhitungkan besar kecilnya
resiko. Ketiga, Wirausahawan adalah orang yang memiliki kepemimpinan yang
tumbuh secara alami dan pada umumnya lebih cepat mengidentifikasi permasalahan
yang perlu di atasi. Keempat, Wirausahawan mendapatkan kepuasan dalam
lambang-lambang keberhasilan yang diluar dirinya. Mereka senang usaha yang
mereka bangun dipuji orang, namun mereka menolak apabila pujian ditujukan
kepada diri mereka. Kelima, Wirausahawan secara fisik senantiasa tampak lincah
dan berbadan sehat (semangat). Mereka mampu bekerja melebihi jam kerja rata-rata
yang dilakukan orang lain ketika merintis usaha. Keenam, Wirausahawan adalah
orang yang memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi dan tidak meragukan
kecakapan dan kemampuannya. Ketujuh, Wirausahawan senantiasa menghindari
sifat cengeng dalam membentuk pribadi mandiri dan wirausahawan mencari
kepuasan diri, karena mereka termotivasi oleh kebutuhan untuk mewujudkan
2.2 INOVASI
Inovasi adalah teori yang diusulkan atau konsep desain yang memadukan
pengetahuan dan keterampilan saat ini untuk memberikan titik awal teoritis untuk ide
baru. Inovasi adalah karakteristik alami wirausahawan. Ini multidimensi dengan
banyak fitur. Inovasi radikal adalah pemecahan jalur, terputus-putus, revolusioner,
orisinal, perintis, dasar atau utama; sementara inovasi tambahan adalah perbaikan
kecil yang dibuat dalam proses, produk, dan layanan yang sudah mapan (Zhao 2006).
Inovasi menghadirkan keuntungan besar: organisasi paling inovatif melampaui
rekan-rekan industri mereka dan lebih menarik bagi investor dan pelanggan. Namun
inovasi membutuhkan ide-ide, modal atau bakat untuk bergerak bebas selainsektor
publik atau swasta pendanaan dan dukungan. Pemulihan ekonomi global bergantung
pada pemikiran kreatif lintas proses, tim dan organisasi. Inovasi, di sisi lain,
membawa penemuan lebih lanjut dengan realisasi komersial dari nilai penemuan atau
2
Machfoedz, Mas’ud dan Machfoedz, Mahmud, Kewirausahaan Suatu Pendekatan Kontemporer,
(Yogyakarta: UPP AMP YKPN), 2-3.
penerimaan pengembalian ekonomi. Biasanya, individu atau perusahaan yang
memiliki masalah menggunakan inovasi untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu,
inovasi harus dipupuk, didanai, dan dikelola agar dapat diulang, diprediksi, dan
untuk mencapai keberhasilan ekonomi (Wright, 2009). Inovasi sosial baru-baru ini
muncul untuk mengatasi karakteristik kelangsungan hidup manusia;
konsekuensitransformatif; bukti kemungkinan; perubahan optimis; sebuah proses
yang menciptakan nilai bagi individu dan masyarakat melalui organisasi publik dan
swasta. Pada tingkat tertinggi, inovasi sosial meningkatkan modal intelektual, modal
sosial, pertumbuhan ekonomi, dan kualitas kehidupan dan keterlibatan budaya.
Inovasi sosial menjadiinternasional fenomenayang dipicu oleh globalisasi, inovasi
ilmiah dan teknologi. Peningkatan kesadaran di seluruh dunia akan tantangan sosial
berkisar dari masalah lingkungan hingga meningkatnya tingkat kemiskinan di
seluruh dunia dan meningkatnya perbedaan sosial-ekonomi di dalam dan antar
negara (Goldenberg et al.2009).
Nabi Muhammad adalah teladan sebagai pengusaha sosial inisiatif . Wahyu yang
diberikan kepada Nabi Muhammad adalah tentang pembentukan bentuk radikal
keadilan sosial di mana toleransi, kesetaraan, dan amal adalah jantung dari ideologi
Islam (Lovat, 2005). Oleh karena itu, mereka adalah artefak yang diperlukan bagi
komunitas Islam untuk muncul dalam namanya. Nabi Muhammad menerjemahkan
nilai-nilai ini ke dalam tindakan, dan pengaruhnya akan berlanjut sepanjang waktu.
