Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENGANTAR
Terowongan di Indonesia saat ini khususnya terowongan jalan memang masih jarang
keberadaannya, meskipun di wilayah perkeretaapian sudah dilaksanakan sejak lama,
demikian juga untuk terowongan air di wilayah Ditjen PSDA, Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat.
Direktorat Jembatan yang baru dibentuk di lingkungan Kementerian PUPR, diberi tugas
untuk memulai langkah-langkah penyusunan NSPK di bidang terowongan jalan. Dan atas
dasar tugas dan fungsi yang diemban tersebut maka buku Best Practice untuk
Terowongan ini disusun.
Buku ini disusun berdasarkan literatur-literatur dari manca negara baik yang bersifat
nasional maupun yang internasional. Pedoman yang telah dibuat dan disahkan untuk
bidang terowongan juga menjadi acuan penyusunan buku ini.
Bab I
PENDAHULUAN
1.1. UMUM
Secara etimologi kata terowongan berarti tembusan dalam tanah atau gunung (untuk jalan
kereta api dan sebagainya), sedangkan terowongan jalan adalah jalan yang dibuat dengan cara
menembus gunung (bukit) atau yang berada di bawah permukaan tanah atau air yang kedua
ujungnya berhubungan langsung dengan udara luar. Selanjutnya terowongan pengering adalah
terowongan untuk mengalirkan air untuk mengurangi banjir.
Secara terminologi terowongan adalah jalur buatan yang dibangun di bawah tanah untuk
memudahkan transportasi atau pengangkutan orang, bahan, air, limbah, cairan dan gas lainnya,
pipa listrik dll, melintasi rintangan seperti bukit, sungai dan rintangan lainnya seperti
bangunan, struktur industri dan jalur komunikasi lainnya, seperti jalan raya dan rel kereta api.
Definisi lain terowongan adalah struktur bawah tanah yang selain melayani tujuan yang
disebutkan di atas, dibangun dengan menggunakan metode penggalian bawah tanah khusus
tanpa mengganggu permukaan.
AASHTO merumuskan definisi dari terowongan jalan raya adalah “Tunnels are defined as
enclosed roadways with vehicle access that is restricted to portals regardless of type of structure or
method of construction. Tunnels do not include highway bridges, railroad bridges or other bridges
over a roadway.” Tunnels are structures that require special design considerations that may
include lighting, ventilation, fire protection systems, and emergency egress capacity based on the
owners determination.” Artinya bahwa sebuah terowongan didefinisikan sebagai sebuah jalan
tertutup dengan kendaraan yang melewatinya dibatasi dengan portal, terlepas dari jenis
struktur atau metode konstruksi. Terowongan tidak termasuk jembatan jalan raya, jembatan
kereta api atau jembatan lainnya di atas jalan raya. Terowongan adalah struktur yang
memerlukan pertimbangan desain khusus yang dapat mencakup pencahayaan, ventilasi, sistem
proteksi kebakaran, dan kapasitas jalan keluar darurat berdasarkan penentuan pemilik.
Terowongan telah dibangun sejak dahulu kala untuk berbagai keperluan, seperti pertahanan
keamanan (penyerangan/pelarian) dan lalu lintas melintasi benteng atau badan air.
Terowongan yang paling awal dikenal dibangun sekitar 4000 tahun yang lalu oleh Ratu
Semiramis di Babilonia kuno di bawah Sungai Eufrat untuk menghubungkan istananya dan
sebuah kuil. Terowongan tersebut panjangnya 1 km dengan tampang melintang berukuran 3,6
m × 4,5 m. Itu dibangun dengan menggunakan metode "cut-and cover" dengan batu bata di
aspal bitumen dan atap berkubah.
Terowongan kendaraan saat ini dibangun untuk jalan raya atau kereta api dan mungkin searah
atau dua arah. Seringkali terowongan dibangun untuk mengurangi jarak, misalnya terowongan
Banihal (Jawahar Road) yang bergabung dengan lembah Kashmir dengan wilayah lainnya telah
mengurangi jarak jalan sejauh 18 km, selain memfasilitasi komunikasi sepanjang tahun.
Terowongan terowongan terbesar kedua di dunia berada di bawah Laut, Terowongan “Channel”
yang menghubungkan Inggris dan Prancis untuk lalulintas kereta api. Dianggap sebagai
keajaiban teknik abad ke-20, terowongannya panjangnya 50,5 km dan terbentang 50 m di
bawah dasar laut untuk sebagian besar panjangnya.
Terkait dengan terowongan jalan dalam hal pedoman dan peraturan yang ada di Indonesia,
terowongan jalan merupakan bangunan pelengkap jalan yang berfungsi sebagai jalur lalulintas
sebagaimana dirinci pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2011
Tentang Persyaratan Teknis Jalan Dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan, pasal 15 yang
berbunyi : Bangunan pelengkap jalan yang berfungsi sebagai jalur lalu lintas mencakup: a.
jembatan; b. lintas atas; c. lintas bawah; d. jalan layang; dan e. terowongan.
1.2. KLASIFIKASI
Terowongan dapat dibagi secara luas menjadi dua kategori: (a) terowongan transportasi dan
(b) terowongan pengangkutan. Beberapa mendefinisikan poin (a) sebagai terowongan lalu
lintas dan terowongan transportasi didefinisikan sebagai terowongan yang digunakan untuk
penyampaian air ke pembangkit listrik tenaga air, terowongan pasokan air, terowongan limbah
dan terowongan yang digunakan di pabrik industri untuk pengangkutan bahan. Terowongan
transportasi dapat dikelompokkan lebih lanjut sebagai berikut:
a. terowongan kereta api,
b. terowongan jalan raya,
c. terowongan pejalan kaki,
d. terowongan navigasi,
e. terowongan kereta bawah tanah
Terowongan pengangkutan berfungsi untuk menyampaikan cairan dan dapat meliputi:
a. terowongan pembangkit listrik tenaga air;
b. terowongan pasokan air;
c. terowongan untuk asupan dan saluran utilitas umum;
d. terowongan selokan;
e. terowongan industri tanaman.
Kita juga bisa memasukkan di bawah (a) terowongan di atas yang telah didorong untuk tujuan
pengalihan air selama pembangunan bendungan. Contoh paling awal dari penggunaan ini di
India adalah terowongan Periyar, yang telah digunakan sebagai sarana permanen untuk
mengalihkan air dari lereng barat Ghats Barat ke Timur. Sebuah contoh besar baru-baru ini dari
terowongan pengangkutan tersebut adalah yang digunakan untuk pengalihan sementara
sehubungan dengan konstruksi bendungan Bhakra.
Tabel 1.1. Terowongan kereta api dan terowongan jalan raya (terpilih)
Tahun
No. Nama Terowongan Negara Panjang, km
Operasional
Terowongan Kereta Api
1. Seikan Japan 1988 54.1
2. Channel UK-France 1993 50.5
3. Simplon I & II Switzerland-Italy 1906 & 1922 19.8
4. Kanmom Japan 1974 18.6
5. Apennine Italy 1934 18.5
6. St. Gotthard Switzerland 1882 15.0
7. Lotschberg Switzerland 1913 14.5
8. Cascade USA 1929 12.6
9. Moffat USA 1928 10.0
10. Pir Panjal India 2013 10.9
11. Karbude India 1995 6.5
Terowongan Jalan Raya
12. St. Gotthard Switzerland 1980 16.2
13. Arlberg Austria 1978 14.0
14. Frejus France - Italy 1979 12.8
15. Mont Blanc France - Italy 1965 11.7
16. Enassan Japan 1977 8.4
17. Transbay USA 1973 5.8
18. Kanmon Japan 1958 3.4
19. Mersey UK 1934 3.2
20. Holland USA 1927 2.6
21. Jammu-Srinagar (Banihal) India 1961 2.6
Terowongan dalam konteks transportasi dalam hal pembangunan terowongan pada umumnya
untuk tujuan sebagai berikut :
a) menghindari rute yang berputar-putar di sekitar gunung;
b) untuk menghindari longsoran tanah pada lokasi galian terbuka pada tanah lunak;
c) menghindari gradien curam di daerah perbukitan;
d) pada daerah bersalju digunakan untuk menghindari pertemuan dengan pegunungan
terjal atau puncak atau zona tinggi yang cenderung berada di bawah salju untuk
sebagian besar tahunnya;
e) menghindari akuisisi properti yang berharga atau untuk menghindari pengganggu
atau kerusakan struktur warisan budaya.
Namun, terowongan juga mempunyai beberapa kelemahan, seperti:
a) Biaya awal yang tinggi;
b) Masa konstruksi yang panjang;
c) Pekerjaan khusus, membutuhkan peralatan khusus dan tenaga kerja yang sangat
terampil.
Dari sudut pandang ekonomi, terowongan lebih diutamakan dipilih bila kedalaman galian tanah
pada tebing melebihi 18 sampai 20 meter dari muka tanah asli.
Di antara berbagai penggunaan terowongan transportasi, terowongan kereta api lebih banyak
dibangun. Sebagian besar telah dibangun di bawah air juga, misalnya, terowongan jalur New
Tokaido yang menghubungkan dua pulau di seberang saluran laut dan Terowongan Channel
yang menghubungkan negara Prancis dan Inggris.
Terowongan di dalam air memerlukan pendekatan gradien/kemiringan yang cukup berat,
membutuhkan waktu lebih lama untuk membangun dan melibatkan lebih banyak risiko pribadi
bagi para pekerja. Biaya perawatan juga lebih tinggi, terutama di zona gempa tinggi.
1.3.2. Terowongan Jalan Raya
Terowongan jalan raya adalah terowongan yang dibangun untuk melayani lalulintas kendaraan
mobil dan sejenisnya yaitu para pengguna jalan raya pada umumnya. Ini serupa dengan
terowongan perkeretaapian dimana perbedaannya adalah pada kemiringan jalan bisa lebih
curam dan lebih pendek dan memerlukan lebih sedikit keberpihakan pada lengkung spiral.
Dalam penampang melintangnya, terowongan jalan relatif kurang tinggi tetapi lebih lebar.
Faktor tambahan yang harus dipertimbangkan dalam perancangan dan pembangunan
terowongan jalan raya adalah
i. Ukuran : Mereka harus lebih lebar untuk menampung jumlah jalur jalan yang harus
ditempuh. Oleh karena itu, rasio lebar-tinggi mereka lebih banyak daripada terowongan
kereta api;
ii. Bentuk : Mengingat lebar yang lebih besar yang dibutuhkan dan juga kebutuhan untuk
membawa layanan tambahan, bentuk lingkaran lebih sesuai dan lebih baik, dengan
layanan yang dibawa melalui saluran yang ada di bagian bawah lingkaran;
iii. Geometri : Alinemen horisontal dan vertikal harus memperhitungkan kecepatan
kendaraan yang lebih tinggi (yang tidak dapat dikontrol secara eksternal) dan juga
kebutuhan untuk jarak pandang yang baik untuk kendaraan baik yang searah maupun
yang berlawanan arah;
iv. Ventilasi : Ventilasi buatan (dengan draf yang diinduksi melalui saluran) menjadi 'wajib'
karena asap dan gas berbahaya yang dipancarkan oleh mobil, bus dan truk;
v. Pencahayaan : Pencahayaan buatan juga diperlukan untuk tampilan yang tepat di dalam
oleh berbagai jenis pengguna;
vi. Drainase : Karena permukaan jalan dan trotoar harus dijaga tetap kering dan tidak licin,
tidak ada tetesan dari atap atau sisi yang bisa diijinkan. Lapisan harus tahan air dan
saluran samping yang efektif diperlukan untuk mengarahkan rembesan dan air lainnya;
vii. Lining/Dinding : Meskipun struktur pelapis tidak dibutuhkan, lapisan sangat penting
untuk tujuan estetika, pencahayaan yang lebih baik (refleksi) dan untuk mengendalikan
rembesan. Permukaan jalan yang benar, jalan setapak dan jalan setapak harus
disediakan di tingkat invert juga
Salah satu jenis Bangunan terowongan yang sudah banyak dibangun di Indonesia adalah Lintas
Bawah (Underpass). Bangunan lintas bawah biasanya dibangun pada lokasi persimpangan jalan
dengan membangun struktur berbentuk segi empat di bawah jalan yang bersilangan dengan
struktur tersebut. Metode yang dipakai untuk pembangunan lintas bawah biasanya cut and
cover. Saat ini sedang berkembang metode secant pile untuk lintas bawah dalam rangka
mengatasi terhambatnya lalulintas. Secant pile adalah jenis dinding penahan tanah yang jarak
antar pilenya berdempetan dan saling bersinggungan satu sama lain yang berguna untuk
mendapatkan tahanan terhadap tekanan tanah (gaya lateral).
laut 37,9 km. Meskipun dibicarakan sejak tahun 1802, konstruksinya dimulai pada tahun 1988
dan selesai pada tahun 1994. Terdiri dari dua bagian lingkaran masing-masing diameter 7,6 m,
dengan terowongan layanan 3.0 m yang lebih kecil yang berjalan paralel di antaranya, dengan
berbagai tujuan untuk menyediakan ventilasi dan keadaan darurat serta layanan lain dll. Ini
juga berfungsi sebagai pilot terowongan untuk mengetahui jenis tanah yang harus bor
sebelumnya, membantu pengeboran terowongan utama. Ini adalah proyek usaha patungan yang
melibatkan keuangan swasta, pinjaman dan ekuitas, sebuah proyek BOOT yang ditutupi oleh
konsesi 60 tahun. Terowongan terpanjang di Amerika Serikat adalah Terowongan Cascade
pengganti di Washington State. Yang pertama dibangun pada bagian ini pada tahun 1900 adalah
satu baris sepanjang 4,23 km. Sebagai gantinya, jalur single sepanjang 12,54 km ini dibangun
pada tahun 1929
portal
Struktur Lining/Pelapis
Lubang Adit 4
Lubang Adit 3
Lubang Adit 1
Terowongan
Utama
Lubang Adit 2
D. Lubang Vertikal (Shaft) : merupakan lubang yang dibuat secara vertikal dan terhubung
dengan terowongan. Lubang ini pada saat operasional dipakai
sebagai lubang ventilasi, pada saat konstruksi lubang ini
dipakai sebagai lubang kerja, fungsinya hampir sama dengan
lubang Adit tetapi posisinya adalah vertikal.
Lubang Vertikal
(Shaft)
Badan Jalan
Lampu Penerangan
1.6. DEFINISI
Dalam diskusi tentang berbagai operasi yang terlibat dalam tunneling, seseorang menemukan
sejumlah persyaratan teknis. Beberapa istilah ini didefinisikan di bawah untuk referensi
Adit : Terowongan atau celah terbuka diarahkan secara horisontal dari
permukaan ke terowongan utama untuk memberi akses dan
penambahan jumlah akses bagi pekerja di terowongan utama.
Benching/ : Pengoperasian penggalian di bagian bawah bagian terowongan
Penjenjangan setelah heading teratas telah dikerjakan.
Blocking/Penyekatan : Mengisi celah antara permukaan batu yang digali dan batang
rusuk untuk mentransfer beban batuan (eksternal dan) ke batang
rusuk.
Bracing/ Perkuatan : Sambungan rangka struktural yang disediakan antara batang
rusuk / tiang untuk mencegah terjadinya tekuk atau pergeseran
pada struktur pendukung terowongan;
Cover /Penutup : Penutup di terowongan ke segala arah adalah jarak dari profil
terowongan ke permukaan tanah terluar ke arah itu. Jika
ketebalan overburden besar, (lebih dari tiga kali diameter
terowongan) ekuivalennya, seperti yang ditentukan dalam hal
kerapatan batuan juga dapat dianggap sebagai penutup.
Cut Hole/ : Kelompok lubang yang diledakkan terlebih dahulu dalam
Lubang Potong rangkaian peledakan untuk memberikan tambahan bidang bebas
untuk urutan peledakan selanjutnya. (Definisi hanya berlaku
untuk metode pengeboran dan peledakan.)
Detonator / : Suatu benda yang mengandung isian bahan peledak yang
Penggalak digunakan untuk sebagai menyala awal ledakan dan dalam hal ini
termasuk juga detonator listrik, detonator biasa, detonator bukan
listrik (nonel) atau juga disebut detonator tunda (delay
detonator).
Drift : Terowongan horizontal sebagai bagian dari tahap kerja atau
untuk tujuan eksplorasi dari penampang bawah tanah atau dari
permukaan.
Drilling Pattern/ : Pengaturan tata letak yang menunjukkan lokasi, arah dan
Pola pengeboran kedalaman lubang dibor ke dalam permuka terowongan.
Easer (holes) : Lubang-lubang ledak dibor di sekitar lubang potong (cut hole) dan
dibuat segera setelah proses cut hole selesai.
Explosive/ : suatu campuran yang dibentuk dari zat padat, zat cair, gas atau
Bahan peledak dari campurannya yang apabila dikenai panas, benturan, gesekan
akan berubah menjadi bahan yang lain yang sebagian besar atau
keseluruhan berbentuk gas yang bereaksi sangat cepat dengan
menimbulkan pengaruh panas dan tekanan yang sangat tinggi.
Pos : Umumnya berlaku untuk menghadapi terowongan dimana
operasi tunneling aktual sedang berlangsung. Jika diawali dengan
kata 'top' atau 'bottom', itu menandakan bahwa bagian dari
terowongan digali terlebih dahulu / terlebih dahulu.
Jumbo : Sebuah platform mobile dengan sejumlah deck yang digunakan
pada judul terowongan besar umumnya untuk lubang
pengeboran. Hal ini juga digunakan untuk penskalaan,
pemasangan atap pendukung seperti jangkar batu, dan untuk
lapisan utama dengan cara menembak, menembak dll.
Laggings : Elemen struktural (papan, lembaran baja, pelat RC pracetak)
mencakup antara rusuk pendukung utama yang digunakan untuk
sisi pendukung atau lapisan penutup.
Mucking : Meliputi semua operasi yang meliputi penggalian, pemuatan dan
pemindahan batu / bahan yang meledak setelah peledakan.
Overbreak : Bagian profil yang digali di luar garis batas yang ditentukan dari
profil yang dimaksud.
Payline atau B-line : Mengacu pada 'profile line' yang diasumsikan di luar garis profil
yang diinginkan atau A-line. Ini menunjukkan garis rata-rata upto
yang pembayaran untuk penggalian dan lapisan beton harus
dibuat, apakah penggalian aktual (diterima) masuk ke dalam atau
di luarnya
Primer Cartridge/ : Kartrid peledak tempat detonator dimasukkan.
Kartrid utama
Profile Line/A-Line : Garis profil sesuai desain yang disetujui, mempertimbangkan
jarak minimum minimum untuk memindahkan dimensi dan
menyesuaikan bentuk geometris yang diinginkan.
Rib, rib and post, or rib Berbagai komponen sistem pendukung
post and invert strut
(Batang rusuk, batang
rusuk dan pos, atau
batang rusuk dan
penyangga lantai)
Rock load Tinggi massa batuan yang memberikan tekanan pada dukungan
(dan lapisan). Ini dihitung dengan mempertimbangkan sifat
batuan dan ukuran / bentuk terowongan.
Stemming/ Bahan isian seperti tanah liat yang digunakan untuk mengepak
lubang tembakan di atas muatan peledak terakhir sampai ke
ujung luarnya.
Stopping Operasi penggalian ke atas, dengan pengeboran dari bawah pada
terowongan.
Trimmer (hole)/ Lubang dibor di pinggiran penggalian dan dihentikan karena
Pemangkbatangas mencapai garis besar penggalian akhir yang diinginkan.
(lubang):
1.7. REFERENSI
1. Transportation Tunnel, Second Edition, S.Ponnuswamy, Taylor and Francis Group,
Madras India, 2016
2. Kamus Bahasa Indonesia Ejaan Yang Disempurnakan, 1972
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2011 Tentang Persyaratan
Teknis Jalan Dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan
4. Keputusan Menteri ESDM no 555 tahun 1995, tentang Bahan Peledak pada
Terowongan
Bab II
Pemilihan Trase dan
Penyelidikan Awal
Bab 2 ini menjabarkan bagaimana proses pemilihan pemakaian terowongan sebagai alternatif
trase dimulai sejak ide awal dan akan menjadi program pembangunan, bagaimana melakukan
(i) pertimbangan ekonomi secara kasar dan perhitungan yang dibutuhkan dan (ii)
pertimbangan lapangan berdasarkan topografi dan geologi wilayah dimaksud.
Selain itu juga bab 2 ini menjabarkan tentang jenis-jenis penyelidikan awal yang harus dan
penting dilakukan agar terowongan mempunyai kelayakan teknis awal yang memadai seperti
(i) Lokasi rute, (ii) Survei Topografi dan Survei Alinemen, (iii) Investigasi Geologi, Investigasi
Hidrogeologi , Studi Seismik, (iv) Studi dampak Lingkungan dan Sosial dan langkah-langkah
mitigasi juga melakukan analisis lainnya yang diperlukan di tahap awal ini.
Misalkan Ot, adalah total biaya operasi tahunan terowongan (termasuk biaya pemeliharaan
terowongan / non terowongan) untuk semua kendaraan yang menggunakan rute terowongan
dan Oo adalah biaya total operasi kendaraan dengan alternatif tanpa terowongan. Kemudian
kelebihan modal yang diinvestasikan di terowongan (menggunakan aritmatika sederhana dan
tidak ada biaya bunga) akan dibayarkan kembali dalam t tahun seperti yang diberikan dalam
persamaan (2.3) berikut ini :
C .C
t = Ot.O0 (2.3)
t 0
Dimana :
t : tahun pengembalian biaya investasi terowongan
Ot : biaya operasional dan pemeliharaan ditambah BOK tahunan (trase menggunakan
terowongan)
Oo : biaya operasional dan pemeliharaan ditambah BOK tahunan (trase alternatif tidak
menggunakan terowongan)
Pembangunan terowongan akan dibenarkan bila t kurang dari periode amortisasi yang umum
diterima. Dalam kondisi Indonesia, periode amortisasi dapat diambil 25 sampai 30 tahun
dengan biaya bunga juga dipertimbangkan.
Contoh kasus berikut ini, rencana pembangunan terowongan Bukit Lampu di Sumatera Barat,
lokasi Bukit Putus – Bukit Lampu, terdapat eksisting jalan sepanjang 14.500 m akan dibuat
alternatif terowongan sepanjang 800 m dan panjang total jalan alternatif menjadi 8.500 m lebih
pendek 6.000 m dari trase eksisting.
Lt = panjang terowongan = 800 m
La = panjang jalan non terowongan yg
terhubung dengan terowongan
= 7.700 m
Rencana Lo = panjang jalan alternatif lain non
terowongan
terowongan = 14.500 m
ct = harga satuan terowongan /m
= Rp. 370.683.766,- / meter
co = harga satuan jalan /m
Jalan
= Rp. 11.227.738,- / meter
eksisting ot = biaya OM dan BOK jalan dengan
terowongan tahunan
= Rp. 62.000.000.000,-
oo = biaya OM dan BOK non terowongan
tahunan = Rp. 54.000.000.000,-
Ct = Lt.ct + La.co = 800 x 371.000.000 + 7700 x 11.200.000 = 383.040.000.000
Co = Lo . co = 14500 x 11.200.000 = 162.400.000.000
Dengan menghilangkan nilai milyarnya didapatkan
t = (383,04 x 162,4) / (62 x 54) = 18,7 tahun
nilai t < 25 tahun , sehingga secara program kegiatan pembangunan terowongan dapat
dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Untuk proyek terowongan yang memerlukan biaya yang besar, perhitungan kelayakan sangat
perlu dilakukan dengan memakai perhitungan yang lebih teliti dan dan lebih komprehensif
dalam menghitung nilai manfaat dan nilai biaya. Parameter kelayakan juga harus dipakai
minimal seperti BCR, EIRR dan NPV. Aturan mengenai kelayakan dapat mengacu kepada
Pedoman Teknis Studi Kelayakan Proyek Jalan Dan Jembatan Pd T-19-2005-B.
Tabel 2.1 akan memberi gambaran tentang biaya konstruksi awal beberapa terowongan di
berbagai negara dan selama periode tertentu. Pada jalur kereta api (seperti pada terowongan
lalu lintas), ekonomi keseluruhan sebuah proyek dalam konstruksi dan pengoperasian
terowongan bergantung pada penggunaan konfigurasi tanah yang terbaik. Hal ini sangat
penting di daerah perbukitan. Harga pembangunan terowongan di berbagai belahan penjuru
dunia sangat bervariasi dan di Tabel 2.2 memberikan variasi harga yang ada tersebut.
Tabel 2.1. Biaya Terowongan Jalan Raya dan Kereta Api yang Dipilih
Diameter Harga/m
Struktur
Lokasi dan Periode Panjang, Bentuk atau Metode Material pada saat
Lapis
Konstruksi km Tampang lebar/tinggi, Penerowongan Batuan konstruksi,
Perkuatan
m US$
Terowongan Kereta Api
Mont-Cenis, 1857- Brick, ashlar Volcanic
12,70 Horseshoe 8.00/7.30 Rock Blasting 910
1872 masonry rock
Simplon I, 1985- Ashlar Brandt
19,80 Horseshoe 4.90/5.40 Mixed rock 800
1906 masonry hydraulic
Simplon II, 1914- Ashlar Brandt
19,80 Horseshoe 4.90/5.40 Mixed rock 400
1915 masonry hydraulic
Great Apennine, Ashlar Marl,
18,60 Horseshoe 8.70 TBM 1.200
1923-1924 masonry limestone
Moffat, 1924-1927 9,90 Horseshoe 7.40/4.80 Concrete TBM Limestone 1.550
Karbude, 1995 6,51 Segmental 4.92/6.24 Concrete TBM Basalt 10.000
Terowongan Jalan Raya
Pennsylvania Semi-circle Marl, slate
turnpike, 10,60 vault 6.90/4.30 RC Dig and Blast sandstone 1.165
1939-1940
Holland NY, Circle rock Silt mixed
5,08 6.00/3.95 Cast iron TBM 9.500
1920-1927 debris with
Mersy Fissured
3,18 Circle 19.00/5.70 Cast iron TBM 11.100
1925-1934 rock debris
Lincoln N.Y, Circle rock Silt mixed
4,68 6.45/4.00 Cast iron TBM 10.000
1934-35 debris with
Memorial turnpike, Semi-circle Sandstone
0,54 7.20/4.30 RC TBM 6.200
1954 vault and slate
Baltimore, Double Steel sheet Silt, sand
2 × 3,77 6.60/4.20 cut-and-cover 6.650
1954-57 circle RC lining and clay
Sumber : Transportation Tunnel, S Ponnuswamy
Dalam halnya struktur lintas bawah/underpass biasanya dalam tahap pemilihannya akan
dibandingkan dengan struktur jembatan atau lintas atas/flyover. Dalam hal konstruksi
underpass sederhana pengambilan keputusan pemilihan awalnya dapat digunakan
perbandingan biaya konstruksi saja. Namun apabila sudah mencakup komponen lain yang
harus diperhatikan misalnya segi kelancaran lalulintas, lingkungan hidup dan biaya operasional
dan pemeliharaan, maka sebaiknya pemilihannya ini melalui tahap studi kelayakan dengan
prosedur sebagaimana telah ditetapkan dalam Pedoman Teknis Studi Kelayakan Proyek Jalan
Dan Jembatan Pd T-19-2005-B.
Geologi daerah juga mempengaruhi seleksi rute dan ini sebagian besar terlepas dari kondisi
topografi. Selain itu, trase jalan di dalam terowongan harus sedemikian rupa sehingga
memudahkan konstruksi dengan hambatan geoteknik minimum. Beberapa pertimbangan pokok
geoteknik yang perlu diperhatikan adalah:
i. Agar dihindari melewati Jalur Tumbukan Utama;
ii. Alinemen terowongan tidak sejajar dengan batas sesar utama dan tumbukan;
iii. Agar dihindari melewati zona geser atau sejajar terhadap formasi batuan.
Oleh karena itu pada tahap ini sendiri, beberapa studi geoteknik awal harus dilakukan dengan
bantuan seorang ahli geologi dengan pengetahuan yang baik tentang wilayah tersebut. Harus
diingat bahwa titik awal dan akhir terowongan di mana portal harus berada, diupayakan
menghindari lereng terjal dan tidak rentan terhadap tanah longsor.
Investigasi dapat dibagi menjadi tiga tahap seperti yang tercantum di atas
a) Pada tahap studi kelayakan, berbagai laporan dan literatur yang tersedia harus dapat
memberikan gambaran tentang morfologi, petrografi, stratigrafi dan hidrogeologi
daerah tersebut harus dipelajari dan konsultasi dengan ahli geologi setempat. Ini harus
diikuti dengan investigasi lapangan. Seorang pengamat terlatih dapat menarik
kesimpulan bahkan dengan mengidentifikasi dengan melihat tipe tanaman vegetatif.
Eksplorasi geofisika dengan cara metode resistivitas listrik atau seismik juga dapat
membantu dalam mengetahui batas batuan dan penggambaran sesar dan zona kekar,
struktur geologi, dll.
Penilaian Awal
(Geologi, kesulitan konstruksi kedalaman, dan Biaya)
Karakteristik Geologi
Rencana Investigasi
Syncline
Asymmetric
Source: Pequinot, 19632 Syncline Asymmetric Reserved (Thrust)
Anticline Faults
Anticline
Proses sesar terjadi selama suatu periode atau karena distorsi / gangguan yang mungkin
terjadi dapat menyebabkan perubahan mendadak pada struktur batuan di bagian tertentu.
Hal ini mengakibatkan (dan kadang-kadang dipengaruhi oleh) kekuatan tektonik dalam
membangun berbagai formasi geologi. Di beberapa zona lipatan ini rentan terhadap
gangguan dan harus dihindari sejauh mungkin untuk lokasi terowongan. Zona semacam itu
juga memperparah kondisi yang membantu rembesan dan menelan air di mana pun lipatan
cenderung terjadi. Konstruksi penyangga yang diperkuat mungkin diperlukan di lokasi
tersebut, sehingga membutuhkan biaya tambahan. Ada kemungkinan akan menghadapi
'bahaya' yang lebih besar selama masa konstruksi..
Formasi geologi di mana kerak bumi pecah di bawah aksi kekuatan tektonik ke dalam blok
terpisah yang besar menimbulkan ancaman paling sedikit terhadap terowongan. Blok
semacam itu saling melintang di sepanjang bidang dasar tanpa terlalu memecah massa
yang berdekatan. Pembentukan jenis ini umumnya mempengaruhi bagian pendek
terowongan saja dan kesulitannya dapat diatasi dengan relatif mudah. Beberapa joint bisa
diisi dengan endapan kering atau mungkin terbuka dan bisa membawa air. Sesar semacam
ini tidak dianggap berbahaya bahkan ketika gerakan besar terjadi di sepanjang permukaan.
Selanjutnya, formasi semacam itu jarang terjadi dan sesar utama biasanya disertai sejumlah
sub-sesar kecil, serupa dengan set permukaan geser. Kondisi dapat dianggap
menguntungkan dimanapun sesar utama tidak retak secara ekstensif oleh sub-sesar.
Namun, permukaannya dislokasi per se biasanya menjadi lebih atau kurang shaly karena
pergerakan sekunder massa batuan yang berdekatan. Informasi mengenai hal-hal ini dapat
diperoleh dengan mempelajari literatur yang tersedia mengenai area dan / atau diskusi
dengan ahli geologi setempat. Laporan umum dapat diperoleh secara alternatif dari
petugas / ahli survei geologi mengenai struktur umum pembentukan batuan dan tanah,
umurnya dan lain lain. Hal ini harus diikuti oleh pemeriksaan lokasi wilayah terowongan
oleh ahli geologi.
B. Tahap kedua setelah dikumpulkan mengenai penafsiran data awal tersebut, lalu
diperlukan pula data karakteristik geoteknik untuk Rencana Investigasi Geoteknik
selanjutnya data tersebut diantaranya mengenai :
seismik dan survei refleksi dilakukan. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa kecepatan
gelombang elastis yang melewati suatu material adalah fungsi dari komposisi material,
struktur, komposisi dan kondisi stres in-situ. Kecepatan bervariasi (meningkat) dengan
kepadatan, pemadatan dan kandungan air bahan sejak gelombang seismik mengikuti
prinsip propagasi, pembiasan dan refleksi yang sama yang dilakukan gelombang cahaya.
Hasil yang diperoleh lebih dapat diandalkan diatas permukaan tanah dan bawah tanah.
Survei ini dapat digunakan untuk:
(i) identifikasi jenis bahan umum (tanah, jenis batuan);
(ii) lokasi kondisi anomali, mis. Zona cuaca, zona geser dan lembah yang terkubur;
(iii) Lokasi dan kedalaman hard rock dan;
(iv) lokasi lubang bor untuk eksplorasi terperinci.
Metode kedua adalah pengukuran hambatan listrik dari berbagai lapisan tanah.
Perubahan potensial di seluruh jarak yang diketahui antara elektroda saat arus
diterapkan di antara keduanya digunakan untuk mengevaluasi jenis material. Tanah liat
dan lumpur basah dan beberapa bijih logam adalah konduktor yang baik. Pasir kering,
kerikil dan batu kristal tanpa bijih logam adalah konduktor yang buruk. Air mineral
adalah konduktor yang lebih baik daripada air asin. Dengan demikian beberapa gagasan
umum tentang sifat tanah, adanya air dll juga bisa didapat dari uji resistivitas listrik.
Seperti disebutkan sebelumnya, pengukuran ini membantu dalam menarik kesimpulan
mengenai variasi jenis lapisan batu dan juga lapisan air yang terkandung di dalamnya.
Investigasi ini dapat dilakukan oleh spesialis di lapangan dalam waktu yang relatif
singkat dan pola geologi umum direkonstruksi. Informasi yang berharga mengenai sifat
lapisan tanah dapat diperoleh saat survei resistivitas dilakukan bersamaan dengan
penelitian seismik. Karakteristik khas beberapa bahan di bawah tanah sebagai
tanggapan terhadap survei semacam itu diberikan pada Tabel 2.3. Hasil yang diperoleh
dari studi tersebut akan membantu dalam menentukan lokasi terowongan.
pencitraan seismik reflektif 2D dan 3 D dapat digunakan untuk mendapatkan garis keturunan
definisi tinggi stratigrafi batuan, lokasi patahan dangkal, pasir terisolasi dan formasi rongga,
zona akuifer dan struktur tanah dangkal lainnya. Ini mirip dengan studi refraksi seismik
sehubungan dengan penggunaan instrumen tetapi mengukur refleksi gelombang akustik P dan
/ atau S dari 'antarmuka batas bawah permukaan dan fitur geologi'. Secara umum teknik
refleksi seismik digunakan untuk kedalaman geologis mulai dari rata-rata 30m sampai 900 m di
bawah permukaan tanah
Compression, mm
Compression, mm
Efek merugikan ini timbul dari kekurangan oksigen dimana CO2 hadir dan ventilasi dan suplai
oksigen yang sesuai melalui wilayah ini diperlukan. Efek lain dari CO2 adalah sifat agresifnya
pada beton dari lapisan dan tindakan korosif, berbahaya bagi struktur baja. Karbon monoksida
lebih beracun daripada karbon dioksida. Hal ini juga biasanya terjadi di sekitar ladang batubara.
Gas ini beracun bagi para pekerja, mengakibatkan jantung berdebar kencang, sakit kepala dan
pusing di atas batas 25%. Ini akan menyebabkan hilangnya kesadaran sebesar 50% ke atas.
Kejenuhan 75% berakibat fatal.
Gas metana yang terjadi di sekitar ladang batu bara dan ladang minyak mungkin juga akibat
pembusukan zat organik. Gas ini berbahaya karena kemungkinan menyebabkan ledakan karena
mudah terbakar meski hanya sekitar 2% prosentasenya. Tindakan pencegahan keselamatan
harus dilakukan seperti :
i. Penggunaan lampu listrik bertenaga baterai
ii. Pemasangan lampu indikator gas di semua “drift”
iii. Penggunaan detonator listrik jarak jauh yang dikendalikan
iv. Pengawasan terus menerus atas semua aktivitas kerja para ahli gas
v. Penggunaan lokomotif bertenaga kompresi udara untuk pengangkutan sampah dan
bahan bangunan
vi. Pemasangan air bertekanan tinggi untuk alat pemadam kebakaran
vii. Ventilasi pengeluaran udara pada semua titik akumulasi (terutama di atap) dan
pemberian ventilasi buatan yang cukup pada umumnya; dan
viii. Larangan merokok yang ketat dan penggunaan lampu api terbuka di seluruh
terowongan
Hidrogen sulfida adalah produk dari disintegrasi zat organik dan umumnya disertai oleh air
yang masuk. Hal ini berbahaya karena efek toksiknya dan bukan sebagai bahaya kebakaran.
Dengan konsentrasi 0,05%, hal itu menyebabkan penyakit. Pada 0,1% itu menyebabkan
ketidaksadaran dan pada tingkat yang lebih tinggi dapat mematikan. Sulfur dioksida terjadi di
daerah vulkanik dan merusak lapisan beton. Hidrogen berbahaya karena peradangannya. Hal
ini umumnya ditemukan di endapan garam dan di sekitar mereka. Gas nitrat adalah produk
samping dari asap ledakan dan bahkan lebih berbahaya dan merugikan kesehatan daripada
karbon monoksida. Konsentrasi mematikan berbagai gas ditunjukkan pada Tabel 2.4.
sampai 144 m per °C (Andreas, 1953). Suhu yang mungkin ditemui di pedalaman gunung
tergantung pada faktor-faktor berikut
i. Posisi geo-isoterm di bawah pegunungan (geothermal step)
ii. Suhu tanah di atas permukaan terowongan
iii. Konduktivitas termal dari kondisi batuan dan hidrologi
iv. Ketinggian terowongan
Sebagai contoh, temperatur setinggi 63,7° C telah memenuhi terowongan Apennine. Di bawah
ini disajikan korelasi profil geologi dan suhu di terowongan St. Gotthard pada Gambar 2.6
(Szechy, 1970)
Goshcener Arolo
Measured
Temperature
in Tunnel Gn
A
C P
0 1 2 3 4 5 6 7 7 6 5 4 3 2 1 0 km
Gr = Granite P = Mica Schist
Gn = Gneiss FP = Black Slate
Cl = Cipoline SP = Serpentine
D = Dolomite A = Amphisolite
Gambar 2.5. Profil Geologi dan Variasi Suhu di Terowongan St. Gotthard
tersedia untuk rekayasa sehingga didapat klasifikasi massa batuan dibandingkan dengan
stabilitas penggalian persyaratan dengan dokumen keadaan geologi regional, setelah itu
dilakukan penaksiran kelayakan guna pemeriksaan kritis masalah tunneling potential desain
awal bagian lintas terowongan alternatif , tentatif konstruksi dan metode supporting.
Setelah ditafsirkan lalu terjadi pengusulan stabilitas terowongan untuk dan bentuknya. Apabila
disetujui maka hal selanjutnya yaitu mempertimbangkan semua kemungkinan tindakan korektif
yang akan dilakukan untuk pembuatan terowongan tersebut. Dan jika tidak disetujui usulnya
maka dipilihlah rute terbaik untuk desain terakhir. Pilihan itu mengacu pada hasil hasil teknis
dan ekonomi yang diterima disetujui, lalu jika tidak maka langsung tolak lokasi site yang akan
dibangun terowongan tersebut karena diindikasikan tidak efektif dan efisien.
2.4. REFERENSI
1. Transportation Tunnel, Second Edition, S.Ponnuswamy, Taylor and Francis Group, Madras
India, 2016
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima 2016
3. Surat Edaran Menteri PUPR no 30/SE/M/2015 tentang Pedoman Metode Perencanaan
Penggalian dan Sistem Perkuatan Terowongan jalan pada Media Campuran Tanah –
Batuan
4. AASHTO T20 Tunnels Update, Louis J Ruzzi, PE – AASHTO T-20 Chair Kevin J Thompson, PE
– Arora and Associate TRB 90th Annual Meeting Januari 2011
5. Geotechnical Baseline Reports For Construction, Technical Committee on Geotechnical
Reports of the Underground Technology Research Council, Randall J. Essex, P.E. , 2007
6. Pedoman Teknis Studi Kelayakan Proyek Jalan Dan Jembatan Pd T-19-2005-B
Bab III
Survei dan Investigasi
Survei dan investigasi memegang peranan penting dalam segala hal bentuk bangunan dan
struktur konstruksi. Pada bab 3 ini merinci jenis-jenis survei dan investigasi yang diperlukan
pada saat tahap perancangan terowongan dilakukan. Materi yang disampaikan adalah (i)
penyelidikan bentang alam, (ii) pengukuran topografi, (iii) penyelidikan geologi dan selanjutnya
materi tentang (iv) seluk beluk pelaporan dalam Geoteknik Terowongan yang bermacam-
macam. Materi selanjutnya adalah (v) penyelidikan hidrogeologi juga tentang sumber referensi
yang dipakai untuk menyusun bab 3 ini.
3.1. UMUM
Penyelidikan lapangan merupakan bagian dari proses perancangan dan penyelidikan
merupakan kunci untuk kecukupan dan rancangan ekonomi karena data yang dikumpulkan
menjadi basis penilaian lapangan dan pondasi solusi terhadap masalah yang muncul
dikemudian hari. Penyelidikan yang sukses hanya berasal dari perencanaan dan rancangan
yang menyeluruh. Kegagalan perencanaan dapat menjadi faktor utama yang memicu dasar
penyelesaian yang jelek atau tidak mencukupi, dan juga menambah biaya konstruksi, serta
pemeliharaan jangka panjang. Sayangnya aturan praktis untuk penyelidikan lapangan tidak
memiliki penekanan yang cukup pada aspek-aspek penting. Jika ada kenampakan yang
menyolok dalam aturan hal itu akan mendorong kearah:
1. Kebutuhan tenaga ahli yang berkualifikasi dan berpengalaman dalam mengendalikan
penyelidikan dan mengawasi pekerjaan lapangan. Pemenuhan tenaga ini harus dimulai
sejak perencanaan dan idealnya berlanjut sampai konstruksi;
2. Menambah tingkat pengawasan di lapangan oleh ahli lapangan dan kontraktor;
3. Alokasi dana yang lebih realistis untuk memudahkan perencanaan yang memadai,
penyelidikan tanah/batuan, pelaporan dan pemantauan. Tambahan biaya apapun harus
dapat dikompensasi melalui efisiensi yang diperbaiki dan finansial dari konstruksi.
Cara tersebut akan membantu memperbaiki kualitas dan standar penyelidikan lapangan,
sehingga menghindari kekurangan yang muncul dalam penyelidikan tanah/batuan.
3.3.1. Umum
Tahap awal pengukuran topografi adalah pengukuran terhadap permukaan tanah sepanjang
koridor trase rencana jalan dan terowongan. Pengukuran topografi dilakukan oleh tim surveyor.
Dalam melaksanakan tugas diatas, surveyor harus mempertimbangkan aspek hukum, ekonomi,
lingkungan, dan sosial yang relevan sehingga proyek tetap berjalan secara normal. Pekerjaan
mengukur tanah dan pemetaan (Survei dan pemetaan) meliputi pengambilan/ pemindahan
data-data dari lapangan ke peta atau sebaliknya. Pengukuran dibagi menjadi pengukuran
mendatar dari titik titik yang terletak diatas permukaaan bumi, dan pengukuran tegak guna
mendapatkan beda tinggi antara titik titik yang diukur diatas permukaan bumi yang tidak
beraturan, untuk selanjutnya digambar diatas bidang datar (peta).
Dalam hal batasan jarak yang akan diukur, maka jarak melintang harus lebih lebar dari
kebiasaan pada pengukuran jalan. Hal ini dalam rangka untuk antisipasi terhadap kemungkinan
perpindahan alinemen terowongan akibat kondisi geologi di dalamnya. Biasanya mengikuti
batas jarak melintang lubang bor saat penyelidikan, yaitu 150 m dari as terowongan ke arah
kanan dan kiri.
Pengukuran Topografi harus mengacu pada pedoman pengukuran Topografi untuk Jalan dan
Jembatan No. 010/PW/2004;
Secara umum pekerjaan pengukuran/survei meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Menentukan posisi sembarang bentuk yang berbeda diatas permukaan bumi
2. Menentukan letak ketinggian (elevasi) segala sesuatu yang berbeda diatas atau dibawah
suatu bidang yang berpedoman pada bidang permukaan air laut tenang
3. Menentukan bentuk atau relief permukaan tanah beserta luasnya
4. Menentukan panjang, arah dan posisi dari suatu garis yang terdapat diatas permukaan
bumi yang merupakan batas dari suatu areal tertentu.
Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan data koordinat dan
ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana trase terowongan/underpass di dalam koridor
yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi. Dimana lingkup pekerjaannya meliputi :
1. Pengukuran titik kontrol horisontal;
2. Pengukuran titik kontrol vertikal;
3. Pengukuran situasi;
4. Pengukuran penampang melintang;
3.3.2. Persyaratan
Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam pedoman pengukuran maka persyaratan yang harus
dipenuhi adalah :
a. Titik kontrol horisontal diukur dengan menggunakan metode penentuan posisi Global
Positioning System (GPS) secara diferensial.
b. Sistem koordinat proyeksi yang digunakan adalah sebagai Sistem koordinat proyeksi
Universal Transverse Mercator (UTM).
c. Pengukuran dengan menggunakan GPS dilakukan setiap interval 5000 m (setiap 5 Km).
d. Pengukuran Titik Kontrol Horisontal Harus menggunakan Jenis Total Station (TS) dengan
Ketelitian 10n untuk sudut, 10D untuk jarak.
e. Pengukuran untuk titik kontrol Vertikal harus menggunakan peralatan Waterpass jenis
autolevel dengan ketelitian 2 mm.
3.3.4. Pelaporan
Laporan Akhir Survei Topografi harus mencakup sekurang-kurangnya pembahasan
mengenai hal-hal berikut:
1. Data proyek;
2. Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi proyek terhadap kota besar
terdekat;
3. Garis kontur elevasi ketinggian pada koridor rencana jalan dan terowongan;
4. Kondisi morfologi sepanjang koridor permukaan atas;
5. Kondisi permukaan tanah yang ada sepanjang trase rencana jalan dan terowongan;
6. Kondisi bentang alam di permukaan tanah koridor rencana jalan dan terowongan;
7. Kondisi permukaan tanah khusus di daerah rencana portal;
8. Kesimpulan dan Rekomendasi.
3.4.1. Umum
Setiap terowongan adalah unik, dalam tulisan ini memberikan petunjuk dasar untuk melakukan
dan menggunakan penyelidikan lapangan untuk perencanaan dan rancangan terowongan.
Dalam tulisan ini memberikan semua pendekatan atau perspektif daripada solusi yang bersifat
textbook. Atuaran yang tidak fleksibel atau solusi yang berifat textbook kadang hanya cocok
untuk situasi tertentu untuk pekerjaan sipil tapi tidak untukpenyelidikan geoteknik. Tulisan ini
dimaksudkan untuk pemilik, perencana, insinyur dan kontraktor terfokus pada terutama pada
aspek geoteknik dan metode penyelidikan yang merupakan hal penting dalam terowongan. Isi
dari tulisan ini berdsarkan pada praktek terowongan di Amerika Serikat tetapi konsep dan
prosedur dapat diterapkan ke seluruh dunia dengan modifikasi khusus untuk kondisi lokal dan
metodenya. Untuk perancang dan pembuat terowongan batuan atau tanah di sekitar
terowongan secara efektif merupakan material konstruksi. Jika memikirkan ini ketika
penggalian dibuat kekuatan dari batuan di sekitarnya menjaga lubang bukaan sampai
penyangga terowongan dipasang. Lebih lanjut bahkan setelah penyangga dipasang, batuan
disekitarnya masih memberikan sebagian kecil dari kapasitas total daya dukungnya untuk
menyangga. Geologi sepanjang jalur terowongan memainkan peran dominan dalam beberapa
keputusan besar yang harus dibuat dalam perencanaan, perancangan, dan kosntruksi
terowongan. Geologi mendominasi kelayakan, perilaku dan biaya dari suatu terowongan.
walaupun sulit untuk ditentukan sifat keteknikan dari geologi menengah dan variasi dari sifat-
sifat ini adalah sama pentingnya dengan sifat dari beton atau baja yang digunakan untuk
konstruksi struktur terowongan. Dalam suatu terowongan batuan/tanah berperan tidak hanya
sebagai mekanisme pembebanan tetapi juga sebagai media penyangga utama. Dengan demikian
hal tersebut merupakan komponen vital dalam penyelidikan geoteknik yang dilakukan pertama
kali dalam proses perencanaan suatu terowongan. Hal ini telah diperlihatkan beberapa kali
terowongan yang telah diselidiki lebih mendalam mempunyai biaya yang lebih rendah dalam
operasinya dan sedikit perdebatan selama konstruksi. Masalah yang tidak diantisipasi dari hal-
hal tersebut dapat menimbulkan penundaan yang memakan biaya dan menimbulkan
perdebatan selama dalam konstruksi terowongan. Eksplorasi dapat membantu evaluasi
kelayakan, keselamatan, dan ekonomi dari suatu proyek terowongan.
Air tanah merupakan kondisi/parameter yang paling sulit untuk diprediksi dan
merupakan hal yang paling menyusahkan selama konstruksi
Rentang permeabilitas yaqng ditemui dapat lebaih besar daripada rentang parameter
rekayasa lainnya. ( berkisar 10-7 hingga 10-3)
Bahkan program eksplorasi komprehensif hanya dapat memperoleh volume inti bor
yang yang relative kecil sekali (kurang dari 0,0005 persen) dibanding volume
terowongan yang nantinya akan digali.
Sifat teknik berubah dalam rentang kondisi yang lebar, seperti waktu, musim, kecepatan
dan arah pembebanan, kadang sangat drastic.
Kondisi nyata stratigrafi, aliran air tanah, perilaku batuan harus diobservasi selama
konstruksi dibandingkan dengan prediksi sebelumnya.
Pemilik dan perancang memulai evaluasi resiko kaitannya dengan biaya dan tertundanya
jadwal sejak awal proses perencanaan dan lebih komprehensif sifatnya. Persiapan pekerjaan ini
harus dimaulai dalam tahap perencanaan. Identifikasi dari potensi resiko pada tahap ini penting
karena hal itu akan memebrikan waktu bagi perancang dan pembuat keputusan untuk
memahami ketidakpastian yang terkait dengan proyek ini.
zaman geologi terhitung sejak terbentuknya batuan yang tertua di daerah pemetaan
sampai saat pemetaan berlangsung, serta memberikan evaluasi potensi geologi yang
bersifat positif dan negative yang ada atau mungkin ada sehingga daerah yang dipetakan
dapat dikembangkan secara bijaksana ditinjau dari sudut pandang geologi. Kegiatan
pemetaan geologi terperinci ini salah satunya test geofisik, yaitu bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat nya suatu batugamping atau lubang/gua dibawah
permukaan lokasi yang akan dijadikan terowongan dengan menggunakan alat – alat
geofisika.
b. Pemboran untuk Penyelidikan
Pengeboran untuk penyelidikan ini tujuannya adalah untuk mengetahui material-
material yang terdapat disekitar lokasi pembuatan terowongan ini, setelah didapatkan
sample lalu sample tersebut dijadikan acuan apakah material penyusun terowongan
tersebut memungkinkan atau tidak untuk dibuat suatu terowongan.
c. Penyelidikan Adit dengan Perbesaran
Penyeledikan ini berfungsi untuk mengetahui bagaimana batuan penyusun terowongan
tersebut bagaimana dampaknya apabila dibuat suatu terowongan yang besar
bagaimana kondisi batuan penyusunnya.
Maka dari itu perlu dilakukan suatu uji laboratorium dari sample yang didapatkan pada
proses pengeboran. Uji ini untuk mengetahui sifat mekanik dari material penyusun
terowongan tersebut, sifat mekanik ini meliputi uji Kuat Tekan batuan, uji kuat geser
batuan, triaxial dan point load. Semua uji itu bertujuan untuk mengetahui berapa besar
kah kuat tekan dan kuat geser suatu material penyusun tersebut.
Setelah rencana – rencana investigasi diatas dilakukan lalu perlu dilakukan penambahan
kegiatan investigasi yaitu mengenai pengukuran tekanan insitu dan test air tanah. Test
air tanah ini sangat penting karena kita harus mengantisipasi apabila terdapat rembesan
– rembesan air tanah pada terowongan. Setelah semua rencana-rencang investigasi
dilakukan maka dilakukan pemprosesan data, diantaranya meliputi:
Persiapan Penyelesaian Pemetaan Geologi dan penampang
Analisis hasil uji laboratorium insitu
Klasifikasi massa batuan
Semakin cepat informasi geoteknik diperoleh dan dievaluasi maka semakin besar potensi
optimasi jalur dan profil dan akan semakin besar penghematan. Ketidakpastian geoteknik
memerlukan eksplorasi dan rancangan untuk dicoba-coba. Tanpa informasi geologi yang dapat
dipercaya keputusan perencanaan dapat menjadi tidak benar. Perencanaan dari setiap tahap
eksplorasi harus didasarkan pada hasil tahap sebelumnya. Eksplorasi geoteknik termasuk
evaluasi dan laporan harus tersedia untuk pembuat keputusan pada tim rancangan dari waktu
ke waktu. Pekerjaan geoteknik penting akan diperlukan selama bagian awal perancangan
pendahluan dan akhir diselani dengan usaha yang relatif mudah. Selama tahap berikutnya dari
rancangan akhir ketika dokumen kontrak difinalkan, maka harus ada usaha geoteknik penting
untuk mendukung perisapan Laporan basis awal geoteknik (Geotechnical Baseline Report) dan
kebutuhan dasar masukan geoteknik akan menjalar ke pelelangan, konstruksi, dan tahap pasca-
konstruksi.
tanah. Kekurangan penyelidikan dapat menghasilkan informasi yang menyimpang dan dapat
menambah resiko tidak memperoleh bahaya dan kondisi yang tidak diketahui yang dapat
menunda atau menghentikan konstruksi yang tentunya berkonsekuensi ke biaya. Salah satu
aspek yang sulit dan kontroversial aspek geoteknik dari penyelidikan geoteknik adalah
memutuskan berapa banyak eksplorasi yang harus dilakukan.
Di antara hal lain hasil yang kontroversial dari fakta bahwa rekayasa geoteknik untuk
terowongan lebih banyak art nya atau lebih tepat ilmu yang tidak pasti. Tidak ada garansi
bahwa tugas geoteknik atau prosedur akan memberikan informasi cukup untuk rancangan
terowongan bahkan jika dirancang dan dijalankan dengan benar. Dalam kenyataannya salah
satu tujuan dari eksplorasi adalah untuk menentukan apakah kondisi yang ada dapat
memerlukan penyelidikan berikutnya dan tahap eksplorasi berikutnya bergantung
(berdasarkan) pada hasil eksplorasi ini. Setiap tahap harus direncanakan untuk mengantisipasi
hasil dari tahap sebelumnya. Setiap tahap harus memiliki batas tertentu atau paling sedikit
memiliki titik poin dimana secara hati-hati ditinjau kembali dan keputusan untuk dibuat sebagai
untuk kebutuhan pekerjaan di tahap berikutnya. Dalam cara ini pembiayaan lebih mudah untuk
dirasionalkan, disesuaikan dan dikendalikan. Keadaan dari proyek juga memainkan peran
utama dalam menentukan ruang lingkup dan biaya penyelidikan geoteknik.
