Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
net/publication/262563896
CITATION READS
1 2,464
3 authors, including:
Pita Sudrajad
Indonesian Agency for Agricultural Research and Development
24 PUBLICATIONS 20 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Local sheep conservation in Wonosobo District, Central Java, Indonesia View project
All content following this page was uploaded by Pita Sudrajad on 24 May 2014.
ABSTRACT
Ongole grade (PO) is one of the indigenous cattle in Indonesia. In Central Java, PO thrive in
almost every district (60% of the cow in the cattle dense areas is PO). One of the cattle dense
areas is Kebumen which 90% of the cow population is PO. The study has been conducted in
Tanggulangin village-Klirong in order to determine the potential of the body size of PO in
Kebumen. The shoulder height, body length and chest circumference of 387 cows were
measured. The results showed that average of chest circumference, shoulder height, and body
length of cows aged ≤ 24 months are 145.5 ± 03.54 cm, 130.5 ± 0.71 cm, and 129.5 ± 07,78
cm respectively, and for the cows aged 24 up to 72 months are 168.8 ± 08.29 cm, 05.57 ±
139.2 cm, and 142.2 ± 07.32 cm respectively. The cow body size of PO in Kebumen is higher
than the body size of PO defined by National Standard Performance of Indonesia 7356:2008
and potential to be used for local cattle breeding program in Indonesia.
Key words: Ongole grade, body size, indigenous cattle
ABSTRAK
Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan hasil perkawinan antara sapi Jawa dengan sapi
Ongole yang telah berkembang lama di Indonesia sehingga dijadikan sebagai salah satu cikal
bakal sapi lokal Indonesia. Di Jawa Tengah, sapi PO berkembang hampir di setiap kabupaten
yang potensi ternaknya tinggi. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa di daerah kantong
ternak 60 % populasi induk sapi merupakan sapi PO. Salah satu kantong ternak sapi PO
adalah di Kabupaten Kebumen, sebesar 90 % dari populasi sapi merupakan sapi PO.
Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui potensi ukuran tubuh sapi PO Kebumen telah
dilakukan di desa Desa Tanggulangin, Kecamatan Klirong, Kabupaten Kebumen. Penelitian
dilakukan melalui kerja sama antara BPTP Jawa Tengah, Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Kebumen dan Kelompok Ternak Gelora Tani. Dalam penelitian ini telah
dilakukan pengukuran tubuh terhadap 387 ekor induk sapi PO Kebumen. Bagian tubuh yang
diukur meliputi: tinggi pundak, panjang badan dan lingkar dada. Alat yang digunakan pita
ukur dan stik ukur. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata lingkar dada, tinggi gumba, dan
panjang badan sapi PO dara umur ≤ 24 bulan berturut-turut: 145,5±03,54 cm, 130,5±0,71 cm,
dan 129,5±07,78 cm, serta induk sapi PO umur 24 s.d 72 bulan berturut-turut: 168,8±08,29
cm, 139,2±05,57 cm, dan 142,2±07,32 cm. Ukuran tubuh sapi PO Kebumen jauh lebih tinggi
dari Standar Nasional Indonesia (SNI) dan berpotensi sebagai plasma nutfah sapi lokal di
Indonesia.
Kata kunci: sapi PO, ukuran tubuh, plasma nutfah
peningkatan jumlah penduduk. Menurut Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia
(APFINDO) (2009), bahwa permintaan daging pada tahun 2009 diperkirakan mencapai
399.535 ton dan dari kebutuhan tersebut yang dapat dipenuhi dari pemotongan sapi lokal baru
mencapai 66,2 %, sedangkan sisanya sebesar 33,8 % dipenuhi dari impor. Impor dalam
bentuk sapi bakalan, daging dan jeroan diperkirakan antara 50.000 – 75.000 ton/tahun.
Sementara itu untuk dapat tercapainya swasembada daging sapi sebagai salah satu
potokan adalah tercapainya populasi sapi potong lokal yang diinginkan. Populasi sapi potong
nasional pada tahun 2008 sebesar 10,73 juta ekor yang diusahakan oleh 2,86 juta Rumah
Sebanyak 1,416 juta ekor dari populasi tersebut berada di Jawa Tengah yang mampu
2008). Hasil penelitian Sudaryanto et al. (2009) tentang distribusi populasi bangsa sapi di 6
kabupaten kantong ternak di Jawa Tengah menunjukkan bahwa sebanyak 60 % induk sapi
yang diusahakan oleh peternak adalah dari bangsa sapi PO. Pada akhir – akhir ini peternak
kembali memilih sapi PO sebagai usahataninya mengingat sapi tersebut tidak menemui
banyak kesulitan dalam kinerja reproduksinya. Hal ini mengingat sapi PO punya beberapa
kelebihan salah satu diantaranya: Sapi PO lebih disukai peternak penghasil bibit mengingat
sapi tersebut memiliki tingkat kebuntingan yang lebih mudah dibanding sapi keturunan Sub
Tropis. Sumadi et al. (2009) menyatakan bahwa sapi hasil persilangan antara sapi lokal
dengan sapi sub tropis selalu mengalami kasulitan kebuntingan dan menyarankan agar
persilangan sapi lokal dengan sub tropis sebaiknya dilakukan pada satu kali persilangan saja.