Dari wahyu pertama kepada Nabi Muhammad di Mekah, perubahan sosial yang
radikal muncul. Ketika Nabi Muhammad dengan pengikutnya pindah dari Mekah ke
Al-Madinah, ia menciptakan inti dari struktur masyarakat dengan misi sosial dan
etika. Organisasi ini melahirkan peradaban yang hebat. Islam membantu mereka
yang ingin memahami asal-usul mereka, dan memberikan baru pengetahuan tentang
diri melalui mengenal orang lain. Islam memungkinkan reformasi sosial praktis
untuk semua bangsa pada waktu itu, termasuk Yudaisme dan Kristen. Masyarakat
Islam mengadopsikewirausahaan pola pikir jejaring melalui budaya perusahaan yang
diberdayakan untuk menciptakan dan mempertahankan perubahan sosial.
Sejarah Islam mencatat bahwa Entrepreneurship telah dimulai sejak lama, pada
masa Adam AS. Dimana salah satu anaknya Habil berwirausaha dengan bercocok
tanam dan Qobil berwirausaha dengan menggembala hewan ternak. Banyak sejarah
nabi yang menyebutkan mereka beraktivitas di kewirausahaan, sebagian dari mereka
berwirausaha di sektor pertanian, peternakan, kerajinan dan bisnis perdagangan.
Contoh yang paling nyata adalah Nabi Muhammad SAW, awalnya beliau terlibat di
bisnis dengan memelihara dan menjual domba, kemudian membantu bisnis
pamannya dan akhirnya mengelola bisnis saidatina Khadijah. 3
Rasulullah mendapatkan jiwa entrepreneur sejak beliau usia 12 tahun. Ketika itu
pamannya Abu Thalib mengajak melakukan perjalanan bisnis di Syam negeri yang
meliputi Syiria, Jordan dan Lebanon saat ini. Sebagai seorang yatim piatu yang
tumbuh besar bersama pamannya beliau ditempa untuk tumbuh menjadi
wirausahawan yang mandiri. Ketika usia 17 tahun Muhammad telah diserahi
wewenang penuh untuk mengurusi seluruh bisnis pamannya. Ketika usia menginjak
20 tahun adalah merupakan masa tersulit dalam perjalanan bisnis rasulullah SAW.
Beliau harus bersaing dengan pemain senior dalam perdagangan regional. Namun
kemudian titik keemasan entrepreneurship Muhammad SAW tercapai ketika usia
antara 20-25 tahun (Bastoni, 2012).
Muhammad SAW adalah sosok pengusaha sukses dan kaya. Di antara informasi
tentang kekayaan beliau sebelum kenabian adalah jumlah mahar yang dibayarkan
ketika menikahi Khadijah Binti khuwalaid. Konon, beliau menyerahkan 20 ekor
unta muda sebagai mahar. Dalam riwayat lain, ditambah 12 uqiyah (ons) emas.
3
Ratna Wijayanti, “Membangun Entrepreneurship Islami dalam Perspektif Hadits”. Jurnal Studi Islam.
Vol. 13 No. 1 (2018). Hal 37
Suatu jumlah yang sangat besar jika dikonversi ke mata uang kita saat ini.
Dengan demikian, Muhammad SAW telah memiliki kekayaan yang cukup besar
ketika beliau menikahi Khadijah. Dan kekayaan itu kian bertambah setelah menikah,
karena hartanya digabung dengan harta Khadijah dan terus dikembangkan melalui
bisnis (perdagangan). Rahman (2010) dalam bukunya Muhammad as a Trader
mencatat bahwa Rasulullah SAW sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai
negeri seperti Yaman, Oman, dan Bahrain. Disebutkan juga bahwa Rasulullah SAW
adalah pebisnis yang jujur dan adil dalam membuat perjanjian bisnis. Ia tidak pernah
membuat para pelanggannya mengeluh. Dia sering menjaga janjinya dan
menyerahkan barangbarang yang dipesan dengan tepat waktu. Muhammad SAW
pun senantiasa menunjukkan rasa tanggung jawab yang besar dan integritas yang
tinggi dalam berbisnis.
b) Pelayanan yang unggul (service exellence): efisiensi, persaingan yang sehat dan
kompetitif.