Proyek konvensional di kondisi geologi yang seragam akan memerlukan penyelidikan yang
sedikit tetapi untuk proyek yang rumit pada kondisi geologi jelek akan memerlukan lebih
banyak penyelidikan daripada kondisi rata-rata. Proyek yang lebih rumit dapat bermanfaat
dengan menggunakan cara yang lebih baru yang lebih menjanjikan teknik penyelidikan
geoteknik yang dikembangkan. Cara ini mungkin dapat dengan menggunakan pengambilan inti
sonic diameter besar untuk studi geologi kualitatif, tomografi, sumur uji skala penuh atau
terowongan pilot/rintisan dan bahkan analisis resiko/probabilitas.
Tahap penyelidikan geoteknik akan terdiri dari:
1. Tahap perencanaan – desk study/review
2. Tahap pendahuluan penyelidikan lapangan awal
3. Tahap rancangan final – tambahan atau menindaklanjuti penyelidikan lapangan
4. Tahap konstruksi – dilanjutkan dengan karakterisasi lapangan
berkisar 12% dari biaya awal konstruksi. Beberapa bahkan biayanya mencapai 50% melampaui
perkiraan para perancang. Kesimpulan dan rekomendasi dari sub komisi USNCTT diantaranya:
a. pengeluaran untuk eksplorasi lapangan geoteknik seharusnya ditambah sekitar 3% dari
biaya estimasi proyek untuk hasil menyeluruh yang lebih baik
b. tingkat pengeboran eksplorasi harus ditambah rata-rata 1,5 feet linier dari lubang bor per
jalur terowongan
c. pemilik harus membuat semua informasi geoteknik tersedia ke penawar sementara
dalam waktu yang sama mengeliminir disclaimer yang terkait dengan akurasi data atau
interpretasi.
d. semua laporan geologi harus disatukan sebagai bagian dari dokumen kontrak
e. perancang terowongan yang digali harus mengkompilasi suatu “Geotechnical design
report” yang disatukan kedalam spesifikasi dan tersedia untuk diguanakan penawar,
kontraktor, dan insinyur setempat.
f. monitoring kondisi sekitar sebelum konstruksi harus dilakukan untuk menentukan
baseline dari informasi untuk perbandingan selama dan sesudah konstruksi
g. konfrensi pra lelang dan mengelilingi lokasi harus dilakukan untuk meyakinkan bahwa
semua penawar mempunyai akses ke informasi proyek semaksimal mungkin
h. informasi geologi dari eksplorasi pra konstruksi dan pemetaan terowongan dan prosedur
konstruksi harus dikompilasi dalam satu laporan yang mendetailkan penyelesaian
proyek.
i. metode penyelidikan dan prediksi harus diperbaiki untuk tiga kondisi in-situ stress,
stand-up time dan air tanah
Teknik pengeboran horizontal harus dikembangkan untuk dapat mengambil inti bor dan
menetrasi jarak yang panjang tanpa menyimpang dari jalur dan kemiringan yang ditentukan.
Jumlah eksplorasi yang dilakukan pada proyek apapun biasanya ditentukan dengan pengalaman
dan dana yang tersedia, karena tidak ada standar dan tidak ada solusi pastinya terhadap jumlah
penyelidikan yang harus dikerjakan. Untuk proyek yang besar atau kompleks memerlukan
upaya tingkat studi geoteknik lebih besar , langkah pertama adalah untuk menentukan apakah
proyek anda:
1. Proyek besar atau kompleks
2. Proyek lebih kecil atau proyek konvensional
Hal ini akan menentukan apakah proyek akan memerlukan upaya geoteknik tingkat tinggi atau
level rendah. Umumnya beberapa aspek penyelidikan geoteknik adalah mirip. Berikut adalah
beberapa petunjuk umum yang tidak bergantung pada ukuran terowongan.
a. Tentukan semua kebutuhan umum dan khusus untuk eksplorasi , analisis, dan rancangan
geoteknik serta tentukan prioritas parameter geoteknik yang diperlukan
b. Gunakan pengalaman geologi semaksimal mungkin
c. Lakukan eksplorasi paling sedikit dua tahap
d. Rencanakan menggunakan teknik-teknik non-tradisional seperti teknik geofisika jika cara
tersebut dapat digunakan dengan biaya yang efektif
e. Mampunyai biaya tetap untuk setiap tahap eskplorasi
f. Mempunyai pengeboran cadangan dan teknik eksplorasi lain yang selalu siap didanai dan
siap untuk disetujui untuk menjawab pertanyaan teknik yang dihasilkan dari program
pengeboran sebelumnya.
g. Gali informasi lebih banyak daripada yang diperlukan dalam perancangan cari data yang
cukup yang nantinya mampu menduga bagaimana batuan/tanah berperilaku sesuai
metode konstruksinya (jika digali dengan TBM atau peledakan akan berperilaku beda)
h. Ambil data yang cukup untuk meminimalkan ketidakpastian
Proyek terowongan dengan diameter lebih dari 4 meter dan panjang lebih dari 300 m termasuk
proyek besar sehingga memerlukan tambahan tingkatan upaya geoteknik. Petunjuk untuk
proyek besar dan kompleks diantaranya:
a. Kembangkan program multi tahap untuk memenuhi kebutuhan nyata;
b. Rencanakan menggunakan teknik non-tradisional seperti geofisika, sumuran, terowongan
pilot, uji pemompaan dsb, sebagai cara untuk tambahan database yang dapat mengurangi
ketidakpastian;
c. Untuk semua tahapan rancangan, biaya dan dana, menurut USNCTT panjang pengeboran
berkisar dari 0,75 – 1,2 kali panjang rute dan biaya geoteknik berkisar dari 1,5 – 2,25%
biaya konstruksi;
d. Mempunyai dana cadangan bila sewaktu-waktu diperlukan karena munculnya masalah
baru dalam penyelidikan geoteknik dan umumnya dananya berkisar sampai 3 5 dari biaya
konstruksi.
Rencana Terowongan
Daerah Portal
Daerah Portal
Pengeboran
wilayah Portal Pengeboran
wilayah Portal
Setiap program pengeboran batuan (hard rock boring) harus diarahkan untuk mendapatkan
informasi berikut ini:
i. Mendefinisikan stratigrafi geologi dan struktur melalui mana terowongan harus
melewati
ii. Penentuan sifat fisik bahan batuan
iii. Studi pola fraktur (horizontal, vertikal, miring, terbatas dll)
iv. Pengukuran kedalaman permukaan air tanah dan porositas batuan / Tanah
v. Evaluasi persyaratan peledakan / penggalian
vi. Evaluasi persyaratan dukungan dan lapisan
Sebuah studi tentang sifat batuan berikut diperlukan selama penyelidikan geologi (Bickel dan
Kuesel, 1982)
i. Orientasi stratifikasi batuan (apakah horisontal, seperti lembaran, agak miring, miring,
terbalik atau berlipat ganda)
ii. Tebal lapisan individu, keteraturan urutan lapisan batu, atau perubahan jenis gunung
iii. Komposisi mineralogi (komponen yang merugikan)
iv. Struktur kristal batuan (berbutir seragam atau porfiritik).
v. Obligasi antara masing-masing butir (kuat, lemah, langsung dan tidak langsung).
vi. Kekerasan dan kemampuan kerja batuan.
vii. Bentuk struktur batuan (masif, bertingkat, bersisik)
viii. Deformasi yang diderita selama proses orogenik (belahan, zona hancur, kesalahan) atau
efek lainnya (pelapukan, monetisasi, kaolinisasi)
ix. Kemungkinan bearing dan kekuatan tarik gunung (tidak batuan) pada berbagai bagian
terowongan
3.5.1. Umum
Pendekatan penyusunan laporan geoteknik kontrak untuk konstruksi underderground telah
bervariasi selama bertahun-tahun. Beberapa praktisi hanya menyiapkan satu laporan, yang
pada dasarnya adalah Laporan Data Geoteknik (GDR), yang menyajikan hanya informasi faktual
seperti data bor (boring logs) dan temuan dari lapangan dan tes laboratorium. Interpretasi dan
prediksi mengenai perilaku material bawah permukaan yang ditunjukkan selama konstruksi
diserahkan kepada bidder.
Praktisi lainnya memasukkan interpretasi mereka dalam Dokumen Kontrak, baik dalam laporan
terpisah dari GDR, atau digabungkan dengan data dalam satu dokumen. Situasi proyek dan
individualowner telah mempengaruhi pendekatan ini, dan akan terus melakukannya. Proyek
yang melibatkan sejumlah besar informasi faktual, termasuk data bor dan tes laboratorium,
akan terus menjaminmultivolume presentation. Akan tetapi kembali lagi ke owners, yang lebih
memilih untuk meminimalkan jumlah laporan dan isi yang berbeda dalam Dokumen Kontrak,
dan lebih memilih pendekatan dokumen gabungan.
Interpretasi diperlukan untuk disain dan konstruksi. Pada tahap awal proses perancangan,
informasi geoteknik harus ditinjau ulang untuk mengidentifikasi kondisi bawah permukaan
yang memerlukan pertimbangan disain khusus, dan untuk mengevaluasi metode konstruksi
yang paling sesuai dengan kondisi yang diantisipasi. Karena beberapa opsi yang
dipertimbangkan mungkin akan dikesampingkan sementara selama disain, maka dari itu perlu
untuk membedakan antara interpretasi yang ditangani oleh tim desain selama proses
perancangan, dan interpretasi yang terkait secara khusus dengan metode desain dan konstruksi
yang dibahas dalam Dokumen Kontrak.
Sumber variabilitas berkaitan dengan cara dan tingkat di mana berbagai laporan geoteknik
disajikan dalam Dokumen Kontrak. Dokumen Kontrak dimaksudkan/diharapkan untuk
mengendalikan penyusunan penawaran dan konstruksi pekerjaan. Dokumen yang disediakan
untuk informasi hanya bagian/tambahan dari Dokumen Kontrak, namun dimaksudkan untuk
menyajikan informasi latar belakang yang relevan dengan proyek tersebut. Umumnya
penyediaan dokumen "hanya untuk informasi saja" didorong oleh kebutuhan untuk membuat
pemberitahuan semua informasi geoteknik terkait, dan untuk menghindari munculnya
informasi ini dari calon penawar (bidder). Peradilan atas dokumen tersebut bervariasi.
Beberapa pengadilan berpendapat bahwa mereka bukan bagian dari dokumen. Yang lain
menemukan bahwa kontraktor tetap berhak untuk mengandalkan informasinya.
Tujuan memasukkan laporan geoteknik interpretif dalam Dokumen Kontrak telah berubah
selama bertahun-tahun. Awalnya, tujuannya adalah untuk membantu kontraktor dalam
mengembangkan interpretasi mereka sendiri terhadap informasi faktual, dan bukan hanya
memberi mereka "fakta". Dalam memberikan interpretasi ini, dianggap tepat untuk membingkai
penafsiran ini dalam konteks desain dan maksud perancangnya. Istilah Geotechnical Design
Summary Report, seperti yang dijelaskan dalam dokumen pedoman sebelumnya, dimaksudkan
untuk menetapkan interpretasi perancang mengenai kondisi bawah permukaan yang
diantisipasi, dan pengaruhnya terhadap desain dan konstruksi sebagai bagian dari Dokumen
Kontrak.
Penafsiran ini merupakan indikasi kontrak mengenai kondisi lokasi. Kadang-kadang, ketika
menjelaskan dasar untuk desain, para praktisi menggambarkan ketidakpastian yang terlibat,
dan menggunakan istilah "fuzzy" yang sesuai untuk diskusi mereka, namun tidak jelas saat
dianggap sebagai "baseline". Ketidakjelasan ini pada gilirannya menyebabkan perselisihan. Soal
bagaimana desain menunjukkan kondisi yang diantisipasi terus menjadi penting. Namun,
sebagai Dokumen Kontrak, laporan interpretasi geoteknik harus memiliki masalah konstruksi
sebagai fokus utamanya; Dasar untuk desain harus sekunder. Ini mewakili pergeseran filosofi
yang signifikan mengapa laporan dibuat, bagaimana hal itu dimaksudkan/bakal untuk
digunakan, dan bagaimana seharusnya ditulis.
(bawah permukaan) yang disiapkan atas nama pemiliknya(owner). Oleh karena itu,
sehubungan dengan evaluasi klaim DSC, GDR pada umumnya dianggap relevan, walaupun
tidak termasuk dalam Dokumen Kontrak. Untuk mencegah kebingungan, GDR harus
disertakan sebagai Dokumen Kontrak.
atau tidak. Penyusunan laporan interpretif formal oleh konsultan geoteknik pada tahap
akhir perancangan, yang terpisah dan berbeda dari GBR, dianggap tidak berguna dan
merupakan sumber potensial kebingungan. Dokumen-dokumen interpretatif yang telah
disiapkan di samping GBR, yang berisi interpretasi yang berkaitan dengan kondisi di bawah
permukaan, pendekatan disain, perkiraan perilaku tanah, atau kinerja peralatan konstruksi,
harus dinyatakan dalam Kontrak dan isinya dinyatakan secara tegas
C. Laporan Baseline Geoteknik (Geotechnical Baseline Report)
Geotechnical Baseline report yang disingkat GBR harus menjadi satu-satunya tempat
untuk interpretasi geoteknik terhadap data dan informasi yang ada dimana kontraktor
harus dan mungkin bergantung. GBR harus dibatasi pada diskusi interpretatif dan baseline
statement, dan harus mengacu pada, daripada mengulang atau uraian dengan kata-kata
sendiri, informasi yang terdapat dalam GDR, gambar, atau spesifikasi. Bab 5 dan 6 berisi
diskusi lebih lanjut mengenai konten dan format GBR yang disarankan
Deskripsi, kekuatan, permeabilitas, ukuran butiran, dan mineralogi dari material utuh;
Deskripsi, kekuatan, dan permeabilitas massa tanah secara keseluruhan;
Tingkat air tanah dan kondisi air tanah yang diharapkan, termasuk estimasi awal tingkat
pemompaan;
Antisipasi Perilaku dari tanah, dan dampak air tanah, sehubungan dengan metode
penggalian dan pemasangan dukungan tanah yang berlaku;
Dampak konstruksi pada fasilitas yang berdekatan;
Mengetahui potensi sesar dan zona sesar; dan
Sumber potensial dan bahaya potensial geoteknik dan buatan manusia lainnya yang dapat
mempengaruhi proses konstruksi, seperti batu-batu besar, batuan dasar atas dan bawah,
gas, tanah yang terkontaminasi, air tanah yang terkontaminasi, dan penghalang di bawah
permukaan.
The baseline statements paling baik digambarkan menggunakan istilah kuantitatif yang dapat
diukur dan diverifikasi selama konstruksi. Dengan menetapkan dasar-dasar yang jelas sebagai
bagian dari Dokumen Kontrak, para pihak cenderung menyetujui kondisi yang tercantum dalam
Kontrak, tanpa banyak memakan waktu dan biaya argumen (bahkan proses pengadilan) yang
menjadi produktif bagi sebuah proyek yang sukses. Klausul DSC mengatur pembayaran
kompensasi tambahan karena kondisi material berbeda dari yang ditunjukkan dalam Kontrak.
Dalam pertanyaan: "Berbeda dari apa?", Laporan awal menjelaskan "apa".
Semakin definitifnya baseline, semakin mudah bagi pihak yang melakukan kontrak untuk
mengetahui adanya kondisi site yang berbeda. Seperti yang dibahas di Bab 4, kontraktor dapat
mendasarkan tawaran mereka untuk melakukan pekerjaan pada tingkat kesulitan apapun, lebih
atau kurang merugikan daripada pada the particular baseline. Jika tawaran kontraktor di bawah
(kurang buruk dari) baseline, apakah berdasarkan interpretasi data yang lebih optimis atau
pengalaman sebelumnya, dia mengambil resiko tambahan terkait keputusan tersebut.
Kontraktor tidak memiliki dasar untuk klaim jika kondisi yang kurang menguntungkan tersebut
tidak direalisasikan.
Mungkin ada penyebaran yang luas dalam hasil tes kekuatan batuan tertentu; Variabilitas
ini mungkin terkait dengan kualitas sampel batuan yang diuji, dan cara sampel batuan diuji.
Bagaimanapun, jika rangkaian hasil tes tidak dianggap mewakili kondisi yang akan
dihadapi, deskripsi kekuatan material di baseline akan berbeda dari yang dapat diperoleh
dari data saja.
Meskipun penting untuk memberikan baseline statement yang jelas, penting juga untuk
menggambarkan atau menyajikan kemungkinan kemungkinan nilai properti atau perilaku
material untuk pemahaman umum. Pendekatan yang disarankan adalah untuk menunjukkan
kisaran kondisi dan ketidakpastian yang diharapkan, namun kemudian nyatakan baseline yang
telah ditetapkan untuk tujuan kontraktual baseline dapat dinyatakan sebagai nilai maksimum,
nilai minimum, rata-rata, atau nilai tipikal.
Contoh berikut menggambarkan konsep-konsep ini.
Asumsikan bahwa proyek terowongan akan dibangun dengan mesin bor terowongan
melalui dua jenis batuan;
Satu jenis batuan lebih keras dan lebih sulit dibor dari yang lain.
Persentase relatif dari dua jenis batuan di sepanjang alinemen terowongan tidak jelas.
Dengan adanya informasi yang tersedia, interpretasi yang masuk akal dari batuan yang
sulit ditemukan dapat berkisar antara 30% dan 60% dari total panjang terowongan.
Sudah hampir pasti bahwa tim desain tidak akan benar memprediksi persentase sebenarnya
dari batuan keras yang harus dihadapi sepanjang alinemen/deretan terowongan. Pendekatan
yang disarankan adalah menentukan kisaran persentase batuan yang mungkin dihadapi (yaitu
30% sampai 60%), dan kemudian menyatakan persentase realistis untuk dianggap sebagai
baseline. Dalam contoh ini, baseline tersebut mungkin ditetapkan pada 45% panjang
terowongan. Dengan menetapkan baseline yang jelas, kontraktor dan pemiliknya memahami
resiko yang harus ditanggung masing-masing; Persentase dasar menetapkan jumlah batuan
yang lebih keras sampai kontraktor bertanggung jawab secara finansial, dan di luar mana
pemilik bertanggung jawab secara finansial. Rentang ini memberi penawar pendapat yang
tepat, sehingga mereka dapat menghargai tingkat resiko yang akan mereka ambil jika mereka
mendasarkan tawaran mereka pada seperangkat asumsi yang kurang menguntungkan daripada
baseline (yaitu kurang dari 45% terowongan Batu yang lebih keras). Jika kuantitas baseline
batuan keras ditemukan adalah 45%, dan kontraktor mengalami 40%, tidak ada dasar untuk
klaim. Ini benar, bahkan jika tawarannya didasarkan pada asumsi bahwa dia akan bertemu
30%. Sebaliknya, jika ia menemukan batuan 55% lebih keras sepanjang alinemen, dan dapat
menunjukkan bahwa ia memiliki dampak negatif sejauh ia menimbulkan biaya tambahan, ia
berhak mendapat kompensasi tambahan, walaupun 55% berada dalam kisaran yang
ditunjukkan oleh data. Jumlah penyesuaian akan dikaitkan dengan panjang tambahan 10%
batuan keras yang ditemui di atas persentase awal. Dalam contoh ini, seseorang memerlukan
pemetaan jenis batuan minimal yang dapat dipantau dan kemungkinan besar program sampling
dan pengujian yang dilakukan tidak memihak selama konstruksi, untuk memberikan dasar
kuantitatif untuk menilai kekerasan atau kekuatan batuan yang ditemui
3.5.2.3. Batasan ruang lingkup Baseline
Baseline dapat ditetapkan untuk proyek tertentu dan kumpulan data geoteknik, pada berbagai
tingkat kesulitan atau kesulitan yang dirasakan. Bila baseline ditetapkan menentukan tingkat
resiko masing-masing yang dialokasikan kepada pemilik dan kontraktor. Pertimbangkan proyek
terowongan tanah yang lunak di mana 100 sampai 300 bebatuan bisa ditemui. Sebuah baseline
yang buruk dapat ditentukan, dimana kontraktor diberitahu untuk mengantisipasi 300 batu
selama kemajuan terowongan. Kontraktor berkewajiban untuk menangani 300 batu besar dan
untuk mengakomodasi biaya pekerjaan tersebut dalam penawarannya. Dalam kasus ini, resiko
kondisi site yang berbeda yang terkait dengan batu yang tak terduga dapat dikurangi. Namun,
pemiliknya (owner) mungkin membayar untuk menghadapi 300 batu besar, apakah 300
bebatuan ditemui atau tidak.
Baseline yang agak kurang menguntungkan dapat ditetapkan, dimana panggilan awal hanya
untuk menghadapi 100 batu-batu besar. Batu-batu besar yang ditemui lebih dari 100 akan
dikenai pembayaran tambahan ke kontraktor. Dalam hal ini, lebih banyak resiko dialokasikan
kepada pemiliknya(owner), karena jumlah tambahan akan dibayarkan jika lebih dari 100 batu
besar (boulder) ditemukan. Namun, pemilik(owner) mungkin akan menerima tawaran yang
lebih rendah, dan hanya akan membayar jumlah batu yang lebih tinggi jika ditemukan. Dampak
yang berpotensi negatif adalah bahwa ada potensi perubahan pesanan yang lebih tinggi yang
terkait dengan baseline yang kurang menguntungkan / tidak cocok dan biaya batu-batuan
dengan urutan perubahan atau klaim DSC bisa lebih tinggi daripada penawaran. Dengan
demikian, pemilik memiliki kesempatan untuk menukar harga penawaran awal yang lebih
tinggi dengan jumlah perubahan kontrak yang lebih rendah selama pekerjaan berlangsung.
3.5.2.4. Baseline bukan ``garansi``
Baseline melambangkan definisi kontraktual dari apa yang diasumsikan akan dihadapi
sehubungan dengan pemberian klausul DSC. Dengan demikian, ketentuan baseline dalam
Kontrak bukanlah jaminan bahwa kondisi awal sebenarnya akan ditemui. Oleh karena itu, tidak
pantas bagi pemiliknya (owner) untuk mempersepsikan sebuah garansi atas nama
perancangnya, dan bagi kontraktor untuk mempersepsikan garansi atas nama pemiliknya
(owner). Namun, bisa dianggap sebagai janji oleh pemilik (owner) bahwa kondisi baseline akan
digunakan saat menafsirkan klausul DSC. Kata-kata untuk hasil ini harus disertakan dalam GBR.
Pengantar (Introduction)
Nama Proyek
pemilik proyek
tim desain (dan bagan tinjauan desain, jika ada)
tujuan laporan;
Organisasi laporan
hirarki dokumen ini relatif terhadap GDR
Pengalaman Konstruksi Sebelumnya (poin kunci dalam GBR jika dirinci dalam GDR)
Proyek terdekat yang relevan
Ciri yang relevan dari proyek masa lalu, dengan fokus pada metode penggalian,
perilaku tanah, kondisi air tanah, dan metode pendukung tanah
Ringkasan masalah selama konstruksi dan bagaimana mengatasinya (dengan
kualifikasi yang sesuai)
Proyek terdekat yang kondisi dan situasinya mungkin menyesatkan dan mengapa
harus menjadi upaya kolaboratif di antara perwakilan tim desain dan pemilik proyek. Garis
besar dokumen pada awalnya harus disiapkan dan disepakati oleh tim desain. Draf awal
kemudian harus disiapkan oleh perusahaan yang menyiapkan memorandum geoteknik
interpretif, atau oleh pembuat rencana dan spesifikasi yang bekerja sama dengan perusahaan
tersebut. Dalam kedua kasus tersebut, interpretasi hasil eksplorasi dan kondisi lokasi yang
dikembangkan sebelumnya dalam proses perancangan harus ditransfer dengan benar ke GBR.
Semua draft GBR selanjutnya harus disiapkan oleh perusahaan(firm) yang menyiapkan
gambaran, spesifikasi dan item penawaran, dan harus ditinjau ulang di dalam tim desain dan
oleh pemiliknya(owner). Ini akan memudahkan konsistensi antara apa yang dikatakan dalam
GBR, apa yang terkandung dalam gambar dan spesifikasi, dan bagaimana kontraktor harus
diberi kompensasi, sambil mempertahankan perspektif yang tepat dibandingkan dengan
kondisi geoteknik yang diantisipasi. Selama persiapan GBR, pertemuan harus dilakukan dengan
pemiliknya(owner) untuk membahas topik baseline. Pemilik(owner) harus diberi tahu tentang
konsekuensi dari adverse presentation dari kondisi bawah permukaan yang diantisipasi,
dibandingkan dengan less adverse presentation, dan kebutuhan untuk tetap berada dalam batas
yang wajar. Implikasi relatif bagaimana item penawaran dikembangkan, harga penawaran awal,
potensial perubahan pesanan, dan biaya akhir pekerjaan harus ditinjau secara hati-hati dengan
pemiliknya(owner), yang menjadi peserta yang harusdiinformasi dalam penetapan baseline.
Interpretasi dan baseline statement yang tercantum dalam GBR harus mencerminkan sikap dan
preferensi alokasi resiko pemilik(owner). Persiapan GBR harus memperhatikan apa yang
tertulis, bagaimana tulisan itu ditulis, dan konteks penulisannya. Secara spesifik nuansa
(perbedaan kecil) inilah yang menjamin adanya tampilan baru/bersih yang independen, untuk
memastikan bahwa ambiguitas dan kesimpulan yang tidak disengaja dihapuskan sebelum
penerbitan untuk penawaran dan konstruksi. Pernyataan dalam GBRakan dikenai pengawasan,
interpretasi, dan kemungkinan salah tafsir oleh para pihak dalam menerapkan klausul DSC.
Tinjauan independen terhadap dokumen dianggap sebagai elemen penting dalam proses
pengembangan GBR terpadu, dan betul-betul disarankan. Persiapan pasti berfokus pada
elemen-elemen tertentu dari resiko desain dan potensi konstruksi, dan mengabaikan sumber
resiko atau ambiguitas lainnya. Ini tidak ada kaitannya dengan kualifikasi atau keahlian penulis,
namun dengan sifat manusia. Kaji ulang dapat dilakukan oleh individu internal atau eksternal
perusahaan yang terdiri dari tim desain. Yang paling penting adalah bahwa ulasan tersebut
merupakan tampilan baru/bersih oleh individu-individu yang memenuhi syarat.
3.5.3.5. Konsistensi
Kelemahan mendasar dari praktik saat ini, sebagaimana dinyatakan dalam forum industry
adalah ketidakcocokan antara pernyataan dalam GBR dan elemen lainnya dan ketentuan lainnya
dalam Kontrak. GBR harus konsisten dengan dan melengkapi dokumen lainnya. Panduan
berikut berguna untuk mencapai tujuan ini:
GBR dapat menyajikan alasan di balik persyaratan spesifikasi, namun harus
menghindari menyatakan persyaratan itu sendiri. Persyaratan terperinci harus
dinyatakan dalam spesifikasi saja.
Karena setiap baseline steatment disiapkan dan diselesaikan, spesifikasi teknis dan
ketentuan pembayaran yang terkait dengan baseline statement tersebut harus ditinjau
untuk konsistensi dan kewajaran. Misalnya, tingkat groundwater inflow pada heading
dapat dinyatakan sebagai baseline. Spesifikasi perlu mendefinisikan istilah "heading",
dan di mana dan bagaimana pengukuran aliran air tanah harus dilakukan di lapangan.
Jika TBM dilibatkan, uraian ini harus mempertimbangkan keterbatasan fisik yang akan
mengendalikan tempat bendung atau sistem pengukuran arus lainnya
dapatdiimplementasikan. Ketentuan pembayaran yang termasuk dalam Kontrak untuk
penanganan dan pembuangan air harus konsisten dengan pernyataan dalam GBR dan
spesifikasi.
Dokumen Kontrak lainnya harus direferensikan, bukan diulang atau diparafrasekan
ulang. Jika ada sesuatu yang disebutkan dua kali, bahkan hanya sedikit berbeda, elemen
ambiguitas diciptakan. Seperti spesifikasi, aturan dasarnya adalah "Katakan sekali, dan
katakan itu dengan baik."("Say it once, and say it well.")
GBR harus menjelaskan bagaimana baseline berhubungan dengan data yang terdapat
dalam GDR. Misalnya, jika nilai maksimum Unconfined Compressive Strength(UCS) yang
diuji adalah 19.157 psi, namundiperkirakan batuan 25.000 psi, penjelasan berikut harus
disediakan: "UCS tertinggi yang diuji adalah 19.157 psi, namun batu yang paling keras
tidak dapat ditemukan selama eksplorasi. Untuk tujuan baseline, penawar(bidder) harus
mengantisipasi bahwa batu dengan UCS hingga 25.000 psi akan ditemukan dalam
penggalian." Baseline harus menetapkan bahwa peralatan penggalian harus mampu
menggali batuan seberat 25.000 psi dan menunjukkan jumlah dari batu ini yang
diantisipasi. Spesifikasi harus menunjukkan bagaimana selama konstruksi kekuatan
batuan harus dievaluasi atau ditentukan.
Pernyataan baseline kuantitatif harus dipresentasikan hanya sekali. Dimana baseline ini
disajikan tidak penting, asalkan GBR mengidentifikasi keberadaannya, dan
mengarahkan pembaca ke lokasinya dalam dokumen kontrak. Misalnya, jika ada
kebutuhan untuk menunjukkan panjang yang diantisipasi dari jenis tanah yang berbeda
yang akan dihadapi di terowongan, mungkin lebih bijaksana untuk menunjukkannya
pada gambaran, terkait dengan stabilisasi tanah atau persyaratan pendukung dasarnya.
Bagian gambar atau spesifikasi akan secara khusus dirujuk dalam GBR.
Urutan didahulukan dari Dokumen Kontrak yang berbeda harus ditunjukkan secara
jelas dalam Ketentuan Umum atau Ketentuan Khusus, untuk menyelesaikan konflik yang
pastiakan ditafsirkan dalam dokumen.
Sementara hal di atas mungkin tampak aksiomatis dan mudah dicapai, kinerja masa lalu
menunjukkan bahwa potensi redundansi, ambiguitas, dan kontradiksi antara GBR dan Dokumen
Kontrak lainnya tinggi. Produk berkualitas tinggi yang diinginkan tidak akan tercapai kecuali
waktu dan anggaran yang tepat dialokasikan untuk memfasilitasi pengembangannya. Hal ini
dibahas lebih lanjut pada Bagian 6.6.
Beberapa pemilik mungkin beruntung bisa membawa sebanyak 10 sampai 50 persen dari
jumlah kontrak, tergantung pada rancangan dan resiko geoteknik yang diantisipasi, untuk
mengatasi variasi yang mungkin timbul. Banyak pemilik, bagaimanapun, tidak begitu
beruntung. Permintaan dana tambahan dapat menunjukkan tingkat resiko politik bagi owner's
project manager atau project manager's supervisor, sejauh ada hambatan untuk mencari dana
tambahan selama masa konstruksi. Dalam organisasi tertentu, kinerja owner's project manager
dapat dinilai berdasarkan kemampuannya untuk menghindari "cost overruns." Dengan
demikian, pemilik(owner) mungkin lebih memilih untuk memiliki baselineyang mencoba untuk
meminimalkan perubahan susunan proyek. Sebagai alternatif, pemilik(owner) dapat memilih
untuk memasukkan tunjangan tertentu atau dana sementara dalam upaya untuk digunakan, jika
diperlukan, untuk penyesuaian kontrak. Pemilik(owner) juga mungkin lebih memilih untuk
menentukan rancangan dan prosedur konstruksi yang kurang beresiko namun lebih mahal
untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan secara politis, seperti resiko permukiman
jalan umum atau bangunan yang berdekatan
Baseline yang benar adalah yang paling realistis mencerminkan basis data dan interpretasi yang
dikembangkan selama eksplorasi dan perancangan lapangan. Namun, ini mungkin bukan
pilihan terbaik dari sudut pandang pemilik (owner). Sangat disarankan agar tim desain
menyampaikan kepada pemilik (owner) konsekuensi potensial dari penetapan baseline pada
tingkat kesulitan yang berbeda, karena berkaitan dengan:
Efek pada harga penawaran;
Potensi perubahan pesanan yang berkaitan dengan kondisi site yang berbeda; dan
Kemungkinan besar biaya keseluruhan konstruksi
Pemilik perlu menghargai hubungan timbal balik antara faktor-faktor di atas, dan berpartisipasi
dalam diskusi dan pertimbangan yang mendahului saat penyelarasan Baseline.
Pertimbangan dari pemilik (owner) dalam proses evaluasi ini, sangat penting untuk
membedakan dan mengantisipasi siapa "pemilik(owner)" selama fase perancangan
dibandingkan dengan tahap konstruksi. Selama proses perancangan, ketika ketetapan baseline
dibuat, kepentingan pemilik(owner) dapat ditunjukkan oleh individu dari cabang desain atau
rekayasa. Namun, ketika konsekuensi dari keputusan awal diwujudkan selama konstruksi,
pemilik(owner) dapat diwakili oleh pejabat senior atau anggota dewan yang tidak terlibat
selama disain dan sedikit atau tanpa pengalaman konstruksi. Kepentingan pemilik(owner)akan
terlayani dengan baik jika salah satu perwakilan berpartisipasi dalam menetapkan baseline,
atau diberi tahu tentang keputusan awal sebelumnya yang dibuat atas nama pemiliknya(owner)
3.5.4.3. Manajemen resiko untuk Pemilik Kegiatan (Owner)
Pemilik (owner) sangat peduli dengan pengelolaan resiko keuangan selama proses konstruksi.
Tiga elemen yang harus dipahami dan di hargai oleh pemilik(owner) sejak awal, dengan
menasihati tim desain secara hati-hati, adalah:
Resiko konstruksi harus dialokasikan dan diterima secara adil; Pemilik menanggung
resiko kondisi bawah permukaan yang tidak diantisipasi. Resiko ini tidak bisa
dihilangkan.
Tidak ada jaminan dasar terhadap kejadian untuk klaim kondisi lapangan yang berbeda,
atau bertentangan dengan kebutuhan untuk menyesuaikan kuantitas untuk harga
satuan pekerjaan.
Terjadinya kondisi lapangan yang berbeda tidak mewakili dan itu sendiri merupakan
desain yang tidak tepat atas nama perancang. Biaya yang terkait dengan kondisi
lapangan yang berbeda oleh karena itu tidak dapat dipulihkan melalui asuransi
kewajiban Kesalahan dan Kelalaian perancang.
Pemilik harus mengerti apa yang bisa mereka lakukan untuk mengurangi resiko mereka. Salah
satu ukurannya adalah memberikan anggaran yang memadai untuk mengeksplorasi kondisi di
bawah permukaan, tidak hanya untuk tujuan para perancang, namun untuk persiapan tender
dan tujuan konstruksi. Tidak ada pengganti untuk melaksanakan program eksplorasi
menyeluruh. Semakin banyak yang diketahui tentang pekerjaan, semakin rendah biaya akhir
proyek nantinya. Jika ada area resiko yang teridentifikasi yang dapat dikelola atau dipahami
dengan lebih baik dengan mencari informasi tambahan dalam program eksplorasi tambahan,
pemilik harus bersedia menginvestasikan waktu dan uang untuk melakukan penyelidikan
tambahan semacam itu.
Langkah kedua adalah mempertahankan kualifikasi yang sesuai dan konsultan desain yang
berpengalaman untuk menyelidiki kondisi di bawah permukaan, untuk mengevaluasi potensi
resiko, dan untuk mempersiapkan gambar, spesifikasi, dan GBR yang sesuai dengan resiko
tersebut. Langkah ketiga adalah mengalokasikan anggaran yang cukup dan waktu yang cukup
untuk memungkinkan tim desain melengkapi desain, gambar dan spesifikasi, dan kemudian
proses iteratif (berulang) yang diperlukan untuk menyiapkan GBR yang jelas, terpadu, dan
konsisten. Ketika proses eksplorasi dan perancangan dipercepat untuk memenuhi tenggat
waktu yang telah ditentukan, hasilnya mungkin merupakan GBR yang tidak standar, yang
kemungkinan akan meningkatkan biaya akhir proyek. Langkah keempat adalah
mengembangkan ketentuan pembayaran harga satuan yang bisa disesuaikan dengan kondisi
yang ditemui.
Dengan memasukkan item-item ini dalam jadwal penawaran, harga yang kompetitif untuk item-
item ini diperoleh selama proses penawaran. Harga item variabel untuk berbagai tingkat atau
jumlah item, seperti groundwater inflows, dukungan tanah, penggalian, dll, memberikan cara
yang efektif untuk menangani kondisi tersebut jika dan kapan ditemukan, dan dapat
menghilangkan klaim DSC. Langkah kelima adalah meminimalkan kesalahpahaman mengenai
apa yang ditunjukkan oleh GBR, dengan mendorong tinjauan dan diskusi jujur mengenai
baseline dengan penawar sebelum tawaran diterima. Ini mungkin lebih mudah dicapai dengan
pemilik pribadi daripada di domain publik. Namun, kemampuan untuk menghilangkan
ambiguitas di antara calon penawar sebelum diajukannya penawaran akan menyelesaikan
banyak pertanyaan yang mungkin akan menyebabkan terjadinya perubahan pesanan dan
perselisihan yang tak terduga.
Pemilik dapat mengelola eksposurnya terhadap biaya konstruksi tambahan dengan
mempertahankan dana cadangan selain dari kontrak konstruksi. Dana ini harus dipertahankan
sampai semua potensi desain dan resiko geoteknik telah ditangani. Dana cadangan yang sesuai
mungkin 50% atau lebih, tergantung pada resiko yang dipersepsikan.
Peran dan tanggung jawab Ahli geoteknik / ahli geologi teknik adalah:
Menyediakan personil yang berpengalaman dalam penyelidikan site, pengumpulan data,
dan penyusunan laporan untuk proyek konstruksi bawah tanah;
Menyiapkan interpretasi data yang membahas masalah desain dan konstruksi untuk
pilihan desain yang layak secara geoteknik; dan
Berpartisipasi dalam penyusunan laporan baseline.
Peran dan tanggung jawab Kontraktor adalah:
Mencari klarifikasi ketentuan kontrak yang tidak jelas sebelum mengajukan penawaran;
Menawar pekerjaan dengan mempertimbangkan informasi GBR dan GDR, kontrak
baseline, dan interpretasinya mengenai kondisi geoteknik yang diantisipasi;
Memahami dan menerima tingkat resiko yang terkait dengan asumsi penawarannya
yang less adverse dibandingkan dengan baseline;
Menerima tanggung jawab untuk pemilihan sarana dan metode konstruksi, dan untuk
Menyediakan sarana(means), metode, dan peralatan yang sesuai dengan kondisi
baseline; dan
Lakukan penyesuaian yang diperlukan jika sarana dan metode yang awalnya dipilih
tidak sesuai.
Peran dan tanggung jawab Manajer konstruksi adalah:
Mendokumentasikan dengan benar kondisi aktual yang dihadapi dan dampak kondisi
seperti itu pada konstruksi;
Hati-hati dan teliti mempertimbangkan semua klaim DSC yang diajukan oleh kontraktor;
Mengakui keberadaan dan mendorong pemilik untuk segera mengkompensasi
kontraktor untuk DSC yang valid; dan
Bila sesuai, menjelaskan dengan tegas dan meyakinkan kepada kontraktor mengapa
klaim tertentu tidak valid.
Akhirnya, jika diminta, maka peran dan tanggung jawab petugas pengadilan adalah:
Menghormati hirarki kontrak dari berbagai Dokumen Kontrak dan signifikansi kontrak
dari apa yang disajikan di baseline;
Menghargai pengaruh peralatan, sarana, metode, pengalaman, dan efisiensi yang dipilih
kontraktor, perilaku dan kinerja keseluruhan;
Merekomendasikan hak untuk kondisi yang lebih buruk daripada baseline jika mereka
menghasilkan biaya tambahan kepada kontraktor; dan
Menolak klaim-klaim yang didasarkan pada asumsi oleh kontraktor yang less adverse daripada
yang ditunjukkan di laporan baseline, atau jika kondisi yang sesuai dengan baseline ditemukan.
ditunjukkan pada gambar 3.3. Air tanah dan air dari akuifer yang saling terkait dimana
permukaan batuan jenuh dengan massa air yang membentang melebihi ketebalan lapisan atau
bagian utama lapisan akan menjadi yang paling berbahaya selama penerowongan.
Memposisikan terowongan di lapisan semacam itu harus dihindari. Apabila tidak bisa dihindari
maka diperlukan metode dan teknik khusus penerowongan untuk mengarahkan terowongan
melalui lapisan semacam itu.
Teknik dan metodenya bisa seperti memakai metode shields dan dewatering (pengeringan air)
dengan tekanan udara. Kemungkinan untuk menemukan terowongan di atas permukaan air
tanah dengan merelokasi alinemen terowongan juga harus dipertimbangkan. Pada gambar 3.4.
diilustrasikan tentang bagaimana memposisikan elevasi terowongan terhadap elevasi air tanah
yang ada, serta keuntungan dan kerugian yang ada (Szechy, 1970)
Kajian hidrologi dan hidrogeologi bertujuan untuk menganalisis pengaruh air tanah baik, yang
ada dipermukaan (hidrologi) maupun bawah tanah (hidrogeologi) dan mempelajari
karakteristik aquifer. Data ini dipergunakan sebagai masukan untuk lanjutan perancangan
penanganan terhadap air bawah tanah dalam penggalian dan sistem perkuatan terowongan.
Sambungan
Lempeng Batuan
Gambar 3.2. Tirai Air Hasil Infiltrasi Air dari Sambungan Lempeng Batuan
Lokasi paling
Hanya air logis
permukaan
1 1
GWL Kering dari sini
2 2
Vol. Rembesan Lokasi
berkurang sesuai gradien campuran
3 3
Bocoran air di sisi atap
dan keluarnya air pada Lokasi tidak
celah sambungan dari menguntungkan
semua sisi drift
Gambar 3.3. Alternatif Elevasi terowongan terhadap Kondisi Air Bawah Tanah
Gambar 3.5. Kisaran harga tahanan jenis dari berbagai macam batuan
(amer.soc.civil engrs menurut TODD, 1980)
Gambar 3.7. Kecepatan rambat gelombang seismik pada beberapa macam batuan
(Amer.Soc.civil Engrs. Menurut TODD, 1980)
Gambar 3.8. Skema rambat gelombang pada sistem tiga lapisan (Bouwer, 1978)
Untuk mengetahui ketebalan lapisan misalnya D1 (gambar 68) dengan menggunakan rumus :
X1 V2 V1
D1 =
Z V2 V1
Pemboran airtanah dapat dilakukan dengan sistem pemboran tumbuk atau dengan sistem
pemboran putar. Prinsip pemboran tumbuk adalah dengan mengangkat dan menjatuhkan
rangkaian alat bor yang digantung pada kawat sehingga terbentuk lubang bor, kemudian
mengambil serbuk bor (cutting) hasil tumbukan dengan alat timba (bailer). Komponen bor
tumbuk utama seperti pada gambar 3.10.
Pemboran putar yang dikenal dengan reserve circulation rotary drilling (pemboran putar
dengan sirkulasi terbaik), yaitu pemboran yang disertai dengan pemompaan dari lubang bor
lewat pipa bor keluar ke dalam kolam dan air kembali dimasukkan kembali kelubang lewat
diantara pipa bor dengan dinding bor. Pemboran putar dengan sirkulasi air yaitu pemboran
putar yang disertai dengan memasukkan air dari kolam lubang bor lewat water swivel, pipa bor
sampai ke pahat bor dan kembali naik bersama sama serbuk bor keluar lewat antara pipa bor
dan dinding lubang bor dan dialirkan masuk ke dalam kolam. Sebelum masuk ke dalam kolam
serbuk bor diambil sebagai contoh dan dimasukkan ke dalam kotak contoh serbuk bor sesuai
dengan kedalamanya. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemboran adalah faktor
litologi, faktor mekanis, antara lain kecepatan putar bor, jenis mata bor, diameter pemboran,
faktor hidrolis antara lain jalanya sirkulasi, hilangnya gesekan, faktor zat alir antara lain berat
jenisnya, kekentalan dan faktor-faktor lain, yaitu kemampuan tenaga kerja, kemampuan mesin.
Di dalam melakukan pemboran sering dijumpai adanya berbagai persoalan antara lain : zat alir
yang berfungsi sebagai pengangkut serbuk bor. Zat alir perlu ditentukan berat jenisnya,
kekentalanya, dan debitnya agar serbuk bor lancer keluar. Persoalan lain yaitu terjepitnya bor
yang dapat disebabkan karena serbuk bor yang menyumbat, runtuhnya dinding bor, perubahan
tekanan antara Lumpur dan formasi pada wakto bor dalam keadan berhenti, pemboran tidak
tegak.
Pemboran yang tidak lurus dapat ditentukan karena faktor geologis, faktor mekanis misalnya
pahat bor terlalu berat/besar tidak sebanding dengan batang bor dan tekanan bor yang
diberikan. Hilangnya lumpur (zat alir) bor yang dikenal sebagai mud loss atau water loss. Hal ini
dapat disebabkan karena keadaan formasi batuan, lumpur yang digunakan atau kesalahan
teknik, misalnya terlampau dipaksakan sehingga meruntuhkan lubang bor dan membentuk
rongga yang memungkinkan hilangnya lumpur bor (zat alir). Persoalan yang lain adalah
jatuhnya rangkaian bor ke dalam lubang bor atau patahnya rangkaian tersebut. Untuk
mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan memancing alat-alat yang jatuh kedalam lubang
bor. Alat pancing yang digunakan harus sesuai dengan alat yang jatuh ke dalam lubang bor.
Pencatatan yang dilakukan langsung di lapangan adalah berupa laporan pemboran yang berisi
laporan jalanya pemboran yaitu tentang tanggal pemboran (waktu pemboran), kedalaman
diameter pahat bor, kecepatan pemboran, muka airtanah sebelum dan sesudah pemboran, dan
keterangan lain mengenai serbuk bor, warna zat alir, debit air sirkulasi, dan sebagainya. dari
data ini dpat dibuat laporan geologi pemboran seperti pada tabel 26.
Dalam pemboran ini juga dilakukan uji pompa. Uji pompa yang dilakukan adalah uji pompa
jangka pendek (short periode pumping test) yaitu biasanya kurang dari 6 jam. Analisis uji pompa
harus disesuaikan dengan kondisi geohidrologi (kondisi akuifernya) seperti yang diterangkan
pada bab V.4 di muka. Selain uji pompa yang dilakukan pada setiap akuifer yang diketemukan
juga dilakukan pengambilan contoh air pada setiap akuifer yang dijumpai untuk dianalisis di
laboratorium seperti pada bab VII. Penyelidikan bawah permukaan yang lain adalah logging
geofisika antara lain terdiri dari loging listrik (electric logging), log sp (self potensial logging), log
sinar gamma (gamma-ray logging) dsb nya.
Log listrik dan log SP dilakukan pada lubang bor yang masih terbuka, sedangkan log sinar
gamma dapat dilakukan pada lubang bor yang sudah dikonstruksi. Log listrik mencatat tahanan
jenis semu lapisan batuan yang ada di dalam lubang bor dan spontaneous potensialnya, kedua
sifat tersebut berhubungan secara tidak langsung dengan sifat (jenis) litologi di dalam lubang
bor dan kualitas airtanahnya.
Litologi
Kedalaman (m)
muka
Tebal (m)
Debit
Tanggal
nama batuan
Penampang
(t/m)
Dalam keadaan kering pasir dan lempung mempunyai tahanan jenis yang tinggi akan tetapi jika
mengandung air akan menurunkan harga tahanan jenis. Kenyataanya daya hantar listrik air
bervariasi sesuai dengan kandungan garam, sebagai contoh air destilasi mempunyai sifat daya
hantar listriknya jelek sehingga tahanan jenisnya tinggi. Air asin mempunyai daya hantar listrik
yang tinggi atau mempunyai tahanan jenis rendah.
Lempung yang mengandung air mempunyai tahanan jenis yang rendah , pasir dengan airtawar
mempunyai tahanan jenis yang relatif tinggi dibandingkan kalau kandungan aitnya asin. Pasir
dengan air asin mempunyai tahanan jenis yang rendah seperti pada lempung. Hal semacam ini
yang menyulitkan didalam menginterpretasikan kalau hanya berdasarkan harga tahanan jenis
saja. Sehingga dilakukan juga loging-logging yang lain. Selain itu apabila lubang bornya
terlampau besar maka yang tercatat hanya lumpur yang menempel pada lubang bor. dalam
interpretasi harus dipertimbangkan diameter lubang bor, tipe zat alir, kualitas air, porositas,
tingkat penempelan lumpur pada lubang bor dan tipe susunan rangkaian elektroda yang
digunakan. Sebagai contoh pada pasir yang mengandung airtanah dengan jumlah kandungan
garam (TDS) 600 bpj akan menunjukkan harga tahanan jenisnya setengahnya harga tahanan
jenis pada pasir yang mengandung airtanah dengan TDS sebesar 300 bpj. Log SP mencatat
perubahan spontaneous potensial atau self potensial nya sepanjang lubang bor. Selain log listrik
tersebut adalah log sinar gamma yang mancatat radiasi sinar gamma dari elemen-elemen
radioaktif pada lubang bor. Perubahan radiasi menunjukkan perubahan material pada setiap
lapisan batuan. pada lempung, shale, mempunyai elemen radioaktif lebih banyak dibandingkan
dengan batugamping, batupasir, ataupun pasir. Beberapa macam batuan mempunyai sifat
radioaktif seperti pada gambar 3.11
Gambar 3.11. Hubungan macam litologi dengan aktivitas sinar gamma (Johnson, 1975)
Contoh log geofisika menurut Johnson, 1975 : seperti pada gambar 3.12 dan 3.13.
Bab IV
Desain Terowongan
Desain terowongan jalan merupakan gabungan dari beberapa disiplin ilmu yang ada, selain dari
ilmu jalan raya tentang geometrik jalan juga yang merupakan faktor utama perencanaan
terowongan ini adalah metode penerowongan dan struktur terowongan itu sendiri. Di dalam bab
ini akan diuraikan tentang persyaratan geometrik jalan di dalam terowongan, metode
penerowongannya baik untuk tanah lunak, batuan dan campuran batuan, peralatan dan material
yang dipakai, serta jenis struktur pendukung massa terowongan yang kita sebut lining.
Materi yang disampaikan pada bab 4 ini adalah persyaratan yang secara umum diperlukan untuk
merancang/mendesain sebuah terowongan seperti persyaratan alinemen jalan raya beserta
perangkat geometrik lainnya, perancangan badan terowongan, perancangan struktur lining,
perancangan elektrikal dan mekanikal yang diperlukan di dalam terowongan serta sistem
perambuan nya.
mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 19/PRT/M/2011 Persyaratan Teknis Jalan
dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan, terdiri dari :
4.1.1. Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana ditetapkan dengan mempertimbangkan :
a. Sistim Jaringan jalan, yang terdiri atas :
1) Sistim jaringan jalan primer
2) Sistim jaringan jalan sekunder
b. Lalu lintas Harian Rata-rata Tahunan (LHRT)
c. Spesifikasi penyediaan prasarana
d. Tipe medan (topografi) : datar, bukit dan gunung
Apabila bahu jalan tidak diadakan, maka harus dissediakan lajur tepian di kiri dan di kanan jalur
lalu lintas, minimal dengan lebar 0,50 m. Median pada jalan raya berfungsi untuk memisahkan
arus lalu lintas yang berlawanan arah. Median jalan terdiri atas marka garis tepi, jalur tepian atau
bahu dalam dan bagian tengah median (yang ditinggikan atau direndahkan). Lebar median diukur
sesuai dengan jarak antara sisi dalam marka garis tepi. Median Jalan paling kecil mengacu
Lampiran Permen No. 19/PRT/M/2011, untuk jalan raya sebagai berikut :
Pemisah lajur digunakan untuk memisahkan arus lalu lintas searah yang berbeda kecepatan
rencananya atau berbeda kecepatan operasionalnya atau berbeda peruntukan jenis kendaraan
yang diijinkan beroperasinya atau berbeda kelas fungsi jalannya. Lebar lajur pemisah terdiri atas :
marka garis tepi, lajur tepian dan bagian bangunan pemisah lajur yang ditinggikan.
Lebar lajur pemisah paling kecil ditetapkan :
- 1 (satu) meter untuk lajur pemisah tanpa rambu
- 2 (dua) meter untuk lajur pemisah yang dilengkapi dengan rambu.
Nilai kapasitas jalan ditetapkan berdasarkan manual tentang kapasitas jalan yang berlaku di
Indonesia (MKJI)
4.1.4. Alinemen Terowongan
Secara umum perencanaan alinemen terowongan jalan harus mempertimbangkan kondisi
geologi, geoteknik dan groundwater di lapangan serta kendala lingkungan.
Apabila jari-jari tikungan kurang dari yang diperlukan untuk mencapai minimal jarak pandangan
henti (LS) dalam tabel di atas, maka sisi dalam lengkung harus diperlebar. Perhitungan pelebaran
sama seperti pada jalan normal. Hubungan antara Jari-jari (R) tikungan, jarak pandangan henti
(LS) dan jarak dari mata pengemudi ke dinding terowongan (B) diberikan dalam rumus sebagai
berkut :
R = (LS)2 / 8B
Pada terowongan dengan lalu-lintas 2 arah, pandangan mata pengemudi diasumsikan 1,1 m di
atas lajur lalu-lintas dan 1m dari as jalan (lihat gambar di atas).
kerusakan dari langit-langit terowongan atau komponen dari sistim yang dipasang pada langit-
langit atau dinding terowongan. Pipa ventilasi terowongan, jika diperlukan dapat disediakan di
atas atau di bawah lajur lalu lintas, atau disampingnya. Dengan memindahkan ventilasi dari atas
ke samping dapat mengurangi kelandaian terowongan atau mengurangi panjang. Rambu
peringatan batas ketinggian dan rute pencabangan harus disediakan sebelum lalu lintas mencapai
jalan masuk terowongan.