Akibat dari tingginya angka perkawinan menyebabkan jarak beranak mencapai 21 bulan dan
beberapa pejantan dari berbagai bangsa sapi salah satunya adalah Ongole. Pejantan tersebut
dikawinkan dengan sapi – sapi lokal Jawa dengan cara Inseminasi Buatan (IB) atau kawin
alam. Sapi Ongole didatangkan ke Indonesia pertama kali pada tahun 1897. Hasil penelitian
Siregar et al. (1998) menunjukkan bahwa sapi PO adalah aset nasional dan berperan penting
dalam perekonomian peternak, namun mutu genetik sapi PO saat ini turun sekitar 13 %. Hal
ini ditunjukkan dengan variasi pertumbuhan yang sangat besar dan ukuran tubuh sapi PO
yang ada jauh dibawah ukuran tubuh sapi PO Standar Nasional Indonesia (SNI) 7356:2008
yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
Breeding Practice).
Kebumen merupakan salah satu sentra peternakan sapi potong lokal khususnya sapi
dari bangsa PO di Jawa Tengah dan ditinjau dari kualitasnya mendekati kualitas aslinya.
Hasil penelitian dari Loka Penelitian Sapi Potong menunjukkan bahwa kemurnian sapi PO di
peringkat satu untuk kategori induk sapi potong PO pada kontes ternak nasional tahun 2010
2011). Bertitik tolak dari potensi sapi PO Kebumen tersebut, maka dilakukan penelitian
tentang ukuran tubuh sapi PO Kebumen yang diharapkan penelitian ini sebagai langkah awal
sapi PO yang ada di desa tersebut. Penelitian dilakukan di desa Tanggulangin kecamatan
Klirong kabupaten Kebumen. Penelitian dilakukan selama 4 bulan mulai bulan April sampai
bulan Juli 2011. Penelitian diawali dengan survai untuk mengetahui karakteristik peternak,
Materi penelitian
Survai dilakukan melalui wawancara langsung pada peternak dengan kuisioner yang
telah dipersiapkan sebelumnya. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah ukuran tubuh
sapi dara umur 24 bulan dan induk sapi PO Kebumen. Sapi yang digunakan sebanyak 387
ekor yang terbagi menjadi 92 ekor sapi dara dan 295 ekor induk yang berumur antara 3 tahun
sampai 6 tahun. Penentuan umur berdasarkan umur yang ditentukan dalam SNI sapi PO.
Alat yang digunakan terdiri dari rondo, digunakan untuk mengukur lingkar dada dan
stik ukur yang digunakan untuk mengukur tinggi gumba dan panjang badan. Pengukuran
dilakukan saat sapi berdiri tegak atau pararellogram. Pengukuran lingkar dada dilakukan
dengan melingkarkan rondo ke bagian dada dibelakang punuk (gumba). Ukuran lingkar dada
dipakai juga untuk memprediksi bobot badan. Pengukuran tinggi pundak dilakukan dengan
cara mengukur tinggi pundak menggunakan alat stik ukur dengan mengukur bagian belakang
punuk (gumba). Sedang panjang badan diukur pada bagian belakang badan tepatnya tulang
pinggul sampai pada tulang kaki depan bagian bawah dengan stik ukur.
pakan yang diberikan dan perkawinan. Sedang pada ukuran tubuh data yang dikumpulkan
meliputi lingkar dada, tinggi gumba dan panjang badan serta prediksi bobot badan. Data yang
terletak pada ketinggian 5 – 10 diatas permukan laut, didominasi oleh lahan kering (tegalan)
yang mencapai 48,58 %. Luas pemilikan lahan rata – rata 0,54 ha sehingga cara yang
dilakukan peternak untuk menambah penghasilan adalah dengan memelihara sapi potong
Sistem pemeliharaan sapi dengan cara dikurung, pada siang hari sapi diikat di luar
kandang dan pada malam hari dimasukkan di kandang. Kandang secara individu dibuat
sekitar rumah, karena rata-rata pemilikan tanah pekarangan yang luas. Pakan berupa rumput
lapang, rumput unggul, jerami padi, jagung dan diberi pakan tambahan berupa singkong atau
kg/ekor/hari, hal ini didukung oleh pemilikan lahan rumput yang rata-rata 0,048 ha. Pakan
ketela dan katul diberikan bergantian, saat panen ketela, sapi diberikan ketela namun kalau
Populasi sapi potong Desa Tanggulangin sebanyak 1.127 ekor, dengan pemilikan rata
– rata 2,4 ekor, sebanyak 51,2 % (1,2 ekor) berupa induk sapi. Hal ini sesuai dengan tujuan
sudah lama, maka sebanyak 88,24 % peternak memahami tentang tanda-tanda birahi sapinya.