4
Ibid, 38
Jika kita perhatian, rentang usia beliau berbisnis selama 25 tahun ternyata lebih
lama dibandingkan dengan rentang usia kenabian beliau yang selama 23 tahun. Hal
ini tentunya telah membentuk business skill yang sangat penting bagi proses
pengambilan hukum perdata dan komersial kelak di kemudian hari. Mungkin ada
sebagian yang berpendapat bahwa pengalaman beliau dalam berbisnis sebagian
besar terjadi ketika beliau belum menjadi rasul, sehingga teladan beliau tidak bisa
dijadikan sunnah oleh kita.
Pendapat ini akan kehilangan pijakannya seadainya kita menelaah hukum dan
sabda Rasul SAW yang berkaitan dengan bisnis dan ekonomi. Sangat jelas sekali
bahwa kejelasan Rasul SAW dalam memutuskan masalah bisnis dan ekonomi sangat
banyak dipengaruhi oleh kepiawaian dan intuisi bisnis masa mudanya. Oleh karena
itu business laws rasul yg sifatnya ijtihadi sangat banyak dipengaruhi oleh
pengalaman bisnis masa mudanya. Beliau adalah seorang yang berhasil dalam
bisnisnya tanpa menggunakan cara-cara yang tidak baik. Beliau meyakini bahwa
kesuksesan bisnis berkelanjutan hanya dapat dicapai dengan cara-cara sehat.
Dari sudut pandang ekonomi, ajaran dan keteladanan yang ditinggalkan Nabi
Muhammad SAW semakin terasa urgensi dan relevansinya jika kita mencita-citakan
terwujudnya masyarakat yang adil dalam kemakmuran, dan makmur dalam
berkeadilan. Prinsip bisnis modern seperti, efisiensi, transparansi, persaingan sehat,
kredibilitas, memelihara relasi melalui layanan manusiawi, dapat ditemukan dalam
etika dan perilaku bisnis Muhammad sebelum menjadi Rasul. Etika bisnis
memegang peranan sangat penting jika seseorang atau sekelompok orang
memegang peranan yang menentukan nasib bisnis lain atau masyarakat yang lebih
luas, dan mereka inilah yang disebut pemimpin atau lapisan kepemimpinan dunia
usaha. Relevansi etika bisnis dan efisiensi dapat digambarkan secara sederhana. Jika
seorang pemimpin menyalahgunakan wewenang yang dimilikinya pasti ada yang
menjadi korban, Karena wewenang yang dimiliki bersifat publik, maka rakyatlah
yang dirugikan, yang pada gilirannya akan meningkatkan biaya ekonomi yang
tinggi. Dalam kurun waktu sebelum diangkat menjadi Rasul, Muhammad telah
meletakkan dasar-dasar etika, moral dan etos kerja yang mendahului zamannya.
Dasar-dasar etika wirausaha tersebut telah mendapat legitimasi keagamaan setelah
beliau diangkat menjadi Rasul. Prinsip- prinsip etika bisnis wirausaha yang
diwariskan beliau dan Islam semakin mendapat pembenaran akademis.