Tinggi Terowongan
-
Safety Walk
Safety
Walk Ruang Bebas Horisontal
CL Terowongan
CL Jalan Raya
CL Jalan Raya
Lebar Terowongan
Tinggi Terowongan
Ruang Bebas Horisontal Ruang bebas vertikal
Safety
Walk
Lebar Terowongan
LHRT
1 .2 7 36
4.60
4.60
4.60
3.00
Gambar 4.6. Terowongan T4 Gambar 4.7. Terowongan T 5.5 Gambar 4.8. Terowongan T 7 Gambar 4.9. Terowongan T 8.5
4.60
4.60
0.25 0.25
0.25 0.25
1.00 3.50 3.50 1.00
0.75 3.25 3.25 3.00 0.75
Gambar 4.10. Terowongan (T 9.5) Gambar 4.11. Terowongan T11.5 Gambar 4.12. Terowongan T 12.5
Potongan melintang terowongan T 9.5 digunakan untuk lalu-lintas 2 arah pada kategori
terowongan D. Dan digunakan pada tiap tabung pada kategori terowongan F, serta dapat
digunakan pada Kategori terowongan C dan E untuk jaringan jalan utama.
Potongan melintang terowongan T 11.5 dapat digunakan jika ada kebutuhan untuk 3 lajur atau
untuk parkir darurat (emergency lay by) pada kategori terowongan B,C dan E.
Potongan melintang terowongan T 12.5 dapat digunakan jika ada kebutuhan untuk 3 lajur atau
parkir darurat (emergency lay-by) pada kategori terowongan D dan F
Tempat parkir darurat dapat juga difungsikan untuk tempat berputar kendaraan ringan /
kecil.
Tempat putar seperti gambar di atas dapat digunakan berputar untuk kendaraan berat
Tabel 4.7. Jarak normal antar tempat parkir dan tempat putar.
Kategori Jarak normal tempat Jarak normal
Keterangan
terowongan parkir darurat tempat putar
A - -
B 500 m 2000 m
C 375 m 1500 m
D 250 m 1000 m
E,F 500 - Diterapkap pada masing-masing
tabung terowongan
KATEGORI TEROWONGAN C
KATEGORI TEROWONGAN D
KATEGORI TEROWONGAN E
KATEGORI TEROWONGAN F
Gambar 4.21. Panjang lajur percepatan dan taper pada jalan masuk dan dalam terowongan
Gambar 4.22. Panjang lajur perlambatan dan taper pada jalan keluar terowongan
Bahu 0,6 M
3,6 m 3,6 m
1,2 M Lajur Jalan Lajur Jalan
Bahu
Gambar 4.24. Struktur Portal yang Lebih Besar untuk Pusat Kontrol Operasi
kondisi tingkat tegangan in situ dan karakteristik massa batan. Pada kedalaman terowongan yang
dangkal, dengan kondisi massa batuan membentuk blok – blok bongkah batuan, masalah
runtuhnya batuan di sekitar dinding terowongan akibat gaya gravitasi dan dapat berupa blok baji
berasal dari runtuh atap, dan gelinciran batuan di bagian dinding terowongan. Terowongan yang
letaknya semakin dalam dari permukaan maka tingkat tegangan batuan semakin tinggi maka
akan mencapai tingkat tegangan yang mengakibatkan terjadinya runtuhnya massa batuan di
sekitar terowongan, jenis runtuhan batuan adalag spalling, slabbing, dan bisa ledakan batuan
(rock burst). Sebaliknya, penggalain terowongan pada batuan masif dan tidak lapuk merupakan
contoh kondisi yang sangat ideal. Pada kondisi ini, keadaan tegangan relative rendah, sehingga
penggalian tidak mengalami masalah stabilitas, dan sistem penyanggaan yang digunakan relative
sedikit.
4.2.1.2. Keruntuhan Baji
Ukuran terowongan dibandingkan dengan jarak antara kekar dalam artian lebih kearah
penerapan infrastruktur, maka batuan yang terdapat di terowongan bersifat diskontinu. Perilaku
terowongan pada material kontinyu tergantng pada kekuatan batuan dan sifat perpindahannya,
sementara terowongan pada material diskontinyu tergantung pada karakter dan jarak antara
bidang diskonitinyu. Pada perhitungan dengan model analitik (hampir sama dengan perhitungan
terowongan pada tanah), sementara untuk model berikutnya lebih memperhatikan pergerakan
dari baji atau blok batuan dengan demikian pendekatan berdasarkan kondisi massa batuan.
Dengan demikian batuan membentuk suatu selubung (ground arch) di sekitar terowongan dan
menghasilkan distribusi tegangan menghasilkan suatu beban. Penstabilan terhadap blok dan baji
pada terowongan, tahapan pertama adalah menentukan jumlah, orientasi dan kondisi bidang
kekar. Q-sistem seperti pada Sub-Bab Memberikan dasar informasi
yang diperlukan untuk kondisi kekar tersebut, meliputi:
• Jumlah kekar (number of joints);
• Kekasaran kekar (joint roughness);
• Pelapukan kekar (joint alteration);
• Kondisi air pada kekar (joint water condition);
• Kondisi tegangan pada kekar (joint stress condition).
Berdasarkan parameter diatas dapat membuat analisis stabilitas blok dan baji serta sistem
penyangga yang diperlukan untuk menambah tingkat stabilitas di atap dan dinding terowngan.
Pada terowongan kecil dengan geometri biasa analisis awal dapat ditentukan dari pendekatan
yang paling sederhana. Untuk terowongan dengan ukuran besar dan memiliki geomteri yang
lebih komplek serta terdapat bidang kekar yang sangat beragam, dapat dianalisis dengan bantuan
software. Seperti yang telah diterangkan sebelumnya, kecuali untuk terowongan kecil yang dibuat
pada batuan sangat masif, konsep batuan utuh (solid rock) selalu salah konsep. Hasilnya, perilaku
batuan di sekitar terowongan adalah terowongan di batu yaitu selalu menerapkan konsep
material sebagai blok dan kontinu. Hal ini bertolak belakang dengan terowongan di batuan lunak
yaitu kadang-kadang dianggap material elastik atau elasto-plastik dalam perhitungan permodelan
secara signifikan lebih benar dan rasional. Gambar 4.25 memperlihatkan pergerakan dari
perilaku blok saat akan runtuh, dan Gambar 4.26 memperlihatkan bagaimana blok kunci (key
block) dapat menstabilkan dinding (Deere, 1969).
Step 1- Block A and C ditangani ditempat dengan rock bolt dan concrete
Step 2- Block B ditangani di tempat dengan Blocks A and C
Step 3- Block D ditangani ditempat dengan Blocks A, B, and C
Step 4- Blocks E and F ditangani ditempat dengan Blocks A, B, and D didukung dengan rock bolt dan
concrete
Gambar 4.26. Penyanggaan pada keruntuhan progressive pada Supported Blocky Rock
dapat dihitung dengan menggunakan faktor kekuatan (SF) terhadap bidang geser, yaitu (𝜎 1f –
𝜎 3)/( 𝜎 1 – 𝜎 3), keterangan bahwa (𝜎 1f – 𝜎 3) adalah kekuatan massa batuan dan (σ1 −σ3 ) adalah
distribusi tegangan, 𝜎 1 dan 𝜎 3 adalah tegangan principal, 𝜎 1f adalah tegangan principal utama
pada saat runtuh. SF lebih besar 1,0 menunjukan bahwa kekuatan massa batuan lebih besar dari
tegangan yang terdistribusi, contohkan tidak terjadi kekuatan berlebihan pada massa batuan,
Ketika SF kurang dari 1,0 tegangan yang terdistribusi lebih besar dari kekuatan massa batuan,
dan massa batuan terjadi tekanan berlebihan dan kondisi seperti tersebut masuk dalam kondisi
plastic.
4.2.1.4. Kembang dan Susut
Batuan berkerut (squeezing rock) berhubungan dengan pembentukan daerah plastic pada
terowongan, sehingga menyebabkan ketidakstabilan. Dari pandangan perancangan terowongan,
massa batuan dianggap lunak ketika kuat tekan uniaksial in-situ lebih kecil daripada kondisi asli
dan lebih kecil dari tegangan yang bekerja saat penggalian terowongan. Hoek dkk. (2000)
membuat grafik untuk meperkirakan masalah perkerutan batuan berdasarkan regangan yang
terjadi tanpa disangga (Gambar 4.27).
Gambar 4.27. Hubungan antara ketegangan dan perkerutan massa batuan (Hoek, dkk, 2000)
Gambar 4.27 ada grafik sederhana untuk menaksir potensi perkerutan massa batuan dengan
membandingkan antara kekuatan massa batuan dengan tegangan in-situ. Berdasarkan hasil
perhitungan metode elemen hingga (FEM) terjadinya perkerutan batuan ketika perbandingan
regangan dengan diameter terowongan lebih dari 2,5%. Catatan bahwa batas terowongan tidak
perlu disangga atau tidak. Pengembangan batuan (swelling rock) berhubungan dengan
penambahan kadar air batuan. Pengembangan batuan kadang-kadang berhubungan dengan
perkerutan batuan, tetapi terjadi tanpa melalui zone plastic. Pengembangan batuan berhubungan
dengan mineral lempung khususnya Montmorillinitic shale. Uji yang sangat sederhana dapat
dilakukan di laboratorium. Pada kenyataan sistem penyangga harus tahan terhadap tekanan
pengembangan hingga pergerakan akibat pengambangan.
penentuan terowongan berdasarkan RQD. Pada metode klasifikasi Q dan RMR parameter RQD
merupakan parameter penentuan kedua metode klasifikasi tersebut.
4.2.1.7. Q System
Berdasarkan sebuah hasil evaluasi dari sejumlah penggalian bawah tanah, Norwegian
Geotechnical Institute, yaitu Barton, dkk. (1974) mengusulkan suatu indek untuk menentukan
kualitas massa batuan pada pekerjaan penerowongan yaitu Tunneling Quality Index (Q), yang
bertujuan menentukan karakteristik massa batuan dan sistem penyangga yang diperlukan untuk
terowongan. Pada penerapan tradisional Q ini menggunakan enam parameter nilai Q dapal
rekayasa batuan untuk menentukan kombinasi yang tepat antara beton tembak (shotcrete) dan
baut batuan (rock bolt) untuk memperkuat massa batuan, terutama pada pekerjaan terowongan
sipil. Nilai dari Q merupakan skala logaritmik dari 0,001 hingga 1.000. Untuk menentukan nilai Q
adalah: (Barton, dkk., 2002)
𝑹𝑸𝑫 𝑱𝒓 𝑱𝒘
𝑸=[ ]𝒙[ ]𝒙[ ]
𝑱𝒏 𝑱𝒂 𝑹𝑺𝑭
Keterangan: RQD adalah Rock Quality Designation, Jn adalah Jumlah Joint set, Jr adalah nilai
kekasaran kekar, Ja adalah nilai pelapukan kekar, Jw adalah faktor pengurangan akibat air, dan
SRF adalah stress reduction factor. Catatan bahwa RQD/Jn adalah ukuran dari blok, Jr/ja adalah
kekuatan geser kekar, dan Jw/SRF adalah ukuran tegangan kekar. Parameter klasifikasi massa
batuan yang digunakan untuk mendapatkan Tunneling Quality Index Q massa batuan.
Berdasarkan catatan bahwa penentuan Q berdasarkan hasil dari pengalaman 1.000 terowongan.
Evaluasi parameter Q dan penggunaan table 4.11 dapat digambarkan seperti penilaian terhadap
terowongan dengan properties sebagai berikut:
𝑹𝑸𝑫 𝑱𝒓 𝑱𝒘 𝟖𝟎 𝟐 𝟎, 𝟔𝟔
𝑸=[ ]𝒙[ ]𝒙[ ] = [ ]𝒙[ ]𝒙[ ]=𝟗
𝑱𝒏 𝑱𝒂 𝑹𝑺𝑭 𝟔 𝟐 𝟏
Sebagai rujukan penentuan sistem penyangga. Perlu dicatat, bahwa Sistem-Q ini sangat tepat jika
digunakan pada massa batuan terkekarkan karena batuan runtuh akibar jatuhan akibat gaya
grafitasi. Kebanyakan untuk jenis batuan lain, sistem-Q seperti klasifikasi yang lainnya memiliki
keterbatasam. Sistem-Q secara empirik didapat dari 1000 kasus terowongan di daerah
Scandinavia dan metode penggalian menggunakan pengeboran dan peledakan. Kurva Sistem-Q
sangat membantu untuk menentukan sistem penyanggaan. Untuk metode penggalian dengan
TBM, maka kerusakan massa batuan dinding lebih kecil daripada metode pengeboran dan
peledakan, maka Sistem-Q penggalian dengan TBM ditambah dengan faktor penambahan 2 untuk
nilai Q antara 4 dan 30.
Cara menghitung RMR dari enam parameter masuk, yaitu dengan menjumlah enam parameter
hasil pembobotannya. Contoh ini diterapkan untuk teroangan dengan lebar span 10 m.
Tabel 4.12. Penentuan nilai RMR menggunakan
Gambar 4.28. Hubungan antara RQD dengan Ratio Modulus (Bieniawski, 1984)
Berdasarkan hasil analisis balik (back analysis) dari berbagai kasus, beberapa metode telah
dikemukakan untuk mengevalasi modulus deformasi massa batuan berdasarkan metode
klasifikasi massa batuan.
Tabel 4.13. Penentuan Modulus Deformasi Massa Batuan Menggunakan Klasifikasi Massa
Batuan
Rock Mass Deformation Modulus (MPa) Reference
Em = 10
(𝑅𝑀𝑅 10) Serafim and Pereira (1983)
40
1−𝐷/2
Em = 100000[ ]** Hoek and Diederichs (2006)
1+𝑒 ((75+25𝐷−𝐺𝑆𝐼)/11)
* GSI merepresentasikan Geological Strenght Index. Nilai GSI berkisar dari 10, utk. Massa batuan paling
lemah, dan 100 untuk batuan utuh. (GSI = RMR89 – 5=9 LogeQ + 44)
** D adalah faktor yang tergantung pada tingkat gangguan akibat kerusakan akibat ledakan dan relaksasi
tegangan. Ini berkisar dari nilai 0 untuk massa batuan yang tidak terganggu sampai 1 untuk massa
batuan yang sangat terganggu
Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penyelidikan harus memiliki pemahaman yang
sama terhadap parameter-parameter dasar untuk kebutuhan desain.
4.2.2.3. Penentuan kategori batuan/tanah
Kondisi batuan/tanah harus diklasifikasikan berdasarkan cara pandang yang komprehensif.
Klasifikasi batuan/tanah dilakukan berdasarkan parameter kecepatan gelombang elastis, kondisi
geologi (pengaruh air dan faktor litologi, interval dan kondisi diskontinuitas), kondisi inti hasil
pengeboran (kondisi kualitas batuan/RQD), faktor kompetensi, serta situasi penerowongan dan
batas deformasi. Klasifikasi batuan/tanah pada pedoman ini pada dasarnya dirancang untuk
perencanaan terowongan jalan dengan dua lajur atau tiga lajur yang mempunyai lapisan penutup
(overburden) lebih dari 20 m tetapi kurang dari 500 m. Klasifikasi batuan/tanah pada
pedoman ini tidak dapat diterapkan untuk kasus-kasus khusus seperti batuan/tanah di dekat
portal yang terdapat tekanan tanah lokal, daerah dengan potensi tanah longsor dan kasus dengan
pembatasan penurunan tanah.
tahapannya bagian atasnya diledakan pertama kali, dan setelah hasil peledakan tersebut
dipindahkan maka dilakukan seperti dengan peledakan di bench. Tapi juga sering dilakukan pada
beberapa kasus diledakan hanya satu kali peledakan. Pengeboran lubang ledak dilakukan dengan
peralatan yang terdapat beberapa alat bor dalam satu alat. Pola lubang ledak ditentukan sebelum
peledakan, sesuai dengan jenis batuan, keadaan bidang diskontinuitas (kekar, retakan, bidang
perlapisan), dan bentuk akhir terowongan. Contoh pola pengeboran untuk satu permuka
terowongan dengan berbagai jenis lubang ledak. Urutan peledakan lubang ledak tersebut terdiri
dari Burn Cut (lubang ledak di tengah-tengah permuka terowongan), Production Hole (lubang
ledak pada Blashole Slash Area), dan Lubang Smoothwall Hole (Lubang ledak pada sekeliling
dinding terowongan).
Mulai peledakan setiap cut tanpa adanya bidang bebas, beberapa lubang selalu dibuat tanpa diisi
bahan peledak pada jarak yang berdekatan dengan titik ledak awal. Burn Hole dibuat dengan
diameter lebih besar dari lubang ledak terisi, hal ini merupakan tambahan pekerjaan disamping
untuk pembuatan lubang ledak dengan ukuran yang normal. Beberapa pola Burn Hole dibuat agar
memperoleh cut yang optimal, hal ini tergantung pada jenis batuan dan pola dari kekar dengan
kondisi geologi yang ada. Lubang ledak di dekat Burn Hole diledakan pertama kali, dengan waktu
yang cukup untuk membuat bidang bebas selanjutnya lubang ledak hingga memperoleh bidang
bebas yang semakin besar. Lubang Produksi. Peledakan selalu dimulai dari Burn Cut, secara
berturut-turut batuan dipindahkan secara teratur, setelah diledakan burn cut, maka urutan
peledakan adalah di luar burn cut. Penyambungan peledakan dalam artian urutan yang benar
dapat dikerjakan dalam kondisi ruangan terbatas di dalam terowongan.
Dinding Halus
Daerah Percobaan
Ledakan
(17/8`` DIA)
Area Ledakan
Daerah
Potongan Lubang Terbuka
Dibuka 3,5`` DIA
Gambar 4.29 memperlihatkan sambungan sumbu ledak yang cukup komplek, dengan warna
sambungan merah, dan berhubungan dengan waktu tunda juga berwarna lain, sambungan ini
hingga seluruh lubang tersambung. Urutan peledakan sesuai yang dirancang akan meledakan
lubang-lubang sehingga memerlukan cukup waktu untuk meledakan batuan tetapi juga tidak
banyak waktu sehingga lubang ledak yang tidak meledak akan meretakan batuan samping
dinding terowongan. Pengontrolan dinding terowongan adalah yang penting sehingga dinding
terowongan stabil dan dirancang serapat mungkin antar lubang di dinding terowongan.
Selanjutnya diisi bahan peledak sedikit saja, lubang ini disebut dengan perimeter holes atau
smoothwall holes. Untuk waktu tunda digunaan cukup panjang (extra delay) sehingga cukup
waktu untuk batuan terpecah dan menghasilkan sedikit kerusakan akibat adanya peledakan
berlebih (neat atau overbreak). Jenis isian untuk keperlua smooth hole.
Selanjutnya setelah semua production hole telah diledakkan, smoothwall hole diledakan dengan
waktu tunda yang sama, maka terjadi effect “zipper” yang menghasilkan dinding sekeliling
terowongan hasil ledakan yang halus. Pengaruh lingkungan – Getaran tanah dan dentuman suara
(airblas) tidak terjadi apabila semua energi peledakan digunakan untuk memecahkan batuan –
beberapa energi ada yang tidak digunakan sehingga geteran keluar dari daerah batuan yang
diledakan. Getaran tanah ini menyebabkan kondisi tidak stabil pada terowongan, atau struktur di
sekitar daerah peledakan. Dentuman suara terjadi akibat penjalaran gelombang tekan dari
peledakan ke udara, hal tersebut juga bisa membawa bongkahan hasil peledakan dan juga
mungkin akibat penekanan gas terhadap lubang ledak. Hal seperti ini di dalam peledakan
terowongan tidak menjadi masalah, karena sebelum meledakan semua pekerja di dalam
terowongan harus keluar terlebih dahulu.
E. Metode Peledakan
Seperti telah diterangkan sebelumnya, bahwa bahan peledakan telah digunakan di penggalian
batuan sejak waktu lama. Seiring dengan perjalanan waktu, para insinyur telah mempelajari
secara akademik hubungan antara sifat-sifat bahan peledak, berbagai faktor yang dapat dikontrol
seperti geometri peledakan dan waktu, dan faktor yang tidak dapat dikontrol seperti jenis batuan
dan keberadaan bidang kekar dan retakan. Beberapa hubungan dapat menunjukan sangat sesuai
dengan konfigurasi lubang ledak, waktu dan jenis bahan peledak, seperti terlihat pada Gambar
4.32 adalah gambar nyata peledak di terowongan, secara ideal sangat sukar untuk dicapai.
Lubang ledak sebelum dibor ditanda dengan cat semprot pada permukaan yang tidak rata, dan
saat dibor berdebu dan bahkan berair. Penyangga atap dengan baut batuan dan diberi wiremesh
(seperti Gambar 4.32) Kondisi penerangan terbatas. Secara keseluruhan ini suatu kondisi
pekerjaan yang sangat menantang. Pada artian peledakan merupakan seni, yaitu pada saat
pekerjaan berhubungan dengan pengalaman dan kemampuan kontraktor peledakan, konsultan
peledakan dalam mengerjakan pekerjaan pengeboran dan peledakan di terowongan.
Gambar 4.33. Proses peretakan diantara dua Disk Cutter (Herrenknecht, 2003)
Saat ini, TBM menggali massa batuan dalam bentuk berputar dan menggerus dengan tekanan
tinggi terhadap permuka terowongan dengan menerapkan gaya yang besar sambil berputar dan
meratakan dengan ditopang beberapa disk pada permuka mesin (cutterhead) seperti Gambar
4.33 . Spesifikasi TBM terdiri dari RPM disk cutter, geometri, spasi, tingkatan gaya yang hendak
digunakan disamping petunjuk penggunaan.
Gambar 4.34. Permukaan pada TBM dengan Disk Cutter untuk Batuan Keras, Australia
Segment Gripper
Earth
Slurry Type Pressure Mechanical Shield Type Beam Type
(Closed) Type Excavation (Closed) (Open)
(Closed) Type (Open)
Jenis TBM Open Gripper/Beam Type sangat cocok untuk batuan yang getas dan keras dengan
beberapa bidang kekar dan adanya air tanah yang terkontrol. Tiga jenis TBM yang masuk dalam
kategori ini, yaitu Main Beam, Kelly Drive, dan Open Gripper (tanpa beam atau kelly). Jenis TBM
Closed Shield diterapkan untuk menerowong batuan yang getas hingga batuan banyak kekar yang
tidak dapat memberikan penyangga yang konsisten untuk tekanan gripper. TBM jenis ini bisa
dimajukan dengan mendorong masing-masing segmen, atau dengan gripper. Catatan bahwa
walaupun mesinnya diklasifikasikan sebagai jenis mesin Close, tapi mesin ini tidak menekan ke
permuka mesin selanjutnya tidak untuk menangani tekanan air yang tingg. TBM jenis Shield
untuk penerowongan batuan terdiri dari Single Shiled, Double Shield, dan Gripper Shield.
Gambar 4.36. Diagram TBM jenis Open Gripper Main Beam (Robbins)
Elemen jenis mesin dan sistem backup untuk masing-masing katagori akan dibahas di bab
D. Kecepatan Penerowongan
Kecepatan penerowongan batuan dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu (Robbins, 1990)
• Total machine thrust
• Cutter spacing
• Cutter diameter and edge geometry
• Cutterhead turning speed (revolutions per minute)
• Cutterhead drive torque
• Diameter of tunnel
• Strength, hardness, and abrasivity of the rock
• Jointing, weathering and other characteristics of the rock.
Kecepatan penerowongan (parameter langsung) tidak mengijinkan kecepatan rata-rata yang
tinggi. Ini memerlukan suatu kombinasi yang baik antara laju kecepatan penerowongan dengan
lamanya aktifitas penggalian bekerja. Sehingga lamanya waktu penggalian dipengaruh oleh
faktor-faktor berikut:
Perlu digaris bawahi bahwa pada kenyataan penggunaan waktu hanya berkisar 50% saja seperti
pada Gambar 4.38.
Gambar 4.39. Penggunaan efektif TBM pada dua penerowongan di Norwegia (Robbins, 1990)
4.2.3.3. Sequential Excavation Method (SEM)/ New Austrian Tunneling Method (NATM)
Pada penerapannya, Metode Penggalian Bertahap (Sequential Exacavation Method, SEM) atau
New Austrian Tunneling Method, NATM) telah disesuaikan dari konsep awalnya, yaitu hanya
untuk batuan keras, sementara konsep awal metode tersebut bisa untuk tanah atau batuan.
Tabel 4.14. Perilaku tanah lempung dan lanau lempungan (Bickel, dkk., 1996)
Faktor Stability, Ncrit Perilaku Terowongan di batuan lunak
Tanah Kohesif
1 Stabil
2-3 Sedikit merayap
4-5 Merayap, salalu lambat cukup waktu untuk mengatasi stabilitas di
terowongan
Dapat menghasilkan keruntuhan akibat geseran. Keberadaan lempung
6
sejenisnya menempati ruang dan segera harus bias diatasi.
Lanau pasir diatas muka air (dengan nilai kohesi kecil)
1/4 - 1/3 Keras
1/3 - 1/2 Sedikit mudah hancur
1/2 - 1 Mudah hancur
Tanah butiran tak berkohesi terdiri dari lanau pasir dibawah muka air tanah pada terowongan,
kering atau sebagaian pasir jenus dan gravel diatas muka air tanah yang mungkin bisa meloloskan
beberapa saat menyebabkan terjadi kohesi dari negatif tekanan pori. Ketka material di bawah
muka air, air akan terperangkap kohesi cukup atau menyatukan dan perilaku tersebut sangat
subyektif dan dapat dengan mudah mengalir saat digali. Perilaku pasiran dan butirandi teorongan
telah dirangkum oleh Terzaghi (1977) dan hasil rangkuman ini sampai saat ini masih berlaku
(Tabel 4.15). Catatan untuk yang pasir betul, lebih cepat mengalirkan air ketika mulai digali
khususnya pada atap permukaan kerja yang tak tersangga.
Untuk material lanau pasiran dibawah muka air tanah, material jenis ini dapat bermasalah dan
dapat bergerak jika uniformity coefficient Cu tidak lebih dari 3 dan bergerak menuju material
kohesi jika Cu kurang dari 6 (Terzaghi, 1977).
4.2.4.2. Perubahan Keseimbangan Selama Kontruksi
Penggalian terowongan di batuan lunak dan penyusunan konstruksi penyangga mengubah
kondisi tegangan di massa batuan lunak di sekitar terowongan. Perubahan dapat menerus atau
bertahap. Perubahan ini sangat berhubungan dengan perpindahannya sehingga perlu untuk
dipahami. Pada saat kondisi sebelum penggalian pembukaan terowongan kondisi tegangan di
massa batuan lunak dalam keadaan kesetimbangan terbebani oleh gaya gravitasi. Setelah proses
penerowongan berupa lubang terowongan terbentukan kondisi kesetimbangan baru yang
berubah selama penggalian terowongan dilakukan dan konstruksi penyangga dipasang hingga
saat akhir penerowongan dilakukan. Pada kondisi kesetimbangan akhir ini, semua perubahan
tegangan dan regangan di sekitar terowongan terjadi dan pembentukan kondisi kesetimbangan
baru. Daerah perubahan tegangan, dicirikan dengan bertambahnya tegangan vertikal, hal ini akan
tersalur ke permuka kerja terowongan. Perubahan kondisi ini juga dirasakan pada jarak tertentu
dari bagian permuka kerja terowongan. Distribusi tegangan mempunyai karakter tiga dimensi di
dekat muka terowongan, tetapi di dalam analisisnya menggunakan dua-dimensi sesuai dengan
kemajuan terowongan. Kecepatan analisis dua-dimensi dipengaruhi oleh kemajuan terowongan
dalam hubungan dengan perilaku bergantung waktu.
4.2.4.3. Pengaruh Sistem Penyangga Pada Kondisi Keseimbangan
Banyak penerowongan disangga dalam beberapa tahapan konstruksi. Perilaku terowongan dan
sistem penyangga tergantung pada waktu dan cara penempatan sistem penyangga dan
karateristik perpindahannya. Alasan untuk memberikan penyangga adalah manifold. Kadang
penyangga diperlukan untuk segera mengatasi stabilitas terowongan. Bisa dilakukan sebelum
penggalian, contohnya dengan udara bertekanan, forepoling untuk meningkatkan kekuatan
massa batuan lunak. Di bawah kondisi yang demikian maka interaksi antara keduanya massa
batuan dan penyangga harus dihitung sebelum dan selama penggalian. Ketika sebuah Shield
digunakan sebagai penyangga, sebuah lining dipasang disamping shield, dan celah atau lubang
diantaranya diisi oleh butiran gravel dan atau dengan grouting. Struktur pelapis/lining bisa
ditingkatkan sebagai penyangga permanen, contohnya dengan menambahkan concrete. Hal ini
bisa alternative dari penyangga fleksible menjadi penyangga permanen yang lebih kaku. Saat
diperlukan kondisi long-term penyangga dapat dipasang di dekat dengan muka galian
terowongan. Sebagian ada proses relaksasi berhubungan dengan pergerakan sebelum terjadi
interaksi antara penyangga dan batuan lunak. Sering penyangga liner dipasang dan ditambahkan
agar segera kontak dengan massa batuan lunak. Mempercepat interaksi dimaksukan untuk
mendapatkan prestress kedua material antara penyangga dan massa batuan dan pengaruh
terhadap perpindahan yang terjadi. Bahkan ketika terjadi runtuhan yang tidak segera mungkin,
penyangga masih bisa dipasang untuk keadaan ini, dan harus selalu mengontrol batas
perpindahan yang terjadi. Perpindahan yang besar bisa menyebabkan terjadi perpindah di
permukaan tanah atau mengganggu struktur bangunan. Sehingga perpindahan harus segera
diatasi sejak awal terjadi. Perpindahan di tanah dan massa batuan terutama terjadi dari
pengurangan kekuatan dan kekompakan massa batuan lunak. Pada batuan terkekarkan atau
batuan lunak material di atas terowongan bisa runruh sehingga perlu segera memasang
penyangga.
4.2.4.4. Metode Penggalian Shield Tunneling
Secara umum penerowongan di batuan lunak tidak layak hingga permulaan penggunaan mesin
shield (penghormatan buat Sir Marc Brunel), kecuali penggalian dengan peralatan tradisional di
tanah dan batuan lunak. Brunel menulis: penemuan yang efektif dalam penerowongan di tanah
seperti suatu cara yang tidak salah menempatkan daripada mengisi dengan shell atau body di
dalam terowongandan bekerja dengan cukup effektif (Copperthwaite, 1906). Dengan kata lain,
tidak diinginkan tanah terbuka, tetapi lebih cepat digali dan lebih cepat disangga. Gambar
dibawah ini ini (Gambar 4.40) adalah Circular Shield yang dibuat pada tahun 1818 (Coppertwaite,
1906), semua penerowongan dengan menggunakan Shield.
Diameter penerowongan dengan alat ini, pengalaman di Amerika Utara di tahun 1960an hingga
awal 1970, rata-rata adalah 3 m dan konsep penerowongannya adalah pada penggalian di
permuka kerja dipisahkan dengan berpenyangga kayu dan menggunakan peralatan tradisional
(tenaga manusia dalam penggaliannya). Jika kondisi tanah memerlukan tingkat penyangga yang
lebih tinggi dari penggunaan Brunel Shield, menggunakan udara bertekanan, keadaan ini
digunakan pada pertengahan tahun 1800 an hingga 1980an). Ketika ada koreksi, udara
(overburden) lebih dari 20 m tetapi kurang dari 500 m. Klasifikasi batuan/tanah pada pedoman
ini tidak dapat diterapkan untuk kasus – kasus khusus seperti batuan/tanah di dekat portal yang
terdapat tekanan tanah lokal, daerah dengan potensi tanah longsor dan kasus dengan
pembatasan penurunan tanah. Penggunaan kelas tanah E harus dibatasi untuk lokasi proyek
dengan konvergensi sebesar 200 mm atau lebih, dengan karakter litologi khusus (batuan/tanah
dengan tekanan tanah yang besar, seperti karena adanya endapan talus yang luas dan zona
rekahan akibat patahan yang luas).
4.2.5.2. Perencanaan Metode Penggalian dan Sistem Perkuatan Terowongan Pada Media
Campuran Tanah dan Batuan
Secara garis besar langkah – langkah dalam perencanaan metode penggalian dan sistem
perkuatan terowongan berdasarkan kategori batuan/tanah ditunjukkan pada gambar berikut
Mulai
Penyelidikan lapangan
dan laboratorium
Penentuan kategori
dan batuan/tanah
Kategori A
hingga B?
TDK
YA
Pendekatan empiris dan
Pendekatan empiris analitis
Deformasi TDK
memenuhi
kriteria
batas
YA
Selesai
Gambar 4.44. Diagram alir perencanaan metode penggalian dan sistem perkuatan terowongan
pada media campuran tanah dan batuan
Parameter kecepatan gelombang elastis dan faktor kompetensi merupakan salah satu pendekatan
yang dapat digunakan dalam penentuan klasifikasi batuan/tanah. Meski demikian, karena
pendekatan yang dihasilkan cukup kasar, maka pendekatan tersebut merupakan penunjang dari
penyelidikan geologi lokal, pengeboran teknik dan pengambilan contoh batuan/tanah.
1) Penentuan Kategori Batuan/Tanah
Klasifikasi batuan/tanah dibagi menjadi menjadi tujuh kelas, dan penggunaannya harus
mempertimbangkan beberapa hal berikut ini:
a. Kecepatan gelombang elastis (km/detik).
Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam penerapan kecepatan
gelombang elastis:
i. Efektivitas eksplorasi gelombang elastis praktis terbatas hingga kedalaman sekitar
100 m, karena panjang lintasan survei yang diperlukan adalah 5 hingga 6 kali
kedalaman penyelidikan, dengan asumsi kekerasan massa batuan meningkat dari
permukaan ke arah kedalaman (kecepatan gelombang elastis meningkat). Jika yang
terjadi sebaliknya pendekatan ini tidak dapat digunakan.
ii. Pada media yang telah mengalami tekanan/lipatan seperti serpih, batu sabak
(slate), dan sekis (schist) atau batuan dengan banyak retakan-retakan minor,
batuan tidak kompak (loosen). Pengelompokan kelas batuan/tanah untuk daerah
seperti ini dapat dinilai satu peringkat lebih rendah daripada kelas awal yang
diberikan dari hasil eksplorasi gelombang elastis.
iii. Jika kecepatan gelombang elastis (kecepatan gelombang P) dan nilai faktor
kompetensi berada di antara dua kelas, evaluasi harus berdasarkan pada
karakteristik topografi, kondisi batuan/tanah, dan lain-lain.
iv. Pada kondisi kedalaman lapisan penutup dan ketebalan lapisan di sisi terowongan
kecil, seperti area di dekat portal dan sungai kecil, maka nilai kecepatan gelombang
elastis dan kelas massa batuan yang ditunjukkan dapat dinilai lebih rendah
(diturunkan) dari kelas awal.
v. Jika batuan/tanah dalam jangkauan sekitar 15 m di atas rencana elevasi
terowongan terdiri atas lapisan yang memiliki lebih dari satu kecepatan tunggal,
maka digunakan kecepatan elastis yang paling rendah.
vi. Perhatian khusus diperlukan pada lokasi dengan kedalaman lapisan penutup kecil
karena hasil pengujian yang diperoleh dapat bervariasi dan mengakibatkan hasil
analisis yang salah.
vii. Untuk zona patahan dan rekahan, kriteria lain seperti arah, tebal dan kedalaman
zona patahan juga harus dipertimbangkan selain kecepatan gelombang elastis.
viii. Jika pengujian kecepatan gelombang elastis di dalam terowongan dilakukan pada
saat konstruksi, data ini harus digunakan untuk mengkonfirmasi kelas massa
batuan, dan jika perlu perubahan desain dapat dilakukan.
b. Kondisi batuan/tanah
Perilaku batuan/tanah saat penggalian terowongan dipengaruhi oleh kekuatan fragmen
batuannya. Berikut ini adalah parameter yang digunakan dalam penilaian kondisi
batuan/tanah :
i. Litologi.
Litologi ditentukan berdasarkan kekuatan batuan/tanah secara langsung dan
kuantitatif melalui uji laboratorium dari sampel pengeboran inti. Selama penggalian
perlu dilakukan uji kuat tekan tidak terkekang (unconfined compressive strength
test), uji beban titik (point loading test), uji pukul (hammering test) dalam menilai
kekuatan batuan/tanah.
ii. Pengaruh air tanah.
Kekuatan batuan/tanah dapat menurun karena pengaruh air tanah, sehingga
kondisi tersebut harus dipertimbangkan dengan memperhitungkan struktur
terowongan dan kesulitan dalam konstruksi.
c. Kondisi diskontinuitas.
Kuat geser suatu massa batuan ditentukan oleh geometri diskontinuitas dan jenis
material zat pengisi celah permukaan diskontinuitas. Kekasaran diskontinuitas
(geometri dan permukaan gelincir) dan material pengisi seperti lempung, serta evaluasi
panjang (kontinuitas), lebar (jarak) dan kondisi pelapukan harus dipertimbangkan
secara komprehensif.
d. Jarak antara permukaan diskontinuitas.
Jarak antara permukaan diskontinuitas diwakili oleh garis retakan yang berkembang
secara teratur dalam suatu stratifikasi, schistosity dan kekar. Ketidakteraturan retakan
pada muka bidang galian dapat menimbulkan risiko terpisah dan jatuhnya blok-blok
batuan karena adanya celah.
e. Pengeboran inti (kondisi inti, RQD)
Hasil survei dari pengeboran inti digunakan untuk mengevaluasi kekuatan fragmen
batuan, kondisi diskontinuitas, dan celah/rekahan. Kondisi pengeboran inti sulit untuk
digunakan sebagai standar kriteria penilaian karena nilai RQD dipengaruhi oleh
teknologi pengeboran dan diameternya. Namun, masih bisa digunakan untuk standar
penilaian secara kasar. Standar ini berlaku untuk sampel inti bor yang diambil dengan
tabung inti ganda pengeboran berdiameter luar 66 mm.
f. Faktor kompetensi.
Faktor kompetensi didapatkan dengan menggunakan Persamaan (1) sebagai berikut :
𝑞𝑢
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑒𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 =
𝛾. 𝐻
Keterangan :
𝑞𝑢 adalah kuat tekan bebas batuan/tanah (kN/m2)
𝛾 adalah berat isi batuan/tanah (kN/m3)
𝐻 adalah tebal lapisan penutup ( overburden )(m)
Untuk kondisi batuan dengan rekahan, maka kekuatan batuan-semu (qu’) dihitung
menggunakan Persamaan (2) sebagai berikut:
2
𝑉𝑝
𝑞𝑢′ = ( ) . 𝑞𝑢
𝑈𝑝
Vp adalah kecepatan gelombang elastis batuan ( gelombang P, km/detik)
Up adalah kecepatan gelombang ultrasonik contoh uji (gelombang P
qu adalah kuat tekan bebas batuan/tanah (kN/m2)
g. Situasi penggalian terowongan dan titik referensi pergerakan
Pergerakan harus diukur sedini mungkin segera setelah pengangkutan material galian
(sekurang-kurangnya 3 jam atau kurang). Penentuan kategori kelas dapat dikoreksi,
dengan mempertimbangkan hubungan antara sumbu terowongan dan arah/inklinasi
diskontinuitas dalam penggalian muka bidang galian selama tahap konstruksi.
2) Ketidakstabilan Bawah Tanah
Suatu pekerjaan pembuatan lubang bukaan di bawah tanah (Underground Excavation)
memerlukan penyelidikan sifat geologi, sifat teknik dan sifat mekanika massa batuan yang
terdapat di dalamnya. Hal tersebut perlu dilakukan dengan tujuan supaya dapat mengetahui
kondisi kekuatan dan kelemahan batuan yang mempengaruhi konstruksi dan akhirnya berusaha
menciptakan kondisi stabil setelah dilakukan bukaan.
Banyak terjadinya ketidakstabilan seperti jatuh atau runtuhnya massa batuan di beberapa
terowongan, maka penyelidikan geomekanika diperlukan untuk mengetahui klasifikasi massa
batuan dan kondisi lemahnya (weakness condition) yang nyata di lapangan. Hal ini perlu diketahui
sebagai data masukan untuk rancangan desain perkuatan atau penyanggaan, sehingga tercipta
kondisi terowongan yang stabil dan aman selanjutnya. Setelah pengumpulan data-data parameter
klasifikasi geomekanika, dilakukan pemantauan (monitoring) lanjutan mengenai waktu stand-up
time riil dan kondisi lemah nyata di lapangan. Hal ini dimaksudkan sebagai faktor koreksi
seberapa jauh ketepatan metode penelitian dan masukan aktual rancangan desain perkuatan atau
penyanggaan. Salah satu metode penyelidikan lapangan untuk mengetahui sifat geologi, teknik
dan mekanika massa batuan ialah metode Klasifikasi Geomekanika Sistem RMR (Rock Mass
Rating) yang dikembangkan oleh Bieniawski, ZT. tahun 1973. Metode ini cukup praktis dan
banyak berhasil penerapannya dalam pekerjaan lubang bukaan. Metode ini disebut metode
numerik yang bersifat empiris, artinya metode ini menggunakan pemerian angka – angka untuk
menggambarkan kualitas massa batuan serta metode ini dibakukan berdasarkan beberapa
pengalaman pekerjaan penyelidikan sebelumnya. Metode ini meliputi pengidentifikasian perilaku
atau kondisi massa batuan, mengklasifikasi massa batuan ke dalam kelompok dengan kualitas
dan karakter yang sama dan akhirnya sampai ke perancangan teknik dan perkuatan lubang
bukaannya. Klasifikasi Geomekanika Sistem RMR telah dikembangkan oleh Z.T. Bieniawski sejak
tahun 1972 hingga 1973 dan kemudian telah dimodifikasi kembali pada tahun 1979 dan 1988.
Klasifikasi dengan metode empiris ini sejak kurun waktu di atas telah digunakan pada sekitar 268
studi penyelidikan terowongan, ruang bawah tanah, pertambangan, stabilitas lereng dan pondasi.
Sehingga klasifikasi ini dapat digunakan karena bersifat praktis dan diakui secara internasional.
Tidak ada aturan universal untuk akseptabilitas dan juga tidak ada faktor keselamatan standar
yang dapat digunakan untuk menjamin bahwa struktur batuan dan tanah dalam kondisi kinerja
yang memadai. Setiap desainnya unik dan akseptabilitasnya struktur harus dipertimbangkan
dalam hal tertentu, seperti jenis batuan/tanah, beban desain dan penggunaannya.
Ratio tekanan hidrolik maksimum di terowongan terhadap tegangan pokok minimum di batuan
sekitarnya. Hal ini berkaitan dengan perbedaan masing – masing struktur yang ada pada setiap
penggalian.
3) Beban Berat
Pengetahuan mengenai besaran dan arah tegangan insitu dan tegangan induksi (insitu and
induced stress) merupakan komponen penting dari desain penggalian bawah tanah, dalam banyak
kasus kekuatan batuan (intact rock strenght) terlampaui dan ketidakstabilan dapat menimbulkan
konsekuensi serius pada perilaku penggalian. Beban kolom vertikal batuan yang berada pada
elemen ini adalah hasil dari kedalaman dan berat satuan massa batuan diatasnya. Misal biasanya
sekitar 2,7 ton/m3 atau 0,027 MN/m3, maka tegangan vertikal pada elemen tersebut adalah 2.700
ton/m2 atau 27 MPa.
Secara umum tegangan tersebut dapat diestimasi dengan persamaan :
𝜎𝑣 = 𝛾 𝑧
Dengan ;
𝜎𝑣 = 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑣𝑒𝑟𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙
𝛾 = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 − 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
𝑧 = 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛
Pengukuran dari 𝜎𝑣 dari varian seluruh terowongan tambang dan konstruksi sipil di seluruh
dunia mengkonfirmasi bahwa hubungan ini valid walaupun ada sejumlah besar penyebaran
dalam pengukuran.
Terzaghi and Richart (1952) mengemukakan bahwa, massa batuan yang banyak mengandung
gravitasi dimana tidak ada regangan lateral yang diperbolehkan selama pembentukan strata
diatasnya, nilai k tidak bergantung pada kedalaman, dan mempunyai persamaan sebagai berikut :
𝑣
𝑘=
1−𝑣
𝑣 = 𝑃𝑜𝑖𝑠𝑠𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
Pengukuran pada tegangan horizontal di lokasi terowongan sipil dan pertambangan diseluruh
dunia menunjukkan bahwa rasio k cenderung tinggi pada kedalaman dangkal dan turun pada
kedalaman yang lebih dalam ( Hoek & Brown, 1978 ; Herget, 1988). Untuk memahami alasan
variasi tegangan horizontal, penting untuk mempertimbangkan masalah pada skala yang jauh
lebih besar. Nilai k pada tegangan horizontal akan berbeda dan diberikan persamaan :
1
𝑘 = 0.25 + 7𝐸ℎ (0.001 + )
𝑧
Dengan :
𝑧 = 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛
𝐸ℎ = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙𝑢𝑠 𝑑𝑒𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑠𝑖
Gambar 4.46. Grafik Eh (horizontal dan vertical stress) versus kedalaman dibawah permukaan
4. Penurunan setelah konstruksi rongga terbentuk, yaitu karena adanya rongga antara
dimensi galian tanah dan posisi lining (tail void).
5. Penurunan jangka panjang yang terjadi akibat peningkatan air pori sehubungan gerakan
shield mendorong tanah.
Beberapa potensi masalah pada konstruksi terowongan diantaranya:
Penurunan dipermukaan tanah akibat adanya galian terowongan.
Masalah dewatering.
Keruntuhan di muka terowongan waktu penggalian.
Pergerakan dari struktur di bawah tanah.
Bocoran pada lining.
Beberapa metode perbaikan tanah yang sering digunakan dalam pekerjaan terowongan antara
lain : pengendalian air tanah dengan dewatering, penggunaan udara bertekanan (compressed
air), dan grouting.
Gambar 4.50. Gambar 5. Penampang melintang Single Steel shell pada perencanaan
lantai sehingga bagian beton bertulang menjadi prategang tidak ekonomis dan
transversal mungkin diperlukan di lantai dan atap. Namun, prategang transversal
meningkatkan risiko masalah daya tahan yang timbul karena beton prategang kadang
diposisikan di bagian luar elemen.
Terowongan baja dan beton secara teknis merupakan pilihan yang tepat untuk
hampir semua terowongan terendam air. Masing – masing memiliki kelebihan dan
kekurangan. Terowongan baja mungkin lebih mudah dibuat dan membutuhkan fasilitas
yang lebih kecil, namun yang diatur adalah biaya bahan baku beton yang umumnya lebih
murah di sebagian besar belahan dunia. Kerangka baja awalnya dikembangkan di
Amerika Serikat dan telah dominan di sana namun telah dibangun di seluruh dunia.
Elemen terowongan baja bersifat monolitik. Artikulasi dapat terjadi pada persendian
antar elemen, meski seringkali sendi ini dilas untuk menyediakan struktur terowongan
yang terus menerus. Elemen baja tunggal memiliki cangkang baja eksternal yang dibuat
khusus dari pelat baja 10 mm.
momen di struktur lining terowongan untuk mendistribusikan ulang sehingga beban utamanya di
dalam lapisan adalah dorong atau beban aksial. Struktur lining terowongan yang paling efisien
adalah salah satu yang memiliki fleksibilitas tinggi dan daktilitas. Struktur lining terowongan
mempertahankan stabilitas dan daya dukung muatannya melalui kontak dengan sekitarnya
tanah.
Karena beban diterapkan pada satu bagian lapisan, lapisan mulai berubah bentuk dan dengan
demikian akan mengembangkan tekanan pasif sepanjang bagian lain dari lapisan. Tekanan pasif
ini mencegah lapisan dari tekuk atau roboh. Daktilitas di lapisan memungkinkan terciptanya
"engsel" pada titik-titik tinggi momen yang meringankan momen sehingga aksi beban primer
adalah gaya aksial. Daktilitas ini disediakan Untuk beton dengan pembentukan retakan di beton.
Di bawah penguatan atau tidak ada bantuan penguatan Promosikan inisiasi retakan. Sendi di
lapisan beton segmental juga memberikan keuletan. Di Pelapis pelat baja, kekakuan lentur yang
diabaikan dari pelat baja dan keuletan yang melekat pada baja memungkinkan untuk
menciptakan engsel yang serupa.
4.3.1.2. Masalah Konstruksi
Setiap terowongan itu unik, kondisi tanah, sarana dan metode penerowongan, kondisi pemuatan,
terowongan Dimensi dan bahan bangunan semuanya bervariasi dari terowongan ke terowongan.
Setiap terowongan harus dinilai dalam hal kelebihan untuk mengidentifikasi masalah yang harus
dipertimbangkan selama desain sehingga konstruksi layak dilakukan. Beberapa elemen umum
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: Bahan: Pemilihan bahan pelapis terowongan
harus dilakukan untuk memudahkan transportasi dan Penanganan material di ruang terbatas di
dalam terowongan. Setiap segmental harus berukuran kecil dan mudah ditangani. Setiap panjang
bagian harus diperiksa untuk memastikan bahwa mereka dapat menyesuaikan geometri secara
horizontal dan vertikal terowongan. Bahan harus tidak beracun dan tidak mudah terbakar.
Rincian: Detailing harus dilakukan untuk memudahkan kemudahan konstruksi. Sebagai contoh,
Kemiringan konstruksi miring di lapisan beton bertali dapat menghilangkan kesulitan
berhubungan dengan membangun sekat terhadap permukaan digali yang tidak beraturan.
Prosedur: Prosedur konstruksi harus ditentukan yang sesuai dengan kondisi yang ditemui di
terowongan; kondisi yang sering ditemui adalah lembab atau basah, kadang kala ada kondisi air
yang mengalir. Diperblehkan menggunakan sarana dan metode yang tidak menghalangi bagian
dari terowongan untuk periode waktu yang signifikan. owongan seharusnya tersedia sebanyak
praktis.
4.3.1.3. Daya Tahan
Terowongan mempunyai biaya yang mahal, dibangun untuk penggunaan jangka panjang. Banyak
terowongan yang ada di Amerika Serikat telah digunakan selama lebih dari seratus tahun tanpa
akhir yang terlihat dalam kehidupan pelayanan mereka. Memiliki sebuah terowongan yang tidak
beroperasi untuk jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar.
Dengan demikian, detil dan bahannya harus dipilih yang dapat menahan kondisi yang dihadapi
dalam struktur bawah tanah. Semua struktur, termasuk terowongan memerlukan pemeriksaan,
pemeliharaan dan perbaikan berkala. Terowongan jalan raya juga bisa terkena kejadian ekstrem
seperti kebakaran akibat insiden di dalam terowongan. Desain struktur lining terowongan harus
mempertimbangkan efek api pada lapisan. Lapisannya harus bisa untuk menahan panas api untuk
beberapa periode waktu tanpa kehilangan integritas struktural. Panjang dari waktu yang
dibutuhkan akan menjadi fungsi intensitas dari antisipasi pengatasan api dan waktu respon untuk
petugas darurat mampu memadamkan api. Struktur lining terowongan juga harus dipertahankan
sedikit mungkin terjadi kerusakan agar terowongan bisa kembali beroperasi sesegera mungkin.
Perlindungan dari api bisa terjadi diperoleh dari penutup beton, selesai terowongan dan
dimasukkannya serat plastik dalam campuran beton.
4.3.1.4. Beton dengan Kepadatan Tinggi
Beton dengan kepadatan tinggi dihasilkan dengan menggunakan semen tanah yang sangat halus
dan / atau mengganti berbagai macam Bahan seperti fly ash atau blast furnace slag untuk semen.
Isi semen dari kepadatan beton sangat tinggi, kandungan semen yang tinggi membuat
penanganan sulit dalam kondisi ideal. Campuran yang rumit dengan beberapa campuran dan
pemantauan air hati-hati diperlukan untuk menjaga agar beton tetap terjaga dalam keadaan
plastik cukup lama untuk ditempatkan dalam bentuk. Kandungan semen yang tinggi akan
menghasilkan panas tinggi.
Beton, bagaimanapun, dapat bermanfaat dalam banyak aplikasi terowongan. Hal ini dapat
membatasi masuknya air dan memberikan perlindungan yang signifikan terhadap serangan
kimia. Beton dengan kepadatan tinggi memiliki panas rendah daya konduksi yang bermanfaat
dalam api. Beton kepadatan tinggi harus digunakan bersamaan dengan Pemeriksaan yang cermat
dan penegakan spesifikasi secara ketat selama konstruksi.
4.3.1.5. Perlindungan terhadap Karat
Korosi dikaitkan dengan produk baja yang disematkan di beton dan jika tidak digunakan pada
aplikasi terowongan. Air tanah, bahan kimia tanah, kebocoran, knalpot kendaraan, logam
berbeda, deicing bahan kimia, air pencuci, deterjen, bakteri makan besi dan arus nyasar adalah
semua sumber korosi di Indonesia Logam. Masing-masing dan aspek lain yang unik dari
terowongan yang harus dipertimbangkan dievaluasi selama tahap perancangan. Metode
perlindungan korosi dirancang untuk melawan sumber korosi, harus dimasukkan ke dalam
desain. Proteksi korosi bisa berupa pelapis seperti epoxies, powder coating, paint atau
menggunakan isolasi dapat dipasang di antara logam yang berbeda dan sumber arus nyasar.
Beton dengan kepadatan tinggi dapat memberikan perlindungan untuk memperkuat lapisan baja
pada beton dapat meminimalkan infiltrasi air.
Peningkatan tutupan beton diatas baja tulangan merupakan cara efektif untuk melindungi baja
tulangan dari korosi. Meningkatkan penutup beton, bagaimanapun juga akan meningkatkan
ketebalan lapisan. Ketebalan yang meningkat akan menghasilkan penggalian yang lebih besar
yang akan meningkatkan biaya keseluruhan terowongan.
4.3.1.6. Joint Antar Struktur Lining
Lining Joints diperlukan untuk memudahkan konstruksi beton tuang di tempat beton
membutuhkan sambungan konstruksi. Sambungan konstruksi bisa dilipat atau dibentuk. Lapisan
segmentasi yang dibuat dari Beton atau baja bisa memiliki sambungan yang diluruskan atau tidak
dilepas. Sambungan unbolted digunakan pada beton gasketed dan ungasketed. Lining Joints juga
memberikan kelegaan dari tekanan yang disebabkan oleh gerakan karena perubahan suhu.
Pelapis di tempat pelapis harus memiliki kontraksi sendi setiap 30 kaki dan sendi ekspansi setiap
120 kaki. Sambungan ekspansi juga harus dapat digunakan untuk memotong dan menutupi
bagian transisi terowongan yang ditambang. Lapisan beton segmental tidak memerlukan
sambungan kontraksi dan memerlukan sambungan ekspansi hanya pada Antarmuka cut and
cover.
Gambar 4.51. Contoh penggunaan Lining In-situ di Cumberland Gab Tunnel, US.
Menurut “Tunnel Lining Desain Guide”, The British Tunnelling Society and The Institution of Civil
Engineers, di masa lalu lapisan in situ terbentuk dari batu atau batu bata. Sekarang sudah terbuat
dari beton cor yang tidak bertulang atau memakai tulangan. Lapisan tersebut dibangun dalam
beberapa bentuk (sementara) dukungan tanah yang telah dipasang untuk menciptakan
lingkungan kerja yang aman.