Perkawinan ternak sebanyak 94,1 % dilakukan secara alam dengan pejantan dari desa
setempat yang dipilih mempunyai keturunan yang besar dan mempunya ciri-ciri sapi PO
aslinya dengan tidak megawinkan induk sapinya dengan cara Inseminasi Buatan. Peternak
akan mengawinkan sapinya dengan cara IB apabila terjadi kegagalan dengan kawin alam
dengan syarat semen berasal dari bangsa Ongole atau Peranakan Ongole. Kearifan lokal
peternak yang masih mempertahankan kemurnian sapi lokal ini perlu mendapat dukungan
agar kemurnian sapi PO masih dipertahankan dan nantinya dapat dijadikan sebagai salah satu
Untuk menilai kualitas induk sapi PO dilakukan pengukuran tubuh induk yang
meliputi lingkar dada, tinggi pundak, panjang badan, dan bobot badan. Bobot badan diukur
berdasarkan estimasi dari lingkar dada. Dasar yang dipakai untuk penilaian kualitas induk
berdasarkan pada SNI 7356:2008 yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional
Pembibitan Sapi Potong yang Baik (Good Breeding Practice). Data tersebut dipakai sebagai
berdasarkan umur induk, yaitu umur induk/dara kurang dari 2 tahun dan induk yang telah
beranak (umur diatas 2 tahun). Dari parameter yang diambil, meliputi lingkar dada, tinggi
pundak, panjang badan dan bobot badan, rata-rata di atas SNI ukuran tubuh sapi PO klas 1
(Tabel 1).
Tabel 1. Rata-rata ukuran tubuh dan bobot badan induk sapi PO Kebumen di Desa
Tanggulangin
Umur
No Parameter Ukuran SNI Klas 1
(bulan)
1. ≤24 Lingkar Dada (cm) 145,5 ±03,54 143
Tinggi Gumba (cm) 130,5 ± 0,71 116
Panjang Badan (cm) 129,5 ±07,78 123
Bobot Badan (kg) 251,5 ±07,78 -
2. 24 s.d 72 Lingkar Dada (cm) 168,8 ±08,29 153
Tinggi Gumba (cm) 139,2 ±05,57 126
Panjang Badan (cm) 142,2 ±07,32 135
Bobot Badan (kg) 370,1 ±52,52 -
Disamping itu ukuran tubuh sapi PO Kebumen juga labih baik dari ukuran tubuh sapi
PO penelitian Hartati et al (2010) yang termuat dalam naskah sapi PO Indonesia. Ukuran
tubuh sapi PO dara hasil penelitian Hartati et al (2010) lingkar dada, tinggi pundak dan
lingkar dara berturut-turut adalah 147,7,52±7,52 cm; 117,8±6,1 cm; dan 115,0±8,5 cm. Hal
ini menunjukkan bahwa berdasarkan ukuran tubuh atau potensi kualitas, sapi PO Kebumen
Bobot badan sapi PO Kebumen berdasarkan estimasi dari data lingkar dada untuk sapi
PO umur kurang 2 tahun dan lebih 2 tahun masing – masing adalah 250,55±96,05 kg dan
349,91±62,65 kg juga lebih baik dari penelitian Hartati et al (2010) yaitu 242,0±40,8 kg.
didukung oleh perkawinan alami dengan menggunakan pejantan sapi PO yang ada di
desa tersebut.
2. Ukuran tubuh dan bobot badan calon induk maupun induk sapi PO Kebumen lebih tinggi
dibanding ukuran tubuh sapi PO yang ditetapkan melalui SNI. Dari ukuran tubuh ini
menunjukkan bahwa sapi PO Kebumen berpotensi sebagai sumber bibit sapi lokal di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Kebumen. 2010. Laporan Tahunan.
Dinas Peperla Kabupaten Kebumen.
Hartati, Mariyono, U. Umiyasih, L. Affandhy, A. Rasyid, Y. N. Anggraeny, P. W. Prihandini,
D. M. Dikman, B. Suryanto, S. Mahaputra, D. Karnadi, Sriyana, M. Chanafi, W.
Sabana, Nursalam. 2010. Pembentukan Pejantan Unggul Sapi PO Berbasis Pakan
Lokal dan Murah (Protein 10 % dan TDN 60%) dengan Target Tinggi Badan > 135
Cm pada Umur 2 Tahun. Loka Penelitian Sapi Potong Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian. Pasuruan.
Santoso, U. 2003. Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Cetakan keempat. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Sumadi, N. Ngadiyono, Sulastri, W. Pintaka dan Bayu Putra. 2009. Struktur Populasi dan
Estimasi Output Berbagai Bangsa Sapi Potong di Kecamatan Borobudur, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan.
Pemberdayaan masyarakat melalui usaha peternakan berbasis sumberdaya lokal dalam
rangka peningkatan ketahanan pangan nasional berkelanjutan. Fakultas Peternakan
UNDIP. Semarang.