“Tiada seorang yang makan makanan yang lebih baik dari makanan dari hasil
usahanya sendiri (wirausaha). Sesunggunya Nabi Allah Daud, itupun makan dari
Misi Islam didasarkan pada konsep tauhid (persatuan), khilafah (perwalian), dan
ibadah (ibadah). Islam beroperasi dalam konsep-konsep ini melalui agen adl
(keadilan sosial) dan istislah (kepentingan umum). Konsep-konsep ini ketika
diterjemahkan ke dalam nilai-nilai, sistem ini mengintegrasikan fakta dan nilai-nilai
dan melembagakan sistem pengetahuan berdasarkan akuntabilitas dansosial
tanggung jawab. Tauhid berarti persatuan Tuhan. Itu menjadi nilai yang penuh belas
kasihan ketika kesatuan ini dinyatakan dalam kesatuan umat manusia, kesatuan
manusia dan alam, kesatuan pengetahuan dan kesatuan nilai. Khilafah muncul dari
tauhid. Bahwa seorang muslim bertanggung jawab dan bertanggung jawab kepada
Tuhan untuk semua kegiatannya. Sedangkan trusteeship menyiratkan bahwa
manusia memiliki inklusif Hak untuk apa pun. Ibadah adalah kewajiban yang
mengarah pada kesadaran tauhid dan khilafah. Its tanda utama adalah mengejar ilm
(pengetahuan) yang memiliki nilai bila didukung olehIslam. struktur Ilm mengacu
pada pengetahuan yang diwahyukan yaitu dukungan moral dan etis, dantidak
pengetahuan yang diungkapkan, yang dikejar berdasarkan perintah ibadah.
Selanjutnya,diungkapkan pengetahuan yang tidakdibagi menjadi fard-ayan yang
mengacu pada etika dan moralitas yang diperlukan bagi individu untuk bertahan
hidup, dan fard kifaya yang penting untuk kelangsungan hidup seluruh komunitas.
Halal harus berfungsi atas dasar distribusi adl (keadilan sosial). Halal (terpuji) dan
haram (tercela) menentukan daya tanggap sosial. Semua yang bermanfaat bagi
6
Ibid, 41
seseorang, masyarakatnya dan lingkungannya adalah halal (terpuji). Sebaliknya,
haram (tercela) mencakup semua yang merusak bagi individu dan lingkungan.
Takaful (saling ketergantungan sosial) merupakan prinsip penting dalam Islam yang
bertujuan untuk mengembangkan masyarakat yang aman, bersatu dan damai.
Artinya menyatukan objek lemah dengan objek kuat agar yang lemah menjadi lebih
kuat. Dengan kata lain, setiap individu dalam masyarakat berhak
membantumembutuhkan orang yanguntuk menjamin tingkat kebutuhan dasar
manusia terlepas dari agama atau ras mereka. Itu dapat dicapai melalui sarana
finansial dan emosional. Keuangan mengacu pada dukungan moneter yang dapat
mengangkat kaum miskin dari keadaan kemiskinan ke keadaan memiliki kebutuhan
manusia yang esensial atau lebih. Ini dapat dicapai melalui Zakat, amal, wakaf, dll.
Takaful Emosional mencakup nasihat, persahabatan, pendidikan, simpati, cinta, dll.
Nabi Muhammad berkata: "Seorang mukmin kepada mukmin lain seperti sebuah
bangunan yang bagian-bagiannya berbeda saling menegakkan satu sama lain."
Dari perspektif Islam, makalah ini memandang masyarakat Islam sebagaibisnis yang
diperluas organisasiyang bertujuan untuk menghasilkan nilai ekonomi dan sosial.
Individu merupakan agen energetik dalam organisasi ini. Kemakmuran organisasi
bisnis bergantung pada memasukkan penggerak etika, sosial, lingkungan, dan
ekonomi ke dalam misinya dan interaksinya dengan orang lain. Meneliti praktik
terbaik kewirausahaan sosial Islam, orang menemukan bahwa mereka semua
didukung oleh sistem berbasis nilai. Kekayaanberbasis nilai Islam sistem
menyediakan fondasi yang kuat di mana individu memiliki lebih sedikit rasa takut,
frustrasi, dan kekecewaan, yang dapat menopang mereka di masa-masa sulit.
Bersamaan dengan itu, nilai-nilai Islam memberikan motivasi berkelanjutan yang
menopang setiap individu sebagai agen energetik. Selain itu, nilai-nilai tersebut
memberikan dasar bagi posisi kepemimpinan wirausaha mandiri untuk menciptakan
perubahan di mana masyarakat dapat bertahan. Allah memberi individu dengan
keinginan alami dan kesediaan untuk mencoba memperbaiki diri. Memiliki
seperangkat nilai-nilai Islam mengarahkan hasrat-hasrat ini ke arah yang tepat. Oleh
karena itu, kepemimpinan kewirausahaan Islam mampu berpikir jernih, kreatif, dan
untuk mengidentifikasi peluang dan menyusun solusi inovatif yang paling tepat.