1) Persyaratan desain
Desain lapisan in situ relatif mudah jika diawali dukungan tanah diasumsikan bersifat sementara
saja. Lapisan in situ harus dirancang untuk membawa semua beban untuk kehidupan desain
penuh terowongan. Kode desain normal berlaku untuk detail desain sejak lapisan tidak membawa
beban eksternal sampai beton telah sembuh. Beban sementara pada lapisan dan bekisting selama
casting dapat ditangani dengan menggunakan metode desain standar untuk di atas tanah
struktur. Situasinya lebih rumit jika dukungan ground awal diasumsikan membawa sebagian
beban jangka panjang. Dukungan awal dan lapisan in situ kemudian bertindak sebagai struktur
komposit. Itu sifat pembagian beban antara kedua lapisan akan membutuhkan pertimbangan
cermat karena akan tergantung pada rincian spesifik dari masing-masing kasus.
2) Grouting
Grouting diperlukan untuk memastikan lapisan in situ kontak penuh dengan dukungan dan
ground ground awal. Pipa berdarah akan diperlukan untuk memastikan udara tidak terperangkap
saat memasang atau concreting Tekanan grouting harus dibatasi sedemikian sehingga tidak
merusak lapisan baru, dan susunan grout harus kompatibel dengan desain waterproofing. Sebuah
hubungan sederhana telah diusulkan yang menyediakan sebuah perkiraan eksentrisitas dorong
dalam kaitannya dengan ukuran kosongkan tertinggal lapisan karena pemasangan yang tidak
lengkap (Bickel Et al., 2002)
e = C2 / 8R
Dimana e adalah eksentrisitas dalam meter, C adalah panjang akord dalam meter dan R adalah
radius terowongan dalam meter.
Lapisan permanen : beton semprot merupakan material struktural yang bisa digunakan
sebagai lapisan permanen.
Tegangan awal umur beton : Perilaku material beton semprot, yang awalnya lembut dan
rangkak di bawah beban tapi bisa tahan pada tegangan besar pada usia awal, kompatibel
dengan tujuan sebuah lapisan yang memungkinkan beberapa deformasi tanah
dikarenakan oleh redistribusi tegangan di tanah.
Deformasi: perilaku material, khususnya kenaikan gaya dan kekuatan dengan umur,
juga kompatibel dengan kebutuhan pengendalian deformasi, sehingga terjadi regangan-
pelunakan di tanah yang tidak menyebabkan kegagalan.
Lapisan beton yang dicampur dengan tanah lunak jarang sekali digunakan karena kekhawatiran
atas daya tahan lapisan. Secara tradisional pelapisnya mengandung balok kisi untuk kontrol
bentuk dan tulangan untuk perkuatan. Celah diantara besi tulangan meningkatkan kemungkinan
adanya korosi. Hal ini dapat dihindari dengan menggunakan baja fiber tulangan yang
memperkuat lapisan beton yang disemprot tanpa kisi balok girder. Namun, ada sejumlah masalah
teknis dengan cara ini yaitu jenis konstruksi ini termasuk kunci pokok permasalahan dalam
pengendalian bentuk dan ketebalan dan kualitas konstruksi.
Lapisan beton semprot dapat dibentuk sebagaimana bila diperlukan, dan dalam bentuk apa pun
yang dibutuhkan. Oleh karena itu geometri terowongan dan waktu penempatan lapisan bisa
disesuaikan agar sesuai dengan jangkauan luas pada kondisi tanah. Beton semprot juga bisa
digabungkan dengan bentuk dukungan lainnya seperti baut batu dan lengkungan baja. Adapun
keuntungan dari pemakaian Lining (lapisan) ini adalah:
Ada waktu mobilisasi yang lebih rendah dan biaya untuk item rencana utama;
Peralatan yang sama dapat digunakan untuk konstruksi poros dan juga terowongan;
Metode ini sesuai dengan Metode Observasi, CIRIA (1999) yang memungkinkan
optimalisasi dukungan (dan oleh karena biaya) selama konstruksi;
Kebebasan bentuk izin terowongan dari berbagai penampang melintang dan ukuran
dan persimpangan yang akan dibangun lebih cepat dan biaya yang lebih baik daripada
jika lapisan segmental atau cast in situ digunakan.
Terowongan berlapis beton semprot sering memiliki subdivisi bagian. Subdivisi ini harus
berukuran sesuai dengan kondisi stabilitas tanah dan ukuran konstruksi peralatan. Secara ideal
fungsi lapisan beton semprot sebagai struktur kerang. Inilah sebabnya mengapa sangat cocok
untuk sambungan terowongan. Untuk mencapai kondisi ini harus ada kontinuitas struktural di
banyak sendi. Starter bar digunakan untuk mencapai putaran yang dibutuhkan dengan baja
penguatan bila berlaku penting untuk tetap disain dari sendi sesederhana mungkin untuk
menghindari konstruksi cacat (seperti bayangan dan rebound yang terperangkap). Jika
memungkinkan sendi tidak boleh ditempatkan di bagian lapisan yang sangat tertekan. Tidak
seperti lapisan segmental, ada potensi variabilitas yang besar dalam bentuk terowongan SCL.
Karena ketidakpastian yang melingkupi disain terowongan SCL, instrumentasi dipasang untuk
memverifikasi bahwa terowongan tersebut melakukan sebagaimana dimaksud data pemantauan
harus ditinjau ulang setiap hari terhadap Key Performance Indicators.
Gambar 4.53. Tipikal Cross Section Steel Gambar 4.54. Konstruksi dengan Lining
Plate Lining dengan Pelat Baja (Baltimore Metro)
Shotcrete adalah beton yang diaplikasikan secara pneumatik yang sering digunakan sebagai
dukungan awal tapi sekarang dengan kemajuan teknologi, shotcrete ini dirancang dan dibangun
bersamaan dengan metode penggalian sekuensial (SEM). Satu dari aplikasi pertama dari lapisan
shotcrete akhir di Amerika Serikat berada di Lehigh Tunnel No. 2 dari Pennsylvania Turnpike.
Shotcrete dapat dipakai di berbagai komposisi , hal ini dapat diterapkan di atas tanah yang
terbuka, baja tulangan, kawat las atau balok kisi. Hal ini dapat digunakan bersamaan dengan baut
dan dowel, bisa mengandung serat baja atau plastik dan bisa juga terdiri dari berbagai macam
campuran. Hal ini diterapkan dalam lapisan untuk mencapai ketebalan yang diinginkan.
dengan tulangan baja atau dengan balok baja dan dibangun dengan pengeboran di bawah lumpur
atau augering. Tiang pancang primer dipasang terlebih dahulu dibandingkan tiang sekunder
(jantan) yang dibangun di antara tiang primer (betina) setelah yang terakhir mendapatkan
kekuatan yang cukup. Tumpang tindih tumpukan biasanya di sekitar 3 inci (8 cm). Di dinding
tiang bersinggungan, tidak ada tiang tumpang tindih karena tumpukannya saling bersentuhan.
Keuntungan utama dari Dinding Tiang Secant adalah:
Peningkatan fleksibilitas dalam penyesuaian geometrik konstruksi.
Peningkatan kekakuan dinding dibandingkan dengan sheet piles.
Bisa dipasang pada tanah yang sulit (cobbles / boulders).
Konstruksi yang kurang berisik.
Kelemahan utama dari dinding secant pile adalah:
Toleransi Vertikal mungkin sulit dicapai untuk tiang yang dalam.
Total waterproofing sangat sulit didapat pada sambungan.
Meningkatnya biaya dibanding dinding sheet piles.
Gambar 4.60. Tampak Depan Konstruksi Underpass dengan Secantpile dan Voided Slab
Gambar 4.61. Plan Konstruksi Underpass dengan Borepile dan Voided Slab
sebesar 400 psf digunakan dalam desain terowongan. Jika ada potensi pembangunan di
masa depan berdekatan dengan struktur terowongan, beban tambahan dari
pembangunan sebenarnya harus digunakan dalam desain struktur. Sebagai pengganti
beban yang didefinisikan dengan baik, disarankan agar digunakan nilai minimum 1000
psf, bila dimungkinkan pembangunan di masa datang.
EV = Tekanan tanah vertikal. Metode yang digunakan untuk menentukan beban tanah vertikal
pada Lining mined tunnel adalah dijelaskan dalam Bab 6 dan 7 dari manual ini.
2) Beban Transient
Dari spesifikasi LRFD mendefinisikan transient berikut beban yang sesuai dengan desain Lining
mined tunnel:
CR = Creep.
CT = Vehicular Collision Force: Beban ini Akan diterapkan pada masing-masing komponen
struktur terowongan yang bisa rusak akibat benturan kendaraan. Biasanya, lining
terowongan dilindungi oleh struktur pengarah sehingga beban ini perlu dipertimbangkan
hanya dalam keadaan biasa. Hal ini Lebih baik untuk detail komponen struktural
terowongan dan perlengkapannya sehingga tidak kerusakan akibat benturan kendaraan.
EQ = Gempa. Beban ini harus diterapkan pada Lining terowongan yang sesuai untuk zona
seismik untuk terowongan. Pembebanan pada kejadian ekstrem lainnya seperti ledakan
eksplosif harus dipertimbangkan. Lingkup manual ini tidak mencakup perhitungan atau
disain untuk beban seismik dan ledakan, namun, perancang harus sadar bahwa beban
kejadian ekstrem harus dipertanggungjawabkan di desain struktur lining terowongan.
IM = Beban dinamis kendaraan: Beban ini diterapkan pada slab jalan mined tunnel.. Beban ini
juga bisa ditransmisikan ke Lining terowongan melalui permukaan tanah saat terowongan
tersebut berada di bawah jalan raya, kereta api atau landasan pacu. Biasanya mined tunnel
terlalu jauh di bawah permukaan untuk bisa ditransmisikan ke struktur. Namun, beban ini
mungkin menjadi pertimbangan di dekat muka antara interface cut and cover dan
penampang mined tunnel. Sebuah persamaan untuk perhitungan beban ini diberikan pada
paragraf 3.6.2.2 spesifikasi AASHTO LRFD.
LL = Beban Hidup Kendaraan: Beban ini diterapkan pada slab jalan mined tunnel. Beban ini
bisa juga ditransmisikan ke Lining terowongan melalui permukaan tanah saat terowongan
berada di bawah jalan raya, kereta api atau landasan pacu. Biasanya mined tunnel terlalu
jauh di bawah permukaan untuk bisa menyalurkan beban dari permukaan ke struktur,
beban ini mungkin menjadi pertimbangan di dekat interface cut and cover dan penampang
mined tunnel.Petunjuk untuk. Distribusi beban hidup ke struktur bawah dapat ditemukan
pada paragraf 3.6.1 dari Spesifikasi AASHTO LRFD.
LS = Beban Hidup Tambahan : Beban ini diterapkan pada Lining terowongan yang dibangun di
konstruksi bawah lainnya yaitu jalan raya, jalur kereta api, landasan pacu atau fasilitas lain
yang membawa kendaraan yang bergerak. Beban ini terdistribusi dengan mensimulasikan
distribusi beban roda melalui timbunan tanah. Biasanya mined tunnel terlalu jauh di bawah
permukaan untuk memiliki beban dari permukaan yang bisa ditransmisikan ke struktur,
bagaimanapun beban ini mungkin menjadi pertimbangan di dekat interface antara cut and
cover dan penampang mined tunnel.
PL = Beban Hidup Pejalan Kaki. Pejalan kaki biasanya tidak diizinkan di terowongan raya,
namun di sana adalah area dimana petugas pemeliharaan dan inspeksi memerlukan akses.
Lokasi seperti saluran ventilasi ketika perpindahan ventilasi digunakan, pleno di atas atap,
dan safety walks. Beban ini ditransmisikan ke lapisan melalui elemen pendukung pada fitur
yang sudah dijelaskan.
SH = Penyusutan. Elemen struktur terowongan cut and cover biasanya relatif besar. Dengan
demikian, penyusutan bisa menjadi masalah. Beban ini harus diperhitungkan dalam desain
atau strukturnya harus diperinci untuk meminimalkan atau menghilangkannya.
TU = Beban Suhu Uniform. Beban ini digunakan terutama untuk perubahan ukuran joint dalam
struktur. Jika pergerakan diperbolehkan pada expantion joint, maka tidak diperlukan beban
tambahan untuk diterapkan pada struktur. Karena strukturnya sangat kaku pada arah
utama gerakan termal, efek gaya gesekan akibat gerakan termal dapat diabaikan dalam
disain.
WA = Beban air. Beban ini mewakili tekanan hidrostatik yang diperoleh dari luar struktur
terowongan. Mined tunnel biasanya didesain agar kedap air tanpa ketentuan untuk
mengurangi tekanan hidrostatis. Dengan demikian, Lining terowongan mendapatkan
tekanan hidrostatik. Tekanan Hidrostatik berlaku normal ke permukaan terowongan. Hal
ini harus diasumsikan bahwa air akan mengembangkan tekanan hidrostatik secara penuh
pada terowongan saat tidak ada mekanisme bantuan yang digunakan. Perhitungan beban
ini harus memperhitungkan berat jenis air tanah yang bisa menjadi garam atau air garam
air. Beban hidrostatik maksimum dan minimum seharusnya digunakan untuk perhitungan
struktur.
Untuk tujuan disain, tekanan hidrostatik diasumsikan diterapkan di struktur bawah tanah harus
mengabaikan bantuan tekanan pori yang diperoleh dari rembesan ke dalam struktur kecuali
sistem tekanan yang dirancang dengan tepat dipasang dan dipelihara. Dua level air tanah harus
dipertimbangkan: normal (teramati maksimum air tanah) dan ekstrim, 3 ft (1 m) di atas muka air
banjir 200 tahunan. Kekuatan gaya apung harus dievaluasi secara hati-hati untuk memastikan
bahwa efek beban mati yang diterapkan lebih besar daripada efek apung yang diterapkan.
Perhitungan untuk gaya apung harus didasarkan pada minimum kepadatan bahan karakteristik
dan maksimal massa jenis air . Total gaya angkat sama dengan berat air yang hilang. Efek gesekan
(kekuatan teoritis yang dibutuhkan untuk mengeluarkan irisan materi di atas terowongan)
material asli dan timbunan tidak boleh diperhitungkan, namun berat tanah dan air di atas
terowongan harus digunakan untuk menghitung beban lawan. Saat sistem bantuan disertakan,
fungsi sistem bantuan dievaluasi untuk menentukan tekanan hidrostatik yang akan diterapkan
terowongan.
DD = Downdrag: Beban ini terdiri dari gaya vertikal yang diaplikasikan pada bagian luar Lining
yang bisa mengasilkan pengurangan tanah di sekitarnya akibat pengurangan tanah di
tempat pada bawah bagian terowongan. Beban ini tidak berlaku untuk mined tunnel karena
memerlukan pengurangan atau penurunan material di bawah dasar struktur yang
melibatkan kekuatan downdrag dari Lining. Untuk tipikal terowongan jalan raya, berat
keseluruhan struktur biasanya lebih kecil dari tanah yang diganti. Dengan demikian, kecuali
jika timbunan melebihi ketinggian rata-rata tanah di atas terowongan atau struktur
dibangun di atas terowongan, penurunan tidak akan menjadi masalah.
BR = Vehicular Breaking Force: Beban ini hanya berlaku pada kondisi khusus dimana
pendetailan struktur membutuhkan pertimbangan beban ini. Pada desain tipikal, kekuatan
ini dilawan oleh massa slab jalan dan tidak perlu dipertimbangkan dalam desain.
CE = Vehicular centrifugal force: Beban ini hanya akan diterapkan dalam kondisi khusus
dimana pendetailan struktur membutuhkan pertimbangan beban ini. Pada desain tipikal,
kekuatan ini dilawan oleh massa slab jalan dan tidak perlu dipertimbangkan dalam desain.
CV = Vessel Collision Force: tidak berlaku karena hanya akan diterapkan pada Immersed Tube
Tunnels. Immersed Tube Tunnels adalah bentuk khusus dari terowongan cut and cover dan
dibahas secara terpisah pada bab 12 buku manual ini.
EL = Akumulasi efek lock-in akibat proses konstruksi termasuk gaya sekunder dari post
tensioning.
FR = Friction. Seperti yang dinyatakan di atas, strukturnya sangat kaku dalam arah gerakan
termal. Pergerakan termal merupakan sumber gaya gesek. Pada tipikal terowongan, efek
gesekan bisa diabaikan.
IC = Beban es. Karena terowongan tidak terkena aliran sungai atau tidak terkena cuaca dengan
cara tertentu yang bisa mengakibatkan akumulasi es, beban ini tidak digunakan dalam
desain terowongan cut-and-cover.
SE = Settlement. Untuk tipikal terowongan jalan raya, berat keseluruhan struktur biasanya
kurang dari tanah urugan. Dengan demikian, kecuali jika timbunan melebihi rata-rata
ketinggian tanah asli di atas terowongan atau sebuah struktur dibangun di atas
terowongan, penurunan tidak akan menjadi masalah untuk terowongan cut and cover. Jika
penurunan diantisipasi karena kondisi bawah permukaan yang buruk atau karena
penambahan beban ke struktur atau perubahan kondisi tanah sepanjang terowongan itu
dianjurkan agar memakai pondasi yang dalam (pile atau tiang pengeboran) digunakan
untuk mendukung struktur.
TG = Temperature Gradient. Beban ini harus diperiksa berdasarkan kasus per kasus
tergantung pada iklim lokal dan variasi musiman dalam suhu rata-rata. Biasanya karena
relatif kecil,bagian yang digunakan dalam struktur lining terowongan, beban ini tidak
digunakan. Spesifikasi LRFD AASHTO memberikan panduan untuk menghitung beban ini
yang memungkinkan penggunaan pertimbangan teknik untuk menentukan apakah beban
ini perlu diperhatikan dalam perancangan struktur.
WL = Wind on live load. Struktur terowongan tidak terkena angin, sehingga tidak akan terjadi
dikenakan beban angin
WS = Wind load on structure. Struktur terowongan tidak terkena angin, sehingga tidak akan
terjadi dikenakan beban angin.
Faktor beban yang ditunjukkan adalah untuk tekanan tanah. Pada tekanan tanah harus
digunakan untuk semua kondisi disain struktur terowongan cut and cover.
Faktor beban yang ditunjukkan adalah untuk rangka kaku. Semua struktur terowongan cut
and cover dianggap rangka yang kaku
Faktor beban ini ditentukan pada dasar spesifik proyek
Saat mengembangkan beban untuk diterapkan pada struktur, setiap kemungkinan kombinasi
faktor beban harus dikembangkan.
i i Qi ≤ Ra = Rr
Dalam persamaan ini, η adalah pengubah beban yang berkaitan dengan keuletan, redundansi dan
operasi penting dari fitur yang dirancang. Pengubah beban η adalah sebuah faktor terdiri dari
tiga komponen;
ƞD = Faktor yang berkaitan dengan daktilitas = 1,0 untuk lining terowongan yang
dibangun dengan konvensional. Rincian dan dirancang sesuai dengan spesifikasi LRFD
AASHTO.
ƞR = Faktor yang berkaitan dengan redundansi = 1,0 untuk lining mined tunnels.
ƞI = Faktor yang berkaitan dengan kepentingan struktur = 1,05 untuk desain terowongan.
Terowongan biasanya merupakan hubungan utama yang penting dalam sistem
transportasi regional. Hilangnya sebuah terowongan biasanya akan menyebabkan
gangguan besar pada arus lalu lintas, maka tinggi adalah faktor yang sangat penting.
Ɣi Adalah faktor beban yang diterapkan pada efek gaya (Q) yang bekerja ekerja pada
anggota yang bagian dirancang. Nilai untuk γ bisa didapat ditemukan pada Tabel 10.1 di
atas.
RR Adalah suatu faktor resistensi yang diperhitungkan dari elemen atau koneksi.
Φ adalah faktor resistensi yang diterapkan pada resistansi nominal anggota (Rn) yang
sedang dirancang.
Hal tersebut merupakan faktor hambatan diberikan dalam spesifikasi LRFD AASHTO
untuk setiap material di bagian itu mencakup materi yang spesifik. Secara khusus, Bagian
5 dari spesifikasi LRFD AASHTO mencakup struktur beton dan secara umum, faktor
resistensi yang akan digunakan dalam desain beton dapat ditemukan di sana. Nilai ini
adalah sebagai berikut.
Untuk lapisan beton bertulang:
Φ = 0,90 untuk lentur
Φ = 0,90 untuk geser
Φ = 0,70 untuk bantalan pada beton
Karena struktur lining terowongan akan mengalami beban aksial, faktor ketahanan untuk
kompresi harus didefinisikan. Nilai φ untuk kompresi dapat ditemukan pada Bagian
5.5.4.2.1 spesifikasi LRFD AASHTO sebagai berikut:
Φ = 0,75 untuk kompresi aksial
Baja struktural tercakup dalam Bagian 6 spesifikasi AASHTO LRFD. Ayat 6.5.4.2 memberi
Berikut nilai untuk ketahanan baja faktor:
Untuk elemen baja struktural:
Φr = 1,00 untuk lentur
Φv = 1,00 untuk geser
Φc = 0,90 untuk kompresi aksial untuk baja polos dan komposit
Bab 12 dari spesifikasi AASHTO membahas desain struktur lining terowongan yang
dibangun dari baja
Faktor resistensi tambahan berikut untuk digunakan dalam desain pelat pelat baja:
Φ = 1,00 untuk area dinding minimum dan tekuk
Φ = 1,00 untuk jahitan longitudinal minimum kekuatan untuk elemen beton biasa:
beton tak bertulang juga disebut beton biasa.
Ketentuan AASHTO tidak membahas beton biasa. Prosedur perancangan berikut harus
diikuti beton polos structural . Perhitungan kapasitas momen pada area kompresi lapisan
sebagai berikut:
Φ M N C = Φ0 , 8 5 f c ’ S
Dimana:
MnC = Resistansi nominal dari permukaan tegangan beton
Φ = 0,55 untuk beton polos
fc'= Kuat tekan beton 28 hari
S = Section modulus pada bagian lining berdasarkan luas kotor yang tidak retak.
Gambar 4.62. Kombinasi Beban Konstruksi Bottom-Up pada Terowongan Cut and cover
Φ M n T= Φ 5 (f c ' )1 / 2 S
Dimana:
MnT = Resistansi nominal dari tegangan muka beton
Φ = 0,55 untuk beton polos
fc'= Kuat tekan Beton 28 hari
S = Bagian modulus dari bagian lapisan
Φ P C = Φ0 . 6 fc ’ . A
PC = Resistansi nominal lining dalam kompresi
Φ = 0,55 untuk beton polos
fc'= kekuatan tekan beton 28 hari
A = Luas penampang melintang bagian lining
Gambar 4.63. Kombinasi Beban Konstruksi Top-Down pada Terowongan Cut and cover
Q A / P C+ Q M / M n C ≤1
Dimana:
QA = Pengaruh gaya aksial dimodifikasi oleh faktor yang sesuai
QM = Efek kekuatan momen yang dimodifikasi oleh faktor yang sesuai
P T = 5 ( fc ` )1 / 2
Dimana:
PT = Resistensi nominal lining dalam ketegangan
Φ = 0,55 untuk beton polos
f'c= kekuatan tekan beton 28 hari
Q M / S – Q A / A≤ P T
Dimana nilai variabel dijelaskan di atas. Kekuatan geser lining dihitung sebagai berikut:
V n = 1 . 3 3 (f c ` )1 / 2 bw h
Dimana:
Vn = Resistansi geser nominal lining
Φ = 0,55 untuk beton polos
f'c = kekuatan tekan beton 28 hari
bw = Panjang jika terowongan lining bawah didisain
h = Ketebalan desain lining terowongan
Model Spring Beam : Program analisis struktural yang secara umum dapat digunakan untuk
model tanah. Interaksi struktur metode ini dikenal sebagai model balok pegas. Model
komputernya adalah dibangun dengan menempatkan joint atau simpul pada titik-titik di
sepanjang centroid lapisan. Simpul ini bergabung dengan elemen balok lurus yang mendekati
bentuk lapisan dengan serangkaian akord. Saat membangun model jenis ini, panjang akord kira-
kira sama dengan ketebalan lapisan untuk radius yang bisa diharapkan di terowongan raya.
Elemen akord yang terlalu panjang bisa menghasilkan hasil fiktif, dan apabila elemen akord
terlalu pendek bisa mengakibatkan kesulitan komputasi karena sudut sangat kecil diselingi oleh
elemen pendek. Dimensi sudut subtended sekitar 60 / R, dimana R Adalah radius terowongan di
kaki, umumnya akan menghasilkan hasil yang dapat diterima. Properti seperti luas penampang
melintang dan momen inersia harus dimasukkan untuk menggambarkan secara akurat perilaku
sebenarnya dari lapisan tersebut. Karena gaya tekan umumnya cukup besar untuk memiliki
kompresi melebihi ketebalan keseluruhan lining, luas dan momen inersia dihitung dengan
menggunakan dimensi kotor dan tidak dikelompokkan lapisan. Di terowongan batu, overbreak
akan menghasilkan ketebalan lining yang lebih besar dari ketebalan desain. Ketebalan desain
digunakan dalam analisis. Jenis model ini berguna dalam menganalisa semua bentuk geometris.
Tanah sekitarnya adalah dimodelkan dengan cara menempatkan dukungan pegas di setiap joint.
Pegas dapat ditempatkan di arah radial dan tangensial. Arah tangensial menawarkan sedikit nilai
dalam analisis dan sebuah komplikasi yang tidak perlu pada model. Nilai numerik konstanta
pegas pada masing-masing support dihitung dari modulus reaksi tanah dasar tanah sekitarnya
dikalikan dengan tambahan lapisan di setiap sisi pegas. Banyak kondisi tanah bisa ditemui dalam
jangka panjang. Dari terowongan tunggal Studi parametrik itu bermacam-macam kondisi dasar
dan konstanta pegas seharusnya dilakukan untuk menentukan skenario terburuk untuk lapisan.
Beban diterapkan pada model dan perpindahan pada masing-masing sambungan diperiksa.
Untuk joint yang bergerak menjauh dari tengah terowongan ke tanah, spring dibiarkan aktif. Saat
perpindahan joint tersebut menuju pusat terowongan, spring dilepas atau dibuat tidak aktif .
Proses ini diulang sampai semua perpindahan sesuai dengan kondisi spring (aktif atau tidak aktif)
pada joint itu. Begitu modelnya konvergen, maka saat-saat, gaya dorong dan geser digunakan
untuk merancang lining.
Jika model menunjukkan bahwa lining berada di luar kapasitasnya, membuat lining lebih tebal
atau kaku tidak akan menyala (warna merah) meringankan masalah sebenarnya, mengecilkan
lining akan menyebabkannya menarik lebih banyak momen dan kemungkinan besar menjadi
gagal, lining harus dibuat agar lebih fleksibel. Hal ini bisa dilakukan dengan membuat lapisan
tipis, yang mungkin tidak bekerja. Tindakan beban utama pada lapisan adalah beban aksial atau
dorong. Jika lapisannya mendekati kapasitasnya di bawah aksi beban ini, maka penipisan tidak
akan bekerja. Pemodelan fleksibilitas lining hingga momen bebas bisa menunjukkan lining yang
memadai. Inilah yang terjadi pada kenyataannya. Salah satu cara untuk memodelkan fenomena
ini adalah dengan memasang engsel penuh atau sebagian pada lapisan pada titik – titik momen
tinggi teoritis Engsel bisa dimodelkan untuk menerima momen sebanyak lapisan yang bisa
disangga atau bisa dimodelkan sebagai engsel penuh tanpa kapasitas momen. Pada kenyataannya,
lining itu berkinerja di suatu tempat di antara dua kondisi ekstrim ini. Menganalisis kedua kondisi
tersebut akan memberi tanda pada perilaku lining dan memberikan jaminan yang wajar pada
lapisan dapat mendukung beban.
Model Tiga Dimensi : Model yang dijelaskan di atas biasanya merupakan model dua dimensi
yang mewakili satu kaki sepanjang terowongan. Model yang lebih canggih dibutuhkan saat
penetrasi besar pada lapisan atau potongan terowongan yang sedang dianalisis. Untuk
memodelkan kondisi ini, ketiganya digunkan model elemen hingga. Model dibangun dengan cara
yang sama dengan model dua dimensi , dengan elemen yang terbatas digunakan untuk
menghubungkan node dan menciptakan tiga dimensi model. Parameter pemodelan yang
dijelaskan di atas berlaku untuk jenis ini. Model juga harus memperpanjang minimal satu
diameter terowongan di luar fitur yang sedang diteliti di setiap sisi fiturnya.
Telah dikemukakan bahwa model ini tidak memperhitungkan nonlinier dari tanah
sekitarnya,terutama di tanah lunak, juga tidak memperhitungkan variasi pergerakan tanah
dengan waktu. Pengembangan yang cermat diagram pemuatan dan konstanta pegas untuk model
ini dapat mengelompokkan perilaku sebenarnya dari tanah sekitarnya. Ini akan memberikan hasil
yang sebanding dengan analisis metode yang lebih canggih. Perlu dicatat bahwa metode analisis
ini biasanya memperkirakan waktu lentur di Lapisan.
Metode Empiris untuk tanah lunak: Untuk terowongan melengkung di tanah lunak, keabsahan
pegas balok model telah banyak mendapat kritik. Model pegas balok yang digambarkan di atas
mengasumsikan tanah menjadi sebuah bahan elastis homogen padahal sebenarnya sering tidak
homogen dan tingkah lakunya agak plastik dari pada elastis. Deformasi plastis tanah terjadi dan
lapisannya "goes along for the ride", yaitu kekakuan lapisan tidak mampu menahan deformasi
tanah. Karena lapisan biasanya lebih banyak fleksibel dari pada tanah disekitarnya, mendistorsi
tanah sebagai pengganti dan fleksibilitas lapisan memungkinkan memindah momen ke titik di
mana ia bertindak hampir seluruhnya dalam kompresi. Karena lapisannya tidak benar-benar
fleksibel, beberapa sisa momen tertinggal di lapisan. Saat ini diperhitungkan dengan membuat
perubahan yang sembarangan dalam radius dan menghitung momen teoritis yang dihasilkan dari
perubahan ini. Dalam radius. Dengan menggunakan metode ini, dorongan di struktur lining
terowongan dihitung dengan rumus:
T = wR
Dimana:
T = Daya dorong di struktur lining terowongan
W = tekanan tanah pada garis pegas terowongan karena semua sumber muatan
R = jari-jari terowongan
Persentase perubahan radius yang akan digunakan adalah fungsi dari jenis tanah. Nilai untuk
persentase ini diperkirakan oleh Birger Schmidt ditunjukkan pada tabel berikut
Tabel 4.18. Presentasi perubahan Radius untuk fungsi dan jenis tanah
Soil Type ΔR - Range
Stiff to Hard Clays 0,15 – 0,40 %
Soft Clays or Silts 0,25 – 0,75 %
Soft or Cohesive Soils, Most Residual Soils 0,05 – 0,25 %
Loose Sands 0,10 – 0,35 %
Catatan :
1. Tambahkan 0,1 sampai 0,3 persen untuk terowongan di tekanan udara, tergantung pada
tekanan udara.
2. Tambahkan distorsi yang sesuai untuk efek seperti melewati terowongan di dekatnya.
3. Nilai mengasumsikan perawatan yang wajar dalam konstruksi, dan metode penggalian
dan pelapis standar.
Hasil Momen lentur yang dihasilkan pada lapisan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
M = 3EI / R x ΔR / R
Dimana:
M = momen bending yang dihitung
R = jari-jari ke sentroid lapisan
ΔR = perubahan radius terowongan
E = modulus of elastisitas dari material lapisan
I = Momen inersia efektif dari tampang lapisan
Moment inersia efektif dapat dihitung untuk lapisan precast segmental menggunakan formula
berikut:
I e = I j + I ( 4 / n) 2
Dimana:
Ie = Momen inersia efektif
Ij = Waktu bersama inersia (konservatif diambil sebagai nol)
I = momen inersia dari lapisan kotor
n = Jumlah sendi di ring lapisan
Saat momen inersia untuk bagian yang tidak dilepas harus digunakan untuk pelapis beton cor di
tempat. Metode ini harus digunakan bersama dengan analisis lain untuk terowongan bulat di
tanah lunak yang diverifikasi. Metode yang dijelaskan di atas dapat digunakan untuk lining beton
dan baja segmental. Hal Ini dianjurkan agar pelat pelat baja juga diperiksa dengan menggunakan
ketentuan pada Spesifikasi AASHTO untuk ketahanan dinding dan ketahanan terhadap tekuk.
4.3.4.5. Permodelan Numerik Dalam Rancangan Terowongan
Permodelan numerik merupakan suatu pendekatan perhitungan distribusi tegangan dan
perpindahan yang mendekati keadaan yang sebenarnya. Perhitungan numerik dapat dilakukan
dengan metode-metode seperti ; metode elemen hingga (finite elements methods), metode beda
hingga (finite difference method), metode elemen batas (boundary elements method).
Pendekatan sistem adalah suatu cara berfikir dari suatu sistem global dan seluruh komponen-
komponennya. Pendekatan sistem untuk modelisasi dalam bidang teknik pertambangan,
khususnya dalam mekanika batuan dan lubang bukaan bawah tanah (terowongan) adalah suatu
cara mengorganisasikan elemen-elemen yang diamati dibawah suatu bentuk yang
mengintegrasikannya ke dalam suatu konsepsi umum dari objek-objek fenomena-fenomena dan
mekanisme yang dipelajari (Piguet, J.P., 1990).
Banyak penulis yang telah mendefinisikan “model” dalam artian umum sebagai contoh adalah :
Suatu subsitusi untuk suatu objek atau suatu sistem (Forrester, 1968)
Suatu simplikasi atau mengarah ke suatu imitasi dari suatu kenyataan (Starfield A.M dan
Cundall P.A., 1983).
Di dalam mekanika batuan dan tambang bawah tanah (terowongan), defenisi dari model
dapat diartikan sebagai berikut (Piguet, J.P., 1990).
Suatu representasi skematik, lebih kurang abstrak dari objek-objek yang nyata (sebenarnya)
Suatu refleksi (sering diformulasikan secara matematik) dari suatu mekanisme karakteristik
dari perilaku massa batuan/tanah.
Suatu formulasi dari perilaku yang sama atau dari beberapa bagian dari aspek lain yang
dibuat dengan suatu hubungan matematik, sering diformulasikan secara statistik.
Analisis numerik di dalam geomekanika atau penerowongan telah berkembang dengan pesat dan
saat ini penggunaannya semakin intensif. Hal ini disebabkan antara lain, karena ketersediaan
program – program komputer yang canggih, kapasitas dan kecepatan dari perhitungan komputer
yang ada, dan kemampuan dari program yang ada di dalam memperhitungkan strukutur geologi
secara rinci dalam suatu model.
Model numerik dalam geomekanika dan lubang bukaan bawah tanah (terowongan) dapat
dibedakan menjadi model kontinu, model diskontinu, model hybrid.
Model kontinu berdasarkan pada prinsip dasar dari dua metode diffrensial dan integral. Pada
metode differensial suatu massa kontinu digantikan oleh suatu representasi skematik pada
ukuran yang sama dengan kondisi batas yang sama pula, dan dibentuk suatu gabungan elemen-
elemen dari ukuran yang terbatas. Model integral atau metode elemen batas menetukan
distribusi tegangan dan perpindahan dalam suatu media dengan menyimpulkan pengetahuan
gaya yang tersebar pada suatu permukaan atau bagian dari daerah yang diteliti.
Model diskontinu menekankan pada kepentingan khusus dari bidang diskontinu yang terdapat di
dalam massa batuan. Bidang – bidang diskontinu ini didefenisikan sebagai jarak, geometri lubang
bukaan, deformabilitas dan efek regangan dan kinematinya terhadap massa batuan.
Model hybrid adalah penggunaan model dengan berpasangan seperti pasangan antara metode
elemen batas dan elemen hingga atau metode beda hingga (elemen distinct).
Gambar 4.65 memperlihatkan klasifikasi model dan metode numerik yang saat ini sudah
dikembangkan. Salah satu metode yang terakhir sangat berkembang adalah metode elemen
distinct, karena mampu menghitung pada media yang diskontinu yaitu keadaan yang sebenarnya
dari massa batuan di alam.
Gambar 4.67. Roof Displacement vs Support Gambar 4.68. Konstruksi Desain Lining
Pressure Concrete
Gambar 4.70. Lempeng tektonik utama dan arah pergerakannya yang berdekatan
Identifikasi sumber gempa meliputi penetapan jenis kesalahan dan letak geografisnya,
kedalaman, ukuran, dan orientasi. Identifikasi sumber gempa mungkin juga mencakup spesifikasi
sumber gempa acak untuk menampung gempa bumi yang tidak terkait dengan kesalahan yang
diketahui. Evaluasi sumber potensi gempa yang teridentifikasi melibatkan evaluasi magnitude
gempa (atau kisaran magnitude) bahwa sumber tersebut dapat menghasilkan dan, seringkali kali,
tingkat kejadian kejadian yang diharapkan magnitude ini.
Identifikasi sumber gempa yang kapabel bersamaan dengan evaluasi potensi gempa masing-
masing sumber yang dapat disebut sebagai karakterisasi sumber gempa. Setelah sumber gempa
dikarakterisasikan, intensitas gerakan tanahnya di lokasi proyek dari sumber-sumber yang harus
dikarakterisasikan. Ada tiga cara umum dimana intensitas gerakan tanah di lokasi proyek dinilai
dalam praktik. Cara tersebut adalah:
i. penggunaan hasil analisis bahaya yang ada yang diterbitkan oleh agen yang kredibel
seperti US Geological Survey (USGS) dan beberapa lainnya Lembaga negara;
ii. proyek spesifik dan lokasi spesifik evaluasi determinasi bahaya gempa;
iii. dan Evaluasi probabilitas bahaya gempa pada proyek spesifik dan lokasi spesifik.
Denga pendekatan khusus mana yang diadopsi mungkin bergantung pada pentingnya dan
kompleksitasnya dari proyek dan mungkin diatur oleh badan pengatur.
Pemilihan tingkat gerak dasar desain, apakah berdasarkan analisis probabalitas atau determinasi,
tidak dapat dianggap terpisah dari tingkat kinerja yang ditentukan untuk acara desain.
Terkadang, fasilitas dapat dirancang untuk berbagai tingkat kinerja, dengan gerakan tanah yang
berbeda tingkat ditugaskan ke setiap tingkat kinerja, sebuah praktik yang disebut sebagai desain
berbasis kinerja. Secara umum tingkat kinerja yang digunakan dalam desain sarana transportasi
meliputi perlindungan keselamatan jiwa dan keselamatan kerja pemeliharaan fungsi setelah
kejadian. Kriteria gempa disain tingkat keselamatan secara rutin digunakan dalam desain gempa
untuk menjaga fasilitas fungsional setelah gempa besar menambahkan persyaratan lain untuk itu
hanya menjaga keamanan hidup, dan biasanya diperlukan untuk fasilitas penting.
Runtuhnya terowongan transportasi modern (terutama untuk tujuan transit massal) selama atau
setelah sebuah peristiwa gempa besar bisa menimbulkan dampak bencana serta dampak sosial
dan ekonomi yang mendalam. Ini adalah tipikal terowongan transportasi modern dan penting
dirancang untuk bertahan dengan gerakan dasar gempa dengan periode ulang 2.500 tahun,
(sesuai dengan probabilitas 2% terlampaui di 50 tahun, atau 3% kemungkinan terlampaui dalam
75 tahun). Selain itu, untuk menghindari waktu tunggu yang panjang dan lama untuk
meminimalkan perbaikan yang mahal, terowongan transportasi modern dan penting sering
dibutuhkan untuk bertahan lebih lama dari gempa yang sering terjadi (yaitu, gempa tingkat
bawah) dengan sedikit kerusakan. Terowongan harus mampu segera digunakan kembali ke
layanan setelah diperiksa setelah gempa pada disain tingkat rendah ini. Di daerah gempa yang
tinggi, gempa tingkat bawah ini umumnya didefinisikan memiliki probabilitas 50% dari
probabilitas terlampaui 75 tahun, sesuai dengan periode ulange 108 tahun. Di bagian timur
negara Amerika Serikat, dimana kejadian gempa jauh lebih jarang terjadi, tingkat disain gempa
yang lebih rendah untuk terowongan transportasi modern dan penting umumnya didefinisikan
pada periode ulang yang lebih tinggi seperti 500 tahun.
Penggunaan Hasil Analisis Bahaya yang ada: Informasi yang digunakan untuk karakterisasi
gempa seringkali diperoleh dari publikasi Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), atau berbagai
lembaga negara lain. Hasil yang dipublikasikan ini sering digunakan karena memberikan
kredibilitas bagi perancang dan mungkin memberikan perasaan keamanan pada Perencana,
namun jika ada jeda waktu yang signifikan antara pembangunan dan publikasi, hasil bahaya yang
dipublikasikan mungkin tidak memasukkan perkembangan lokal terkini atau seismisita regional
selanjutnya, ada situasi di mana hasil bahaya yang dipublikasikan mungkin tidak memadai dan
memerlukan evaluasi bahaya gempa di lokasi spesifik. Situasi ini bisa meliputi:
(1) disain tingkat gempa (misalnya., dalam hal periode ulang) berbeda dari yang diasumsikan
dalam hasil yang dipublikasikan,
(2) untuk situs yang berada dalam jarak 6 mil dari permukaan aktif atau kesalahan dangkal
dimana efek medan dekat, penting untuk dipertimbangkan,
(3) dan hasilsil bahaya yang dipublikasikan gagal memasukkan perkembangan besar terakhir
ke kegempaan lokal atau regional.
Peta bahaya gempa yang mencakup nilai percepatan spektral pada berbagai periode spektral
telah dikembangkan oleh USGS di bawah National Earthquake Hazard Reduction Program (NEHRP).
Nilai peta untuk akselerasi puncak dan spektral dengan probabilitas dikalikan 2 persen, 5 persen,
dan 10 persen dalam 50 tahun (kira-kira sekitar 2.500 tahun, 1.000 tahun, dan periode ulang 500
tahun) dapat diperoleh dalam bentuk tabel. Gambar di bawah ini menunjukkan contoh peta
bahaya gerak darat nasional dalam hal percepatan tanah puncak (di Situs Kelas B - Situs Soft
Rock) untuk sebuah kejadian probabilitas 2% terlampaui dalam 50 tahun (yaitu, 2.500 tahun
periode ulang). Selain itu, USGS juga memberikan informasi (misalnya., bahaya segregasi) yang
dapat digunakan untuk memperkirakan perwakilan "magnitude dan jarak" untuk sebuah lokasi di
benua Amerika Serikat.
Pendekatan analisis bahaya deterministik: Dalam analisis bahaya gempa deterministik, ahli
seismologi melakukan analisis pertama mengidentifikasi sumber gempa yang kredibel dan
memberikan magnitude maksimum setiap sumber. Kemudian, intensitas getaran di lokasi dari
masing - masing sumber yang mampu dihitung dan desain gempa diidentifikasi berdasarkan
sumber yang mampu menyebabkan kerusakan terbesar. Langkah-langkah pada sebuah analisis
bahaya determinasi gempa adalah sebagai berikut:
1. Tetapkan lokasi dan karakteristik (misalnya, gaya patahan) dari semua potensi sumber
gempa yang mungkin mempengaruhi lokasi untuk masing-masing sumber, tetapkan
magnitudo gempa yang representatif.
2. Pilih hubungan atenuasi yang tepat dan perkirakan parameter gerak tanah di lokasi dari
masing-masing patahan yang kapabel sebagai fungsi dari besaran gempa, mekanisme
kesalahan, dari lokasi ke jarak sumber, dan kondisi lokasi. Atenuasi hubungan membedakan
antara gaya patahan antara batu dan tanah.
3. Pisahkan patahan yang kapabel (aktif) pada basis magnitude dan intensitas gerakan tanah
di lokasi untuk menentukan sumber asal.
Gambar 4.71. Peta bahaya pergerakan darat nasional oleh USGS (2002) - percepatan puncak tanah
dengan probabilitas 2% pelampauan dalam 50 tahun (periode pengembalian 2,500 tahun) - untuk kelas
situs B, batu lunak
Pendekatan analisis deterministik memberikan kerangka kerja untuk evaluasi skenario terburuk
di sebuah lokasi ini memberikan sedikit informasi tentang kemungkinan atau frekuensi
terjadinya asal gempa bumi . Jika informasi semacam itu diperlukan, pendekatan analisis
probabilistik harus digunakan untuk membuat lebih baik penentuan bahaya gempa gerak darat.
Pendekatan analisis bahaya probabilistik: analisis probabilitas bahaya gempa yang bergabung
dengan kemungkinan sebuah fault rupture dan distribusi besaran gempa terkait dengan fault
rupture ke dalam penilaian intensitas dari desain gerakan tanah di sebuah lokasi. Tujuan sebuah
probabilitas analisis bahaya gempa adalah menghitung, untuk waktu paparan tertentu,
probabilitasnya yang melebihi sesuai dengan berbagai tingkat parameter gerak dasar (mis.,
Probabilitas melebihi puncak percepatan tanah 0,2 g dalam periode 100 tahun). Parameter gerak
tanah bisa berupa nilai puncak (misal, percepatan puncak tanah) atau spektra respons yang
terkait dengan kuat gerak tanah di lokasi. Nilai probabilistik dari parameter disain mencakup
baik ketidakpastian atenuasi gerakan tanah yang kuat dan keacakan kejadian gempa. Sebuah
analisis probabilitas bahaya gempa biasanya mencakup langkah-langkah berikut, seperti yang
digambarkan pada gambar di bawah:
1. Identifikasi sumber gempa yang mampu menghasilkan gerakan tanah yang kuat di lokasi
proyek. Di daerah dimana tidak ada patahan aktif yang dapat segera diidentifikasi mungkin
diperlukan untuk mengandalkan statistik murni analisis sejarah gempa bumi di wilayah ini.
2. Tentukan minimum dan maksimum magnitude gempa yang terkait dengan masing - masing
sumber dan menetapkan distribusi frekuensi kejadian gempa ke kisaran magnitude yang
ditetapkan. Hubungan Gutenberg-Richter (Gutenberg and Richter, 1942) adalah hubungan
yang paling sering digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi terjadinya gempa.
Sedangkan magnitude maksimum adalah parameter fisik yang berkaitan dengan dimensi
kesalahan, magnitude minimum mungkin terkait dengan sifat fisik dari kesalahan dan
batasan dari analisis numerik.
3. Untuk setiap sumber, tetapkan hubungan atenuasi berdasarkan gaya patahan.
Ketidakpastian adalah biasanya ditugaskan untuk hubungan atenuasi berdasarkan analisis
statistik redaman pada gempa bumi sebelumnya.
4. Hitung probabilitas yang melebihi parameter gerak tanah yang ditentukan untuk interval
waktu yang ditentukan dengan mengintegrasikan hubungan atenuasi melalui distribusi
besarnya untuk setiap sumber dan menyimpulkan hasilnya
kuat, analisis regresi dilakukan dan berikut ini Korelasi telah direkomendasikan untuk tujuan
desain.
PGV = 0,394x100,434c
Dimana :
C = 4 , 2 8 + 2 , 1 6 l og 1 0 S1 + 0 , 0 13 [ 2, 30 l og 10 S 1 + 2 ,93 ] 2
Korelasi perkembangan PGV-S didasarkan pada database gempa yang ekstensif Dari rekaman
akselerasi yang tercatat dari lokasi batu dan tanah untuk WUS dan CEUS. Besaran gempa tersebut
ditemukan hanya memainkan peran kecil dan tidak termasuk dalam korelasi di Pengembangan
persamaan 13-1 dan 13-2. Persamaan 13-1 didasarkan pada nilai rata-rata ditambah satu standar
deviasi dari analisis regresi (yaitu, 1,46 x nilai median) konservatif.
Desain Spektrum Respon: Spektrum respons merupakan respon dari tingkat kebebasan tunggal
yang teredam sistem untuk gerak tanah. Desain spektra respon termasuk pertimbangan efek
tanah bisa ditetapkan dengan menggunakan prosedur yang ditentukan oleh kode seperti yang
ditentukan di NEHRP (National Earthquake Hazards Reduction Program) publikasi atau
Spesifikasi AASHTO LRFD yang baru dengan menggunakan disain yang sesuai dengan parameter
gempa dengan disain gempa yang diinginkan (Lihat diskusi di Bagian 13.2.2). Gambar 4.28
menggambarkan secara skematis konstruksi desain respon spektrum menggunakan prosedur
NEHRP. Istilah dan parameter yang digunakan pada Gambar 13-7 adalah didokumentasikan
secara rinci di NEHRP 12-70 (2008) dan Spesifikasi Desain Jembatan AASHTO LRFD (Ketentuan
Interim 2008). Sebagai alternatif, analisis bahaya spesifik proyek dan lokasi spesifik juga bisa
dilakukan untuk mendapatkan desain respon spektrum. Analisis respons dinamik lokasi tanah
spesifik juga bisa dilakukan untuk mempelajari efek kondisi tanah / tempat setempat (efek
samping).
Perlu dicatat bahwa sementara desain respon spektrum umumnya digunakan untuk desain
gempa dan analisis struktur di atas tanah seperti jembatan dan bangunan, tidak begitu berguna
dalam evaluasi gempa untuk struktur bawah tanah. Hal ini karena respon spektrum lebih relevan
untuk evaluasi efek respons inersia dari struktur di atas tanah sedangkan untuk struktur bawah
tanah, strain tanah atau perpindahan tanah merupakan faktor pengatur.
Gambar 4.73. Spektra respon desain yang dibangun menggunakan prosedur NEHRP
Meski begitu, desain respon spektra efektif buat meningkatkan intensitas gerakan getar tanah dan
bisa digunakan untuk menurunkan gerakan tanah lainnya , parameter yang berguna dan relevan
untuk struktur bawah tanah. Misalnya dengan menggunakan desain spektral akselerasi pada 1,0
detik (S), PGV dapat diestimasi dengan menggunakan korelasi empiris yang dibahas di atas
(Persamaan 13-1). Selain itu, desain respon spektra juga bisa dijadikan target spektrum untuk
menghasilkan sejarah pergerakan desain waktu yang pada gilirannya dapat digunakan dalam
analisis gempa untuk struktur bawah tanah jika diperlukan analisis numerik yang lebih halus.
Time Histories Gerakan Tanah dan Variasi Spasial Efek Gerakan Tanah: Time Histories yang
dikembangkan harus sesuai dengan target desain respon dan memiliki karakteristik yang
representatif dari lingkungan lokasi gempa dan lokasi kondisi situs lokal. Karakteristik
lingkungan lokasi gempa yang harus dipertimbangkan dalam memilih time histories meliputi:
lingkungan tektonik (misalnya, zona subduksi; patahan kerak dangkal di WUS atau lingkungan
kerak sejenis; CEUS atau sejenis kerak lingkungan hidup); magnitude gempa; jenis patahan
(misalnya., strike-slip; reverse; normal); jarak sumber gempa ke-lokasi; kondisi lokasi lokal; dan
desain atau karakteristik gerak tanah yang diharapkan (misalnya., disain respon spektrum; durasi
goyangan yang kuat; dan karakteristik gerakan darat khusus seperti karakteristik nearfault).
Hal ini diinginkan untuk memilih Time Histories yang telah dicatat dalam kondisi yang mirip
dengan kondisi gempa (seperti yang dijelaskan di atas) di situs, namun kompromi biasanya
diperlukan karena bermacam atribut lingkungan gempa dan bank data terbatas dari Time
Histories yang tercatat. Pilihan dari Time Histories yang memiliki magnitude gempa dan jarak
yang sama, dalam kisaran yang wajar terutama parameter penting karena mereka memiliki
pengaruh kuat pada respon konten spektral, respon bentuk spektral, durasi goncangan kuat, dan
karakteristik gerak tanah pada dekat-sumber.
Untuk struktur panjang seperti terowongan, gerakan tanah yang berbeda dapat ditemukan oleh
berbagai bagian struktur. Dengan demikian, kadang perlu terowongan untuk dievaluasi pada
tanah yang bervariasi efek gerakan secara spasial, terutama saat respon longitudinal terowongan
menjadi perhatian (bagian 13.5.2). Dalam hal ini terjadi perpindahan diferensial dan gaya
penumpukan sepanjang terowongan bisa diinduksi karena efek gerak tanah yang bervariasi
secara spasial. Dalam menurunkan Time Histories gerak tanah yang bervariasi secara spasial,
sebagai faktor minimum berikut ini harus dipertimbangkan
Pertimbangan:
Efek tanah lokal
Wave travelling / passage effect
Perpanjangan sumber efek
Efek di dekat lapangan.
Attenuasi Parameter Gerak Tanah pada Kedalaman: Parameter gerakan tanah yang dibahas
di atas adalah biasanya didirikan di permukaan tanah. Terowongan umumnya dibangun pada
kedalaman di bawah permukaan tanah ini. Untuk evaluasi gempa struktur terowongan,
parameter gerak tanah seharusnya diturunkan pada ketinggian terowongan. Karena gerakan
dasar umumnya menurun dengan kedalaman di bawah permukaan tanah ini , parameter ini
umumnya memiliki nilai lebih rendah dari yang diperkirakan untuk gerakan permukaan tanah
(misalnya, Chang et al., 1986). Rasio nilai gerak tanah pada kedalaman terowongan ke titik di
permukaan tanah dapat diambil sebagai rasio yang dirangkum dalam Tabel 13-1 kecuali nilai
yang lebih rendah dibenarkan berdasarkan penilaian spesifik lokasi.
Untuk penilaian parameter gerak tanah yang lebih akurat pada kedalaman, lokasi dinamis spesifik
analisis respons harus dilakukan untuk memperhitungkan kondisi rinci bawah permukaan dan
geometri lokasi. Hasil dari analisis respon dinamik akan memberikan berbagai aspek parameter
gerak tanah sebagai fungsi kedalaman (dalam analisis respons satu dimensi) atau sebagai fungsi
spasial koordinat (dalam analisis respons dua dimensi atau tiga dimensi).
E. Bahaya Gempa
Dalam arti luas, efek gempa pada struktur terowongan bawah tanah dapat dikelompokkan
menjadi dua kategori: (1) getaran, dan (2) kegagalan tanah. Berdasarkan catatan kinerja
terowongan selama gempa bumi masa lalu, efek merusak dari kegagalan tanah pada terowongan
secara signifikan lebih besar dari pada efek getaran tanah.
Getaran tanah: mengacu pada getaran tanah yang dihasilkan oleh gelombang gempa
menyebar melalui kerak bumi. Daerah yang mengalami getaran ini bisa menutupi ratusan
persegi mil di sekitar daerah fault rupture. Intensitas getaran akan melemah sesuai jarak
dari daerah fault rupture. Gerakan getaran dasar terdiri dari dua jenis gelombang gempa,
masing-masing dengan dua sub tipe, digambarkan sebagai berikut:
Body waves bergerak dalam materi bumi. Mereka mungkin berupa gelombang P
longitudinal atau gelombang S geser melintang dan mereka dapat melakukan perjalanan ke
segala arah di tanah.
Gelombang permukaan bergerak di sepanjang permukaan bumi. Mereka mungkin berupa
gelombang Rayleigh atau ombak Love.
Karena tanahnya mengalami deformasi oleh gelombang perjalanan, struktur terowongan di tanah
juga akan mengalami deformasi juga, karena struktur terowongan dibatasi oleh media sekitarnya
(tanah atau batu). Selama tanah (yaitu, medium sekitarnya) stabil, strukturnya tidak dapat
bergerak secara independen dari tanah. Oleh karena itu, desain dan analisis struktur bawah tanah
didasarkan pada deformasi / strain tanah dibandingkan dengan nilai akselerasi tanah. Jika
besarnya deformasi tanah selama gempa bumi kecil, efek gempa pada terowongan dapat
diabaikan. Sebagai contoh, umumnya ada sedikit perhatian untuk terowongan bagian yang
dibangun dengan batu yang cukup kompeten karena deformasi / strain gempanya yang diinduksi
pada batuan umumnya sangat kecil, kecuali bila terjadi zona geser / sesar ditemui atau bila ada
potongan batu longgar besar di balik lapisan. Di tanah yang longgar atau empuk, di sisi lain,
deformasi tanah yang dikembangkan selama disain gempa harus diestimasi dan digunakan untuk
desain dan analisis struktur. Secara umum efek potensial dari batas getaran tanah dari retakan
kecil lapisan beton sampai runtuhnya lapisan dan bahan dasar utama geologi ke dalam
terowongan.
Kegagalan di Lapangan: Kegagalan dasar secara luas mencakup berbagai jenis ketidakstabilan
tanah seperti fault rupture, tekukan tektonik dan penurunan, longsor, dan soil liquefaction.
Masing-masing bahaya ini mungkin berpotensi bencana ke struktur terowongan, meskipun
kerusakan biasanya terlokalisir. Desain struktur terowongan terhadap masalah ketidakstabilan
tanah seringkali dimungkinkan, meski harganya mungkin tinggi.
Jika aktifitas kesalahan melintasi alinyemen terowongan, terdapat bahaya perpindahan geser
langsung terowongan pada saat terjadi gempa berskala sedang sampai besar. Perpindahan
semacam itu mungkin berkisar dari beberapa inci sampai lebih dari sepuluh kaki dan, dalam
banyak kasus, mungkin terkonsentrasi di zona sempit sepanjang patahan. Fault rupture bisa dan
sangat membuat efek kerusakan pada terowongan. Tekanan tektonik dan penurunan bisa terjadi
memiliki efek merusak yang serupa dengan fault rupture, jika gerakan peningkatan / penurunan
semakin berat akan menyebabkan deformasi diferensial yang cukup besar terowongan.
Longsor melalui terowongan, apakah diinduksi secara statik atau gempa, dapat menghasilkan
konsentrasi yang besar dan perpindahan geser terkonsentrasi dan menyebabkan runtuhnya
sebagian atau seluruhnya penampang terowongan. Potensi tanah longsor adalah yang terbesar
saat massa longsor yang sudah ada sebelumnya memotong terowongan. Massa longsor statis
yang stabil akan diaktifkan oleh goncangan gempa. Bahaya tanah longsor biasanya terbesar
berada di bagian dangkal alinyemen terowongan dan di portal terowongan.
Untuk terowongan yang berada di bawah permukaan air tanah, mungkin bisa terjadi potensi
liquefaction jika lahan pada tanah kohesi yang tidak padat sedang (pasir, lumpur, kerikil)
bersebelahan dengan terowongan. Potensi efek liquefaction tanah yang berdekatan dengan
terowongan meliputi:
(a) tekanan lateral yang meningkat pada lining atau dinding terowongan, yang bisa
menyebabkan kerusakan lining atau dinding tergantung pada desainnya;
(b) flotasi atau tenggelamnya terowongan yang tertanam di tanah liquefied,
tergantung pada berat relatif terowongan dan tanah digantikan oleh terowongan;
(c) dan perpindahan lateral terowongan jika ada penampang bebas ke arah tanah
liquefied dapat bergerak dan / atau jika terowongan dibangun di bawah tanah
miring.
F. Kondisi Geologi
Kondisi geologi yang tidak menguntungkan lainnya dapat menyebabkan kinerja gempa pada
terowongan yang tidak memuaskan kecuali jika diakui dan dipertanggungjawabkan secara
memadai dalam desain terowongan dan konstruksi. Geologi yang tidak menguntungkan antara
lain meliputi: tanah lunak; batuan dengan bidang yang lemah berpotongan dengan terowongan,
seperti zona geser atau pengembangn lubang pada bidang yang lemah dan rangkaian joint yang
dikembangkan dengan baik yang terbuka atau penuh dengan batuan lapuk yang terdekomposisi;
kegagalan yang dihadapi selama konstruksi terowongan yang mungkin telah melemahkan
formasi geologi yang bersebelahan dengan terowongan (misalnya., gua atau tanah yang tidak
berongga atau batu longgar di balik lapisan; sequeezing tanah dengan faktor keamanan yang
relatif rendah pada lapisan yang runtuh); dan unit geologi yang berdekatan memiliki perbedaan
yang besar dalam kekakuan yang dapat menyebabkan tegangan yang teronsentrasi atau
perpindahan diferensial.
4.3.5.3. Kinerja Gempa dan Pemeriksaan Pedoman Terowongan
A. Pemilihan pedoman yang berlaku pada semua tipe terowongan
Terdapat kondisi tertentu yang secara jelas mengindikasikan risiko gempa yang berpotensi
signifikan terhadap keadaan terowongan yang dibor, terowongan cut-cover, atau tabung
terendam/immersed tunnel dan dengan demikian memerlukan evaluasi yang lebih rinci. Kondisi
ini meliputi:
Patahan aktif yang memotong terowongan;
Suatu tanah longsor yang memotong terowongan, apakah tanah longsor itu aktif atau tidak;
Liquefiable tanah berdekatan dengan terowongan, dan
Riwayat tekanan statis ke terowongan (mis., Runtuh lokal, deformasi besar, retak atau
spalling lapisan karena gerakan bumi), kecuali langkah-langkah retrofit diambil untuk
menstabilkan terowongan.
Selain hal di atas, evaluasi rinci gempa juga harus dilakukan untuk terowongan yang ada dianggap
sebagai struktur garis kehidupan (struktur penting dan kritis) yang harus digunakan atau lalu
lintas tetap terbuka segera setelah terjadinya gempa. Terowongan transit di wilayah metropolitan
sering dianggap sebagai struktur kritis / lifeline dan, oleh karena itu, ada jaminan evaluasi gempa
yang terperinci.
Gambar 4.74. Struktur lining terowongan raya jatuh dari crown terowongan - gempa 2004
Niigata, jepang
Gambar di atas menggabungkan observasi untuk 192 terowongan dari sepuluh gempa berskala
sedang sampai besar (saat magnitude MW 6,6 sampai 8,4) di California, Jepang, dan Alaska.
Sembilan puluh empat dari pengamatan tersebut dari besarnya momen M 6.9 1995 Kobe, gempa
bumi Jepang. Gempa ini menghasilkan sebagian besar pengamatan untuk tingkat getaran sedang
hingga tinggi (perkiraan percepatan puncak tanah, PGA, pada permukaan tanah di atas
terowongan di kisaran sekitar 0,4 g sampai 0,6 g untuk data Kobe). Puncak akselerasi tanah pada
gambar 4.67 diperkirakan untuk kondisi batuan outcropping aktual atau hipotetis di permukaan
tanah di atas terowongan. Pengamatan lainnya adalah dari sedang ke besar (M 6,7-8,4) gempa
bumi di California dan Jepang. Gambar 3.30 menunjukkan tingkat kerusakan yang terinduksi pada
terowongan dengan berbagai jenis pelapis terkena tingkat guncangan tanah yang ditunjukkan.
Kerusakan dikategorikan menjadi empat bagian: tidak ada untuk kerusakan yang terlihat; sedikit
terjadi retak kecil dan spalling; kerusakan sedang untuk retak besar dan spalling, jatuhnya
segmen lining dan batuan; dan katagori berat untuk lubang besar, penyumbatan, dan runtuh.
Angka tersebut menunjukkan tren berikut:
Untuk PGA sama dengan atau kurang dari 0,2 g, getaran tanah yang tidak menyebabkan
kerusakan pada terowongan.
Untuk PGA di kisaran 0,2 g sampai 0,5 g, ada beberapa contoh kerusakan mulai dari sedikit
sampai berat. Perhatikan bahwa tiga contoh kerusakan berat semuanya berasal dari gempa
tahun 1923 Kanto, Jepang. Untuk pengamatan gempa Kanto 1923 dengan PGA sebesar 0,25
g ditunjukkan pada Gambar 4.30, investigasi untuk terowongan ini menunjukkan
kerusakannya mungkin karena tanah longsor. Untuk yang lain dua pengamatan gempa
Kanto, ambruk terjadi di bagian terowongan yang dangkal.
Untuk PGA yang melebihi sekitar 0,5 g, ada sejumlah kasus kerusakan ringan sampai
sedang (dan satu contoh kerusakan berat yang disebutkan di atas untuk gempa Kanto).
Terowongan dengan lapisan kuat tampak lebih baik, terutama terowongan dengan lapisan
beton bertulang dan / atau baja.
Gambar 4.75. Ringkasan kerusakan terowongan bored pada efek getaran tanah (1998)
Tren pada Gambar 4.67 dapat digunakan sebagai salah satu panduan dalam menilai kebutuhan
untuk evaluasi lebih lanjut efek getaran tanah pada terowongan yang dibor / terambang.
Gambar 4.76. Fraktur di dasar kolom terowongan cut-and-cover antara stasiun daikai dan
nagata - gempa kobe 1995 jepang
Gambar 4.77. Kegagalan geser di atas kolom terowongan cut-and-cover antara stasiun daikai
dan nagata - gempa kobe 1995, jepang
Gambar 4.78. Stasiun kereta bawah tanah daikai runtuh - 1995 gempabumi di Kobe, Jepang
Kinerja yang relatif yang buruk dari terowongan cut-and-cover di bawah efek getaran tanah
mungkin mencerminkan:
i. Relatif permukaan bahan geologi permukaan yang lebih dekat mengelilingi jenis struktur
ini dibandingkan dengan bahan yang lebih keras yang sering mengelilingi terowongan
yang dibor pada kedalaman yang lebih dalam;
ii. tingkat akselerasi yang lebih tinggi di dekat permukaan tanah dibandingkan pada
kedalaman (karena kecenderungan gerak tanah yang bergetar untuk dikurangi kedalaman
di bawah permukaan tanah);
iii. dan kerentanan struktur seperti kotak ini terinduksi secara gempa deformasi racking
pada penampang melintang kotak, kecuali secara khusus dirancang untuk
mengakomodasi deformasi racking ini.
Terowongan cut and cover di tanah cenderung lebih rentan dibandingkan yang digali sampai
batuan karena adanya deformasi tanah yang lebih besar yang menyebabkan racking pada
terowongan. Terowongan di tanah lunak mungkin sangat rentan. Penentu yang paling penting
dalam menilai apakah evaluasi gempa yang lebih rinci tentang terowongan cut-and-cover
diperlukan adalah apakah yang desaian yang asli mempertimbangkan pembebanan dan
deformasi yang konsisten dengan lingkungan gempa dan kondisi geologis, dan terutama, apakah
perilaku racking diperhitungkan dalam analisis desain gempa, dan perincian struktur.
Gambar 4.79. Respons Ovaling dan racking melintang terhadap gelombang geser vertikal pada
terowongan
Gambar 4.80. Respons Gaya aksial dan lengkung memanjang terhadap travelling waves pada
terowongan
4.3.4.1. Evaluasi Ovaling Melintang atau Respon Racking dari Struktur Terowongan
Prosedur evaluasi respons transversal struktur terowongan dapat didasarkan pada (1) metode
analisis yang disederhanakan, atau (2) pendekatan pemodelan numerik yang lebih kompleks,
tergantung pada tingkat kompleksitas sistem struktur tanah, kondisi bawah permukaan, tingkat
bahaya gempa, dan pentingnya struktur. Pendekatan pemodelan numerik harus dipertimbangkan
dalam kasus di mana metode analisis yang disederhanakan kurang berlaku, lebih tidak pasti, atau
tidak meyakinkan, atau dimana struktur sangat penting terletak di lingkungan gempa yang parah
atau dimana data kasus menunjukkan kerentanan gempa yang relatif lebih tinggi untuk jenis
terowongan, seperti terowongan cut- and-cover persegi panjang di daerah gempa aktif.
Metode yang disempurnakan kemudian dipresentasikan pada bagian 13.5.1.2 yang yang sama
sederhananya namun mampu menghilangkan kekurangan yang terkait dengan metode deformasi
free-field. Metode yang disempurnakan ini - dibangun dari teori yang sudah terbiasa bagi
kebanyakan perencana pertambangan / bawah tanah - menganggap efek interaksi struktur tanah.
Berdasarkan metode ini, serangkaian grafik desain dikembangkan untuk memudahkan proses
perancangan.
Efek Ovaling: Seperti disebutkan sebelumnya, ovaling pada struktur lining terowongan melingkar
terutama disebabkan oleh gelombang gempa yang menyebar di bidang tegak lurus terhadap
sumbu terowongan. Hasilnya adalah siklus tambahan konsentrasi tegangan dengan tegangan
tekan dan tarik bolak-balik pada struktur lining terowongan. Tekanan dinamis ini ditumpangkan
pada keadaan statis yang ada pada lapisan. Beberapa mode kritis dapat terjadi (Owen dan Scholl,
1981):
Tegangan tekan dinamis yang ditambahkan pada tegangan statis tekan dapat melebihi
kapasitas tekan lapisan secara lokal.
Tegangan tarik dinamis yang dikurangi dari tegangan tekan statis yang mengurangi
kapasitas momen lapisan, dan terkadang yang dihasilkan mungkin tegangan tarik.
Deformasi Gaya Geser Free-Field: Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, distorsi geser tanah
yang disebabkan oleh gelombang geser yang merambat secara vertikal mungkin adalah mode
gempa yang paling kritis dan gerak pre dominan. Hal ini menyebabkan terowongan melingkar ke
oval dan persegi struktur bawah tanah kerak (gerak menyamping), seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 13-13.
Prosedur analitik dengan metode numerik sering dibutuhkan sampai pada perkiraan yang wajar
dari distorsi geser bidang bebas, terutama untuk situs tanah dengan variabel stratigrafi. Banyak
kode komputer dengan tingkat kecanggihan variabel tersedia (misalnya, SHAKE, FLUSH, FLAC,
PLAXIS, dkk.). Pendekatan yang paling banyak digunakan adalah menyederhanakan situs geologi
menjadi sebuah sistem berlapis horizontal dan untuk mendapatkan solusi dengan menggunakan
teori penyebaran gelombang satu dimensi (Schnabel, Lysmer, dan Benih, 1972).
Distorsi geser free-field yang dihasilkan dari tanah dari analisis tipe ini dapat dinyatakan sebagai
distribusi regangan geser atau profil deformasi geser versus kedalaman. Untuk terowongan yang
dalam terletak di tanah atau batu yang relatif homogen dan dengan tidak adanya Analisis respons
situs yang terperinci, prosedur yang disederhanakan oleh Newmark (1968) dan Hendron (1985)
dapat memberikan sebuah perkiraan yang masuk akal, tercatat bagaimanapun bahwa metode ini
cenderung menghasilkan hasil yang lebih konservatif terutama bila efek tanah atenuasi dengan
kedalaman (lihat tabel 13-1) diabaikan. Di sini, regangan geser free-field maksimum, γmaks,
dapat dinyatakan sebagai:
𝑽𝒔
max =
𝑪𝒔𝒆
Dimana:
Vs = Kecepatan partikel puncak
Cse = Kecepatan propagasi gelombang geser efektif
Kecepatan gelombang geser yang efektif dari gelombang geser yang merambat secara vertikal,
Cse harus kompatibel dengan tingkat regangan geser yang mungkin berkembang di tanah pada
ketinggian terowongan pada desain goncangan gempa. Nilai Cse dapat diperkirakan dengan
membuat pengurangan yang tepat (untuk memperhitungkan ketegangan tergantung efek) dari
strain kecil kecepatan gelombang geser,Cse, diperoleh dari pengujian di tempat (seperti
menggunakan teknik logging cross-hole, down-hole, dan P-S). Untuk batuan, rasio Cse/Cs bisa
diasumsikan sama dengan 1,0. Untuk tanah yang kaku, Cse/Cs bisa berkisar antara 0,6 sampai 0,9.
Sebagai alternatif, analisis respon lokasi spesifik dapat dilakukan untuk memperkirakan Cse.
Analisis respons lokasi spesifik harus dilakukan untuk memperkirakan Cse untuk terowongan
yang tertanam di tanah lunak. Suatu persamaan yang menghubungkan kecepatan perambatan
gelombang geser efektif dengan modulus geser yang efektif, Gm diekspresikan sebagai:
𝑮𝒎
Cse = √
𝒎𝒂𝒙
max = 𝑮𝒎
max = (PGA/g) v Rd
v = t (H+D)
Dimana:
Gm = Modulus geser yang kompatibel dengan kuat dari ground around tunnel (ksf)
Ʈmax = Tegangan geser induksi gempa maksimum (ksf)
v = Total tekanan overburden vertikal pada elevasi terowongan terbalik (ksf)
Ɣt = Total berat satuan tanah (kcf)
H = Ketebalan tutupan tanah diukur dari permukaan tanah sampai mahkota terowongan
(ft)
D = Ketinggian terowongan (atau diameter terowongan melingkar) (ft)
RD = Depth tergantung faktor pengurangan stres; dapat diestimasi dengan menggunakan
Hubungan berikut ini
RD = 1,0 - 0,00233z untuk z <30 ft
RD = 1,174 - 0,00814z untuk 30 kaki <z <75 kaki
RD = 0,744 - 0,00244z untuk 75 kaki <z <100 ft
RD = 0,5 Untuk z> 100 ft
Dimana:
Z = kedalaman (ft) dari permukaan tanah ke elevasi terbalik terowongan dan diwakili oleh z = (H
+ D).
Lining sesuai dengan Deformasi Geser Free-field: Bila lapisan melingkar diasumsikan berbentuk
oval sesuai dengan deformasi yang dikenakan oleh tanah sekitarnya (mis., geser), kekakuan lining
melintang sama sekali diabaikan. Asumsi ini mungkin masuk akal untuk sebagian besar
terowongan melingkar di batu dan di tanah yang kaku, karena kekakuan lapisan terhadap distorsi
rendah dibandingkan dengan media sekitarnya. Tergantung pada definisi "deformasi tanah
medium sekitar”, namun, desain berdasarkan asumsi ini mungkin terlalu konservatif untuk
beberapa kasus dan non-konservatif pada kasus lain. Ini akan dibahas lebih lanjut di bawah ini.
Distorsi geser dari tanah sekitarnya, untuk diskusi ini, dapat didefinisikan dengan dua cara. Jika
yang nonperforasi tanah di Bidang bebas Digunakan untuk memperoleh itu Distorsi geser
Sekitarnya terowongan lapisan, itu lapisan Adalah untuk menjadi Dirancang untuk menyesuaikan
diri Ke maksimum diameter Berubah, ΔD, Ditunjukkan di bagian atas Gambar 3.36 Bidang bebas.
Perubahan diameter maksimum dari lapisan untuk kasus ini dapat diturunkan sebagai:
Di sisi lain, jika deformasi tanah diturunkan dengan mengasumsikan adanya rongga akibat
penggalian terowongan (bagian bawah Gambar 13-15, untuk tanah berlubang), maka Lining nya
akan dirancang menurut strain diametrik dinyatakan sebagai:
Persamaan 13-8 dan 13-9 keduanya mengasumsikan tidak adanya lapisan. Dengan kata lain,
interaksi terowongan-tanah diabaikan.
Perbandingan antara Persamaan 13-8 dan 13-9 menunjukkan bahwa deformasi tanah berlubang
akan menghasilkan distorsi yang jauh lebih besar daripada kasus bidang bebas (tanah tanpa
perforasi). Untuk media tanah yang tipikal, bedanya bisa sebanyak tiga kali. Berdasarkan asumsi
yang dibuat, beberapa kesimpulan awal dapat ditarik sebagai berikut:
Persamaan 13-9, untuk deformasi tanah berlubang, harus memberikan perkiraan yang
masuk akal untuk deformasi lapisan yang memiliki sedikit kekakuan (melawan distorsi)
dibandingkan dengan yang medium.
Persamaan 13-8, untuk deformasi tanah bidang bebas, di sisi lain, harus memberikan nilai
yang masuk akal hasilnya lapisan dengan kekakuan distorsi dekat atau sama dengan
medium sekitarnya.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan lebih lanjut bahwa lapisan dengan kekakuan
distorsi yang lebih besar dari pada medium sekitarnya harus mengalami distorsi lapisan bahkan
kurang dari deformasi bidang bebas. Kasus terbaru ini mungkin terjadi saat terowongan
dibangun di tanah yang lembut dan sangat lunak. Oleh karena itu jelas bahwa kekakuan relatif
antara terowongan dan tanah sekitarnya (yaitu, efek interaksi struktur tanah) memainkan peran
penting dalam mengukur respons terowongan selama pemuatan konidisi gempa.
Pentingnya Kestabilan Lapis - Kompresi dan Rasio Fleksibilitas: Untuk mengukur kekakuan relatif
antara lapisan melingkar dan medium, dua rasio yang ditetapkan sebagai rasio kompresibilitas, C,
dan rasio fleksibilitas, F (Hoeg, 1968, dan Peck dkk, 1972) didefinisikan sebagai persamaan
berikut:
𝑬𝒎(𝟏− 𝑽𝟐𝟏)𝑹𝟏
Rasio kompresibilitas : C=
𝑬𝟏 𝒕(𝟏+𝑽𝒎)(𝟏−𝟐𝑽𝒎)
𝑬𝒎 (𝟏− 𝑽𝟐𝟏)𝑹𝟑𝟏
Rasio fleksibilitas : F=
𝟔 𝑬𝟏𝑰𝟏,𝟏(𝟏+𝑽𝒎)
Dimana:
Em = Modulus elastis yang sesuai dari tanah sekitarnya
Vm = Rasio Poisson dari tanah sekitarnya
Rl = Radius nominal dari struktur lining terowongan
Vl = Rasio Poisson dari Lining terowongan
Il,1 = Moment inersia lapisan per satuan lebar terowongan sepanjang sumbu terowongan.
tl = Ketebalan lapisan
Dari kedua rasio ini, sering disarankan bahwa rasio fleksibilitasnya adalah penting karena
memang begitu terkait dengan kemampuan dari lapisan untuk menahan distorsi yang dipaksakan
oleh tanah.
Rasio kompresibilitas juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap respon dorong lapisan.
Untuk kebanyakan terowongan melingkar yang ditemui dalam praktik, rasio fleksibilitas, F,
kemungkinan cukup besar (misalnya, F> 20) sehingga efek interaksi terowongan tanah dapat
diabaikan (Peck, 1972). Perlu dicatat bahwa F>20 menunjukkan bahwa tanahnya kira-kira 20 kali
lebih kaku dari pada lining. Dalam kasus ini, distorsi menjadi yang dialami oleh lapisan dapat
dianggap sama dengan tanah berlubang (yaitu,ΔDcavity).
Prosedur aturan praktis ini dapat menghadirkan beberapa masalah desain saat struktur yang
sangat kaku dikelilingi oleh tanah yang sangat lunak. Contoh tipikal adalah membangun tabung
yang sangat kaku di lokasi deposit yang lunak, deposit dasar sungai dalam hal ini rasio
fleksibilitas sangat rendah, dan struktur lining terowongan yang kaku tidak bisa dirancang secara
realistis agar sesuai dengan deformasi yang dikenakan oleh tanah lunak. Efek interaksi tanah
terowongan harus diperhatikan dalam hal ini untuk mencapai desain yang lebih efisien. Pada
bagian berikut ini sebuah prosedur perbaikan dengan mempertimbangkan efek interaksi
terowongan tanah disajikan untuk memberikan penilaian efek gempa ovaling yang lebih akurat
pada lapisan melingkar.
4.3.4.2. Analisis Solusi Interaksi Lining dengan Respon Ovaling terhadap Terowongan
Circular
Solusi analisis bentuk tertutup telah diusulkan (Wang, 1993) untuk memperkirakan struktur
dasar Interaksi untuk terowongan circular di bawah kondisi pembebanan gempa. Solusi ini
umumnya berbasis dengan asumsi bahwa:
Tanah adalah media isotropik yang tak terbatas, elastis, homogen.
Lapisan circular pada umumnya merupakan tabung berdinding tipis yang elastis pada
kondisi regangan lurus.
Kondisi slip penuh atau tidak ada slip ada di sepanjang antarmuka antara tanah dan
lapisannya.
Ekspresi dari respon lapisan ini adalah fungsi rasio fleksibilitas dan rasio kompresibilitas sebagai
disajikan sebelumnya dalam Persamaan 13-10 dan 13-11. Ungkapan untuk dorongan maksimal,
Tmax, momen lentur, Mmax, dan strain diametrik, ΔD/D, dapat disajikan dalam bentuk berikut:
𝟏 𝑬
Mmax = ± 𝟔 𝑲𝟏 (𝟏+𝑽𝒎 ) 𝑹𝟐𝟏 𝜸𝒎𝒂𝒙
𝒎
𝑬𝒎
Tmax = ±K2 𝑹𝑰 𝜸𝒎𝒂𝒙
𝟐(𝟏+𝑽𝒎)
𝟏
ΔDmax/D = ±𝟑 𝑲𝑰 𝑭𝜸 𝒎𝒂𝒙
𝟏𝟐 (𝟏− 𝑽𝒎)
KI =
𝟐𝑭+𝟓−𝟔𝑽𝒎
𝟏
𝑭[(𝟏−𝟐 𝑽𝒎)−(𝟏−𝟐 𝑽𝒎)𝑪]− 𝟐(𝟏−𝟐𝑽𝒎)𝟐𝑪+𝟐
K2 = 1+ 𝟓 𝟐
𝑭[(𝟑−𝟐𝑽𝒎)+(𝟏−𝟐𝑽𝒎)𝑪]+𝑪[ −𝟖𝑽𝒎+𝟔𝑽 ]+𝟔−𝟖𝑽𝒎
𝟐 𝒎
K1 dan K2 didefinisikan disini sebagai koefisien respon pelapisan. Parameter pemuatan gempa
adalah ditunjukkan oleh regangan geser maksimum yang diinduksi di tanah (bidangn bebas),
γmax, yang bisa didapat melalui pendekatan yang disederhanakan (seperti Persamaan 13-15 atau
13-16), atau dengan melakukan analisis respons di lokasi.
𝑬𝒎 𝒎𝒂𝒙 𝒕𝑰
𝟏
Ƹm = ± K1 𝑹𝟐
𝟔 (𝟏+𝑽𝒎 ) 𝟏 𝟐𝑬𝑰 𝑰𝑰
𝑬𝒎 𝜸𝒎𝒂𝒙
ƸT = ±𝑲𝟐 𝑹 𝑰
𝟐(𝟏+𝑽𝒎) 𝑬𝑰 𝒕𝑰
Untuk memudahkan proses perancangan, gambar 4.37 menunjukkan koefisien respon lapisan, K,
sebagai fungsi dari rasio fleksibilitas dan rasio poisson dari tanah. Grafik desain menunjukkan
koefisien lapisan K2 terutama digunakan untuk evaluasi respon dorong, disajikan pada gambar
3.36, gambar 4.37, dan gambar gambar 4.39 untuk nilai Rasio Poisson masing-masing 0,2, 0,35
dan 0,5.
Gambar 4.83. Koefisien Respon Lining, K2, untuk Poisson's Ratio = 0.2 (Kondisi Antarmuka
Tanpa Slip)
Gambar 4.85. Area eksternal dan internal primer yang terkait dengan desain pencahayaan
terowongan
pengalaman praktis. Penerangan siang hari disediakan pada terowongan dengan kuat
pencahayaan yang berbeda sesuai kondisi termasuk rekomendasi untuk zona ambang batas.
Pencahayaan pada terowongan membantu pengemudi untuk mengidentifikasi gangguan atau
mobil mogok pada terowongan saat memiliki jarak yang cukup untuk bereaksi atau berhenti.
Tingkat cahaya yang tinggi biasanya dibutuhkan pada awal terowongan saat siang hari untuk
menghindari black hole effect yang terjadi akibat terowongan memberikan bayangan pada jalan
pada gambar 4.78. Tingkat cahaya yang tinggi ini digunakan hanya saat siang hari. Pencahayaan
terowongan biasanya berada pada langit-langit, atau dipasang di dinding dekat langit-langit.
Lokasi, ukuran, tipe, dan jumlah dari pencahayaan mempengaruhi persyaratan geometri pada
terowongan dan harus menjadi pertimbangan.
Dokumen pencahayaan terowongan dibuat oleh IESNA (ANSI/IESNA RP-22 Recommended
Practice for Tunnel Lighting) and CIE(CIE-88 Guide for Lighting of Road Tunnels and
Underpasses) memberikan pendekatan yang komprehensif pada pencahayaan terowongan.
AASHTO Roadway Lighting Design Guide menyediakan beberapa rekomendasi untuk terowongan
juga. Untuk meningkatkan keselamatan saat kebakaran, disarankan lampu sorot dipasang untuk
menunjukkan jalan keluar. Jika digunakan, mereka harus dipasang sekitar pintu keluar, terutama
pada titik rendah yang memungkinkan di bawah ketinggian asap. Lampu sorot harus diaktifkan
hanya pada kebakaran.
Pencahayaan darurat pada terowongan termasuk wiring method dan persyaratan lain berada
pada NFPA 502 “Standard for Road Tunnels, Bridges, and Other Limited Access Highway”, PIARC”
Fire and Smoke Conrol in Road Tunnel” dan, pada penemuan 2005 FHWA/AASHTO European
Scan Tour (Appendix A).
Gambar 4.87. Langkah pengurangan pencahayaan yang direkomendasikan untuk zona ambang
& transisi di dalam terowongan
Tabel 4.20. Faktor Penyesuaian untuk Pencahayaan Perkerasan Zona Ambang (Lth)
Exit Visible (From 1SSSD) Exit Not Visible (From 1 SSSD)
Daylight Penetration Daylight Penetration
Good Poor Good Poor
Tunnel Traffic
Cyclist Wall Reflectance Wall Reflectance
Length Volume
High Low High Low High Low High Low
< 25M
All All 0% (No Threshold Lighting Required) 0% (No Threshold Lighting Required)
< 80FT
No 0% 50% 50% 50% 50% 50% 100% 100%
25-76M Light
Yes 0% 50% 50% 100% 100% 100% 100% 100%
No 50% 50% 50% 50% 100% 100% 100% 100%
80-250FT Heavy
Yes 50% 50% 50% 100% 100% 100% 100% 100%
No 50% 50% 50% 50% 50% 100% 100% 100%
76-125M Light
Yes 50% 50% 50% 100% 100% 100% 100% 100%
No 50% 50% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
251-410FT Heavy
Yes 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
>128M
All All 100% 100%
>410FT
Tabel 4.21. Tingkat Pencahayaan Perkerasan Rata-rata siang hari Zona Terowongan
Kendaraan (Lth)
Approach
Traffic Speed Driver Direction
Characteristic
Km/h mph North East-West South
Cd/m2
Open Road 100 60 250 310 370
Scene 1,2,3 80 50 220 260 320
60 40 180 220 270
100 60 320 280 310
Urban Tunnel
80 50 280 240 270
Scene 4,5,6
60 40 230 200 220
Mountain 100 60 230 200 200
Tunnel Scene 80 50 200 170 170
7,8 60 40 170 140 140
Fasilitas uji lampu indikator yang berfungsi untuk memeriksa apakah lampu-lampu
indikator masih hidup atau mati.
Buzzer untuk keperluan operator yang disertai lampu kedip dan sakelar untuk
mematikan alarm.
Panel control harus ditempatkan di tempat yang aman, mudah terlihat dan mudah
dicapai dan harus mempunyai minimum ruang bebas 1 meter di depannya.
Apabila panel kontrol direncanakan untuk dapat dilakukan pemeliharaannya dari
belakang, maka harus diadakan ruang bebas yang cukup dibelakang panel.
Ruang tempat panel kontrol harus diproteksi dengan detektor kebakaran.
Ruang dalam panel harus cukup memberikan keleluasaan pekerjaan pemasangan dan
pemeliharaan instalasi dengan konstruksi panel yang kuat serta tahan terhadap
gangguan mekanis, termis dan elektris.
4.5.1.3. Kabel
Untuk sistem deteksi harus digunakan kabel dari ukuran penampang tidak boleh lebih
kecil dari 0,6 mm2.
Untuk sistem alarm dan catu harus digunakan kabel dengan ukuran penampang tidak
boleh lebih kecil dari 1,5 mm2.
Kabel NYA dapat digunakan, namun pemasangannya harus di dalam pipa konduit.
Kabel berinti banyak NYM dan NYY, dapat pula dipergunakan pada sirkit-sirkit detektor
pada suatu arah tarikan kabel jarak jauh.
Untuk lokasi yang mempunyai kondisi kerja yang keras ( panas, lembab, dan banyak
gangguan mekanis ringan ), harus dipilih jenis kabel NYY atau minimal NYM.
Untuk pengawasan langsung ke detektor, dapat pula dipergunakan kabel fleksibel dengan
ketentuan tidak boleh lebih panjang dari 1,5 m.
Pemasangan kabel sistem deteksi dan alarm kebakaran harus dilaksanakan sesuai dengan
instalasi tegangan rendah sesuai SNI 04-0225-2000, tentang : “Persyaratan umum
instalasi listrik 2000”.
Semua pemasangan kabel pada dinding harus dilaksanakan dengan menggunakan pipa
konduit sesuai dengan SNI 04-0225-2000, tentang “ “Persyaratan umum instalasi listrik
2000”.
Penampang kabel dipilih sedemikian rupa sehingga pada beban kerja maksimum,
penurunan tegangan di titik terjauh dari panel kontrol tidak boleh lebih dari 5%.
Hantaran antara gedung harus dari jenis kabel yang dapat ditanam dan harus diberikan
perlindungan terhadap kerusakan mekanik.
Sepanjang hantaran tidak boleh ada sambungan.
Sambungan diperbolehkan dalam kontak terminal tertutup.
Penyambungan kabel dengan masing-masing detektor harus di dalam detektor, kecuali
untuk detektor jenis kedap air. Kabel untuk sistem deteksi dan alarm kebakaran tidak
boleh disatukan dengan kabel untuk instalasi listrik.
4.5.1.4. Catu Daya.
a. Catu daya harus mempunyai 2 buah sumber energi listrik, yaitu :
Listrik PLN atau pembangkit tenaga listrik darurat (Genset)
Batere.
b. Tegangan batere yang diijinkan 12 volt dan maksimum 48 volt.
Tegangan batere yang diijinkan minimum selama 4 jam mencatu energi listrik dalam
kondisi alarm beroperasi, dengan ketentuan sebagai berikut :
Pemeliharaan batere harus mudah.
Mempunyai pengisi batere ( charger ) otomatik.
Bila catu daya dari listrik PLN atau pembangkit tenaga listrik darurat
lainnya mati, secara otomatik langsung bisa diambil alih oleh tenaga batere.
Batere harus dari jenis batere kering yang dapat diisi kembali
(rechargeable).
Bahan-bahan peralatan bantu instalasi yang dipakai harus memenuhi
SNI 04- 0225-2000, tentang “Persyaratan umum instalasi lsitrik 2000”.
4.5.1.5. Pelaksanaan Pengetesan.
Tes kebocoran pemipaan sistim hydrant dilakukan dengan tekanan hidrostatik 20 kg/cm 2 selama
4 jam, berita acara tes/pengujian dan sertifikat layak operasi dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang.
4.5.2. Konsep Disain Tindakan Pencegahan Kebakaran
a. Jika terjadi kebakaran ringan dan alarm kebakaran tidak beroperasi, pemadaman api
dilakukan dengan pemadam kebakaran portable (Fire Extinguiser)
b. Jika terjadi kebakaran dan alarm kebakaran beroperasi, pemadamam api dilakukan oleh Fire
Hydrant dengan system operasi sebagai berikut
Detector akan mendeteksi dan memberikan input ke Panel Kontrol
Fire Alarm sehingga Alarm Kebakaran akan beroprasi dan menunjukkan daerah / zona
mana sedang terjadi kebakaran.
Jika valve hydrant dibuka untuk operasi pemadaman api maka Pompa Jocky Pump akan
beroperasi.
Jika tekanan pada sistim pipa hydrant turun sampai 80% maka Fire Hydrant Pump akan
beroperasi dan Jocky Pump Stop (Tidak beroperasi)
Jika operasi pemadaman masih beroperasi menerus sistim suplai tenaga listrik harus
dipadamkan (PLN & Genset) dan operasi pemadaman dilakukan oleh Diesel Fire Hydrant
Pump.
Persedian air untuk operasional sistim hydrant minimal 45 menit
Sumber air untuk persediaan operasional sistim hydrant dari sumur dalam atau PDAM /
Swasta dengan jarak maksimum 1000 ft ( 305 m ).
4.5.3. Kriteria Disain Tindakan Pencegahan Kebakaran
Daya listrik Pompa hydrant dari PLN dan Genset (380V,3F,50Hz)
Peralatan dan komponen sistem hidran terdiri dari kotak hidran, kopling pengeluaran
aliran air, slang hydrant, pompa dan instalasi pipa hydrant.
Debit air minimum sistim hydrant 400 liter/menit dengan tekanan 4,5 kg/cm2
Diameter slang hydrant minimum 1,5” (inch), dengan panjang (20-30) meter
Diameter pipa cabang hydrant adalah 4” (inch)
Diameter pipa utama yang tersambung dengan pompa hydrant adalah 6 “ (inch)
Jarak antara hydrant pilar 500 ft (150 meter), minimum sistim hydrant mempunyai 2 buah
hydrant pilar
Dimensi kotak hidran : P(52cm), L(15cm), T(66cm) dan dipasang dengan ketinggian 75 cm
diatas tanah.
Diameter Kopling pengeluaran aliran air hidrant ( Siamese Connection) minimum 6,25 cm
(yang sejenis dengan kopling peralatan unit mobil pemadam kebakaran).
Persyaratan bahan / material
- Minimum kelas medium, memenuhi spesifikasi bahan bangunan dalam SKBI dan Sll.
- Bahan pipa dan fitting terdiri dari baja, baja galvanis, besi tuang dan tembaga.
Portable Fire Extinguishers.
- Penempatan portable fire extinguisher di sepanjang jalan raya dengan jarak maksimum
90 m.
- Untuk memudahkan penggunaan yang aman oleh pengendara, berat maksimum
protable fire extinguisher adalah 9 kg
- Alat pemadam api portabel harus dipilih, dipasang, diperiksa, dan dipelihara sesuai
dengan NFPA 10.
Gambar 4.88. Longitudinal Ventilation System with Central Fans and Exhaust Shaft.
4.6.1. Persyaratan Ventilasi
Sistem ventilasi pada terowongan digunakan untuk menjaga tingkat kualitas udara yang diijinkan
dalam terowongan. Desain dipengaruhi oleh pertimbangan keselamatan kebakaran atau dengan
kualitas udara; yang mana tergantung oleh banyak faktor termasuk lalu lintas, ukuran dan
panjang terowongan, dan fitus khusus seperti persimpangan bawah tanah. Persyaratan ventilasi
pada terowongan ditentukan oleh dua kriteria, pengendalian emisi dari kendaraan yang
menggunakan terowongan dan pengendalian asap saat kebakaran. Perhitungan dinamika fluida
sering digunakan untuk menentukan desain yang sesuai untuk ventilasi pada keadaan kebakaran.
Analisa kualitas udara harus dilakukan untuk menentukan apakah kualitas udara mempengaruhi
desain. Titik Monitoring kualitas udara pada terowongan harus disediakan dan ventilasi harus
ditentukan berdasarkan volumen lalu lintas untuk mengakomodir kebutuhan kualitas udara.
Dampak lingkungan dan kulitas udara dapat mempengaruhi lokasi struktur, shaft, dan potal
ventilasi. Analisa harus memperhitungkan arus dan pengembangan masa depan, ground level,
tinggi dan jarak receptor sensitif dekat lokasi dan lokasi untuk operable Windows dan teras
bangunan untuk meminimalisir dampak. Bangunan ventilasi harus diletakkan dibawah grade dan
exhaust stacks hidden pada struktur lain. Kedua Pilihan sistem ventilasi yang digunakan untuk
terowongan adalah ventilasi longitudinal dan ventilasi tranversal. Sistema ventilasi longitudinal
memasukkan udara atau mengeluarkan udara dari terowongan, dengan aliran longitudinal dari
lalu lintas, pada beberapa titik seperti shaft dan portal ventilasi. Bisa di subklasifikasikan
menggunakan sistema jet-fan atau central fan system dengan kecepatan tinggi (Saccardo) nozzle.
Penggunaan jet fan pada longitudinal system disetujui oleh FHWA pada 1995 berdasarkan hasil
Memorial Jembatan Fire Ventilation Test Program (NCHRP, 2006). Biasanya, itu termasuk seri
aksial, jet fan kecepatan tinggi dipasang pada langit langit terowongan untuk memberikan aliran
udara longitudinal melewati terowongan
Sistem Ventilasi transversal bisa full atau semi full tipe transversal. Dengan ventilasi transversal
full, saluran suplai udara terletak diatas, dibawah, atau disamping lalu lintas dan memasukkan
udara segar pada terowongan pada interval tertentu. Saluran exhaust terletak diatas atau
disamping untuk mengeluarkan udara dan polusi. Dengan ventilasi semi transversal, saluran
suplai dihilangkan dengan tugasnya diganti dengan traffic opening. Saat saluran supplai dan
exhaust telah digunakan, aliran dijalankan dengan kipás pada bangunan ventilasi.
Standar kebisingan lokal biasanya dibutuhkan noise attenuators pada kipas dan nozzle. Pemilihan
sistem ventilasi yang sesuai mempunyai dampak pada alinemen, layout, dan desain cross-section
terowongan
Khususnya apabila akses untuk pemeliharaan regular dibutuhkan. Berdasarkan kendala tersebut,
sump seharusnya lebih baik ditempatkan di luar terowongan dari pada di dalam terowongan
jalan. Instalasi pompa harus tipe wet well atau dry well . Untuk yang di awal, pompa tercelup
dalam air di sump pengumpul, untuk yang kemudian pompa dipasang di ruang kering (dry
chamber), sepanjang sump pengumpul. Instalasi tipe dry well lebih umum digunakan apabila
pompa besar, terutama untuk memungkinkan pemeliharaan dapat dilaksanakan tanpa
membongkar pompa secara total. Ukuran sump dan separator adalah proses iterasi berhubungan
dengan kapasitas pompa dan kecepatan inflow maksimum. Keterbatasan pada ketersediaan
power, ukuran pompa utama, debit yang diijinkan, dan ukuran sump dapat menentukan volume
sump dan kapasitas pompa.
Perhatian harus diberikan pada ukuran pompa untuk volume air yang dipindahkan. Pompa yang
besar hanya akan beroperasi dalam waktu yang pendek dapat menaikkan biaya supply energy.
Aturan yang umum, jumlah pompa yang bekerja per jam tidak boleh lebih dari 12 dan menjadi
pertimbangan dalam penentuan ukuran pump/sump dan control level. Drainase melintang tidak
dapat digunakan untuk mengalirkan air hujan (stromwater) karena endapan lumpur dan dapat
rusak karena beban lalu-lintas berat. Ketentuannya harus dibuat kemiringan permukaan jalan
(crossfalls) yang cukup yang berhubungan dengan parit pada interval tertentu untuk mengalirkan
air dan menghindari genangan pada jalan approach dan terowongan. Struktur drainase
terowongan sering terhalang oleh senyawa kalsium yang keluar dari beton, garam air tanah,
lanau, dan debu konstruksi. Pipa drainase harus diperbesar untuk menangani masalah tersebut.
Oleh karena itu sangat penting untuk membersihkan drainase secara teratur. Apabila mungkin,
semua manhole dan ruang inspeksi mencakupi akses ke sump, ruang pompa, valve pits dll, harus
ditempatkan di luar jalan raya, agar supaya pemeliharaan dan perbaikan dapat dilakukan tanpa
mengganggu lalu-lintas. Selokan jalan harus cocok untuk pemasangan kerb.
Ruang inspeksi harus diletakkan dipelebaran untuk akses mudah dan menghindari lalu lintas.
Gulies harus dipasang dengan interval tidak lebih dari 20m. Adalah pelanggaran membuang
minyak ke dalam selokan umum, semua otoritas air akan mengharuskan pemisahan pembuangan
(disposal) dengan pengaturan khusus, dari semua minyak, oli atau grease yang mungkin tumpah
dalam terowongan sebelum dibuang ke drainase air.
4.7.1. Persyaratan Drainase
Terowongan jalan harus dilengkapi dengan system drainase yang terdiri dari pipa, saluran,
pompa, pemisah minyak dan air, dan system control untuk pengumpulan, penyimpanan, dan
pemisahan yang efisien untuk air dan cairan dari terowongan. Drainase harus disediakan pada
terowongan untuk mengatasi air pada jalan dan kebocoran. Namun, drainage lines dan sump-
pump harus cukup untuk mengakomodir intrusi air dan persyaratan pemadam kebakaran. Harus
didesain supaya api tidak menyebar melewati sistema drainase dengan mengisolasinya. Untuk
alasan keamanan, PVC, pipa fiber glass, dan material yang mudah terbakar tidak boleh digunakan.
Sumps harus disediakan dengan trap untuk mengumpulkan dan menyingkirkan padatan. Sand
trap harus disediakan sebagaimana pemisah minyak dan bensin. Bisa diasumsikan saat
menentukan ukuran sump bahwa kebakaran dan banjir tidak terjadi bersamaan. Sump dan pump
harus terletak pada titik rendah terowongan dan pada portal untuk mengendalikan air yang
mungkin mengalir kedalam terowongan. Ukuran sump harus cocok dengan suty cycle dari
discharge pump seperti contoh inflow tidak menyebabkan kapasitas sump terlampaui. Sump
harus didesain untuk dapat dibersihkan secara regular.
dalam dua tahap berkenaan dengan rendah dan tingginya kosentrasi dari gas
hydrocarbon.
- Desain sump harus termasuk pencegahan untuk meminimalkan kerusakan yang
structural karena ledakan, dan transmisinya berdekatan interkoneksi sump.
4.7.3.2. Separator
- Interceptor / separator harus berukuran yang cukup untuk menyediakan pemisahan
yang cukup dari polutan, khususnya apabila pengoperasiannya tergantung pada
pengurangan kecepatan unit tersebut.
- Separator direncanakan untuk memudahkan pembersihan dan diberi ventilasi untuk
mencegah akumulasi dari gas yang berbahaya.
Jika parameter ditentukan, perhitungan sistem pompa menggunakan formula atau software dapat
dilakukan dengan berbagai pilihan untuk ukuran pipa dicapai desain yang optimum. Kecepatan
(rate)maksimum agar supaya air dapat dipompa keluar ditentukan oleh Local Water Authority.
Namun sedapat mungkin lebih besar dari kecepatan yang diharapkan pada kondisi rata-rata. Dua
atau tiga pompa dapat dipertimbangkan, yang apabila semua dioperasikan cukup untuk
memompa pada kecepatan (rate) maksimum. Namun masing-masing pompa dapat menangani
pada kondisi rata-rata. Pompa cadangan disediakan, namun tidak masuk perhitungan. Pompa
biasanya tipe sentrifugal dan mampu melewatkan zat padat dalam air tanpa tersedak, pompa
yang direncakan untuk penanganan air selokan (sewage), yang mampu meloloskan bahan padat
sampai diameter 10 cm cocok untuk diterapkan pada terowongan. jika pompa dipasang diatas
muka air sump, pompa harus tipe self-priming atau didesain agar pompa selalu penuh air
sebelum dinyalakan. Pompa dapat dikonfigurasi secara vertikal atau horizontal, tergantung
kendala dalam perencanaan. Tipe spindle submersible vertikal lebih disukai, karena tambahan
ruang untuk rumah pompa tidak diperlukan dan tidak memerlukan peralatan tambahan untuk
priming. Pompa tipe submersible harus dipindah ketika inspeksi, perbaikan atau overhaul. Daan
biasanya disediakan pompa dengan instalasi permanen untuk cadangan, ketika pompa
submersible dipindahkan.
drain down points Pemilihan bahan material pipa dan sistim perlindungan pipa tergantung
apakah pipa dipendam, cast in, dalam kondisi terbuka. Penggunaan bahan plastic dan material
sejenisnya harus dihindari dalam terowongan, karena pada saat terjadi kebakaran asap beracun
dapat ditimbulkan.
Gambar 4.91. Tipikal Sistim / Duty /Curve untuk 3 Pompa submersible running pararel
Memenuhi kebutuhan
Menarik perhatian dan mendapat respek pengguna jalan
Memberikan pesan yang sederhana dan mudah dimengerti
Menyediakan waktu cukup kepada pengguna jalan dalam memberikan respon
kondisi prasarana jalan, kondisi alam , kondisi cuaca, kondisi lingkungan atau lokasi rawan
kecelakaan. Untuk penjelasan yang detail lebih detail mengenai rambu peringatan dapat dilihat
pada Permen Perhubungan RI No. PM 13 tahun 2014
Rambu Larangan menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh Pengguna Jalan, yang
terdiri dari :
Larangan berjalan terus
Larangan masuk
Larangan parkir dan berhenti
Larangan pergerakan lalu-lintas tertentu
Larangan membunyikan isyarat suara
Larangan dengan kata-kata
Batas akhir larangan
Untuk penjelasan yang detail lebih detail mengenai rambu larangan dapat dilihat pada Permen
Perhubungan RI No. PM 13 tahun 2014
Rambu Perintah menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh pengguna jalan, yang terdiri
atas rambu :
Perintah mematuhi arah yang ditunjuk;
Perintah memilih salah satu arah yang ditunjuk;
Perintah memasuki bagian jalan tertentu;
Perintah batas minimum kecepatan;
Perintah penggunaan rantai ban;
Perintah menggunakan jalur atau lajur lalu lintas khusus;
Batas akhir perintah tertentu; dan
Perintah dengan kata-kata
Untuk penjelasan yang detail lebih detail mengenai rambu larangan dapat dilihat pada Permen
Perhubungan RI No. PM 13 tahun 2014. Rambu Petunjuk digunakan untuk memandu pengguna
jalan saat melakukan perjalanan atau memberikan informasi lain kepada pengguna jalan.
Untuk penjelasan yang detail lebih detail mengenai rambu larangan dapat dilihat pada Permen
Perhubungan RI No. PM 13 tahun 2014
Rambu Lalu-lintas dapat dilengkapi dengan papan tambahan yang diperlukan untuk menyatakan
bahwa Rambu Lalu-Lintas hanya berlaku untuk :
Nilai tertentu;
Arah tertentu;
Arah dan nilai tertentu;
Hal tertentu dengan kata-kata; dan
Hal tertentu dengan kata-kata dan nilai
Penempatan dan pemasangan Rambu Lalu-lintas harus memperhatikan :
Desain geometrik jalan / terowongan;
Karakteristik lalu lintas;
Kelengkapan bagian konstruksi jalan / terowongan ;
Kondisi struktur tanah;
Perlengkapan jalan / terowongan yang sudah terpasang;
Konstruksi yang tidak berkaitan dengan pengguna jalan / terowongan; dan
Fungsi dan arti perlengkapan jalan / terowongan lainnya
Gambar 4.93. Rambu Informasi Ada Gambar 4.94. Portal Pembatas sebelum
Terowongan dan Batasan Ketinggian masuk terowongan
Kendaraan
Jika panjang terowongan 500 m atau lebih, maka panjang terowongan harus ditunjukkan
pada rambu pada atau dekat pintu masuk.
Jika panjang terowongan 3000 m atau lebih, tambahan rambu harus dipasang dalam
terowongan pada interval tidak lebih dari 1000 m, yang menunjukkan sisa panjang
terowongan.
Jika panjang terowongan kurang dari 500m, rambu dipasang tanpa perlu menunjukkan
panjang terowongan.
Pada terowongan apabila pengemudi diminta menyalakan lampu, rambu terkait dapat
dipasang pada atau sebelum pintu masuk terowongan
Rambu stasiun Radio dalam terowongan, yang berisi daftar chenel radio yang digunakan
dalam terowongan.
Karena bertambahnya gas CO dapat berbahaya dalam terowongan, tambahan rambu
Matikan mesin jika berhenti, rambu ini dapat digunakan jika antrian lalu lintas sepertinya
tak dapat bergerak.
Fasilitas darurat
Rambu yang menunjukkan fasilitas darurat dan lay bys (tempat parkir darurat)
Rambu pemadam kebakaran dan telopon harus digunakan untuk menunjukkan adanya
peralatan pemadam kebakaran dan telepon darurat dalam terowongan. Rambu ini harus
berbentuk persegi empat dengan minimum panjang sisi 430 mm. pada banyak kasus
peralatan darurat diletakkan di lay-bys (parkir darurat). Pada kasus jika Rambu lay by dan
pemadam kebakaran / telepon Rambu digabung, rambu ini harus tidak kurang dari 750
mm (t) dan 465 mm (lebar).
Gambar 4.95. Rambu Untuk Menunjukan Gambar 4.96. Rambu Jalan Darurat Keluar
Adanya Telepon Umum dan Alat Pemadam Terowongan
Kebakaran
Pada lokasi darurat atau crossing jalan dalam terowongan, rambu lokasi darurat harus
disediakan. Rambu ini harus menyampaikan informasi dalam beberapa Bahasa untuk
memberitahu bahwa lokasi tersebut tidak menjamin perlindungan jika kebakaran.
Rambu untuk menunjukkan jalan keluar darurat harus disediakan, dan ditempatkan pada
setiap crossing jalan diantara tube terowongan. Rambu tersebut harus disediakan
sepasang pada dinding terowongan untuk menunjukkan jarak ke 2 jalan keluar terdekat.
Rambu Rambu
Petunjuk Petunjuk
Awal Akhir
Terowongan Terowongan
Gambar 4.99. Contoh penempatan rambu petunjuk pada jalan masuk terowongan
Gambar 4.100. Contoh Skema Perambuan Untuk Jalur Pedesaan Berkecepatan 2 Jalur
Cepat
4.9. REFERENSI
1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 19/PRT/M/2011 Persyaratan Teknis Jalan dan
Kriteria Perencanaan Teknis Jalan
2. Road Tunnels, Norwegian Public Roads Administration, 2004
3. Hoek, E., Kaiser, PK., Bawden, W.F. Support of Underground Excavation in Hard Rock. 1998.
4. Bienawski, Z.T., Engineering Rock Mass Classification. John Wiley & Sons. Inc. New York,
halaman 7 (1989)
5. Brady, B.H.G dan Brown, E.T., Rock Mechanics for Underground Minings. George Allen & Unwin,
London, halaman 151 – 164, 464 (1985)
6. Bienawski, Z.T., Rock Mechanics Design in Mining and Tunnelling, John Wiley and Sons, Canada,
1984.