Kepercayaan Diri Percaya diri, minim ketergantungan, optimisme rezeki di tangan Allah
Orientasi pada tugas Haus akan prestasi, berorientasi profit dan benefit, tekun dan tabah,
dan hasil tekad kuat, giat kerja keras, enegik dan penuh inisiatif.
Pengambil resiko Berani mengambil resiko, suka pada tantangan, setelah kesulitan ada
kemudahan.
Keorisinilan Inovatif, kreatif, luwes, punya banyak sumber, serba bisa, banyak tahu
Pengusaha sosial Muslim percaya bahwa mereka bekerja untuk mendapat imbalan
dari Allah dalam kehidupan ini dan kehidupan selanjutnya. Allah berfirman:
"Sungguh, Kami yang menghidupkan orang mati dan mencatat apa yangmereka
telahkemukakan dan apa yang mereka tinggalkan, dan segala sesuatu yang telah
Kami sebutkan dalam daftar yang jelas" (Ya-dosa 36:12). Karena itu, kepentingan
pribadi (untuk dihargai dari Allah) selaras dengansosial tanggung jawab. Ini
konsisten dengan pandangan Austin dan Reficco (2009), yang menyatakan bahwa
organisasi berbasis nilai memandang dirinya sebagai agen moral yang dapat
dipercaya, mampu menghasilkan kepercayaan yang didukung oleh perilaku etis yang
berkelanjutan dan solusi inovatif untuk masalah sosial. Mereka melihat nilai-nilai
sosial sebagai komponen struktural dan landasan untuk identitas organisasi, dan
percaya bahwa menyelaraskan kepentingan pribadi dengan tanggung jawab sosial
adalah alat yang kuat yang menopang kesuksesan organisasi.
7
Agus Retnanto, “Entrepreneurship bagi Ummat Islam”. Jurnal . Desember 2014 Vol 2, No.2. hal 7.
Deklarasi prinsip pertama Islam bahwa tidak ada Tuhan selain Allah ditinggalkan
oleh mereka yang memilih untuk menjerat diri dengan dewa-dewa palsu dari hasrat
hedonistik dansalah arah tujuan yang. Ini sering mengakibatkan perbudakan ilusi
sama dengan menyembah mereka yang berkuasa. Dalamini hal, Khalifah Umar
berkata, "Bagaimana Anda membuat orang-orang menjadi budak Anda ketika ibu
mereka melahirkan mereka sebagai orang bebas?". Iman seorang muslim kepada
Allah memberinya rasa tugas dan kapasitas yang akan membuatnya terlibat dan
berbagi tanggung jawab sosial untuk menyenangkan dan memberi kompensasi
kepada Tuhannya. Partisipasi dalam tanggung jawab sosial adalah sarana di mana
seorang muslim menyembah Allah dalam tindakan. Allah berfirman: "(Dan orang-
orang yang sebelum mereka, memiliki rumah (di Madinah) dan telah mengadaptasi
iman, menunjukkan kasih sayang mereka seperti datang kepada mereka untuk
berlindung, dan tidak memiliki keinginan dalammereka hatiuntuk hal-hal yang
diberikan kepada (yang terakhir) tetapi memberi mereka pilihan daripada diri
mereka sendiri, meskipun kemiskinan adalah (milik mereka sendiri) dan mereka
yang diselamatkan dari keserakahan jiwa mereka sendiri, mereka adalah orang-
orang yang mencapai kemakmuran "(Al-Hashr 59: 9).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Agus Retnanto, “Entrepreneurship bagi Ummat Islam”. Jurnal . Desember 2014 Vol
2, No.2.
2. Dr Basheer A.M Al-Alak, Phd. Islamic Entrepreneurship: An Ongoing Driver For
Social Change. Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research In Business .
April 2010 Vol 1, No 12
3. Machfoedz, Mas’ud dan Machfoedz, Mahmud, Kewirausahaan Suatu Pendekatan
Kontemporer,(Yogyakarta: UPP AMP YKPN)