7. Itasca, Fast Lagrangian Analysis of Continua in 3 Dimension, Itasca Consulting Group In., 2002.
8. Goodman, Richard E., Introduction to Rock Mechanics, John Wiley and Sons, USA. 1989.
9. Kolymbas, D., Tunnelling and Tunnel Mechanics. Springer, Austria. 2008.
10. Hoek.,E., Caranza, C. T., Diedirichs, M., Corkum, B., Integration of Geotechnical in Lining
structural design Tunnelling. Rocscience Inc. Toronto, Canada. 2000
11. Tatiya, R.R., Surface and Underground Excavation., CRC Press., 2013
12. Yossef H. Hatzor, Guowei Ma, Gen-Hua Shi., Discontinuous deformation analysis in rock
mechanics practice. ISRM. CRC Press. 2018
13. U.S. Department of Transportation Federal Highway Administration, Technical Manual for
Design and Construction of Road Tunnels-Civil Elements, Publication No. FHWA-NHI-10-034-
December 2009
14. British Tunneling Society, 2000
15. The LRFD Tunnel Design and Construction Guide Specifications, AASHTO, 2017
16. Spesifikasi Lampu Penerangan Jalan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen
Pekerjaan Umum, No.12/S/BNKT/1991, Februari 1992;
17. Spesifikasi Lampu Penerangan Jalan Umum, Badan Standarisasi Nasional (BSN), Nomor : SNI
7391 Tahun 2008;
18. American National Standard Practice For Tunnel Lighting, ANSI/IESNA RP-22-96
19. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL), Badan Standarisasi Nasional (BSN), Nomor : SNI
04-0225 Tahun 2000
20. Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran
untuk pencegahan bahaya kebakaran, Badan Standarisasi Nasional (BSN), SNI 03 - 3985 -
Tahun 2000
21. Cara pemasangan hydrant, Badan Standarisasi Nasional (BSN), SNI 03 - 1745 - Tahun 1989
22. Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan slang untuk pencegahan
bahaya kebakaran, Badan Standarisasi Nasional (BSN), SNI 03 - 1745 - Tahun 2000
23. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL), Badan Standarisasi Nasional (BSN), Nomor : SNI
04-0225 Tahun 2000
24. NFPA 14 : Standard for the Installation of Standpipe and Hose Systems, 1996 Edition, National
Fire Protection Association.
25. NFPA 20 : Centrifugal Fire Pumps, 1993 Edition, National Fire Protection Association.
26. NFPA 204M, Standard on Smoke and Heat Venting, Natinal Fire Protection Association,
Batterymarch Park, Quincy, MA 02269.
27. Standard for Road Tunnels,Bridges, and Other Limited Access Highways, NFPA - 502 - 2011
Edition
28. Tata cara perancangan sistem ventilasi, Badan Standarisasi Nasional (BSN), SNI 03 - 6572 -
Tahun 2001
29. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL), Badan Standarisasi Nasional (BSN), Nomor : SNI
04-0225 Tahun 2000
30. ASHRAE Handbook : Fundamentals, 1997, ASHRAE,Inc.
31. Standard for Road Tunnels,Bridges, and Other Limited Access Highways, NFPA - 502 - 2011
Edition
32. Permen Perhubungan RI No. PM 13 tahun 2014 tentang Rambu Lalu-lintas
Bab V
Pelaksanaan Pembangunan
Terowongan
Pada bab 5 ini materi yang disampaikan adalah kegiatan apa saja yang wajib dilakukan pada
saat pembangunan terowongan dilaksanakan. Materi yang ada terdiri dari (i) survei-survei yang
mengiringi kegiatan pembangunan baik itu geoteknik dan pengukuran teristrisnya. Selanjutnya
adalah (ii) metode pelaksanaan penerowongan yang terbagi dalam beberapa jenis metode, (iii)
metode pelaksanaan pemasangan struktur lining dan juga metode pelaksanaan untuk beberapa
jenis underpass, dan (iv) perkerasan jalan serta (v) permasalahan kontrak untuk pekerjaan
bawah tanah. Selain itu juga daftar referensi yang dipakai untuk menyusun bab 5 ini.
5.1. UMUM
Pelaksanaan Pembangunan terowongan merupakan salah satu tahap kegiatan yang harus
dilalui dalam rangka penyelenggaraan terowongan. Sebagaimana jenis konstruksi lain, maka
tahap ini merupakan tahap paling sulit dalam manajemen terowongan jalan. Pelaksanaan
pembangunan ini tentunya sudah didahului dengan perencanaan yang matang sehingga gambar
rencana dan data geoteknik yang ada sudah lengkap dan dapat dilaksanakan.
Beberapa investigasi geoteknik tetap diperlukan untuk memastikan lebih detail lagi kondisi di
dalam tanah tempat terowongan akan dibangun. Juga pengukuran setting out yang berbeda
dengan proyek pelaksanaan jalan maupun jembatan karena menghadapi medan yang berada di
dalam tanah, sehingga bantuan peralatan yang lebih lengkap harus disiapkan.
Pelaksanaan penerowongan atau pembuatan lubang terowongan memiliki beberapa metode
yang hal ini disesuaikan dengan kondisi massa tanah yang ada, apakah batuan keras, batuan
lunak atau campuran antara tanah keras, batuan dan tanah lunak. Maka metode yang tepat akan
membuat pekerjaan menjadi cepat dan aman terhadap jatuhnya massa tanah di dalam
terowongan.
Pelaksanaan pemasangan struktur lining juga memiliki beberapa metode dikarenakan jenis
lining yang berbeda. Untuk terowongan jalan raya, struktur lining wajib diadakan karena
berkaitan dengan faktor keamanan dan kenyamanan pengendara. Lining bisa berupa shotcrete,
beton cor ditempat, beton pracetak atau plat baja. Saat ini lining sering diberi pelapis lagi di
depannya untuk tujuan aksesoris terowongan.
Untuk konstruksi underpass beberapa metode dipakai untuk model penggalian dan
pemasangan strukturnya. Jenis yang umum digunakan adalah metode cut and cover, sistem
jacking dan modifikasi jembatan (secant pile) serta sistem diafragma.
Pelaksanaan pembangunan badan jalan dapat dilakukan sebagaimana tahapan yang dilakukan
dalam pelaksanaan perkerasan jalan pada proyek jalan, bisa saja menggunakan perkerasan
lentur maupun perkerasan kaku/beton. Perlu dilakukan pengujian daya dukung tanah dasar
untuk melihat sejauhmana tanah dasar yang ada perlu diperbaiki kualitasnya atau tidak dalam
rangka memenuhi daya dukung yang disyaratkan.
b. Tunnel Pilot
Tunnel Pilot merupakan terowongan kecil seukuran satu dua manusia untuk melakukan
penyelidikan tanah dengan mesin uji bor. Arah pengujiannya adalah mendatar ke arah
depan terowongan dan ke arah samping-depan terowongan. Ini dimaksudkan untuk
mengetahui tanah didepan terowongan sebelum diadakan penggalian tanah untuk badan
terowongan yang sesungguhnya. Hal ini sangat bermanfaat untuk persiapan penerowongan,
baik itu metode penggalian maupun struktur perancah perkuatan (sementara) yang akan
digunakan.
c. Penyelidikan dan Observasi Konstruksi
Penyelidikan dan observasi konstruksi dilakukan dengan membuat Peta kondisi batuan
yang ditemui, kemudian dengan Probe didepan untuk menentukan kondisi air tanah . juga
dilakukan penyelidikan masalah yang khusus seperti sesar atau kenampakan lainnya
dengan menggunakan instrumentasi dan pemantauan.
Jika konstruksi telah dilakukan dari awal sampai akhir pekerjaan, kesalahan dalam setting out
pada poligon atau garis, bahkan hanya satu sudutpun yang mengalami kesalahan, dapat
menghasilkan pergeseran titik beberapa meter dari titik yang sebenarnya. Seseorang bisa
membayangkan masalah dalam menghubungkan beberapa titik di daerah berbukit. Jika
terowongan dilakukan pengeboran dari kedua ujungnya, dalam kebanyakan kasus, kesalahan
setting out akan menghasilkan kedua titik pengeboran tersebut tidak bertemu di titik
pertemuannya karena pergeseran yang terjadi secara vertikal atau pergeseran secara horizontal
di sumbu X dan Y atau keduanya. Pekerjaan ekstra harus dilakukan untuk memperluas ujung
atau untuk mengenali belokan tajam yang mungkin dibutuhkan. Ini akan berdampak serius
pada kecepatan kendaraan ketika berada di terowongan. Beberapa contoh konstruksi dengan
hasil kesalahan sangat rendah disajikan dalam table 5.1
Biasanya alinemen garis utama dari terowongan atau jalan ditandai di Peta topografi area
tersebut. dimana skala Peta Topografi yang tersedia di India adalah 1 : 50.000 (dan sekarang
dibeberapa daerah telah mencapai skala 1 : 25.000). Pada daerah yang mempunyai kondisi
topografi datar, arah di patok dan ditetapkan di permukaan tanah. Dimana sebuah terowongan
meliputi, posisi akhir terowongan adalah sama ditandai dengan referensi ke titik triangulasi
terdekat atau titik ikat yang diketahui.
C. Jarak Berulang
Alinemen untuk terowongan lurus yang pendek bisa diperbaiki dengan perkiraan secara
berurutan dari beberapa percobaan jarak sebagaimana terlihat dari beberapa titik tengah
terhadap titik akhir yang memungkinkan. Gambar 5.5 dan 5.6 memperlihatkan dua tipe kasus.
Pada gambar 5.5, PQ adalah panjang terowongan pada alinemen garis XY. X1 adalah bidikan
garis pertama yang di setting out dari kedudukan X. Sebuah titik yang sama terlihat dari titik Y
yang di bentuk dari garis X1 sehingga terlihat dari titik X dan Y. Diberikan titik 2 sebagai titik
perpotongan yang terbentuk. Tongkat ditentukan berikutnya dari titik 3 di bidikan garis Y2 dari
pengukuran di kedudukan Y. Garis bidikan dari titik X sekarang bergeser ke titik 3 dan 4 yang
dibentuk dari bidikan garis sehingga terlihat juga dititik Y. Proses tersebut di ulang sampai pada
saat jarak tongkat ditetapkan pada puncak titik pada garis yang sama pada kedua titik X dan Y.
gambar 5.6 menunjukkan modifikasi dari metode menggunakan 3 tongkat jarak.
Gambar 5.6. layout untuk terowongan pendek (Successive approximation with auxiliary
range pole)
Pada gambar 5.7 dibawah ini menunjukkan sebuah metode dengan melihat titik tengah R yang
terlihat dari kedua titik X dan Y. dengan pengukuran sudut dan jarak a dan b, jarak S dan € bisa
di hitung dan di tentukan titik R pada alinemen tersebut.
D. Metode Poligon
Pada daerah padat atau daerah yang terhalang oleh bangunan pada alinemennya, setting out
garis lurus seperti metode diatas mungkin tidak bisa diterapkan. Dalam kasus ini metode
poligon atau metode triangulasi yang dapat digunakan. Rute yang di pilih dalam kedua kasus
harus terhubung ke sejumlah station atau mendekati titik tengah di atas alinemen terowongan,
dimana penanaman patok bisa ditentukan. Hal ini bisa memfasilitasi pengukuran yang presisi
terhadap beberapa titik yang berada ke sumbu terowongan.
Akurasi dari setiap poligon menggunakan alat theodolite untuk pekerjaan normal terowongan
kesalahan yang diminta harus berada dalam 1 : 10.000 dengan kesalahan penutup sudut tidak
boleh lebih dari 15√𝑁 detik. Dimana N adalah jumlah dari sudut poligon. Kemudian pengukuran
linier bisa dilakukan dengan menggunakan alat meteran besi, untuk akurasi yang lebih baik
E. Triangulasi
Di daerah bergelombang yang banyak terhalang bahkan survei poligon tidak bisa diterapkan
dalam beberapa kasus. Dalam situasi tersebut triangulasi presisi menjadi wajib dilakukan.
Dalam dua kasus yang telah dibahas juga diatas, untuk memeriksa kondisi alinemen di sumbu
terowongan lebih baik menggunakan survei triangulasi.
Pada gambar 5.8 dibawah ini menunjukkan skema triangulasi semi hipotetis untuk menetapkan
terowongan dengan sumbu VB. Triangulasi adalah sebuah prinsip dengan mengukur satu sisi
dan keseluruhan sudutnya sehingga sisi yang lain dapat dihitung dengan prinsip trigonometri.
Pertama yang penting untuk dilakukan adalah memilih dan menetapkan baseline (dalam
gambar AB) untuk pengukuran yang akurat. Pengukuran baseline dilakukan dengan
menggunakan pengukuran substance bar atau pengukuran dengan menggunakan meteran baja.
Setiap sudut didalam segitiga harus diukur dengan akurat, bahkan harus dalam ketelitian detik,
kalau bisa lebih baik dari itu tergantung peralatan yang digunakan. Proses tersebut dilakukan
sampai semua terhubung menjadi sistem triangulasi. Disamping itu kedua titik harus terhubung
ke dalam sistem triangulasi sehingga jarak keduanya bisa diukur dan dihitung dengan benar,
seperti yang dilakukan pada baseline pertama. Jarak dihitung secara langsung dengan
menggunakan pengukuran sudut yang didapat dari metode triangulasi. Jika perbedaan antara
hasil hitungan dan hasil ukuran tidak terlalu jauh maka pengukuran dan perhitungan terhadap
kondisi lapangan dianggap akurat. Jika tidak, maka harus terdapat koreksi pada perhitungan
koordinat dari titik tengah stasiun dengan menggunakan hitungan perataan misalnya dengan
menggunakan metode kuadrat terkecil.
Pada gambar di atas terlihat bahwa CD adalah baseline yang digunakan untuk pengecekan.
Sedangkan AB adalah baseline yang dilakukan pengukuran. Sebelum dilakukan pengukuran
dengan menggunakan metode triangulasi, theodolite harus dilakukan pengecekan terlebih
dahulu, apabila ada kesalahan pada alat theodolite maka harus dilakukan kalibrasi terhadap
theodolite tersebut.
Tindakan pencegahan berikut dirincikan dalam IS: 5878 (Bagian I) untuk menghindari sumber
kesalahan dan untuk membantu dalam keakuratan:
a) Tempat untuk pengukuran baseline harus kira-kira datar, bisa saja miring, atau
bergelombang yang tidak curam dan sebebas mungkin dari sejumlah hambatan.
Baseline harus sepanjang mungkin dan panjangnya sebaiknya 1/12 hingga 1/15 dari
total panjang terowongan.
b) Untuk mengatur suatu titik acuan yang baru, cara yang paling diperlukan adalah dengan
satu segitiga tanpa sudut yang kurang dari 45°. Sebagai pemeriksaan, pengamatan untuk
segitiga lainnya juga harus dilakukan. Jika satu segitiga dengan sudut yang tidak kurang
dari 45° tidak dapat diperoleh, sudut tersebut diperbolehkan untuk dikurangi tetapi
sudut tidak akan kurang dari 30°. Hal ini akan selalu diperiksa dengan segitiga lainnya.
Tetapi segitiga tersebut tidak dapat digunakan untuk ekspansi yang lebih lanjut dari
sistem triangulasi. Jika salah satu dari kedua kondisi ini tidak dapat diperoleh di setiap
lokasi, braced quadrilateral sebaiknya digunakan.
c) Ada baiknya untuk memiliki dua set independen pengamatan yang dilakukan oleh dua
pengamat independen yang menggunakan beberapa instrumen yang berbeda dan hasil
yang dihitung secara independen. Berbagai perhitungan tertentu mungkin diambil
secara akurat hanya jika hasil akhir dari keduanya ditemukan menyetujui dalam batasan
– batasan kesenjangan yang dapat diterima. Kriteria yang sama harus diikuti selama
menampilkan kesejajaran sepanjang dasar terowongan dan memeriksanya.
d) Dalam semua perhitungan ini, tabel catatan tujuh digit akan digunakan dan
perhitungan untuk sudut akan didasarkan pada tabel yang diberikan untuk nilai-nilai
untuk kedua salah satu sudut.
e) Untuk perhitungan sudut, formulir hitungan akan digunakan.
f) Untuk pengukuran baseline untuk terowongan yang panjangnya kecil sekitar 500 m,
normal tetapi kalibrasi tali baja akan digunakan. Untuk terowongan yang lebih panjang
dan tata letak yang rumit, tali invar atau kawat akan digunakan.
g) Selama meletakkan pada panjang garis dasar yang tepat, perbaikan berikut ini akan
diterapkan.
i. Koreksi panjang yang mutlak;
ii. Koreksi suhu;
iii. Koreksi ketegangan atau sentakan;
iv. Koreksi lengkungan bawah;
v. Koreksi kemiringan atau alinemen vertical;
vi. Koreksi alignmen horizontal; dan
vii. pengurangan ke permukaan laut.
Pemeriksaan segitiga/ polygon:
Sifat-sifat dari segitiga dan poligon yang membentuk bagian jaringan triangulasi harus
mencukupi ketentuan - ketentuan sebagai berikut:
J. Benchmark
Bencmark permanen perlu didirikan untuk membawa level ke dalam terowongan dan untuk
memeriksa selama pembangunan. Biasanya, bancmark ditempatkan sejauh 60 m dari garis
pusat terowongan untuk menghindari kesalahan yang mungkin disebabkan karena settlement
selama penggalian. Di daerah perkotaan, dimana lebih settlement diantisipasi, tambahan
banchmark ditentukan sepanjang garis terowongan pada jarak 180 m.
5.2.2.2. Pengukuran didalam Terowongan
A. Alinemen Lurus
Menempatkan alinemen terowongan sebenarnya dilakukan dari berbagai pintu masuk dan
lapisan dari yang mana pekerjaan dimulai dan dilanjuti terhadap satu sama lain. Dalam kasus
alinemen lurus ini adalah sederhana. Bidikan dilakukan dengan bidik belakang pada tiang yang
dijajarkan dan dibangun sejauh mungkin pada garis pusat yang diperpanjang di poros
terowongan pada pendekatan dan kemudian perlintasan. Jika hal ini tidak mungkin,
penempatan bisa diselesaikan dengan acuan untuk tiang yang jauh atau stasiun triangulasi yang
ditentukan pada jalur subtending, suatu sudut yang diketahui untuk poros terowongan. Dalam
kasus terakhir, bagaimanapun, akan lebih baik untuk melakukan pemeriksaan kembali dengan
acuan kepada tiang lainnya yang ditentukan pada sisi lain (Gambar 5.9). perlu dicatat bahwa
kesalahan 2 detik pada sudu bisa menghasilkan kesalahan alinemen 8 mm/km panjang
terowongan. Dalam terowongan, titik acuan dibangun pada setiap 300 m untuk meminimalkan
kesalahan, meskipun selama melaksanakan pekerjaan, untuk meminimalkan kesalahan
pengamatan akan dilakukan untuk setiap siklus peledakan.
Titik acuan yang disebutkan di atas dapat ditentukan pada atap terowongan (gambar 5.10) atau
sedikit di bawah balikkan terowongan. Hal ini dilakukan dengan memperbaiki pelat yang bebas
karat pada tiang-tiang beton (sama rata dengan permukaan) dan pahatan yang menandai garis
atau memperbaiki pasak-pasak pada atap terowongan. Sebelum menandai ini, ulang
pengamatan lingkaran kiri dan kanan yang diulang akan dibuat dan levelling juga ditentukan
secara akurat. Selain itu, garis acuan bersambung ditandai pada sisi terowongan sekitar jarak
15-m dengan acuan pada acuan piringan utama
dipindahkan ke sisi berlawanan seperti pada kasus yang dijabarkan sebelumnya. Titik kerja
yang ditentukan pada bagian atas diperluas ke bawah dan menyeberangi bagian bawah
terowongan, seperti yang diindikasi pada gambar 5.11. pemindahan alinemen tersebut melalui
tiang ke dasar terowongan dilakukan dengan menangguhkan dua atau lebih garis unting-unting
dan menentukan arah dari garis plumb dengan menghubungkan titik acuan survey permukaan.
Arah garis plumb di bawah tiang harus sama dengan arah di permukaan sehingga menjadi
permulaan arah untuk pekerjaan survey bawah tanah.
Dalam metode kedua, dua titik kerja ditentukan pada sisi berlawanan dari
tiang di permukaan. Theodolite diletak di atas satu titik kerja B dan digunakan untuk
mengamati titik U pada sisi berlawanan. B sendiri ditentukan dengan acuan untuk sebuah
stasiun triangulasi. A dan AB diletakkan dengan pengukuran bersudut untuk S dan T pada grid
triangulasi. Dalam semua ini, sejumlah pengamatan yang diulang akan dibuat dan dibagi rata-
rata nilainya untuk memastikan keakurasian. Dua kabel baja, masing-masing bobot berat yang
mendukung, digelantungkan pada tiang. Kabel baja ini dibawakan pada garis dengan garis
bidikan theodolite dengan percobaan dan kekeliruan. Bobot berat tersebut sebaiknya celupkan
ke dalam ember minyak yang disimpan di dasar terowongan, untuk memberikan stabilitas
(peredam Efek) ke kabel (W1 dan W2). Instrumen diatur pada dasar terowongan yang
merupakan garis dari kedua kabelnya. Instrument harus berposisi pada area kerja dan harus
bisa untuk membangun titik kerja di sisi utama terwongan. Cara untuk melakukan pekerjaan ini
secara detail akan dijelaskan dibawah ini.
Garis plumb merupakan kabel piano yang baik dan masing-masingnya membawa beban timah
yang simetris sekitas 300 N (kabel diregangkan untuk setengahnya meretakkan daya). Pada
terowongan yang dalam khususnya potonga yang digunakan mungkin memiliki proyeksi baling-
baling yang terkandung pada sebuah wadah dengan kap untuk mengurangi rotasi dan osilasi
kabel. Hal tersebut juga biasanya untuk mengisi wadah dengan air atau minyak. Di terowongan
yang sangat dalam, potongan yang beratnya di atas 1.3kN digunakan untuk mengurangi osilasi
tetapi kabel lebih tebal diperlukan dan juga dicocokkan penariknya untuk mengontrol
perendah/pengangkat. Kedua kabel ditangguhkan sejauh mungkin. Hal ini sangat sulit untuk
melakukan setting out alinemen di bawah dengan presisi menggunakan metode ini. Karena
kesulitan dalam mencegah osilasi di kabel acuan/tegak lurus.
Dua metode lainnya yang digunakan untuk memindahkan orientasi survey bawah tanah adalah
metode sebidang dan metode segi tiga Weisbach (Pequignot, 1963).
Pada metode ini kedua kabel sejajar sepanjang arah atau alinemen pada sumbu terowongan
dipermukaan dan akan dipindahkan ke terowongan dibawah tanah. Garis tersebut kemudian
digabungkan dan diperpanjang untuk mengatur dan memperpanjang sumbu terowongan. Jika
garis ini akan ditentukan dengan mengacu pada stasiun triangulasi yang tidak sesuai dengan
arah terowongan, maka perhatian besar harus dilakukan untuk menetapkan stasiun theodolite
disepanjang alinemen di permukaan. Metode ini secara diagram diperlihatkan pada gambar
5.11 (B merupakan titik tetap dengan mengacu pada stasiun triangulasi A, dan arah AS dan ST).
Proses harus dibalik saat menetapkan stasiun theodolite di bawah tanah. Theodolite harus
ditetapkan sehingga posisinya berada pada bidang kabel yang ditangguhkan. Hal ini dilakukan
dengan mencoba dan kekeliruan dan membidik kabel baik dalam keadaan teropong biasa dan
luar biasa dan memindahkan posisi theodolite sesuai kebutuhan. Dalam melakukan ini,
umumnya theodolite dipasang pada jarak 9 sampai 15 m dari kawat yang lebih dekat. Semakin
dekat kawat ke instrument maka semakin jelas kesalahan aligment yang terlihat dari teleskop.
Jika sebuah theodolite dengan jarak focus minimun digunakan, maka dapat ditempatkan lebih
dekat ke kawat yang memiliki sensitifitas yang lebih besar. Perataan terakhir dari pergeseran
permukaan, jika jaraknya besar maka sensitifitas akan berkurang, maka akan lebih mudah
untuk melihat akibat dari kesalahan alinemen dengan jelas. Yang terakhir adalah dapat
mengurangi dengan jumlah pengulangan dari pengamatan yang lebih banyak dalam waktu
tertentu untuk mencapai nilai terdekat, seakurat mungkin di dekat kawat.
Begitu posisi instrument sejajar, target dapat diperbaiki di atap terowongan yang diperpanjang
di bidang sumbu yang terhubung ke kawat (mis., A4) dengan bidikan ke depan untuk memberi
dasar yang lebih panjang pada sumbu yang ditransfer. Agar arah dari misalnya A1, A2, A3 di
tentukan dengan baik dengan memindahkan instrument. Jika arah terowongan harus diubah,
theodolite harus diatur pada pertemuan titik dan alinemen itu sendiri dengan sudut yang benar,
sudut yang diperlukan harus diatur dan target harus ditetapkan di atap terowongan pada
bagian terowongan yang di bor dengan perubahan arah. Penentuan alinemen secara presisi
sangat sulit dengan menggunakan metode sebidang karena sulit untuk menghindari getaran
dan pergerakan dari garis plumb.
D. Metode Weisbach
Pada metode ini theodolite tidak diletakkan sejajar melainkan diletakkan sedekat mungkin
dengan kawat terdekat dan dalam alinemen terdekat dimana W1 W2 seperti dalam gambar
dibawah ini. Sehingga membentuk segitiga weisbach W1 W2 P1. Sudut W1P1W2 diukur dengan
benar. Sudut adalah sudut weisbach, bersamaan dengan itu adalah panjang ketiga sisi segitiga.
Sudut W2W1P1 diukur dengan menggunakan aturan sinus (sin W1W2P1 = P1W2/W1W2)
sehingga W1 dan P1 adalah sudut yang diukur dalam ketelitian detik. W1 = P1 = W2P1/W1W2.
Setelah melakukan pengukuran terhadap AP1 W1 maka arah dari bidang kawat bisa ditentukan.
Dibawah tanah cara perhitungannya dibalik, sudut W2 dihitung dengan cara yang sama
sehingga dapat mengetahui bearing dari bidang kawat, bearing W2P2 dan perpanjangan P2B
dapat ditarik. Dari hal tersebut kita bisa mengetahui bahwa ;
Kesalahan yang mungkin terjadi dalam penentuan sudut W1 sebanding dengan jarak linier dan
jarak sudut weisbach. Sehingga sudut weisbach harus bernilai kecil untuk mengurangi
kesalahan dalam fraksi besar dalam pengukuran linier.
Jadi selama berada pada rasio yang kecil, tidak dibutuhkan banyak sudut yang untuk
mengurangi kesalahan di pengukuran jarak linier. Dengan kata lain instrument harus
sedekatmungkin dengan bidang kawat dan jarak antar kawat harus sejauh mungkin. Pada saat
yang sama theodolite harus sebidang. Nilai sudut weisbach katakanlah kurang dari 30 detik.
Pada metode wiesbach lebih mudah dilakukan dibandingkan metode coplaning namun metode
coplaning lebih akurat.
Gambar 5.13. Metode Sudut Defleksi untuk setting out lengkungan horizontal
Gambar 5.14. Setting out a Curved Alinemen with Angles, Chord and Off-set
Pekerjaan dimulai dari ujung atau poros yang bersebalahan dengan pintu air. Metode untuk
menetapkan dua titik pertama pada poros dari titik referensi dipermukaan yang sama seperti
sebelumnya. Pekerjaan lebih lanjut terbagi menjadi dua metode. Pada bagian pertama bidikan
ke belakang di arah kan ke titik kerja di ujung terowongan (WP.4) dengan mengaturnya diatas
WP.5. kemudian bidikan theodolite terlewati dan membentuk 3 titik dibagian bawah pintu air,
sehingga titik-titik tersebut sesuai dengan garis kerja terowongan. Selama proses ini pintu air
terbuka ke udara bebas. Kemudian pintu air tertekan dan pintu udara samping terbuka.
Theodolite dipasang disisi itu dan bergerak sedemikian hingga sesuai dengan tiga titik dalam
pintu air. Pintu di lepas dan tekanan terkunci, setelah itu pintu pada sisi udara tertekan
tertutup. Proses yang lain hanya perpanjangan garis seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Metode kedua adalah theodolite dipasang disalah satu titik kerja yang terbentuk ketika pintu air
berada di sisi udara bebas. Bidikan ke belakang dilakukan ke titik sebelumnya membentuk arah
terowongan. Kemudian telescope terlintasi. Setelah itu pintu ditekan, pintu pada sisi udara yang
terkompres sekarang terbuka dan bidikan ke belakang dibangun di dalam terowongan pada sisi
lain sepanjang garis kerja dan dapat diperpanjang lebih jauh lagi.
Perencanaan/Pemilihan
Rute
Air Daratan
Terowongan
Terowongan di Bawah Air Terowongan Gali & Tutup
Tambang/Pemboran
Perbedaan teknik dan metode dalam pembangunan terowongan ini biasanya terkait dengan
metode penggalian dan penyanggaannya. Teknik penggalian pada media batuan, misalnya akan
memerlukan karakteristik peralatan yang berbeda dengan untuk media tanah. Begitu juga
untuk sistem penyangganya, misalnya pada media tanah, terutama yang tidak memiliki
kekuatan untuk menahan beban tanah itu sendiri (stand up time), maka akan diperlukan
pemasangan sistem penyangga segera sesaat setelah dilakukan penggalian.
Kolymbas (2008) mendefinisikan penggalian sebagai suatu proses pemisahan batuan dengan
menggunakan metode dan peralatan palu pneumatik dan hidrolik, ekskavator, roadheader,
mesin bor terowongan (Tunnel Boring Machine/TBM) serta pengeboran dan peledakan (drill &
blast).
Dan FHWA (2009) dalam Manual Teknik untuk Desain dan Konstruksi Terowognan Jalan –
Bagian Sipil, telah menguraikan mengenai beberapa metode penggalian terowongan yang telah
umum digunakan baik untuk media tanah maupun media batuan, diantaranya adalah: metode
pengeboran dan peledakan (drill and blast), Mesin Bor Terowongan (Tunnel Boring
Machine/TBM), Roadheader, dan NATM (New Austrian Tunnelling Method) atau SEM (Sequential
Excavation Method), terowongan perisai (Shield Tunnelling), Earth Pressure Balance & Slurry
Face Shield Tunnel Boring Machines. Untuk lebih jelasnya, metode-metode penggalian yang
dapat digunakan pada media tanah dan media batuan dapat dilihat pada Gambar 5.37 berikut.
Roadheader
Metode Penggalian
Terowongan Pada
Media Batuan Metode Penggalian Mekanis
Lainyya (Mobile Minner)
Metode Penggalian
Terowongan Perisai (Shield
Terowongan Pada
Tunneling)
Media Tanah
Dan jika dilihat dari klasifikasi bentuk terowongan, tidak semua metode tersebut di atas
dapat digunakan untuk semua tipe bentuk terowongan. Untuk lebih jelasnya mengenai
metode yang sesuai digunakan untuk setiap tipe bentuk terowongannya,
5.3.2. Pengeboran Dan Peledakan
Dalam kegiatan perencanaan penggalian terowongan modern bawah tanah, pemilihan
kebutuhan penggalian disesuaikan dengan beberapa metode. Secara umum akan berkaitan
dengan pemilihan metode :
a. Dimensi terowongan
b. Geometri Terowongan
c. Panjang terowongan, dan total volume penggalian (disposal)
d. Model geologi, dan kondisi mekanika batuan
e. Elevasi Airtanah dan arah alirannya
f. Gelombang dan getaran akibat penggalian
g. Kriteria yang diperbolehkan ground settlements
Metode tersebut dapat dibagi menjadi pemboran dan peledakan, dan mekanika penggalian.
Metode mekanis yang dapat dibagi menjadi partial face ( seperti roadheaders, hammer,
rocksplits, excavator) atau dengan full face (seperti TBM, shield, Pipe Jacking, Micro Tunneling).
Bentuk Terowongan
Metode pemboran dan peledakan masih merupakan metode yang paling umum untuk kondisi
batuan sedang sampai keras. Hal ini dapat diterapkan pada berbagai kondisi batuan tertentu.
Beberapa fiturnya termasuk serbaguna peralatan, start-up cepat dan biaya modal yang relatif
rendah terkait dengan peralatan. Di sisi lain, sifat mekanik dari metode bor & ledakan
membutuhkan organisasi tempat kerja yang baik. Getaran dan suara ledakan juga membatasi
penggunaan bor & ledakan di daerah pemukiman.
5.3.2.1. Desain Pola Pemboran
Desain pola memastikan distribusi bahan peledak di batuan dan hasil peledakan yang
diinginkan. Beberapa faktor harus dipertimbangkan saat merancang pola pemboran ;
kemampuan drillability dan ledakan batu, jenis bahan peledak, batasan ledakan getaran dan
persyaratan akurasi dinding yang meledak dll. Faktor pemboran & peledakan dasar, dan desain
pola pengeboran dibahas di bawah ini. Karena setiap lokasi penggalian dan konstruksi memiliki
karakteristik tersendiri, pola pemboran yang diberikan harus dipertimbangkan hanya sebagai
pedoman. Demikian pula, ini berarti pengeboran dan pengisian spesifik meningkat saat daerah
terowongan mengalami penurunan. Saat merancang pola pengeboran di terowongan, tujuan
utamanya adalah memastikan jumlah lubang bor yang ditempatkan dan akurat dengan tepat. Ini
membantu memastikan keberhasilan pengisian dan peledakan, serta menghasilkan dinding
terowongan yang akurat dan halus, atap dan lantai. Pola pengeboran yang dioptimalkan dengan
cara ini juga yang paling banyak ekonomis dan efisien untuk kondisi yang ada.
5.3.2.2. Ukuran Lubang
Ukuran lubang di bawah diameter 38mm sering dianggap kecil, lubang antara 41mm - 64mm
menengah, dan yang di atas 64mm besar. Sebagian besar operasi terowongan saat ini
didasarkan pada ukuran lubang antara diameter 38 - 51mm. Hanya lubang potong yang lebih
besar dari 51mm. Latihan pengeboran batu dan peralatan pengeboran mekanik yang digunakan
dalam tunneling dan drifting dirancang untuk memberikan kinerja optimal pada rentang lubang
ini. Batang seres dirancang untuk mencocokkan ukuran lubang dan kebutuhan pengeboran
horizontal. Aplikasi tipikal menggunakan batang tunneling dan ukuran baja bor 1 1/4 "dan 1
1/2". Baja bor antara 1 "dan 1 1/8" digunakan untuk ukuran lubang kurang dari 38mm.
Jumlah lubang yang dibutuhkan per area face terowongan berkurang saat ukuran lubang
meningkat. Bedanya tidak banyak di terowongan kecil, namun menjadi lebih signifikan di area
terowongan yang besar. Ukuran lubang kecil membutuhkan baja yang lebih kecil, namun
lengkungan ini lebih mudah, sehingga menimbulkan lubang yang tidak akurat dan peledakan
yang buruk.
5.3.2.3. Tipe Cut
Urutan peledakan di terowongan atau hanyut selalu dimulai dari "cut", Pola lubang di atau
dekat dengan bagian tengah wajah, dirancang untuk memberikan garis deformasi ideal
Penempatan, pengaturan dan akurasi pengeboran cut sangat penting untuk sukses peledakan di
terowongan. Beragam macam Jenis potong telah digunakan di pertambangan dan konstruksi,
namun pada dasarnya mereka jatuh menjadi dua kategori: pemotongan berdasarkan lubang
paralel, dan luka yang menggunakan lubang bor pada sudut tertentu.
Saat merancang cut, parameter berikut penting untuk hasil yang baik:
- Diameter lubang
- Burden
- Kondisi Isian
Selain itu, presisi pemboran sangat penting, terutama untuk lubang ledakan yang paling dekat
dengan lubang besar (lubang). Penyimpangan sekecil apapun bisa menyebabkan lubang
ledakan memenuhi lubang besar atau membuat beban terlalu besar. Beban yang sangat besar
menyebabkan kerusakan atau deformasi plastik pada cut, menghasilkan parameter yang
pendek. Parameter untuk kemajuan yang baik dari putaran yang dilontarkan adalah diameter
lubang kosong yang besar. Semakin besar diameternya, semakin dalam putaran bisa dibor dan
diperkirakan lebih besar. Salah satu penyebab paling umum dari short advance adalah lubang
yang terlalu kecil dalam kaitannya dengan kedalaman lubang. Kira-kira 90% bisa diperkirakan
untuk kedalaman lubang 4m dan satu lubang kosong berdiameter 102 mm. Jika beberapa
lubang kosong digunakan, diameter fiktif harus dihitung. Diameter pembukaan yang fiktif dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝐷 = 𝑑 √𝑛
keterangan;
D = Diameter lubang kosong fiktif
d = Diameter lubang kosong
n = jumlah lubang
Lubang yang terdekat dengan lubang kosong harus diisi dengan hati-hati. Konsentrasi muatan
yang tidak mencukupi dalam lubang mungkin tidak merusak batuan, sementara konsentrasi
muatan berlebih dapat melemparkan batu ke dinding berlawanan dari lubang besar dengan
kecepatan tinggi sehingga batuan yang patah akan dipadatkan ulang dan tidak meledak melalui
lubang yang besar.
Gambar 5.18. Konsentrasi muatan minimum yang dibutuhkan (kg / m) dan jarak C - C
maksimum (m) untuk diameter lubang besar yang berbeda.
Cut seringkali agak overcharged untuk mengkompensasi kesalahan pengeboran yang dapat
menyebabkan sudut kerusakan yang tidak memadai. Namun, konsentrasi kelebihan muatan
menyebabkan pemadatan ulang dalam pemotongan.
Gambar 5.19. Konsentrasi muatan minimum yang dibutuhkan (kg / m) dan burden maksimum
(m) untuk lebar bukaan yang berbeda.
5.3.2.4. Stoping
Lubang di sekitar cut disebut stopeholes. Diameter stopehole biasanya antara 41 - 51mm. Lubang
yang lebih kecil dari 41mm mungkin memerlukan pengeboran sejumlah lubang yang berlebihan
untuk memastikan peledakan yang berhasil. Lubang yang lebih besar dari 51mm dapat
mengakibatkan pengisian yang berlebihan dan ledakan yang tidak terkendali (uncontrolled
blast).
Lubang ditempatkan di sekitar bagian potong dalam pola merata dengan menggunakan spasi /
burden 1: 1,1. Jika ukuran lubang antara 45 - 51mm, jarak dan beban yang khas keduanya
antara 1.0 m - 1.3 m. Kondisi batuan aktual dan kemampuan mengebor pada posisi yang
dipersyaratkan adalah faktor yang dapat mengurangi atau menambah jumlah lubang yang
dibutuhkan. Desain pola pengeboran sekarang dapat dilakukan dan cutnya terletak pada
penampang dengan cara yang sesuai.
A. Contour holes
Lubang lantai memiliki jarak yang hampir sama dengan lubang stope, namun bebannya
agak kecil; dari 0,7 m ke 1,1 m. Pemboran yang tidak akurat atau salah dan pengisian
lubang lantai bisa meninggalkan overbreak. Lubang kontur terletak di sekeliling pola
pemboran. Dengan smooth blasting, lubang kontur dibor lebih dekat satu sama lain dan
diberi muatan khusus untuk keperluan smooth blasting. Jaraknya biasanya dari 0.5 m
sampai 0 – 7m dan beban bervariasi antara 1 dan 1,25 kali ruang. Jenis tata letak ini
memungkinkan untuk menggunakan bahan peledak peledakan halus khusus, yang
membatasi lebar dan kedalaman zona rekahan di dinding dan atap yang disebabkan oleh
peledakan. Dalam keadaan khusus, dua atau lebih peledakan yang lancar dapat digunakan.
Di terowongan, bagaimanapun, lubang kontur diledakkan dengan lubang stope, namun
waktunya meledak. Hasil penggalian kontur halus terutama bergantung pada ketepatan
pengeboran. Jumlah yang diperlukan untuk pengecoran shotcreting dan beton dapat
dikurangi secara signifikan dengan menggunakan peledakan halus, terutama pada kondisi
batuan yang buruk. Pelepasan maut meningkatkan jumlah lubang yang dibutuhkan untuk
pola pengeboran sekitar 10 - 15%.
Kekerasan batu terkadang dianggap sebagai satu-satunya faktor dominan saat
mengoptimalkan pola pemboran. Perubahan dari batuan yang sangat keras hingga batuan
lunak menyebabkan perubahan pola pengeboran. Batuan yang keras tapi abrasif cukup
mudah meledak, dimana ledakan batuan seperti beberapa batugamping, meski relatif
lunak, masih buruk. Namun, sangat bermanfaat untuk mendesain ulang dan
mengoptimalkan pola pemboran jauh sebelum tahap ini tercapai dan, yang lebih penting
lagi, untuk memperhitungkan kekuatan ledakan batuan.
Gambar 5.20. Spesifik isian dalam terowongan dan pemboran khusus untuk area terowongan
Gambar 5.21. Jumlah Lubang Bor dan Bahan Peledak sebagai Fungsi dari
Luas Penampang dan Panjang Kemajuan (Muller, 1978)
B. Pola Peledakan
Pola peledakan harus dirancang agar setiap lubang memiliki pemberaian bebas. Sudut
pemberaian terkecil di daerah cut sekitar 50°. Di area stoping pola peledakan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga sudut kerusakan tidak turun di bawah 90°.
Gambar 5.22. Urutan pemberaian dan ledakan di terowongan sesuai dengan bench cut
dalam urutan numeric
Hal ini penting dalam peledakan terowongan untuk memiliki waktu tunda yang cukup lama
antara lubang. Di area potong, harus cukup lama untuk memberi waktu bagi kerusakan dan
lemparan batu melalui lubang kosong yang sempit. Telah terbukti bahwa batu bergerak
dengan kecepatan 40 - 70 meter per detik. Sebuah pemotongan yang dibor sampai
kedalaman 4 - 5 m akan memerlukan waktu tunda 60 - 100 ms untuk dibersihkan dengan
bersih. Biasanya waktu tunda 75 - 100 ms digunakan.
Pada dua kotak pertama cut, hanya satu detonator untuk setiap penundaan yang harus
digunakan. Dalam 2 kotak berikut, dua detonator dapat digunakan. Di area stoping, delay
harus cukup lama untuk pergerakan batuan. Biasanya, waktu tunda adalah 100 - 500
milidetik. Untuk lubang kontur, percikan di tunda antara lubang harus sesedikit mungkin
untuk mendapatkan efek peledakan yang bagus. Karena itu, atapnya harus dijepret dengan
nomor interval yang sama, biasanya yang kedua tertinggi dari seri. Dindingnya juga
meledak dengan jumlah periode yang sama namun dengan satu penundaan lebih rendah
dari pada atap.
Detonator untuk tunneling bisa berupa listrik atau non listrik. Lubang kontur harus dimulai
dengan kabel detonator atau dengan detonator elektronik untuk mendapatkan efek smooth
blasting terbaik.
C. V cut
V Cut adalah cut tradisional berdasarkan lubang simetris, lubang siku. Ini telah kehilangan
beberapa popularitas dengan adopsi luas dari cut paralel dan putaran yang lebih panjang.
Namun, masih umum digunakan di terowongan lebar dimana lebar terowongan tidak
membatasi pemboran. Prinsip kerja V cut mirip dengan aplikasi penggalian permukaan. V
cut membutuhkan sedikit lubang lebih sedikit daripada cut paralel, yang memberi
keuntungan pada terowongan besar. V Cut didasarkan pada prinsip peledakan permukaan
dimana sudut untuk perluasan batuan setara atau melebihi 90⁰. Sudut di bagian bawah
lubang potong sebaiknya tidak kurang dari 60⁰. Mempertahankan sudut kanan adalah
kesulitan utama dalam pemboran V-cut; dan, sudut pemboran yang benar membatasi
panjang di terowongan sempit
Lebar terowongan membatasi penggunaan V cut. Di terowongan sempit, face tunnel per
putaran bisa jadi kurang sepertiga dari lebar terowongan, yang meningkatkan jumlah
putaran dan jumlah meteran bor saat menggali terowongan kecil. V cut dengan mudah
dibor dengan rig mekanis di terowongan besar dimana lebar terowongan tidak memiliki
batasan. Cut biasanya terdiri dari dua Vs namun dalam putaran yang lebih dalam,
potongannya bisa terdiri dari triple atau quadruple Vs.
Perencanaan Terowongan yang akurat, pemboran dan pengisian yang akurat berjalan
berdampingan. Topik berikut perlu direncanakan terlebih dahulu untuk memastikan profil
terowongan yang akurat:
Kondisi Geologi dan Mekanika Batuan yang diketahui
Pola / pola pemboran terencana, ukuran lubang yang benar dan panjang lubang untuk
yang direncanakan penggalian
Prosedur Smooth Blasting ( Contour Blasting )
Pemasangan Rig yang benar
Perbaiki kesejajaran dan sudut pandang kanan, dengan pertimbangan khusus untuk
dinding, atap dan lantai.
Penempatan cut ; Terowongan miring dan terukir sangat rentan terhadap under dan
overbreak di dinding dan atap dan "benjolan" di lantai terowongan.
Monitoring prosedur dengan benar
Stabilitas
Kondisi geologis dan mekanik batu
Pemboran, pengisian, dan peralatan pendukung batuan dan ukuran, jangkauan,
manuver dan efisiensi yang terkait.
Alokasi waktu di dalam dan di antara masing-masing putaran
Pengaturan kerja umum, tata letak kerja, jarak antara tempat kerja, dukungan
pekerjaan yang dibutuhkan, umum peraturan dan pertanyaan hukum (kebutuhan
pemeriksaan, ground batasan getaran dll)
Jumlah peralatan dan tenaga kerja, jika dibatasi.
Percobaan telah menunjukkan bahwa putaran hingga 8 meter dapat dibor dan berhasil
diledakan dengan perawatan dan peralatan khusus (bahan peledak khusus, kondisi batuan,
peralatan pengeboran khusus).
Gambar 5.26. Pembagian ruang dalam operasi pemboran dan tahapan peledakan
Gambar 5.27. Sistem Smooth Blasting yang halus di galeri. Kecepatan partikel puncak pada
atap dan dinding sekitar 100 mm/s
4. Variabel Lokal, ketersediaan tenaga kerja yang menguasai tunneling, lokasi phisik
lapangan, kondisi infrastruktur setempat adalah factor-faktor yang juga turut
mempangaruhi pemelihan metode
5.3.4. TBM untuk Tanah Lunak
5.3.4.1. Open Shield
Struktur dasar dari open shield terdiri dari tiga bagian yaitu, shield body, shield tail, dan cutting
edge. Bentuk shield dibuat sama dengan dengan bentuk potongan tunnel, meskipun dimensinya
agak sedikit lebih besar dari yang terakhir. Bentuk paling umum tunnel yang dibuat dengan
TBM adalah sirkular, sehingga menyebabkan adanya tendensi rolling ketika maju.
1. Shield body, Bagian ini berupa shell baja yang diperkuat dengan rib dan bracing. Di
bagian ini ditempatkan beberapa peralatan seperti hydraulic rams dan peralatan pompa
hidrolik untuk mendorong shield maju ke depan. Panjang tipikal dari shield body ini
sekitar 2 m, tergantung dari ukuran diameter galian.
2. Shield tail, Bagian ini terletak di belakang shield body, dan berfungsi sebagai penyedia
ruangan untuk lining segments (precast lining) yang akan dipasang selama proses
pemasangan lining berlangsung. Lebar tail umumnya sekitar satu setengah kali lebar
unit lining. Biasanya antara lining dan tail terdapat celah sebesar 25 mm untuk
melakukan koreksi alinemen.
3. Cutting edge. Shield bagian ini merupakan ujung terdepan yang membutuhkan
perkuatan dengan plat baja. Seringkali bagian ini juga dilapis dengan material abrasion-
resistant ketika menghadapi tanah keras.
4. Compressed-air sering digunakan ketika tunneling dilakukan di bawah muka air tanah di
tanah pasir, disamping cara lain seperti menurunkan muka air tanah, grouting, dan
freezing. Kebutuhan seperti ini menyebabkan dibuatnya alat TBM yang mampu
melakukan tunneling untuk tanah non-cohesive baik di atas maupun di bawah m.a.t
tanpa membutuhkan compressed air, yaitu dengan menggunakan bentonite shield.
5.3.4.2. Slurry Shield
Prinsip dasar dari metode operasi slurry shield adalah dengan meng-injeksikan slurry mixture
bertekanan kedalam ruang yang menutupi working face. Akibatnya, tanah yang berada di depan
tunnel face terpenetrasi dengan slurry dan menjadi cukup padat (efek filter cake) sehingga
dapat dipotong oleh cutter head. Potongan material akan terkumpul di bagian bawah yang
kemudian dipompa keluar. Bentonite akan dimasukkan kembali ke bagian face setelah
dipisahkan dari partikel-partikel tanah.
5.3.4.3. Earth Pressure Balance (EPB) Shield
Shield bentuk ini digunakan pada tanah lunak di bawah muka air tanah tanpa menggunakan
slurry. Sebuah cutter head yang berputar dan dilengkapi dengan drag pick membentuk bagian
depan dari shield machine tipe ini. Material yang telah digali akan terkumpul dalam ruang
khusus di belakang cutter head dan membentuk sebuah plug yang memberikan daya dukung ke
bagian face dan mengontrol pengaruh air tanah terhadap stabilitas tunnel face.
Debris yang terkompresi dikeluarkan menggunakan screw conveyor dan dimasukkan ke dalam
system pembuangan. Dengan pengoperasian yang tidak membutuhkan slurry maupun air, maka
pembuangan debris dapat dilakukan dengan mudah dan relative bersih.
5.3.5. TBM untuk Hard Rock
Prinsip dasar operasi penggalian dengan TBM adalah penggunaan cutting head yang dilengkapi
dengan cutters yang sesuai di bagian tunnel face. Cutting head diputar dengan kecepatan
konstan dan dorongan ke permuka terowongan yang dilakukan oleh system pendorong hidrolik
yang dijangkarkan ke sisi-sisi tunnel dengan hydraulic rams.
5.3.6. Cutters
Bagian terpenting yang berfungsi untuk memotong tanah atau batu yang ditempatkan pada
bagian cutting head adalah cutters. Berbagai tipe cutters digunakan dan dipilih sesuai dengan
kondisi tanah setempat. Beberapa macam cutters beserta fungsinya, yaitu:
5.3.6.1. Drag cutters (picks)
Digunakan untuk tunneling di tanah lunak, tersedia dalam berbagai ukuran dan bentuk. Cara
kerjanya adalah dengan memotong dalam massa tanah sehingga memungkinkan penggalian
tanah lunak dan plastis dengan efisien. Untuk penggalian batuan, drag cutter ini akan lebih
cepat aus bahkan rusak apalagi menghadapi batuan massif.
geser untuk mematahkan puncak groove yang tersisa. Batuan dengan nilai UCS sampai dengan
175 MPa dapat dipotong dengan disc tipe ini. Batu dengan high abrasive akan menimbulkan
kesulitan jika menggunakan disc tipe ini, sehingga aplikasinya terbatas pada batu dengan UCS
yang lebih rendah. Pemasangan tungsten carbide disekeliling disc dapat meningkatkan
aplikasinya pada batuan yang lebih keras.
membuat bukaan sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan. Gauge cutter umumnya dari tipe disc
atau roller yang ditingkatkan kekuatannya agar mampu menahan aus lebih lama.
Mesin dikemudikan dengan menyesuaikan ujung belakang bingkai dan menghidupkan mesin di
sekitar dukungan depan. Sebuah mesin gripper tunggal dapat dikendalikan terus menerus
selama operasi membongkaran yang menghasilkan permukaan halus di terowongan. Kemudi
perlu hati-hati pada saat cutter head berputar hal ini sangat penting untuk menghindari patah
akibat tekanan dan kerusakan bantalan utama.
Jari-jari belokan TBM kira-kira > 150 m, dan bisa <100 m dalam desain khusus. Sebuah belt
conveyor menangani galian tanah. Ini dipasang dirangkaian utama dan dimuati mangkuk
pemotong melalui gerbong di tengah pemotong. Untuk alasan perawatan dan perubahan
pemotong, belt bisa ditarik kembali untuk memberi akses ke bagian belakang bagian dalam
cutterhead. Belt tersebut dilepaskan ke dalam conveyor utama yang mengarah melalui bagian
belakang dan melepaskannya ke dalam gerbong pada bagian belakang.
Grippers ganda memiliki keuntungan lebih baik mendistribusikan daya gripper ke dinding
terowongan di tanah yang lemah. Namun kerugiannya adalah mengambil ruang kerja gratis
untuk proyek peristirahatan dan konsolidasi setidaknya dalam diameter yang lebih kecil.
Selanjutnya proses miring menekan pemotong gage dan bearing cutterhead utama.
5.3.9. Roadheaders
Roadheaders pertama digunakan untuk tunneling pada 1960-an. Pada awal 1970-an, sekitar
150-200 roadheaders digunakan untuk pembangunan konstruksi sipil bawah tanah. Selama
tahap awal jenis ini untuk pemotongan ditempat pada shields seperti pada struktur alat gali
lainnya yaitu excavator sehingga alat ini menjadi populer. Dasar desain dan operasi fitur
Roadheader standar fitur fungsi-fungsi berikut:
a. Penggalian rock (batu pemotongan)
b. Mengumpulkan batu pecah hasil penggalian
c. Hasil penggalian ditransfer ke peralatan sekunder
d. Mesin transfer
Keterangan:
1. Cutter Boom 2. Turret 3. Loading Assembly 4. Chain Conveyor
2. 5. Track drive 6 Frame 7 Electric Equipment 8 Hydraulic Equipment
B. Kedua kepala cutter memiliki beberapa keuntungan dan kerugian. Beberapa fitur
utama yang penting untuk tunneling disebutkan di sini:
1. Kepala traversal cutter potong di arah wajah. Oleh karena itu, mereka lebih stabil
daripada roadheaders dengan kepala longitudinal sebanding berat dan pemotong
kekuasaan kepala.
2. Pada kepala traversal mayoritas reaktif kekuatan yang dihasilkan dari proses
pemotongan diarahkan menuju bagian utama dari mesin.
3. Pada kepala longitudinal cutter, memilih array lebih mudah karena gerakan kedua
memotong dan slewing pergi ke arah yang sama.
4. Roadheaders dengan kepala cutter traversal-jenis yang lebih tidak terpengaruh oleh
perubahan kondisi batu dan bagian-bagian batu lebih keras. Proses pemotongan dapat
membuat lebih baik menggunakan perpisahan pesawat terutama di tempat tidur batuan
sedimen.
5. Jika boom pemotong yang mengubah titik terletak lebih atau kurang di sumbu
terowongan, pemotong kepala longitudinal booming dapat disesuaikan untuk
memotong dengan minimal overbreak. Sebagai contoh, Cutter booming di mana
permintaan dapat sempurna bertemu shields sering dilengkapi dengan jenis yang sama
cutter kepala. Kepala melintang cutter selalu menyebabkan overbreak tertentu Terlepas
dari posisi mesin.
6. Kebanyakan longitudinal heads Tampilkan angka-angka yang lebih rendah untuk
memilih konsumsi, yang terutama hasil dari kecepatan pemotongan yang lebih rendah.
7. Kepala melintang cutter menawarkan fleksibilitas yang lebih besar, dan dengan tata
letak yang tepat dan alat seleksi, memiliki aplikasi yang lebih luas. Kinerja tidak secara
substansial berkurang di batu yang menyajikan sulit memotong (misalnya, karena
kekuatan tinggi atau ulet perilaku).
8. Selain itu, cadangan yang melekat dalam konsep menawarkan lebih banyak kesempatan
untuk menyesuaikan peralatan untuk kondisi batu.
C. Cutter picks
Sejak aplikasinya yang pertama pada boom cutter roadheader pada tahun 1972, memilih
kerucut dilengkapi dengan tips wolfram karbida (juga disebut memilih titik-serangan)
telah menjadi lebih penting dan hari ini yang paling sering digunakan memilih.
D. Proses Tuning
Tuning proses pemotongan kepala pemotong untuk batuan yang sudah ada kondisi sangat
penting untuk mencapai pemotongan yang optimal. Secara teoritis, mungkin spasi tertinggi
pemotong hasil di interaksi optimal antara kepala cutter dan batu:
a. Relatif memilih lagu per satuan volume digali batu berkurang
b. Memilih-lagu mengurangi panjang juga menghasilkan energi yang lebih baik
pemanfaatan dan, karenanya, memotong tingkat yang lebih cepat
c. Kurang debu yang dihasilkan
d. Mengurangi keausan (memilih bank m3)
E. Penggalian berurutan
Sebaliknya TBMs, yang secara bersamaan menyerang seluruh wajah dengan tetap alat
konfigurasi, operasi roadheader terdiri dari langkah-langkah yang berbeda dari proses
penggalian.
Langkah pertama, sumping cutter kepala ke wajah, dilakukan oleh depan gerakan roadheader
seluruh melalui trek crawler atau alternatif melalui khusus cutter Desain booming. Cutter
teleskopik atau diartikulasikan desain booming juga dapat melakukan tugas ini.
Karena proses sumping membutuhkan kekuatan yang paling dalam pemotongan urutan, ada
sedikit dampak ke lantai karena sumping dilakukan tanpa terlibat crawler trek. Lebih lanjut
penggalian wajah terutama dilakukan oleh horizontal berputar boom cutter dengan vertikal
offset boom saat mencapai garis terowongan.
Semua gerakan horisontal dan vertikal boom dilakukan oleh kubah meriam. Turet itu sendiri
berfungsi untuk gerakan horisontal boom. Ditutup rack & ampinion drive atau silinder hidrolik
eksternal digunakan untuk tugas ini.
Pergerakan vertikal dilakukan oleh berbagai putar silinder; pasukan reaktif adalah lagi
ditransfer ke kubah meriam. Jika perlu, langkah ekstra profil meminimalkan tulang rusuk
tunnel´s dan membawa lebih dekat ke bentuk teoritis. Proses penggalian ini fundamental untuk
roadheader fleksibilitas mengenai bentuk dan ukuran dari bagian terowongan.
Roadheader dapat, dalam batas geometris tergantung desain (mendefinisikan minimal dan
maksimum lintas bagian dll.) memotong praktis apapun diperlukan bentuk dan ukuran. Itu juga
dapat mengikuti Semua perlu transisi dan perubahan dan sangat adaptif berbeda penggalian
proses. Dengan menggunakan pemotong booming dengan teleskopik atau Khusus Desain, fitur
penting ini dapat ditingkatkan lebih jauh.
Penggalian bagian atap pendek dan benching berturut-turut dari posisi satu mesin dapat
dilakukan, membuat dilengkapi dengan benar roadheaders alat yang sempurna untuk
mengatasi tuntutan NATM dalam kondisi tanah dengan stabilitas buruk.
Gambar 5.44. Penggalian Permukaan Lubang Bukaan, Cara Portal (Kiri) dan Cara Open Cut
(Kanan)
Dalam penggalian terowongan ada beberapa metode yang umum digunakan, akan tetapi
metode penggalian terowongan yang akan dipilih disesuaikan oleh keadaaan alam sekitar
dengan segala pertimbangan dan analisis, Rai Made Astawa Rai (1988), membagi beberapa
metode penggalian terowongan yang biasa diterapkan dilapangan sebagai berikut :
a. Full face
Metode full face adalah suatu cara dimana seluruh penampang terowongan digali secara
bersamaan. Metode ini sangat cocok untuk terowongan yang mempunyai ukuran penampang
melintang kecil hingga terowongan dengan diameter 3 meter. Cara penggaliannya yaitu dimana
seluruh bidang muka setelah dibor untuk tempat detonator kemudian diledakkan seluruh
bidang muka. Ini umumnya dilakukan pada adit yang mempunyai diameter kecil yaitu kurang
dari 10 feet.
Cara penggaliannya adalah bagian atas terowongan digali lebih dulu sampai mencapai 3 – 3.5 m
(heading), selanjutnya penggalian bagian bawah penampang dikerjakan (bench cut) sampai
membentuk penampang yang diinginkan. Proses ini diulangi sampai seluruh lintasan
terowongan tercapai.
Untuk kondisi batuan yang buruk, cara penggalian dapat dimodifikasi menjadi “top heading” →
heading diperpanjang sampai 25 m – 35m atau lebih, kemudian pasangi penyangga, baru
kemudian bench cut dibuat.
Keuntungan dari menggunakan cara ini adalah memungkinkan pekerjaan pengeboran dan
pembuangan sisa peledakan dilakukan secara simultan, efektif untuk ukuran terowongan
penampang besar dan lintasan, dan dapat diterapkan untuk setiap kondisi batuan. Sedangkan
kerugian dari menggunakan cara ini adalah metoda ini membutuhkan waktu yang lebih lama
bila dibandingkan metoda full face.
c. Drift
Cara yang digunakan dalam metoda ini adalah dengan menggali terlebih dahulu lubang bukaan
yang berukuran kecil sepanjang lintasan terowongan, kemudian diperbesar sampai membentuk
penampang yang direncanakan. Berdasarkan posisi lubang terhadap sumbu terowongan :
(i) Center drift
Diawali dengan penggalian lubang berukuran 2.5 m x 2.5 m – 3m x 3m dari portal ke portal.
Perluasan dimulai setelah penggalian center drift selesai, dengan membuat lubang untuk bahan
peledakan yang dibor melingkar pada selimut drift dari sumbu terowongan.
Keuntungan dari posisi lubang terhadap sumbu terowongan ini adalah sistem ventilasinya baik,
tidak memerlukan sistem penyangga sementara, dan mucking dapat dikerjakan bersama
dengan pekerjaan penggalian. Sedangkan kerugiannya adalah pekerjaan perluasan harus
menunggu center drift selesai secara keseluruhan, dan alat bor dipasang dengan pola tertentu,
seringkali spasi alat bor dirubah sesuai dengan kondisi batuan yang diledakan.
Dua drift digali sekaligus pada sisi-sisi penampang, sepanjang lintasan terowongan. Selanjutnya
penggalian bagian arch diikuti dengan pemasangan penyangga sementara. Selesai penyangga
dipasang, penggalian bagian tengah dikerjakan. Keuntungan dari cara ini adalah proses lining
dapat dikerjakan sebelum penggalian bagian tengah dilaksanakan, metoda ini efektif untuk
terowongan besar dengan kondisi batuan yang buruk. Sedangkan kerugiannya adalah pekerjaan
perluasan harus menunggu drift selesai dikerjakan.
(iii) Top drift
Penggalian dimulai dengan membuka bagian bawah penampang. Pembuatan lubang – lubang
bahan peledak untuk membuka bagian atas penampang dilakukan dengan membor dari Bottom
drift vertikal ke atas.
d. Sumuran vertikal
Awal dibuat lubang vertikal sampai pada terowongan yang akan digali. Dengan demikian akan
terbentuk tiga buah heading face.
Sumuran dapat bersifat sementara atau permanen. Sumuran sementara berfungsi saat
pelaksanaan → membantu pembuangan pelaksanaan pembuangan sisa – sisa peledakan
(mucking), salah satu jalur untuk mensuplai peralatan dan material, dsb. Sumuran permanen →
bila masih tetap berfungsi setelah terowongan mulai digunakan untuk keperluannya, misal
sebagai sarana ventilasi.
yang mengakibatkan perubahan tegangan awal. Pada penggalian terowongan umumnya timbul
suatu zona teganga yang berubah. Umumnya akan ada peningkatan dari tegangan vertikal
didepan galian yang bergerak maju pada proses penggalian.
Perubahan keadaan tegangan yang disebabkan oleh penggalian tidak dapat terjadi tanpa adanya
deformasi pada massa tanah atau batuan. Meskipun digunakan lining, deformasi tetap akan
terjadi. Deformasi ini umumnya berubah sebagai fungsi waktu dan merupakan kondisi yang
amat kompleks. Terjadinya deformasi disekitar lubang galian akan dapat mengakibatkan
penurunan dari tanah permukaan. Cara pelaksanaan, urutan pelaksanaan dan bentuk lubang
galian memberikan pengaruh besar kepada tegangan–tegangan pada tanah.
Gambar 5.53. Penggambaran Sifat Umum pada desain terowongan dalam medan tegangan.
𝑞𝑠 + (𝐶 + 𝑅)𝛾 − 𝜎𝑇
𝑁=( )
𝐶𝑢
Dengan ;
C = kedalaman titik Crown dari terowongan (m)
R = jari – jari terowongan (m)
𝜎𝑇 = face pressure (kN/m2)
𝛾 = berat jenis tanah total (kN/m3)
𝑐𝑢 = kuat geser tanah dalam kondisi undrained (kN/m2)
𝑞𝑠 = beban permukaan tanah (kN/m2)
Secara empiris, ketidakstabilan terjadi saat N > 6. Keruntuhan terowongan akan terjadi saat
nilai N melebihi 6. Menurut Davis et. al (1980), persamaan Broms dan Bennemark digunakan
pada kasus terowongan dengan bukaan vertikal tanpa adanya support pressure untuk
meningkatkan stabilitas tunnel face. Davis et. al. mengembangkan persamaan Broms dan
Bennemark mengenai stabilitas tunnel face dengan memperhitungkan adanya support pada
jarak P antara face dengan lokasi dimana support pressure diaplikasikan.
𝑞𝑠 − 𝑠 + (𝐶 + 𝑅)𝛾 − 𝜎𝑇
𝑁=( )
𝐶𝑢
Dengan ;
𝑠 = support pressure (kN/m2)
Davis et. Al juga memberikan nilai N dengan menggunakan pendekatan radial (spherical)
terhadap pola tegangan pada tunnel face pada persamaan :
𝐶
𝑁 = 4 ln ( + 1)
𝑅
Tabel 5.3. Panduan untuk penggalian dan Penyanggaan Terowongan pada Media Batuan berdasarkan Sistem RMR (Bieniawski, 1989)
Gambar 5.54. Hubungan antara Waktu Penyanggaan sendiri Batuan (stand – up time) dan
rentang Atap berdasarkan nilai RMR ( Bineniawski, 1989)
Gambar 5.55. Batas Kelas Massa Batuan untuk penggunaan TBM ( Bieniawski, 1989 modifikasi
dari Lauffer 1988 )
Tabel 5.4. Klasifikasi Massa batuan NATM (Geoconsult 1993 and ONORM B 2203,
1994)
5.4.2.2. Klasifikasi Batuan untuk Terowongan Jalan dari JSCE (Japan Society of Civil
Engineers)
Beberapa parameter yang menjadi penilaian dalam klasifikasi dari Jepang ini, diantaranya
adalah tipe batuan, kecepatan gelombang elastis, faktor kompetensi, kondisi inti bor dan nilai
RQD, serta kondisi geologinya. Klasifikasi ini membagi jenis massa batuan menjadi 5 kelompok,
seperti diperlihatkan pada Tabel 5.4. Faktor Kompetensi yang menjadi salah satu parameter
penilaian dalam klasifikasi ini, di definisikan sebagai :
𝑞𝑢
Faktor Kompetensi =
(𝛾.𝐻)
Dimana :
qu = kuat tekan bebas tanah/batuan (MPa)
𝛾 = berat satuan tanah/batuan (MPa)
𝐻 = kedalaman tanah di atas terowongan (m)
Untuk batuan/tanah yang telah dipengaruhi oleh proses patahan dll., dimana kondisi ini dapat
diabaikan, nilai kuat tekan bebas spesimen dapat digunakan sebagai nilai kuat tekan bebas
massa batuan/tanah, tetapi untuk tanah yang dipengaruhi oleh patahan, dll., yang tidak dapat
diabaikan, maka kuat massa batuan semu qu’ (tf/m2) harus digunakan :
2
𝑉𝑝
𝑞′𝑢 = ( ) 𝑥𝑞𝑢
𝑈𝑝
Umumnya nilau Up adalah sama atau lebih besar dari Vp tetapi jika Vp lebih besar dari Up,
maka kuat tekan semu massa batuan harus ditentukan dengan Up dibagi dengan Vp.
a
b
c
II 2-1
d1
d2
e
a
b
c 1 atau lebih
E -
d1 kecil
d2
e
Catatan :
1) Tipe Batuan
a. Batuan metamorfosis (phyllite, graphite schist, quartz schist, greenschist, gneiss, serpentin, hornfels, dll). Batuan Plutonic (gabbro, peridotite,
dll)
b. Paleozoic dan strata Mesozoic (slate, batu pasir dan konglomerat, graywacke, batu gamping, quartzite, schalstein, dll)
c. Batuan Vulkanik (quartz trachyte, andesite, basalt, dll). Batuan Dike (gronoporphyry, quartz porphyry, diabasa, dll). Batuan Plutonic (granit,
diorite, dll)
d. Tertier dan strata diluvial rendah (batu lumpur, shale, siliceous, batu pasir, dan konglomerat, tufa breksi, dll) kelpmpok batuan ini dibagi
menjadi d1 dan d2, yang ditentukan oleh nilai kuat tekan bebas
d1 : qu ≥ 20 Mpa
d2 : qu < 20 Mpa
e. Strata atas diluvial (loam dan deposit lempung piroklastik) strata aluvial (rombakan lereng, permukaan tanah, dll)
2) Kondisi inti bor, RQD dan spasi retakan digunakan pada batuan a, b, c dan d 1
Menurut “Tunnel Lining Desain Guide”, The British Tunnelling Society and The Institution of
Civil Engineers: di masa lalu lapisan in situ terbentuk dari batu atau batu bata. Sekarang terbuat
dari beton cor yang diberi perkuatan atau tidak. Lapisan tersebut dibangun dalam beberapa
bentuk (sementara) dukungan tanah yang telah dipasang untuk menciptakan lingkungan kerja
yang aman.
Gambar 5.56. Contoh Penggunaan Lining In-situ di Cumberland Gab Tunnel, US.
Gambar 5.57. Penomoran posisi segmen pada satu ring (SOWJ, 2015)
Gambar 5.58. Bentuk dan posisi penyusunan segmen pada satu ring (SOWJ, 2015)
Keuntungan lain dengan teknologi precast segmental adalah setelah pias atau segmen dinding
beton selesai pasang, dinding terowongan bisa langsung digunakan sebagai tumpuan untuk
mendorong mesin EPB Shield untuk bergerak maju. Hal ini berbeda jika pembuatan dinding
terowongan menggunakan teknik shotcrete, yang mana perlu ditunggu setidaknya dua minggu
agar dinding bisa digunakan sebagai pendukung beban. Cara kerja gabungan antara EPB Shild
Machinedengan segmental precast lining dapat dilihat pada Gambar 5. Dengan kombinasi
tersebut, metode panggalian sekaligus dinding terowongan dapat dikerjakan dengan tingkat
efesiensi yang tinggi.
Gambar 5.59. Rangkaian kerja gabungan antara mesin EPB dan segmental precast
lining (SOWJ, 2015)
Pengunaan teknologi EPB Shield Machine yang digabung dengan teknologi segmental precast
concrete diprediksi akan popular di Indonesia, terutama untuk pemenuhan kebutuhan
transportasi perkotoaan. Persoalan penyediaan sarana transportasi di wilayah perkotaan
umumnya terkait dengan jumlah besar pengguna yang harus dilayani, keterbatasan lahan yang
tersedia, harga tanah yang semakin mahal, serta persoalan social yang pada gilirannya akan
mengarahkan kepada pembiayaan yang tinggi
Biaya investasi untuk pembuatan sarana transportasi bawah tanah memang perlu dikaji lebih
mendalam, apakah cukup layak secara ekenomi dibandingkan dengan penyediaan sarana
tranpsortasi di atas permukaan tanah atau melayang (elevated). Dalam kajian kelayakan
tersebut harus pula dipertimbangan aspek lingkungan yang timbul dari kegiatan
pembangunannya. Keuntungan penggunaan jalur transportasi bawah tanah antara lain adalah
biaya pembebasan tanah yang rendah, gangguan sosial yang kecil, tidak merusak pemandangan
di permukaan, dan dampak polusinya bisa lebih dikendalikan
Dari sisi teknologi, di Indonesia sudah tersedia sarana pendukung penggunaan teknologi
EPB Shield Machine dan segmental precast lining. Satu-satunya yang harus didatangkan dari luar
negeri adalah mesih EPB Shiled itu saja. Proses pembuatan beton untuk dinding terowongan
sudah dikuasai dengan baik
Dengan penjelasan di atas, dapat diprediksi pembuatan terowongan untuk keperluan
infrastruktur transportasi di Indonesa akan banyak menggunakan teknologi ini. Untuk itu
diperlukan tenaga-tenaga pendukung yang meliputi perencana, pengawas, kontraktor, serta
dari aspek pengambil kebijakan agar kemanfaatan teknologi ini dapat dinikmati secara
maksimal di Indonesia
a) Struktur berdinding tipis: Struktur penguatan yang terdiri dari panel dapat dibuat
sesuai bentuk yang diinginkan sesuai dengan lapisan yang ada. Oleh karena itu, meski
hanya ada ruang sempit antara batas batasan bangunan dan lapisan yang ada, adalah
mungkin untuk membangun lapisan penguat berdinding tipis yang tidak menyebabkan
bagian dalam terowongan berubah secara signifikan
b) Metode Prefab: Karena panel dirakit dengan pemasangan pada anggota baja yang sudah
dipabrikasi di pabrik, akseptasi pembuatan bagian atas dan pekerjaan konstruksi
lapangan dapat dilakukan secara akurat. Selain itu, panci sangat tahan korosi.
c) Kekuatan luluh tinggi: Karena lapisan penguat adalah struktur lengkung bebas yang
dibatasi pada lapisan yang ada oleh grout yang terisi di antara panel baja dan lapisan
yang ada, ia memiliki kekuatan hasil tinggi meskipun ketebalannya terbatas.
d) Ukuran penguatan permanen: Struktur berdiri bebas yang disebutkan di atas dapat
menjadi ukuran penguat permanen bila pencegahan korosi sesuai dengan lingkungan
terowongan diterapkan padanya.
e) Pekerjaan perakitan cepat yang tidak memerlukan operasi pengelasan: Karena
perakitan panel tidak memerlukan operasi pengelasan, hal itu dapat dilakukan dengan
cepat bahkan di tengah malam. Bahkan selama pelaksanaan pekerjaan, lalu lintas
melalui terowongan tidak terhambat sama sekali.
f) Permukaan dalam yang halus: Permukaan bagian dalam yang mulus dari lapisan
penguat memiliki daya tarik estetis dan mudah dicuci saat diwarnai.
2) Jenis dan fitur dari metode ini
Sesuai dengan struktur lapisan dan metode konstruksi, metode ini terbagi menjadi tiga
jenis berikut:
a) Tipe panel besar: Pelat baja tunggal dipasang melingkar secara mekanis.
b) Jenis panel berukuran sedang: Potongan pelat baja berukuran sedang dipasang secara
melingkar dengan tenaga mekanis.
c) Tipe panel kecil: Potongan kecil pelat baja secara manual diikat secara melingkar
Karakteristik struktur
Jenis panel besar bisa diaplikasikan ke saluran air, dan lain-lain, lapisan yang ada
bebas dari instalasi apapun. Di sini, kita akan menjelaskan jenis panel berukuran
sedang dan tipe panel kecil yang berlaku untuk berbagai terowongan. Karakteristik
yang menonjol dari struktur panel adalah panel yang dilengkapi sambungan cincin
sepanjang sisi panjang dan sambungan samping sepanjang sisi pendek diatur dengan
cara yang terhuyung dan beban panel didukung oleh pelat baja dan sambungan.
Setiap jenis memungkinkan konstruksi lapisan penguat berdinding tipis. Karena lapisan
menonjol tidak lebih dari sekitar 50 mm untuk menutupi bagian dalam, ia dapat dipasang
bahkan di lokasi yang memiliki batasan batas yang parah dari bangunan di dekatnya.
Seperti segmen perisai, sendi berperan dalam transmisi beban dengan efek splicing mereka.
Gaya eksternal dapat didukung oleh dua atau lebih cincin.
(3) Grouting
2) Konstruksi Joint
Joint adalah konstruksi mekanis yang pas. Selama perakitan panel, panel dijepit bersama
oleh baut yang dipasang miring untuk mencegah penutup panel terbuka secara aksial atau
melingkar. Batang datar disediakan sebagai pemisah bersama antara panel, dan dengan
harapan efek splicing yang dihasilkan dengan memungkinkan panel untuk saling
membatasi pengangkatannya pada arah geser, struktur joint telah dirancang dengan baik.
luar). Dari tiga cincin panel, satu bagian (lebar 1.000 mm, panjang melebar 2.000 mm)
dibawa keluar dan beban konsentrat bervariasi diterapkan ke pusatnya.
Hasil pengujian ditunjukkan pada Gambar 5. Pada gambar, nilai yang dihitung dan nilai
yang diukur diperoleh dengan menggunakan model balok-pegas dengan sambungan pas
sebagai pegas geser (dijelaskan kemudian; lihat Gambar 6) diperlihatkan. Dalam analisis,
defleksi panel (δ) pada analisis geser di bawah beban (P) dievaluasi untuk menetapkan
konstanta pegas geser (Kr = P / δ).
Dengan memvariasikan konstanta pegas gabungan sampai nilai yang dihitung sesuai
dengan nilai yang terukur, konstanta pegas geser dapat ditentukan.
4) Metode perancangan
a) Model struktural
1) Model struktural
Dalam perancangan ini, berdasarkan hasil percobaan di atas, dilakukan analisis dengan
menggunakan model balok-pegas, dengan model panel sebagai model balok melingkar
dan model sendi yang dimodelkan seperti yang dijelaskan di bawah ini.
i. Sambungan cincin
Sambungan cincin dimodelkan sebagai pegas geser radial. Sebagai konstanta
pegas pegas geser, konstanta pegas yang diperoleh pada percobaan di atas
ditetapkan.
ii. Potongan Joint
Potongan Joint dimodelkan sebagai sambungan pin yang mentransmisikan gaya
aksial antara panel melingkar (potongan joint) namun tidak mentransmisikan
momen lentur di antara keduanya.
2) Ground Spring
Dalam penelitian yang dilakukan selama pekerjaan, sebagai pegas tanah yang didukung
titik melalui bagian dari tanah ke spacer di arah radial, hanya pegas nonlinier non-
tegangan yang dipertimbangkan. Dalam studi setelah selesainya lapisan penguat sebagai
struktur permanen, reaksi dari bagian dari grout ke tanah dipertimbangkan. Sebagai
pegas tanah, pegas nonlinier non-tegangan yang diasumsikan sebagai pegas distribusi
melalui porsi dari tanah ke grout di arah radial dipertimbangkan.
b) Perancangan beban
Setelah selesai lapisan penguat, berat panel, tekanan udara selama melewati kereta api
(atau kendaraan bermotor), berat nat, beban pengelupasan dan beban tanah dianggap
sebagai beban desain. Selama bekerja, pertimbangan diberikan pada beban yang terjadi
saat proses grouting berlangsung.
grout kosong sebelumnya ditempatkan di depannya. Setelah panel dipasang, grout dimasukkan
ke dalam tas tersebut untuk mengisi celah antara lapisan yang ada dan yang baru.
4) Pemasangan panel
Saat panel kecil dipekerjakan, panel dibawa secara manual ke lokasi pemasangan dan dipasang
di perancah sederhana. Panel terus dirakit dalam arah melingkar terowongan menggunakan
alat standar (mis., Kunci pas). Tidak ada perlengkapan khusus yang diperlukan untuk perakitan
panel. Selama perakitan panel, panel untuk sementara dipasang pada lapisan yang ada dengan
jangkar yang dilengkapi untuk mengendalikan celah antara lapisan yang ada dan panel yang
digunakan untuk penentuan posisi panel dan penyesuaian bentuk, dan untuk mencegah
deformasi panel selama pemasangan.
Ketika panel berukuran sedang digunakan, panel diberi label oleh kendaraan konstruksi yang
dilengkapi dengan erektor (karena lebih berat) dan dipasang dengan cara yang sama seperti
yang disebutkan di atas.
5) Grouting
Kesenjangan antara panel dan lapisan yang ada diisi dengan grout baik secara langsung maupun
dengan tas. Dalam kasus terakhir, tas terpasang di bagian belakang setiap panel sebelum dirakit
dan setelah semua panel dipasang, grout disuntikkan ke dalam kantong dari bagian dalam panel
melalui lubang grouting. Bahan grouting berbasis semen biasa yang kekakuan pegasnya sama
atau lebih besar dari pada tanah sekitarnya. Meskipun grouting langsung adalah norma,
memasang dengan tas mungkin dipilih tergantung kondisi di lokasi konstruksi. Kelebihan
penggunaan tas untuk pemasangan adalah sebagai berikut.
a) Air yang bocor dari lapisan dapat dikeringkan melalui celah antara tas.
b) Plat ujung untuk menghentikan aliran grout dapat dihilangkan.
c) Grout tidak mengalir keluar melalui celah-celah, dll di lapisan.
d) Karena air yang bocor tidak bercampur dengan grout, kualitas grout dipertahankan dalam
waktu lama.
perancangan desain semakin percaya diri untuk menggunakan lapisan utama SCL sebagai
bagian dari lapisan struktural permanen.
1) Secara historis, beban tanah dan air tekanan jangka panjang telah dianggap dilakukan oleh
lapisan struktural atau sekunder utama, yang dibangun dengan menggunakan beton cor in
situ.
2) Namun, kemajuan yang dijelaskan di atas telah membuat penyemprotan lapisan sekunder
sebagai pilihan yang tepat, yang telah terbukti di Terowongan Hinddale A3 [3].
Lapisan sekunder beton semprot menawarkan penghematan biaya dan waktu yang signifikan
selama proses konstruksi. Kontraktor tidak perlu mendapatkan sistem bekisting yang dipesan
lebih dahulu untuk setiap terowongan ukuran yang berbeda - pabrik SCL yang dibutuhkan
sudah ada di lokasi untuk lapisan utama. Setiap teluk disemprot dengan beton akselerasi
menjadi mandiri sesaat - dibandingkan dengan memindahkan dan mengatur ulang rana,
memompa beton dan menunggunya untuk disembuhkan. Dengan urutan kerja beton disemprot
dan penampang melintang dapat dengan mudah diubah.
Namun, apakah ini dirasakan dalam peningkatan kecepatan dan pengurangan biaya
diterjemahkan menjadi kenyataan.
Konstruksi
Setelah selesainya lapisan utama, sejumlah pekerjaan persiapan diperlukan. Ini termasuk
pemeriksaan survei menyeluruh untuk memastikan ada cukup ruang untuk mengakomodasi
lapisan terowongan selanjutnya; penyegelan kebocoran dengan natrium poliuretan reaktif; dan
menutupi serat baja yang menonjol dengan lapisan pengatur tebal 40 mm.
Waterproofing Membran
Selaput waterproofing diaplikasikan menggunakan pompa rotor kering yang memberi makan
boom manipulator robot atau nozel semprot tangan. Membran umumnya disemprotkan dalam
dua lapisan berturut-turut, dengan ketebalan minimum 3 mm, pertama ke mahkota dan
kemudian pembalik. Di persimpangan, ketebalan ganda diperlukan untuk memperbaiki kinerja
bridging yang diperbaiki di area ini (Gambar 3). Di daerah terowongan yang sangat tertekan
(biasanya di sekitar persimpangan), lapisan sekunder yang disemprotkan terdiri dari tulangan
baja berdiameter hingga 16 mm. Tulangan digantung dari papan serat bertulang serat kaca
(GFRP), yang dibor dan dipasang ke lapisan utama sebelum mengoleskan membran. Memasang
dowels setelah waterproofing disemprotkan terbukti bermasalah, karena selaput selaput dwi
yang sesuai harus dilukis dengan tangan.
Setelah disemprotkan, pengeringan membran biasanya memakan waktu 24-48 jam. Namun, di
daerah terowongan dimana penyegelan kebocoran lapisan primer kurang efektif, waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai membran yang sesuai secara signifikan lebih lama.
Cor Invert
Setelah perbaikan membran yang memadai, konstruksi cor invert mulai menggunakan sistem
bekisting kayu dan kayu lapis. Selaputnya ternyata sensitif dan sering rusak sepanjang aktivitas
ini meski ada upaya terbaik dari tim lokasi.
Setelah tes yang mengkonfirmasikan kualitas membran, pembalik terowongan dituang
menggunakan serangkaian garis beton. Panjang masing-masing tuangkan tergantung pada area
waterproofing yang sesuai di tempat dan biasanya berkisar antara 10-50 m. Penyemprotan
Lapisan Sekunder (SFR).
Setelah cor invert telah mencapai kekuatan yang cukup untuk gerakan tanaman, penerapan
lapisan SFR sekunder bisa dimulai. Seperti ditunjukkan Gambar, konstruksi lapisan SFR
mengikuti prosedur dua langkah untuk mengurangi kemungkinan kejatuhan yang
menyebabkan kerusakan pada membran waterproofing. Dimana desainnya mencakup dua lapis
tulangan bar, wajah jauh dan wajah dekat disemprotkan ke dalam dua lapisan terpisah.
Campuran SFR diterapkan menggunakan manipulator robot yang diservis oleh serangkaian
pipa atau gerobak remixer. Lapisan disemprotkan di teluk sepanjang 2 m atau 3 m dengan
kecepatan pompa maksimum 13 m³ per jam (terbatas untuk meningkatkan kualitas dan risiko
kejatuhan). Setelah selesainya masing-masing teluk, perbaikan lapisan dilakukan pada interval
yang ditentukan selama periode 24 jam.
Lapisan fireproofing
Sebelum melanjutkan ke kegiatan konstruksi berikutnya, pemeriksaan survei lebih lanjut
dilakukan untuk memastikan toleransi yang memadai tetap ada untuk mengakomodasi lapisan
tahan api 50 mm akhir. Pada tahap ini, toleransi pembangunan yang tersisa menimbulkan
tantangan; daerah yang ketat yang diidentifikasi harus digiling kembali menggunakan
pengemudi jalan. Setelah memastikan ketebalan tahan api minimum yang dibutuhkan dapat
dipenuhi, lapisan tersebut diaplikasikan dengan menggunakan robot penyemprotan otomatis
yang mampu menerapkan ketebalan seragam pada profil terowongan. Lapisan tahan api
disemprotkan pada kecepatan 10,3 m³ per jam di teluk dengan panjang maksimal 2 m.
Pelaksanaan konstruksi dari immersed tunnel terdiri dari banyak elemen yang digabungkan
dengan menggunakan joint yang dilengkapi dengan gasket untuk membuat hubungan yang
kedap air dengan elemen yang berdekatan. Terowongan sebaiknya paling sedikit 5 ft (1,5 m)
berada di bawah dasar asli untuk memungkinkan kecukupan backfill namun, dalam beberapa
kasus di mana kondisi hidrolik mengizinkan, terowongan itu bisa ditempatkan lebih tinggi dari
tempat dasar air asli di dalam tanggul pelindung bawah air. Unsur terowongan yang terendam
biasanya melayang ke lokasi dalam kondisi terapung, namun terkadang tambahan tangki apung
eksternal yang melekat pada elemen akan digunakan jika perlu. Ujung dari unsur terowongan
dilengkapi dengan bulkheads (dam plates) di ujungnya untuk menjaga bagian dalam tetap
kering untuk memungkinkan hanya sekitar 6 sampai 8 ft (2 m sampai 2,5 m) antara bulkheads
dari elemen yang berdekatan.
Gambar 5.77. Proses Persiapan blok Gambar 5.78. Penurunan blok beton ke
terowongan bed dengan alat berat
Gambar 5.79. Proses Persiapan pemasangan Gambar 5.80. Penyambungan antar elemen
antar elemen blok beton
Gambar 5.81. Penyambungan elemen dan Gambar 5.82. Peletakan elemen beton pada
pengaliran air bed dan proses dredging
(pengeringan)
Untuk kondisi terowongan yang bagian invertnya berupa tanah maka masing-masing lapisan
perkerasan jalan tersebut harus ada, sedangkan untuk struktur invert terowongan memakai
plat beton bertulang, maka dapat dipakai langsung atau dengan menambahkan lapis permukaan
saja seperti AC WC.
Gambar 5.84. Struktur Perkerasan lentur pada Permukaan Tanah Asli (at grade)
Mesin yang dipakai menggunakan mesin gilas beroda karet digunakan untuk pemadatan akhir,
bila mesin gilas statis beroda baja di anggap mengakibatkan kerusakan/degradasi berlebihan
dari Lapis Pondasi Agregat.
5.7.1.3. Pekerjaan Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)
Lapis Resap Pengikat (Prime Coat) adalah hamparan bahan aspal emulsi reaksi sedang
(medium setting) atau reksi lambat (slow setting) atau aspal semen Pen. 80/100 atau Pen.
60/70 yang diencerkan dengan minyak tanah (kerosen) dengan proporsi tertentu yang
dihampar diatas permukaan pondasi tanpa bahan pengikat aspal atau semen
Gambar 5.85. Ilustrasi penghamparan Agregat Lapis Pondasi dan Perkerasan Aspal di
Terowongan
Gambar 5.86. Struktur Perkerasan Kaku pada Permukaan Tanah Asli (at grade)
Tabel 5.8. Tebal Perkerasan kaku untuk Jalan dengan Beban Lalu Lintas Berat
Struktur Pekerasan R1 R2 R3 R4 R5
Kelompok Sumbu Kendaraan
<4.3x106 <8.6x106 <25.8x106 <43x106 <86x106
berat (overloded)11
Dowel dan Bahu Beton Ya
STRUKUTR PERKERASAN (mm)
Tebal Pelat Beton 265 275 285 295 305
Lapis Pondasi LMC 150
Lapis Pondasi Agregat Kelas A12 150
aliran yang menerus dari komponen-komponen campuran dengan proporsi yang benar. Dalam
keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan.
Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 3% di
bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar air optimum, dimana kadar air optimum
adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) yang
ditentukan. Kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum modifikasi
(modified) .
Mesin yang dipakai menggunakan mesin gilas beroda karet digunakan untuk pemadatan akhir,
bila mesin gilas statis beroda baja di anggap mengakibatkan kerusakan/degradasi berlebihan
dari Lapis Pondasi Agregat.
ketentuan itu sendiri harus adil dan harus dilaksanakan secara adil. Dalam kasus penetapan
harga, persepsi ekuitas sama pentingnya dengan fakta ekuitas.
Untuk mengimbangi kontraktor pada berbagai tahap pekerjaan, pemilik harus menetapkan
metode untuk mengukur jumlah pekerjaan yang diselesaikan dalam interval waktu tertentu dan
menetapkan nilai dolar ke pekerjaan itu. Terlepas dari metode penetapan harga yang
digunakan, sebagian besar masalah yang ada Terjadi berkaitan dengan kemajuan pembayaran,
bukan pembayaran akhir.
Ada beberapa metode yang digunakan di industri ini untuk mengukur dan mengevaluasi
pembayaran pekerjaan untuk kemajuan. Yang pertama adalah perputaran biaya negosiasi
setelah tawaran, yang mengharuskan kontraktor menyerahkan rincian elemen kerja sebelum
kontrak diberikan. Rinciannya mencakup unsur-unsur pekerjaan, jumlah yang diantisipasi, dan
harga satuan yang diusulkan. Dari perincian ini, pemilik dan kontraktor menghina jadwal nilai
pembayaran. Aspek positif dari pendekatan ini adalah sebagai berikut: tidak praktis untuk
diimplementasikan dan relatif mudah dipantau. ; Ini memberi peluang kepada wner untuk
meniadakan jadwal velues, sehingga meningkatkan kepercayaan diri pada harga yang adil; Dan
itu membuat menggabungkan perubahan ke dalam pekerjaan cukup mudah. Kerugian potensial
adalah beberapa biaya (misalnya, mobilisasi, biaya tidak langsung dan biaya overhead, eskalasi,
dan pembiayaan) dapat menjadi sulit untuk dihitung. Hal ini dapat membuatnya sulit untuk
meniadakan jadwal pembayaran yang adil.
Pendekatan kedua menggunakan jadwal metode penetapan jalur biaya / sumber daya yang
diperlukan (BPS). Pendekatan ini semakin populer dengan ketersediaan komputer pribadi dan
penjadwalan CPM, merupakan alat yang relatif baru. Metode ini mengharuskan kontraktor
untuk menyerahkan jadwal CPM sumber daya yang dapat diterima dan dapat diterima yang
mengidentifikasi elemen dasar pekerjaan, harga, dan sumber daya yang dibutuhkan untuk
mencapainya sesuai jadwal. Aspek positif dari pendekatan ini adalah jika Pekerjaan relatif stabil
dan dapat diprediksi, metode ini memungkinkan pemantauan kemajuan yang tepat dan prediksi
arus kas yang tepat. Aspek negatifnya adalah bahwa ia memerlukan banyak usaha untuk
menerapkan dan merawat dengan baik, dan menjadi sangat memberatkan ketika kondisi kerja
bervariasi, karena sering kali menghasilkan alat pembayaran daripada alat manajemen jadwal,
memberikan pengungkapan Jadwal kemajuan sekunder untuk menentukan pembayaran.
Pendekatan umum ketiga untuk mengukur dan mengevaluasi pembayaran pekerjaan untuk
kemajuan adalah metode harga satuan. Dalam kasus ini, dokumen penawaran termasuk dan
daftar item proyek yang terperinci, atau "item penawaran", dengan jumlah perkiraan untuk
masing-masing. (Untuk beberapa item penawaran, unit usulan yang ditunjuk dapat dinyatakan
sebagai jumlah sekaligus dengan jumlah tawaran "satu Kontraktor mendirikan perusahaan
mereka. Harga satuan yang diusulkan untuk setiap item penawaran dalam tawaran mereka.
Ketika harga satuan dikalikan dengan jumlah masing-masing dan jumlah tersebut, jumlahnya
adalah total harga penawaran kontraktor. Pendekatan ini relatif mudah diterapkan, digunakan,
dipantau, dan direvisi dalam kondisi kerja yang berubah. Ketika kontrak diberikan dan
pekerjaan dimulai, sebagian besar pengukuran dan proses pembayaran berkala hanya
melibatkan evaluasi kuantitatif item pekerjaan yang diberlakukan oleh kontraktor. Namun,
bahkan dalam kontrak harga satuan, ada item pekerjaan / biaya yang tidak mudah memberikan
evaluasi kuantitatif, seperti mobilisasi, pemeliharaan situs, overhead, pembiayaan, eskalasi,
keuntungan, risiko dan biaya kecelakaan. Cara pemilik dan kontraktor menangani kontrak unit
tidak langsung dan umum dan unit ini secara khusus.
Penjadwalan nilai lump sum pasca-penghargaan dan jadwal harga satuan bit merupakan
metode yang dapat diterima untuk menetapkan nilai pekerjaan yang telah selesai. Kelemahan
yang terkait dengan penggunaan Jadwal BPS yang dimuati biaya sangat penting sehingga
metode ini tidak disarankan.
Tunjangan untuk elemen tertentu dari karya yang tidak didefinisikan secara cukup rinci untuk
harga tender untuk harga.
Fluktuasi:
Mekanisme untuk menangani inflasi pada proyek yang mungkin berlangsung selama beberapa
tahun di mana kontraktor melakukan tender berdasarkan harga berlaku dan kemudian kontrak
membuat ketentuan agar kontraktor dapat diganti karena perubahan harga selama masa
proyek berlangsung.
Pembayaran ke sub-kontraktor yang ditunjuk atau pemasok yang ditunjuk.
Biaya wajib:
Pembayaran yang berkaitan dengan pembukaan dan pengujian karya. Semakin baik
didefinisikan karya adalah ketika kontrak disepakati, semakin kecil kemungkinan jumlah
kontrak akan berubah. Penting untuk disadari bahwa kontrak harga yang benar-benar 'tetap'
tidak harus menjadi kepentingan klien karena akan memerlukan risiko harga kontraktor
dimana mereka mungkin tidak memiliki kendali, dan hal itu mungkin tidak akan timbul. Ini juga
akan memberi sedikit ruang bagi klien untuk mengubah persyaratan mereka.
a) Mobilisasi
Pada awal proyek, kontraktor konstruksi menghabiskan sejumlah besar uang yang tidak cukup
diwakili oleh pekerjaan yang telah selesai. Biaya ini termasuk pembelian peralatan utama,
setoran premi asuransi, mobilisasi personil dan peralatan, pembelian peralatan, setoran premi
asuransi, mobilisasi personil dan peralatan, dan tata letak survei. Pengeluaran ini dapat menjadi
persentase yang lebih besar dari total biaya pada proyek bawah tanah daripada pada proyek di
atas tanah. Jika ketentuan pembayaran tidak dilakukan untuk mobilisasi, biaya tersebut
mungkin tercermin dalam harga penawaran. Pemilik biasanya memiliki kemampuan untuk
meminjam Uang pada tingkat yang lebih baik daripada kontraktor, sehingga sebagian besar
kontrak konstruksi bawah tanah berisi item pembayaran untuk mengganti kontraktor untuk
pengeluaran mobilisasi.
Dalam merumuskan ketentuan pembayaran untuk mobilisasi, tujuannya adalah untuk mencapai
netralitas tunai untuk kontraktor secepat mungkin tanpa memberikan pembebanan berlebihan
atau pemuatan "depan". Beberapa ketentuan mendasarkan pembayaran mobilisasi atas
submittal faktur bayar untuk elemen biaya yang diidentifikasi Sebagai item mobilisasi.
Pendekatan ini sulit dilakukan dan dapat disalahgunakan oleh kontraktor jika staf pemilik tidak
memiliki pemahaman menyeluruh mengenai biaya konstruksi. Untuk proyek-proyek besar yang
memerlukan invensi subtantial pada peralatan khusus baru seperti TBM, satu pilihan yang tepat
adalah dengan menggunakan barang mobilisasi terpisah untuk peralatan utama. Prasarana
pembayaran yang menggunakan pendekatan biaya sebenarnya harus dengan jelas
menyebutkan biaya apa yang harus disertakan dalam pembayaran mobilisasi dan bagaimana
biaya tersebut akan didokumentasikan dan diajukan untuk pembayaran.
Pendekatan yang lebih umum untuk merumuskan ketentuan mobilisasi adalah hanya
memungkinkan kontraktor untuk menetapkan jumlah pembayaran untuk item biaya sampai
batas yang dibatasi. Batas dapat berupa jumlah tetap, sebagaimana ditetapkan pada lembar
penawaran, atau persentase dari jumlah keseluruhan harga kontrak. Untuk pembelian
bangunan bawah tanah invamining dari TBM baru, persentase yang masuk akal mungkin 10%
dari nilai kontrak.
Biaya mobilisasi biasanya dibayar selama interval yang ditentukan (misalnya, selama 6 bulan
pertama). Dokumentasi seperti tata letak situs, submittals gambar toko, faktur, dan bukti
penyampaian peralatan di tempat disediakan untuk memberi tambahan kemajuan. Pada
proyek-proyek di bawah tanah, umum untuk pembayaran yang harus diselesaikan selama 10%
pertama dari jadwal proyek. Seringkali, ketentuan kontrak akan memungkinkan penyimpanan
sebagian dari item mobilisasi untuk menemukan demobilisasi pada akhir proyek. Namun,
praktik ini dapat mengalahkan tujuan menyediakan netralitas tunai, dan ada ketentuan kontrak
lainnya, seperti retensi, yang menjamin agar kegiatan demobilisasi selesai. Banyak ketentuan
pembayaran termasuk pembayaran mobilisasi dalam total pendapatan yang dapat ditarik
kembali. Sekali lagi, praktik ini mengalahkan tujuan memberikan netralitas tunai (yaitu,
menghindari investasi modal kontraktor yang terlalu tinggi, dengan biaya pendanaan terkait
yang tercakup dalam harga penawaran).
Dalam beberapa keadaan, kontraktor mungkin tergoda untuk tidak seimbang dengan
menyebarkan biaya distrubted ke item harga satuan yang diyakini akan mengalami overruns
kuantitas, sehingga overruns anggaran proyek untuk pemilik dan keuntungan nontarifan yang
dirasakan oleh kontraktor. Namun, ketika jumlah lepas landas dari kontraktor menunjukkan
bahwa jumlah barang tawaran dapat disalahkan, ia harus mengurangi jumlah proporsional
biaya terdistribusi yang dialokasikan ke item tersebut untuk menghindari hilangnya biaya riil
yang tidak dapat dipulihkan saat kuantitas tawaran gagal terwujud. Masalah jenis ini dapat
dikurangi sebagian besar oleh penerapan inklusi dan penerapan klausa "variasi dalam jumlah"
dalam kontrak.
c) Variasi Kuantitas
Variasi dalam klausa kuantitas menetapkan renegosiaasi harga satuan item pembayaran jika
jumlah sebenarnya bervariasi secara substansial dari jumlah tawaran yang ditentukan. Sebagian
besar kontrak dengan harga satuan mengandung ketentuan ini, dan variasi prosentase yang
memicu penggunaan ketentuan biasanya 15% sampai 25%. Bila benar dipahami, ketentuan ini
mempengaruhi pemilik dan kontraktor. Ini melindungi kontraktor bila ada biaya dan
keuntungan terdistribusi yang tidak terpulihkan jika jumlah pembayaran sebagai tawaran gagal
terwujud. Ini melindungi pemilik dari biaya overrubs saat jumlah pembayaran aktual melebihi
yang diperkirakan dalam jadwal harga satuan.
Masalah muncul ketika maksud variasi dalam penyediaan kuantitas adalah misunderestood
atau subverted untuk misalnya, kesalahpahaman yang umum adalah bahwa klausul ini
memberikan harga fix untuk item pembayaran sampai persentase pemicu yang ditentukan,
bahkan bila variasinya disebabkan oleh perubahan diarahkan dalam pekerjaan. Ini tidak benar.
Variasi dalam penyediaan kuantitas dimaksudkan untuk hanya membahas variasi-variasi yang
diakibatkan oleh ketidakpastian estimasi yang melekat dalam dokumen penawaran pada saat
penawaran. Mereka tidak memberi pemilik izin untuk mengganti kontrak.
Dengan cara yang meningkatkan biaya untuk melakukan pekerjaan tanpa bayar harga yang
wajar untuk pekerjaan yang telah diubah.
Demikian pula, variasi dalam ketentuan kuantitas telah disalahgunakan oleh pemilik yang
menentukan jumlah gaji yang tidak realistis dan pemicu yang tidak masuk akal dalam situasi di
mana pemiliknya bisa yakin dengan kuantitas sebenarnya. Dalam beberapa kasus, item
pembayaran yang telah dikecualikan dari variasi dalam bentuk kuantitas secara lengkap.
Praktik ini bisa dievaluasi oleh kontraktor dan bahkan mungkin tidak mengetahuinya.
kontrak harga satuan, masalahnya selalu diperparah ketika pemiliknya mengubah risiko untuk
kondisi ini ke kontraktor, yang pada umumnya menghasilkan klaim besar, perselisihan, dan
penundaan jadwal.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah memberikan kompensasi untuk kuantitas
yang tidak diketahui atau spekulatif melalui klausula perubahan. Namun, beberapa pemilik
menggunakan persyaratan "pembayaran sementara" untuk menghindari negoiting dan
menerapkan perubahan kontrak selama bekerja. Bila diterapkan dengan benar, pendekatan ini
berhasil (lihat "Harga Satuan untuk Item Pekerjaan Sementara").
Dengan tidak adanya ketentuan kontrak yang mengganggu akuntabilitas kontraktor, pemilik
mengasumsikan kepemilikan, kontrol, dan tanggung jawab atas ketidakpastian geoteknik ini.
Tidak harus berarti bahwa pemilik harus mengawasi dan mengarahkan pekerjaan di lapangan,
namun dokumen kontrak memberikan unsur-unsur yang diperlukan sebagai berikut:
- Kuota awal yang dapat diandalkan kontraktor dalam mempersiapkan penawaran.
- Spesifikasi terperinci yang menjelaskan bagaimana pemilik mengharapkan pekerjaan
yang harus dilakukan.
- Ketentuan yang merinci bagaimana kontraktor diberi kompensasi untuk waktu dan
biaya jika jumlah melebihi baseline. Bila pekerjaan berada pada jalur kritis, ketentuan
ini harus menangani biaya langsung dan biaya terkait untuk dampak jadwal yang
dihasilkan.
Kompensasi untuk biaya yang terkait dengan waktu sering ditangani dengan menggunakan
aparatus "waktu dan bahan", yang mengharuskan agar tenaga kerja, peralatan, dan bahan
didokumentasikan secara bersamaan dengan woek. Perselisihan pasti timbul dari biaya tidak
langsung ini, terutama bila pekerjaan berada di jalur kritis. Proyek terakhir telah berhasil
menerapkan ketentuan untuk memasukkan biaya variabel ini sebagai item pembayaran
sementara dalam dokumen penawaran, sehingga mencegah perselisihan biaya tersebut. Selain
menyediakan biaya unit untuk melakukan pekerjaan, beberapa pemilik agencises telah
mencantumkan harga satuan untuk setiap kenaikan keterlambatan. Ini mungkin biaya per jam
atau per hari dan termasuk waktu siaga untuk awak dan peralatan lain yang terkena dampak
juga.
Ketika pemilik mengalihkan tanggung jawab atas risiko dengan cara melebih-lebihkan jumlah
yang diantisipasi, menentukan harga unit tetap sepihak, atau menentukan harga sekaligus
untuk pekerjaan yang terlibat, pemilik harus mengharapkan harga penawaran yang jauh lebih
tinggi dan sengketa risiko yang lebih besar.
pembayaran bersih yang diterima dari pemilik aqn nilai penuh dari material yang dibayar oleh
kontraktor dapat menjadi biaya kontrak subtantial yang akan tercermin dalam harga
penawaran.
Dalam menyetujui untuk memberikan pembayaran untuk materi yang tersimpan, pemilik juga
harus mempertimbangkan masalah dan risiko, seperti kepatuhan terhadap spesifikasi, kontrol
kualitas, pengendalian inventaris, verifikasi pembayaran kepada pemasok, dan masalah
pertanggungjawaban.
Kadang-kadang, kondisi pasar untuk bahan bangunan mengalami volatilitas ekstrim selama
perkiraan durasi proyek. Ketika ini terjadi, pemilik dapat memperoleh keuntungan dengan
memberikan ketentuan khusus untuk pembayaran di muka bahan baku (misalnya baja dan
semen) yang mungkin diperlukan untuk produk manufaktur. Digunakan selama bekerja.Namun,
karena pengendalian persediaan pada bahan baku yang disimpan di luar lokasi - sulit
diterapkan, hal ini jarang terjadi.
f) Eskalasi
Dalam beberapa tahun terakhir, pasar atau produk minyak bumi, baja, semen, dan bahan
bangunan lainnya sangat tidak stabil, karena faktor-faktor seperti ketergantungan A.S terhadap
produk impor, bencana alam, dan polikisme dan konflik internasional. Biaya tenaga kerja dan
materi eskalasi, Termasuk kekuatan dan bahan bakar, adalah dua kategori utama eskalasi yang
harus ditangani dalam ketentuan pembayaran kontrak. Masing-masing didorong oleh faktor
yang berbeda dan harus dianggap independen dari yang lain. Untuk menghindari membayar
biaya semacam itu di muka dalam harga penawaran, banyak agen pemilik termasuk ketentuan
kontrak yang menangani risiko kenaikan biaya, terlepas dari apakah kontraktor benar-benar
menghargai biaya tersebut atau tidak. Eskalasi buruh di Amerika Serikat baru-baru ini lebih
stabil dan dapat diprediksi daripada pasar bahan. Stabilitas umum kontrak kerja terorganisir
dan lambannya tingkat pengangguran yang tidak beraturan terhadap kondisi pasar berarti
bahwa eskalasi tenaga kerja biasanya tidak menjadi perhatian proyek kurang dari 2 atau 3
tahun.
Bila digunakan, ketentuan eskalasi material dan tenaga kerja biasanya memberi kontraktor
untuk menerima kompensasi tambahan atas barang yang dibeli setelah kenaikan harga pasar
barang atau jasa yang tetap. Indeks biaya penerbitan yang diakui biasanya ditentukan untuk
mengelola ketentuan eskalasi, dengan indeks dasar ditetapkan pada saat penawaran masuk.
Ketentuan penyesuaian pembayaran juga dilakukan, biasanya sebagai persentase kenaikan
biaya (atau penurunan). Ada beberapa metode untuk melakukannya. Salah satu metode
menggunakan harga aktual yang diumumkan dan jumlah bahan untuk menerapkan indeks
harga.
Untuk biaya tenga kerja yang melibatkan pegawai yang digaji dan pegawai overhead, eskalasi
tenaga kerja dapat dipantau dengan indeks serupa. Ketentuan eskalasi tenaga kerja dapat
diindeks ke dalam kesepakatan serikat pekerja atau tingkat upah federal Davis-Bacon.
g) Insentif
Meskipun beberapa pemilik menganggap klausa insentif sebagai sisi lain dari kerusakan yang
dilikuidasi, ada beberapa perbedaan konseptual. Kerusakan yang tidak diobati bukanlah
penetapan harga atau pembayaran namun terkait dengan jadwal. Klausa insentif biasanya
berhubungan dengan keselamatan, kontrak kerja kontrak, dan kondisi khusus seperti
penutupan lalu lintas terjadwal atau penutupan pabrik.
Insentif keselamatan mungkin yang paling umum di industri saat ini dan biasanya dimasukkan
ke dalam program di mana pemiliknya menyediakan asuransi pembungkus. Logika di balik
program insentif tersebut adalah jika pemilik dan kontraktor berbagi penghematan premi
akibat operasi konstruksi yang aman, kontraktor sangat sadar akan keselamatan dan akan
melakukan upaya terbaik mereka untuk mengoperasikan insentif keselamatan memiliki catatan
yang dapat membenarkan praktik tersebut.
Keberatan terhadap aspek spesifik dari beberapa program insentif keselamatan meliputi
penggabungan insentif dengan denda untuk kecelakaan besar atau kematian. Kontraktor
percaya bahwa bahkan kontraktor yang paling sadar keselamatan pun bisa mengalami insiden
besar, dan insentif atau hukuman tidak akan berpengaruh pada kejadian itu. Selanjutnya, pihak
yang berkeberatan menyatakan bahwa tidak ada tujuan yang baik dilayani dengan
menambahkan hukuman pada insiden yang mungkin sudah memiliki konsekuensi pribadi dan
organisasi yang signifikan.
Insentif jadwal dapat ditawarkan di mana ada keuntungan moneter atau keuntungan lainnya
bagi pemilik untuk menyelesaikan proyek lebih awal. Contohnya termasuk membawa fasilitas
ke layanan pendapatan lebih awal dan mengurangi biaya sewa dan kemudahan. Bila insentif
jadwal digunakan, durasi kontrak yang ditentukan biasanya aggresive dan kerusakan akibat
likuidasi biasanya sangat parah. Agar efektif, insentif jadwal harus dapat dicapai, praktis, dan
tidak tentu.
h) Retensi
Ketentuan retensi dianggap sebagai bagian penting dari proses manajemen konstruksi. Tujuan
tradisional adalah menyediakan dana yang cukup kepada pemilik untuk menyelesaikan
pekerjaan atau memperbaiki pekerjaan yang rusak jika kontraktor gagal melakukannya dan
untuk memastikan pembayaran tenaga kerja dan material kepada pemasok. Kontraktor
umumnya menerima ketentuan tersebut tanpa keberatan, namun masalah dapat timbul saat
ketentuan tersebut disalahgunakan.
Di industri bawah tanah, penyediaan retensi memungkinkan pemilik mempertahankan
persentase pendapatan tertentu dari setiap pembayaran kemajuan hingga maksimum, atau
plafon. Ketentuan umum mungkin menahan 10% dari pembayaran kemajuan hingga 50% dari
nilai kontrak total, kemudian berhenti menahan lebih lanjut, jika pekerjaan tetap sesuai jadwal.
Dana yang ditahan dilepaskan saat tanggung jawab kontraktor berdasarkan kontrak selesai. Di
beberapa yurisdiksi, substitusi undang-undang sekuritas sebagai pengganti retensi, atau
mengizinkan pemberian obligasi. (Misalnya, lihat State of Washington, RCW 60.28.010 (2);)
Pendekatan ini memberikan konsorsium dengan beberapa pengembalian dana yang diperoleh
dan menghasilkan tawaran yang lebih rendah dan hubungan yang baik selama kinerja kontrak.
Ketentuan retensi dapat disalahgunakan saat pemiliknya, misalnya, menggunakan retensi
sebagai pengaruh saat menegosiasikan klaim kontrak dan perubahan. Ini adalah implikasi
tertentu ketika klaim negoitasi melampaui penyelesaian dan penerimaan pekerjaan, situasi
yang tidak biasa untuk proyek konstruksi bawah tanah.
i) Prasyarat Pemrosesan Pembayaran
Beberapa pemilik menggunakan proccesing of progress payments sebagai leverage untuk
mendapatkan dokumen atau submittals yang diperlukan di bagian lain dari spesifikasi, seperti
update jadwal bulanan dan narasi, daftar submittal yang ada, dan bentuk usaha bisnis yang
tidak disengaja. Dalam beberapa kasus, pembayaran sebesar milyaran dolar mungkin ditahan
sambil menunggu submittal semacam itu. Mengakui bahwa beberapa kontraktor memerlukan
insentif untuk menyediakan (atau disinsentif untuk tidak menyediakan) dokumen semacam itu,
beberapa pemilik telah menetapkan ketentuan kerusakan yang dilikuidasi, yang diterapkan jika
bahan tidak disediakan secara tepat waktu - misalnya, penundaan $ 500 per hari pada suatu
Jadwal update sebagai ketentuan likuidasi kerusakan, ini bukan pemotongan tapi jumlah yang
disepakati berdasarkan perkiraan dampak moneter kepada pemiliknya.
5.8.3. Kontrak Biaya-Reimbus
Metode penetapan harga alternatif untuk harga yang ditetapkan perusahaan adalah metode
biaya-penggantian. Hal ini paling sesuai untuk proyek-proyek di mana ruang lingkupnya tidak
pasti, jika ditawarkan sebagai kontrak harga tetap perusahaan, para penawar akan dipaksa
untuk memasukkan kontigensi tambahan dalam harga penawaran, sehingga meningkatkan
biaya pemilik. Meskipun metode penggantian biaya lebih umum digunakan di sektor swasta,
beberapa agen publik (seperti Departemen Pertahanan AS) secara teratur menggunakannya.
Ada tiga metode umum atau penetapan harga kontrak penggantian biaya untuk konstruksi
bawah tanah:
- Biaya ditambah biaya tetap (CPFF)
- Biaya ditambah biaya penghargaan (CPAF), dan
- Biaya ditambah biaya insentif (CPIF).
Lebih sering ditemui dalam konstruksi bawah tanah di Amerika Serikat, CPFF memiliki
ketentuan pembayaran yang relatif sederhana dan mudah:
- Biaya tetap yang dinegosiasikan ditetapkan pada saat dimulainya kontrak. Ini bisa
mencakup sejumlah faktor tapi biasanya mencakup keuntungan dan overhead kantor di
rumah. Biaya tetap tidak berbeda dengan biaya sebenarnya namun dapat disesuaikan
dengan perubahan lingkup kerja.
- Biaya tetap dibayar seperti yang terjadi selama konstruksi, sesuai dengan definisi kontrak
biaya penggantian.
- Pembayaran tambahan biaya tetap dilepaskan sesuai prosedur yang disepakati, tergantung
pada kemajuan pekerjaan.
Dengan pendekatan CPFF, pemilik membayar semua penggantian biaya penggantian namun
mendapatkan keuntungan dari semua penghematan biaya. Tidak ada insentif bagi kontraktor
untuk kinerja superior lainnya sehingga mereka yang melekat pada penyelesaian awal dan
pengumpulan biaya. Karena biaya tetap umumnya mencakup sejumlah biaya yang berkaitan
dengan waktu, penetapan biaya memerlukan jadwal yang rinci.
Berbeda dengan CPFF, CPAF memiliki biaya penghargaan yang dinegosiasikan pada saat
dimulainya kontrak, di samping biaya tetap pokok. Kontraktor dapat memperoleh sebagian atau
seluruh biaya penghargaan berdasarkan evaluasi kinerja berkala oleh pemiliknya. Kriteria
kinerja yang ditetapkan dalam kontrak dapat mencakup evaluasi subyektif dari aspek-aspek
seperti biaya, penjadwalan, keamanan, pengendalian mutu, dan program bisnis perusahaan
minoritas dan wanita. Penilaian terhadap evaluasi kinerja ini menentukan bagian akhir iklan
sementara dari biaya penghargaan yang akan diterima kontraktor.
Ketentuan pembayaran untuk metode CPIF lebih kompleks daripada dua lainnya, dengan
penekanan lebih besar pada evaluasi kinerja kontraktor yang obyektif. Fitur utama dari
ketentuan CPIF adalah sebagai berikut;
- Biaya target yang disepakati;
- Biaya target yang disepakati berdasarkan biaya target;
5.8.4. Penawaran A + B
Konsep penawaran biaya dan waktu (A + B) cukup umum terjadi di industri jalan raya namun
tidak banyak digunakan di industri bawah tanah. Berdasarkan konsep ini, pemilik dasar
menetapkan biaya harian untuk waktu tersebut (mis., $ 10.000 per hari) dan menggunakan
lembar tawaran yang mengharuskan penawar mengisi biaya untuk melakukan pekerjaan (B).
Evaluasi tawaran didasarkan pada jumlah A dan produk tingkat yang ditetapkan (mis., $
10.000) dan durasi bidder (B). Penawar rendah dipilih dengan kombinasi biaya dan waktu,
dengan jumlah kontrak yang ditetapkan oleh nomor A dan durasi kontrak dengan nomor B.
Konsep ini bisa menghasilkan sebuah penghargaan kontrak kepada penawar yang tidak
berbiaya rendah namun memiliki cara untuk melakukan pekerjaan dalam periode waktu yang
lebih singkat dari penawar lainnya. Dengan metode ini, agen pemilik setuju untuk membayar
lebih untuk durasi yang lebih pendek, berdasarkan nilai yang ditetapkan ke B pada lembar
penawaran.
Sebuah proyek mungkin sangat sesuai untuk penawaran A + B jika
- Pembatasan lalu lintas yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan (misalnya,
penutupan jalur dan detak) mengakibatkan biaya yang signifikan bagi masyarakat yang
bepergian yang tidak dikenali dalam evaluasi harga penawaran.
- Pekerjaan konstruksi akan berdampak signifikan pada ekonomi masyarakat setempat,
sehingga membenarkan tambahan biaya percepatan untuk meminimalkan waktu dampak
tersebut.
- Kontraktor memiliki kemampuan untuk menerapkan metode konstruksi inovatif untuk
mempercepat kerja saya cara yang tidak layak atau praktis untuk ditentukan dengan
menggunakan metode preskriptif.
- Ada sedikit kemungkinan penundaan, seperti konflik utilitas, ketidakpastian desain, konflik
dengan benar, atau masalah lain yang berada di luar kendali. Peristiwa semacam itu bisa
menunda penyelesaian dan mengakibatkan pemilik agen membayar premi untuk
penyelesaian lebih awal yang tidak dapat dicapai.
Banyak proyek bawah tanah tidak memenuhi kriteria ini. Sebagian besar proyek terowongan
mencakup situs portal khusus dan akses ke jalan raya yang tidak memerlukan penutupan atau
jalan memutar. Karena banyak pekerjaan terowongan di bawah tanah, dampak publik hanya
ada di portal atau situs poros. Ini biasanya berarti perangkat mitigasi dampak publik yang
signifikan (misalnya, dinding kebisingan) harus digabungkan ke dalam rancangan preskriptif.
Karena sebagian besar proyek terowongan menambang secara bergantian, peluang untuk
percepatan terbatas. Dan, yang paling penting, kontrol utama dari durasi proyek bawah tanah
biasanya merupakan dasar dan seberapa baik respons terhadap sarana dan metode yang
digunakan untuk menggali. Akibatnya, pada sebagian besar proyek di bawah tanah, metode
penawaran A + B dapat mengakibatkan pemilik membayar manfaat yang dijanjikan yang tidak
mungkin dicapai.
Bagaimanapun, beberapa bagian proyek bawah tanah tertentu mungkin sesuai dengan metode
A + B; Misalnya, proyek yang memerlukan penutupan jalan untuk beberapa waktu tertentu
untuk menenggelamkan poros dan memulihkan TBM. Dalam kasus seperti itu, mungkin akan
bermanfaat untuk memasukkan waktu ke dalam salah satu harga unit yang serupa dengan
konsep A + B. Jika kontraktor selesai lebih lambat dari waktu yang diusulkan, maka akan
mendapatkan jumlah harian sebagai bonus, dan jika selesai lebih dari waktu yang diusulkan,
maka akan membayar ganti rugi yang dilikuidasi dalam jumlah daly tersebut. Untuk
pengetahuan terbaik penulis buku ini.
Menyadari bahwa tujuan kedua pihak yang melakukan kontrak dapat dicapai dengan sebuah
kesepakatan yang mencakup ketentuan pembayaran yang adil, bab ini menetapkan metode
yang tepat untuk membuat pembayaran kemajuan sementara dan membahas berbagai
ketentuan pembayaran yang telah terbukti merepotkan pada proyek-proyek di bawah tanah. Ini
juga secara singkat membahas berbagai metode untuk menentukan biaya kontrak dengan
menggunakan metode penggantian biaya. Terakhir, penggunaan kontrasepsi A + B yang sesuai
di industri bawah tanah dipresentasikan.
5.9. REFERENSI
1) Society for Mining, Metalurgy, and Exploration, 2008, Edited by. William W. Edgerton:
Recomended Contract Practice for Underground Construction;
2) Article: Designing Buildings, The Construction industry knowledge base, September 2017
3) U.S. Department of Transportation Federal Highway Administration, Technical Manual for
Design and Construction of Road Tunnels — Civil Elements, Publication No. FHWA-NHI-10-
034,December 2009
4) Su dan A. Thomas (2014). Design of Shotcrete Layer in Soft Soil - Crossrail Perspective.
Crossrail Project: Design and construction of infrastructure. ICE Publishing.
5) A. Pickett (2014). Lapisan Beton Penampang Crossrail. Proyek Crossrail: Desain dan
konstruksi infrastruktur. ICE Publishing.
6) P. Arnold (2012). Pergi di bawah Devil's Punch Bowl: kisah terowongan Hindley A3, Inggris.
Proc. ICE - Teknik Sipil 165 (CE4) 162-170.
7) P. Evans, J. Turzynski, R. Oag dan A. Sindle (2011). Pusat bawah tanah super: memperbarui
King's Cross St Pancras. Proc. ICE - Teknik Sipil 164 (2) 73-80.
8) C.G. Bailey dan G.A. Khoury (2011). Kinerja Struktur Beton dalam Kebakaran. Pusat Beton.
9) K. Smith (2015). Waterproofing – the best in the world, Jurnal Tunneling
10) Kiga, K. Nikkei Construction (2004.10.8), 32 (2004)
11) The British Tunnelling Society andThe Institution of Civil Engineers, Tunnel lining design
guide, first publication 2004.
12) William W. Edgerton, Recommended Contract Practices for Underground Construction,
Society for Mining, Metallurgy and Exploration Inc, 2009
Bab V ..................................................................................................................................................... 1
Pelaksanaan Pembangunan Terowongan ............................................................................................. 1
5.1. UMUM ...................................................................................................................................... 1
5.2. SURVEI DAN INVESTIGASI SAAT PEMBANGUNAN ..................................................................... 2
5.2.1. Survei Geoteknik ........................................................................................................... 2
5.2.2. Pengukuran dan Pematokan Saat Pelaksanaan ............................................................. 3
5.2.2.1. Pengukuran diatas Permukaan .................................................................................. 5
5.2.2.2. Pengukuran didalam Terowongan........................................................................... 10
5.3. PENEROWONGAN PADA BATUAN........................................................................................... 16
5.3.1. Umum ......................................................................................................................... 16
5.3.2. Pengeboran Dan Peledakan ........................................................................................ 18
5.3.2.1. Desain Pola Pemboran ............................................................................................ 18
5.3.2.2. Ukuran Lubang ........................................................................................................ 19
5.3.2.3. Tipe Cut ................................................................................................................... 19
5.3.2.4. Stoping .................................................................................................................... 20
5.3.2.5. Underground Chamber ........................................................................................... 25
5.3.3. Tunnel Boring Machine ( TBM ) ................................................................................... 27
5.3.4. TBM untuk Tanah Lunak .............................................................................................. 28
5.3.4.1. Open Shield ............................................................................................................. 28
5.3.4.2. Slurry Shield ............................................................................................................ 28
5.3.4.3. Earth Pressure Balance (EPB) Shield ........................................................................ 29
5.3.5. TBM untuk Hard Rock ................................................................................................. 29
5.3.6. Cutters......................................................................................................................... 29
5.3.6.1. Drag cutters (picks) ................................................................................................. 29
5.3.6.2. Disc cutter ............................................................................................................... 29
5.3.6.3. Roller cutter ............................................................................................................ 30
5.3.7. Konfigurasi Cutting Head ............................................................................................. 30
5.3.8. Desain TBM ................................................................................................................. 31
5.3.8.1. Single Griple TBM .................................................................................................... 33
5.3.8.2. Double Gripper TBM ............................................................................................... 34
5.3.9. Roadheaders ............................................................................................................... 34
5.3.9.1. Cutter Boom ............................................................................................................ 36
5.3.10. Metode Penggalian Lainnya ........................................................................................ 40
5.4. PENEROWONGAN PADA TANAH LUNAK ................................................................................. 44
Bab VI
Pemeliharaan Terowongan
Skala waktu akan tergantung pada tingkat kemajuan, sifat dari tanah untuk sepenuhnya
memuat terowongan, dan aplikasi beban hidup. Pengukuran akan mencakup minimal,
diameter horizontal dan vertikal. Pengukuran tambahan mungkin disertakan dimana
pembebanan asimetris menciptakan deformasi serupa. Rencana Mutu Konstruksi
menentukan apa yang harus dipantau, kapan dan bagaimana itu akan diukur, dan
bagaimana data akan direkam. Ini juga harus mengacu pada ambang batas penerimaan dan
tingkat pemicu di mana tindakan yang spesifik harus dilakukan.
Dalam kasus Lining beton semprot, dimana hasil monitoring dapat digunakan untuk
meyakinkan dan / atau mengubah proses perancangan di masa depan, program
pemantauan mungkin lebih kompleks dan juga mencakup antara lain, regangan dan
pengukuran tegangan. Proses ini lebih kompleks dan tertutup sebagai bagian dari Bab 8
dari Panduan ini. Itu pentingnya program pemantauan yang ditentukan dalam Rencana
Mutu Konstruksi tetap penting.
Dalam semua kasus, pelaporan hasil dengan cara yang spesifik di dalam Rencana Mutu
Konstruksi memungkinkan data mudah dan konsisten dianalisis dan tindakan yang harus
dilakukan terhadap tingkat penyebab yang ditetapkan. Oleh karena itu, sistem harus
memberikan akurasi yang memadai untuk mengenali keluar dari batas yang dapat diterima
namun hasilnya dapat memberikan hasil sehingga tindakan dapat dilakukan dengan tepat
waktu.
Berbagai aplikasi perangkat lunak dapat digunakan untuk komputerisasi analisis data dan
representasi hasil grafis.
B. Penurunan Permukaan
Penurunan permukaan terutama merupakan konsekuensi dari metode konstruksi.
Beberapa, jika ada, penurunan permukaan bisa dikaitkan untuk desain sebenarnya dari
lining, misalnya sebagai akibat deformasi. Terlepas dari perbedaan ini, perbedaan
penurunan permukaan dan struktur bawah permukaan merupakan pertimbangan utama
dalam keseluruhan desain proyek terowongan.
Rencana Mutu Konstruksi (RMK) akan mengandung persyaratan berikut:
- Penurunan diantisipasi maksimum pada titik-titik tertentu, misalnya terowongan,
bangunan sensitif, dll.
- Prosedur untuk pemantauan penurunan aktual
- Metode pencatatan dan pelaporan data terukur
- Tingkat pemicu di mana tindakan spesifik harus dilakukan, misalnya mulai
melakukan grouting.
Prosedur pemantauan yang aktual dapat bervariasi dari yang sederhana pada tingkat
utama secara reguler, hingga pada tingkat yang dirancang dan tingkat spesifik pada lokasi
kritis. Prosesnya bisa manual, atau otomatis ke standar yang sangat canggih, yang mungkin
juga termasuk pencatatan, analisis dan representasi hasil komputerisasi. Perancangan
sistem ini akan tergantung pada penyelesaian yang diantisipasi dan kepekaan struktur
terhadap penyelesaian ini.
Waktu proses pemantauan tergantung pada tingkat kemajuan terowongan dan perilaku
tanah. Prosedur itu harus mencakup hal berikut.
- Tingkat yang tercatat untuk periode waktu sebelum penggalian terowongan
melewati titik pemantauan, misalnya tiga bacaan di interval mingguan untuk
mengidentifikasi pergerakan tanah alami.
- Tingkat yang tercatat pada jarak tertentu di depan muka terowongan di dekat titik
pemantauan. Ini akan mencatat perkembangan penurunan sampai (atau berpotensi
Pemeriksaan pemasangan :
o Pemeriksaan rangkaian (Konstruksi) material / barang /alat yang telah terpasang.
o Untuk mengetahui apakah rangkaian material / barang / alat yang dipasang telah
sesuai /tidak sesuai dengan gambar rencana maupun peraturan yang berlaku (PUIL,
SPLN dan lain-lain).
o Alat ukur yang yang digunakan adalah candela mater, sebagaimana disajikan pada
gambar 6.1.
Pengukuran tahanan pentanahan (Grounding tes) panel listrik
o Fungsi : Mengukur Tahanan Pentanahan
o Parameter pengukuran : ≤ 5Ω
o Peralatan pengukuran : Earth Tester
Gambar 6.1. Gambar Candela Meter Gambar 6.2. Gambar ilustrasi Earth
Tester
Pengukuran tahanan insulasi kabel (Meger tes) dapat dilihat pada gambar 6.3
o Fungsi : Mengukur Tahanan Insulasi Kabel
o Parameter pengukuran : ≥ 15 MΩ
o Peralatan pengukuran : Meger
Pemeriksaan Arus Listrik dan Tegangan dengan Multi Tester dapat dilihat pada gambar
6.4
o Fungsi : Mengukur Tegangan & Arus Listrik Suatu Rangkaian
o Parameter pengukuran :
Tegangan : ( 0 – 500 ) Volt
Gambar 6.6. Gambar alat tes kebocoran Gambar 6.7. Gambar Peralatan sensor
pipa water level
Tes automatic pompa bertujuan untuk memastikan bahwa sensor water level
dapat bekerja dengan baik untuk menjaga keberadaan air pada level tertentu
dengan mengatur ON/OFF pompa air secara automatic, disajikan pada gambar
6.7 :
Controller di pasang didalam panel pompa
Sensor water level dipasang di ground tank / bak air (sumpit)
Sensor water level akan memberikan input ke controller menggunakan
kabel, sehingga pompa akan On atau Off secara automatic.
Salah satu cara untuk mencapai ini adalah dengan mengadakan briefing di mana pentingnya
besar akurasi dihasilkan oleh surveyor yang akan melakukan pekerjaan. Lain (jika
memungkinkan dalam iklim ekonomi iklim saat ini) adalah untuk menulis dan menegakkan
kontrak survei sehingga setiap kelompok struktur selalu ada pemantauan oleh kru yang
sama dan menggunakan peralatan yang sama persis. Dengan cara ini, "flutter" bisa
dikurangi sehingga meminimalkan kebutuhan instruktur dalam memperkirakan rata - rata
batas atas dan bawah dalam menentukan apakah penurunan itu nyata atau tidak.
6.2.1.3. Robotic Total Stations
Robotic Total Stations digunakan untuk memperoleh data real time yang hampir nyata
tentang pergerakan dalam tiga dimensi bila tidak memungkinkan untuk terus memobilisasi
awak survei dalam pengumpulan data. Operasi Total Instrumen Station (theodolite)
didasarkan pada electronic distance meter (EDM), yang menggunakan energi
elektromagnetik untuk menentukan jarak dan sudut dengan komputer kecil yang dibangun
langsung ke dalam instrumen. Akurasi umumnya jauh lebih besar daripada yang bisa
dicapai dengan penggunaan optik survei klasik. Selain itu, peralatan berbasis EDM mampu
mendeteksi gerakan target sepanjang semua tiga arah plotting yaitu, x, y dan z. Total station
yang digunakan dalam geoteknik dan structure monitoring adalah elektro-optik dan
menggunakan laser atau cahaya inframerah sebagai generator sinyal.
Robotic (juga disebut bermotor otomatis) total station dikonfigurasi untuk duduk di atas
motor listrik kecil dan untuk berputar pada sumbunya. Seperti ditunjukkan pada gambar di
bawah, peralatan tersebut dipasang secara semi permanen dan, pada interval yang telah
ditentukan, secara otomatis "bangun" untuk mengarahkannya pada daerah prisma target
kaca khusus yang bisa memberikan sinyal balik dari berbagai sudut.
Prisma target, yaitu Diameter 2 sampai 3 inci, dipasang pada struktur yang
memprihatinkan dan total instrumen stasiun terpasang pada struktur lainnya sejauh 300
kaki jauhnya. Cara terbaik adalah memasang Total Station di luar zona pengaruh yang
diharapkan untuk kepastian mutlak dalam mengukur pergerakan target dengan akurasi.
Namun, ini adalah praktik standar untuk menginstal beberapa prisma di luar zona
pengaruh sehingga mereka menjadi titik referensi dari mana Total Station dapat
menentukan posisinya sendiri dan menghitung ukuran prisma lain yang mungkin
mengalami pergerakan. Garis penglihatan yang jernih dari Total Station ke prisma target
adalah persyaratan sehingga perencanaan yang matang diperlukan untuk penempatan yang
tepat. Data dicatat dengan menggunakan komputer Total Station sendiri dan mungkin
disambungkan ke komputer pusat basis data dengan menggunakan saluran telepon atau
sinyal radio.
Aspek utama penggunaan Robotic Total Station adalah biaya awal yang dikeluarkan.
Bergantung pada nomor seri yang dibeli, biaya prisma target kualitas terbaik bisa berkisar
dari $ 80 sampai $ 200 pada tahun 2009. Total Station bisa menghabiskan biaya 30 sampai
$ 40 ribu masing-masing, dan umumnya memerlukan layanan spesialis untuk instalasi dan
perawatan. Namun demikian, untuk banyak proyek dimana data hampir real time gerakan
struktural diperlukan, ini mungkin satu-satunya sistem pemantauan yang mampu
memenuhi semua Persyaratan.
6.2.1.4. Tiltmeters
Tiltmeters digunakan untuk mengukur perubahan kecenderungan elemen struktur seperti
lantai, dinding, kolom pendukung, abutment, dan sejenisnya, yang mungkin miring saat
tanah di bawahnya hilang pada sebuah kemajuan penggalian. Tiltmeter manual umumnya
terdiri dari titik acuan pada pelat yang dilekatkan pada permukaan penting yang dipantau
dengan menggunakan unit pembacaan portabel, yang fungsinya berbasis pada transduser
accelerometer. Karena pengaturan seperti itu bisa jadi operator menjadi sensitif dan
membacanya agak sulit, terutama bila akses lanjutan tidak mudah, ini menjadi lebih umum
dalam mengumpulkan data secara jarak jauh dengan menggunakan tiltmeters bertenaga
listrik yang elemen penginderaannya terdiri dari accelerometer atau transduser tingkat
elektrolitik yang ditempatkan di perumahan yang bisa dilekatkan pada elemen yang akan
dipantau.
Gambar 6.11. Robotic Total Station Gambar 6.12. Prisma Target untuk Robotic
Instrument Total Station
Jika hanya satu arah gerakan yang diharapkan, instrumen yang dipilih mungkin bersifat
uni-aksial, tapi jika Ada kemungkinan kombinasi gerakan, instrumen bi-aksial perlu
digunakan. Angka 15-18 untuk mengilustrasikan tiltmeter biaksial. Karena tiltmeters hanya
dapat menginformasikan pengguna tentang komponen rotasi pergerakan, data harus
dikombinasikan dengan instrumen lain untuk menentukan tingkat penyelesaian yang
mungkin mempengaruhi struktur. Instalasi tiltmeter yang paling sulit adalah yang
dibutuhkan elemen struktural di suatu tempat di dalam bangunan yang ditempati. Bahkan
alat baca secara manual, dengan pelat berdiameter 6 sampai 8 inci datar menjadi bagian
terlampir, agak menonjol secara visual dan mungkin begitu keberatan oleh seorang
manajer bangunan. Pembacaan jarak jauh tiltmeters bahkan lebih menonjol karena
membutuhkan transfer tenaga listrik dan terhubung ke data logger bertenaga yang perlu
memiliki koneksi telepon jika data real time benar dibutuhkan.
Ada beberapa kontroversi dalam pemantauan masyarakat tentang ketinggian pemasangan
terbaik untuk instrumen ini, dengan beberapa pilihan untuk lantai bawah dan beberapa
untuk lantai yang lebih tinggi di mana gerakan dinding absolut - meski kemungkinan tidak
miring ke atas - akan lebih besar.
Argumen ini sering diberikan oleh seorang manajer bangunan yang akan mengizinkan
instalasi semacam itu masuk tingkat bawah tanah agar mereka memperoleh jalan keluar
yang lebih baik.
Dalam kasus yang lain , pengaturan akan dibuat untuk pemasangan kabel ke data logger
dasarnya real time monitoring. Kesulitan akses untuk instalasi adalah kelemahan yang jelas,
tapi ketika kebutuhan untuk pemantauan selesai, harus selalu dimungkinkan untuk bisa
menyelamatkan sensor mahal agar bisa digunakan kembali. Jika dimungkinkan masuk ke
dalam utilitas untuk pemasangan, mungkin juga bisa dilakukan upaya pemulihan. Jika
instrumen dipasang dan ditutupi oleh timbunan, lubang kecil harus disediakan untuk akses
ke reference head dan kabel, dan dari sinilah sensor dan kabel yang terpasang bisa dilepas.
6.2.1.7. Sensor Kemiringan pada Balok
Sensor kemiringan pada balok, direncanakan untuk memantau perubahan elevasi dan
bukan kemiringan, terdiri dari sensor yang menempel pada batang atau balok logam,
dengan balok dihubungkan bersama dengan pivot (lihat gambar). Dengan memantau
perubahan kemiringan masing-masing sensor dan mengetahui panjang masing-masing
balok panjang +/- 5 kaki, pengguna bisa menghitung perubahan elevasi masing-masing
pivot terhadap datum. Kemiringan relatif masing-masing sensor dan balok diatur di
lapangan dan data perubahan elevasi ditentukan dengan membuat pemindaian awal
pembacaan, yang disebut himpunan referensi, dan secara matematis mengurangi
pembacaan dalam pemindaian dari masing-masing pemindaian berikutnya. Semua data
perubahan elevasi direferensikan ke salah satu ujung sistem yang didefinisikan sebagai
datum. Idealnya, datum masuk daerah yang stabil tidak mungkin bergerak, dan elevasi
absolut umumnya ditentukan oleh optik awal survei. Mengintegrasikan data adalah proses
berulang karena penurunan dihitung dari sensor ke sensor. Bacaan dikumpulkan dengan
sistem yang terhubung dengan data logger untuk pemantauan mendekati kenyataan.
Gambar 6.14. Horizontal In-Place Gambar 6.15. Skematika dari Electrolytic Level
Inclinometer Tilt Sensor (After Dunnicliff, 1988, 1993)
Instalasi semacam itu bisa dilakukan di jembatan, balkon bangunan, dinding atau jalur
keselamatan yang ada pada terowongan, atau bahkan rel kereta api. Namun, mereka
tergantung pada penginderaan gerakan mekanis serangkaian komponen, dan
komponennya harus bebas dari interferensi. Jika terpasang dimana ada pekerja
berlalulalang atau peralatan yang bergerak, mereka harus dilindungi dengan pemasangan
metalic housings atau heavy plastic casing setengah lingkaran. Masalah potensial lainnya
berawal dari perubahan suhu, terutama di luar rumah dimana ketika terjadi cuaca
perubahan cuaca yang sangat parah. Meskipun sensor bisa melaju sebaik yang bisa
dilakukan pada jenis instalasi lainnya, seperti di tiltmeter housing , balok dan pivot adalah
logam dan terpengaruh pada efek termal dengan potensi merubah data dengan cara yang
tak terduga. Pengguna perlu menyadari bahwa, jika bahkan satu sensor atau kombinasi
sensor / balok gagal karena alasan apapun dan membutuhkan penggantian, seluruh
rangkaian sensor dan balok akan menyala perlu diinisiasi ulang.
6.2.2. Pemantauan Deformasi Terowongan
Bila dukungan struktural sementara atau permanen untuk terowongan sedang dirancang,
perhitungannya adalah dilakukan untuk memprediksi jenis gerakan dan menekankan
dukungan secara aman sebelumnya ada bahaya kegagalan. Adalah tugas instrumentasi
spesialis untuk melacak gerakan dan tekanan tersebut dan memberikan panduan apakah
dukungan atau proses konstruksi perlu dimodifikasi untuk memastikannya keamanan
jangka pendek dan stabilitas jangka panjang dari terowongan yang telah selesai. Dukungan
penggalian adalah standar praktis untuk mengukur beban pada beberapa elemen
pendukung, dan sering menggabungkannya dengan pengukuran defleksi elemen
pendukung jika pengukuran gerakan tanah di luar sistem pendukung tidak mencukupi yang
menyajikan gambaran lengkap tentang kinerja pendukung. Apakah mungkin untuk
memantau perilaku kinerja yang signifikan terkait soldier piles, slurry walls, struts, tiebacks
dan elemen lain dari penggalian terbuka atau penggalian cut-and-cover. Di mined tunnel
umumnya lebih banyak menggunakan pengukuran defleksi sebagai garis pertahanan
pertama melawan perkembangan yang merugikan karena eksentrisitas dalam pergerakan
banyak elemen pendukung, seperti steel ribs, membuat pengukuran tegangan dan beban
jauh lebih rumit dan cenderung beda interpretasi pada dukungan penggalian.
Pemantauan terowongan itu sendiri mirip dengan pemantauan gerakan tanah, dengan
menggunakan instrumentasi berikut :
1. Deformation Monitoring Points
2. Inclinometers in Slurry Walls
3. Surface Mounted Strain Gages
4. Load Cells
5. Convergence Gages
6. Robotic Total Stations
7. Crack Gages
6.2.2.1. Deformation Monitoring Points
Deformation Monitoring Points (DMP) pada elemen pendukung mengambil beberapa
bentuk, namun semuanya memiliki satu hal umum: titik-titik semi permanen yang bisa
digunakan lagi oleh seorang surveyor yang pasti akan memantau titik yang sama persis.
DMP terdiri dari baut pendek di dalam lengan yang dapat diupgrade jika dipasang di lubang
bor kecil pada beton, seperti slurry walls (gambar), atau mungkin kepala sebuah baut itu
adalah tack yang dilas ke permukaan baja seperti bagian atas soldier piles. DMP dapat
menentukan gerakan lateral dan vertikal untuk membantu menentukan apakah jangkauan
dukungan atas mungkin "menendang" atau menetap ke bawah saat tanah bergerak. Jika
dipasang pada permukaan vertikal, kepala baut harus memiliki cukup tongkat untuk
membiarkan batang stadia diikatkan padanya. Jika dipasang pada sebuah permukaan
horisontal, kepala baut harus dibulatkan, terutama jika digunakan untuk menentukan
gerakan vertikal, untuk alasan yang sama bahwa DMP kepala bulat penting dalam
pemantauan jalan dan jalanan. Jika DMP hanya berupa pelat datar, akan terlalu mudah bagi
rod peson untuk memasangnya sedikit tempat yang berbeda dengan setiap survei,
terutama jika elemen pendukung yang dipantau menelungkup ke dalam, dan hal ini dapat
mengakibatkan kesalahan kumulatif pada plot data elevasi. Untuk elemen pendukung itu
yang sangat diinginkan saat survei ketinggian dilakukan dengan akurasi 1/4 atau bahkan
1/16 inci, dan setiap usaha harus dikeluarkan untuk membuat hal ini sesederhana mungkin
bagi para surveyor. Masalah terbesar untuk tipe ini pemantauan sama seperti yang telah
dibahas sebelumnya dalam memastikan ketepatan survei, kecuali bahwa kesulitan yang
lebih besar dalam hal ini karena surveyor lebih cenderung bekerja di sektor pekerjaan
konstruksi berat, maka lebih banyak terburu-buru dan / atau lebih terganggu.
6.2.2.2. Inclinometers di Slurry Walls
Inclinometers di dinding slurry sangat mirip dengan yang dideskripsikan sebelumnya
untuk pemasangan di tanah, kecuali bahwa pengeboran umumnya tidak diperlukan
(gambar di bawah). Pemasangan dilakukan dengan cara mengencangkan casing instrumen
di dalam tempat panel dinding pada elemen yang sedang dibuat. Seperti pada tempatnya
yang turun ke dalam slurry trench, casing inclinometer berjalan dengan itu dan tetap di
tempat seperti bubur yang mengalir selama beton awal. Karena dinding slurry akan
dirancang menembus di bawah zona pergerakan yang diharapkan, bagian bawah casing
inclinometer-nya yang diduga merupakan referensi yang tidak bergerak yang memiringkan
titik dangkal di sepanjang casing yang dihitung.
Pemantauan yang dicapai oleh spesialis instrumentasi yang menurunkan probe ke bagian
bawah casing dan mengumpulkan bacaan seperti yang diambil kembali ke permukaan.
Masalah terbesar dengan inclinometer semacam instalasi adalah ketidakmungkinan
perbaikan yang penting jika ada sesuatu yang salah. Juga, satu lagi tidak bisa mengganti
instrumen hanya dengan mengebor casing baru ke beton bertulang satu atau dua kaki
jauhnya.
Jika instrumen dianggap benar-benar penting, mungkin layak untuk mengebor yang baru ke
dalam tanah pada di belakang dinding, tapi lubang bor panjang cenderung keluar jauh dari
arah vertikal - atau ke arah menjauh dari slurry walls - dan kemungkinan tidak bagus
bahwa penggantian instrumen akan benar-benar menunjukkan apa yang dilakukan slurry
walls itu sendiri. Kemungkinan kerusakan ini adalah salah satu argumen melawan
pemasangan inclinometer yang berada dalam jenis dukungan ini. Tergantung pada
keseriusan dan kedalaman dari kerusakan pada casing, beberapa atau sebagian besar
sensor mahal bisa macet dan tidak mungkin dipulihkan.
6.2.2.3. Surface Mounted Strain Gages
Surface Mounted Strain Gages paling sering digunakan untuk menentukan tegangan dan
beban pada struts across penggalian yang cepat. Meski banyak jenis tersedia, jenis vibrating
wire merupakan aplikasi yang dipakai secara luas, karena adanya output yang stabil yaitu
berupa sinyal frekuensi dan bukan magnitudo.
Gambar di bawah menunjukkan skematik dari vibrating wire type strain gage. Dalam
kemasan instrumen ini, panjang kawat baja dijepit pada ujungnya di dalam perumahan
kecil dan dikencangkan sehingga bebas bergetar pada frekuensi alaminya. Frekuensi
bervariasi dengan ketegangan, yang tergantung pada jumlah kompresi atau perpanjangan
strut yang diinstrumentasi ke gage yang telah terpasang dengan pengelasan spot atau baut.
Kabel dipetik secara magnetis oleh perangkat pembacaan, dan perubahan frekuensi diukur
dan diterjemahkan ke dalam tegangan, yang pada gilirannya dapat diterjemahkan ke dalam
tekanan dan beban pada elemen instrumen dari pengetahuan tentang modulus materi. Inti
pengukurannya adalah bahwa desainer akan menghitung beban yang diperbolehkan di
struts dan spesialis instrumentasi mengumpulkan data untuk menentukan apakah struts
mungkin mendekati batas disainnya. Gages biasanya dipasang 2 sampai 3 lebar strut /
diameter dari ujungnya untuk menghindari "efek akhir" yang menurunkan akurasi. Karena
struts akan menekuk ke bawah arah gaya gravitasi meski tidak dibebani, menghasilkan
kompresi di bagian atas dan perluasan di bagian bawah, perlu dipasang beberapa gages
yang tersusun dalam pola di sekitar sumbu netral dan rata-rata bacaan untuk perkiraan
kemungkinan tegangan maksimum yang paling dekat.
Banyak hal yang bisa salah dengan instalasi semacam itu, dan perlu dilakukan dengan yang
perawatan terbaik oleh para ahli dengan pengalaman yang baik. Namun, seperti dicatat
dalam pendahuluan, masalah terbesar dengan jenis pengukuran ini dapat berada dalam
agenda berbagai pihak yang mungkin perlu dipahami data dan mungkin mengambil
tindakan untuk mengurangi masalah yang nyata. Pengukuran tanah dan struktur gerakan
pada umumnya dipahami oleh kebanyakan orang yang terkait dengan penerowongam.
Namun, tekanan dan tegangan membutuhkan sejumlah kecanggihan untuk dipahami, dan
bahkan di antara mereka yang memiliki kecanggihan, interpretasi tentang apa arti data
yang bisa sangat bervariasi. Hal ini sangat umum terjadi pada konstruktor dan konsultan
mereka untuk mempercayai instrumen yang salah, data tersebut belum dikumpulkan
dengan benar, atau data belum benar-benar direduksi menjadi nilai teknik yang baik jika
mengambil tindakan mitigasi akan ikut campur dengan operasi lapangan. Juga seperti yang
dicatat sebelumnya, inilah mengapa penggunaan gage strain bisa penuh dengan komplikasi
jika digunakan pada steel ribs di mined tunnel. Dibandingkan dengan struts dalam
penggalian yang cepat, steel ribs pada pembebanan bisa bengkok dan berputar dengan
banyak cara yang tidak diantisipasi, dan menempatkan gages strain dengan sebaik-baiknya
konfigurasi di mana mereka harus ditempatkan adalah pekerjaan sulit.
6.2.2.4. Load Cells
Load Cells secara umum, adalah susunan gage strain yang tertanam pada rumah yang
ditempatkan pada instrumen terowongan yang sedang dibangun sedemikian rupa sehingga
kekuatan beban melewati sel. Untuk alasan yang disebutkan dalam deskripsi gage strain di
atas, transduser vibrating wire sangat stabil dalam pengumpulan elemen data yang
didasarkan pada sebagian besar konfigurasi beban cell. Seperti ditunjukkan pada gambar di
atas, sel beban adalah berbentuk sebuah "Donat" dari baja atau aluminium dengan
beberapa transduser terpasang di dalam dengan cara pembacaan secara terpisah dan
dirata-ratakan dalam perangkat pembacaan. Transduser berorientasi pada setengah
pengukuran strain tangensial dan setengah pengukuran strain aksial. Integrasi output
strain individu membantu mengurangi kesalahan yang mungkin akibat kesalahan lokasi
pembebanan atau di luar pusat pembebanan. Meskipun load cells dapat dipasang tensioned
rockbolts pada mined tunnels, penggunaannya yang lebih umum adalah penggalian terbuka
tanpa perkuatan. Di sini sel dipasang di tieback di dekat permukaan batu dan dikunci
dengan pelat bantalan tebal, washers dan large steel nut. Dalam kebanyakan kasus,
instrumen akan disadap untuk pembacaan elektikal jarak jauh karena akan ditinggalkan
pada tempatnya untuk waktu yang cukup lama, dan akses langsung untuk pengumpulan
data seringkali tidak tersedia setelah penggalian telah berlalu pada tingkat tieback. Jika load
cells tampaknya menghasilkan data yang dipertanyakan, kemungkinan penyebabnya adalah
misalignment instrumen pada poros tieback. Untuk Sebagian besar, tiebacks miring ke
bawah daripada dipasang secara horizontal, hati-hati dalam penempatan pelat bantalan
dan washers dengan ketebalan yang benar-benar sangat penting.
Gambar 6.19. Skematika Electrical Resistance Load Cell (After Dunnicliff, 1988, 1993)
pelat atas melapisi grid lulus di pelat bawah. Gerakan ditentukan oleh pengamatan posisi
silang di pelat atas berkenaan dengan grid. Data disimpan di buku catatan dan harus
dimasukkan ke dalam komputer jika diperlukan untuk database elektronik. Gage semacam
itu murah untuk dibeli dan dipasang, namun bacaannya bisa berbeda dengan perubahan
personil pemantau dan ini harus dijaga. Ada tiga keadaan di mana perangkat sederhana
semacam itu bisa dibuktikan tidak memadai: (a) di mana retakan terlalu sempit atau
melebar terlalu sulit bagi mata manusia untuk mendeteksi perkembangan nya; (b) di mana
akses fisik yang berkelanjutan sangat sulit dan pemantauan jarak jauh diperlukan; dan (c)
dimana sesuatu yang dekat dengan pemantauan nyata diperlukan. Kesulitan seperti itu bisa
diatasi pemilihan dan pemasangan Electrical Crack Gages seperti terlihat pada gambar di
bawah.
Gambar 6.20. Grid Crack Gauge Gambar 6.21. Electrical Crack Gauge
Ada sejumlah jenis kelistrikan listrik, namun sebagian besar didasarkan pada susunan pin
yang menempel sisi berlawanan dari sendi atau retakan, dengan pin dihubungkan oleh
geser batang penyangga yang diferensial Gerakan dideteksi oleh transduser built-in.
Transduser yang paling umum adalah variabel linier transformator perpindahan (LVDT)
yang terdiri dari inti magnetik bergerak yang melewati satu primer dan dua kumparan
sekunder. Data readouts bergantung pada deteksi dan pengukuran perbedaan antara
tegangan yang dihasilkan pada koil sekunders, besaran yang bergantung pada kedekatan
bergerak inti magnetik ke gulungan sekunder. Pengguna mungkin lebih memilih untuk
mengambil sinyal gage dengan menggunakan rendah kecil pemancar radio tenaga
terpasang di lokasi instrumen untuk menghindari transmisi bolak-balik arus melalui kabel
timbal panjang yang bisa membuat degradasi output efek kabel.
6.2.3. Instrumen Monitoring Pendeteksi Peralatan Elektrikal
Sistem pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara manual atau dengan
menggunakan instrument atau alat yang disebut Transducer / Sensor. Tranduser
merupakan bagian terdepan yang berhubungan langsung dengan objek yang diukur. Daya
untuk menggerakan sistem ini diberikan oleh power supply. Perubahan fisik dari objek
yang diukur kemudian diubah oleh tranduser menjadi besaran listrik.
Sensor adalah alat untuk mendeteksi / mengukur sesuatu yang digunakan untuk mengubah
variasi mekanis, magnetis, sinar menjadi tegangan dan arus listrik. Tranduser adalah suatu
peralatan atau analog devices yang berfungsi untuk mengkonversi suatu perubahan
mekanis atau perubahan fisik yang terukur menjadi besaran listrik sehingga dapat dilihat /
dimonitor. Karakteristik terpenting sebuah transduser adalah aspek sensitivitas dan
temperatur operasional yang ditentukan oleh sensor di dalam transduser. Beberapa
perlatan monitoring peralatan elektrikal terdiri minimal sebagai berikut :
Ampere meter , Berfungsi untuk mengukur besaran arus listrik dalam satuan ampere
Voltmeter, Berfungsi untuk mengukur tegangan rangkaian listrik dalam satuan Volt
Frequency meter, Berfungsi untuk mengukur frequensi instalasi listrik dalam satuan
Hertz
Watt meter, Berfungsi untuk mengetahui daya yang dikonsumsi beban listrik, dalam
satuan Watt
KWh meter, Alat yang digunakan untuk mencatat pemkaian beban listrik, dalam
satuan kWh
Pembersihan tumbuhan liar, terutama daerah portal terutama di atas portal, di bagian
dinding terowongan. Pada setiap pekerjaan pembersihan harus diingat adanya
pengaruh yang mugkin terjadinya erosi yang disebabkan oleh pembabatan tumbuhan
yang ada.
Membersihkan/mencuci tanda-tanda lalu-lintas, papan nama terowongan dan
sandaran yang dicat, lokasi dimana telepon darurat, hidran dan alat pemadam
kebakaran.
Pada umumnya kegiatan tersebut dilaksanakan dengan menggunakan sapu atau sekop.
Untuk membersihkan tumbuhan dapat menggunakan parang pembabat, kapak atau gergaji.
Pembersihan Utama
Terowongan harus dicuci saat bagian dalam menjadi kusam dengan kotoran. Pencucian
juga dianjurkan agar pekerjaan pemeriksaan lebih mudah. Proses pencucian terdiri dari
penyemprotan terowongan dengan air dan deterjen, menggosok permukaan dengan sikat
berputar, dan membilas sabun dan kotoran menggunakan semburan air. Frekuensi
pencucian bervariasi dari satu fasilitas terowongan ke yang berikutnya karena kondisi
lingkungan, tingkat lalu lintas, dan jenis kendaraan seperti truk. Beberapa terowongan
harus dicuci setiap tiga bulan, sementara yang lain hanya dibersihkan setiap tahun.
Hal ini menyangkut peralatan yang berada di dalam terowongan (yang paling terbuka)
dan juga yang berada di ruang layanan. Jenis pembersihan ini juga perlu dilakukan
secara berkala, meliputi khususnya:
menyapu ruang yang dapat diakses oleh pengguna (relung dan pintu keluar
darurat),
menyapu ruang layanan dan ruang operasi,
membersihkan dari debu, lemari dan panel listrik,
mencuci peralatan yang dipasang di area lalu lintas (peralatan penerangan,
panel papan tanda, papan tanda yang menunjukkan relung pengaman dan
pintu keluar darurat, lensa kamera, dll.).
Frekuensi pembersihan untuk peralatan (atau peralatan teknis) bergantung pada
tingkat pengotoran dan juga fungsinya: panel signposting relung dan pintu keluar
harus dibersihkan lebih sering daripada lemari yang ditempatkan di ruang layanan.
6.3.2.2. Pengecatan Sederhana
Pengecatan-pengecatan sederhana atau sedikit pada portal, tiang sandaran dan parapet
tercakup dalam pemeliharaan rutin
6.3.2.3. Penanganan Kerusakan Pada Permukaan Jalan
Pemeliharaan permukaan jalan terdiri dari penambalan lubang-lubang dan perbaikan
kerusakan lapisan aspal pada terowongan serta jalan pendekatnya, dan hal ini pada
dasarnya merupakan kelanjutan dari pekerjaan pemeliharaan jalan.
6.3.3. Pemeliharaan Elektrikal dan Mekanikal
Pemeliharaan pada instalasi mekanikal dan elektrikal terowongan adalah gabungan dari
tindakan teknis dan administrative, yang dimaksudkan untuk mempertahankan dan
memulihkan fungsi komponen mekanikal dan elektrikal sesuai yang telah di rencanakan
sebelumnya. Keberhasilan dari suatu tindakan ini dinilai dari karakteristik komponen
mekanikal dan elektrikal agar tetap pada kondisi yang diharapkan dan hal ini dipengaruhi
oleh beberapa ketentuan antara lain :
Persyaratan fungsional
Persyaratan fungsional adalah persyaratan yang terkait dengan fungsi komponen
Mekanikal dan Elektrikal yang memiliki fungsi umum dan khusus yang perlu dipenuhi.
Persyaratan umum contohnya adalah Lampu terowongan sudah mampu menerangi
area didalam terowongan, akan tetapi persyaratan khusus sangat tergantung pada
ketentuan berapa standar kuat pencahayaan rata-rata didalam terowongan.
Persyaratan Kinerja
Masing – masing komponen Mekanikal dan Elektrikal memiliki persyaratan kinerja yang
sangat spesifik. Kinerja komponen Makanikal dan Elektrikal mencakup banyak aspek,
mulai dari komponen bagian luar (Visual) sampai pada komponen - komponen bagian
dalam.
Tindakan pemeliharaan mekanikal dan elektrikal terowongan sangat ditentukan oleh
tuntutan kinerja komponen Mekanikal dan elektrikal yang terkait kebutuhan operasional
terowongan.
Tabel 6.2. Tabel Schedule Pemeliharaan dan Perawatan Mekanikal & Elektrikal
Terowongan
No URAIAN PEKERJAAN SCHEDULE
1 Perawatan Genset
a. Penggantian olie Setiap 6 bulan sekali
b. Penggantian filter olie Setiap 1 tahun sekali
c. Penggantian filter solar Setiap 1 tahun sekali
d. Running genset 2 kali dalam seminggu
e. Pembersihan Setiap 1 bulan sekali
f. Pengisian air accu Seminggu sekali
g. Pengisian solar Sesuai kebutuhan
jembatan dapat dikembalikan pada kondisi kemantapan sesuai dengan rencana. Adapun
pemeliharaan berkala pada terowongan disimpulkan meliputi:
Kegiatan pemeliharaan berkala yang diduga
Perbaikan sederhana
Mengacu pada pemeliharaan box girder, maa kegiatan pemeliharaan berkala diduga untuk
terowongan mencakup hal-hal sebagai berikut:
Pengecatan ulang
Penggantian lapisan permukaan
Pembersihan terowongan secara keseluruhan
Tabel 6.3. Check list harian untuk pemeliharaan ME
No ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
1 Genset a. Check olie
Encer
Hitam
b. Air accu
Level air accu harus selalu berada di level atas
c. Running seminggu 2 kali
Temperatur
Voltase accu
Tegangan output genset
d. Check air radiator
Air berkurang
Kotor
e. Kebersihan
f. Check solar
Tanki solar yang berada di unit harus selalu terisi
2 Panel Listrik a. Ampere
b. Tegangan 380 V / 400 V
c. Check fisik
3 Panel Fire Alarm a. Ampere
b. Tegangan 380 V / 400 V
c. Buzzer (alarm)
d. Check fisik
4 Hydrant a. Bocor
b. Valve macet
c. Karat
d. Valve dalam kondisi on
e. Check tekanan
f. Nozzel
g. Selang
5 Saluran air kotor a. Bocor
b. Mampet
6 Listrik a. MCB
Panas
Bunyi
b. Tegangan Voltase 220 V / 240 V
c. Ampere
d. Check kabel
Conection
Fisik kabel
7 Pompa a. Pompa berfungsi dengan baik dan berjalan dengan
b. otomatis
c. Instalasi pipa tidak ada yang bocor
d. Valve dalam keadaan On
e. Pastikan groundtank cukup air
Tabel 6.4. Kalisifikasi umum teknik perbaikan dan bahan yangdiaplikasikan pada
bangunan struktur beton jembatan
Elemen Teknik yang Bahan perbaikan dan
No Tipe Pekerjaan
Struktur diterapkan perlindungan
Pengangkatan beton Semua Cipping dengan tangan,
1
yang telah lapuk elemen beton palu bertekanan
Pembersihan manual
dengan sikat kawat atau
2 Pengangkatan Korosi Tulangan gurinda, penyemprotan
dengan pasir
bertekanan
Pembersihan Baja dan Pembersihan tanpa alat
3
permukaaan beton atau penyemprotan
Tergantung lebar retak:
pemberian lapisan Grout semen,
4 Perbaikan retak Beton pelindung, injeksi Grout epoksi,
gravitasi, injeksi Aspal karet.
bertekanan
Pembasahan area yang
akan diperbaiki dan
penerapan lapisan yang
kaya mortar (dengan
Penempelan bahan teknik manual tanpa
5 Beton
perbaikan alat), pelapisan epoxy
pengikat atau
penambahan sengkang
pengikat atau bahan
polymer
Mortar semen, Beton,
6 Patching/Penambalan Beton Teknik tanpa alat Mortar atau beton
modifikasi
Penggantian atau Tulangan, sengkang
Teknik tanpa alat atau
7 penambahan Tulangan dan tulangan
dengan pengelasan
penulangan penyambung
Kuas atau Lapisan pelindung
8 Perlindungan tulangan Tulangan
penyemprotan epoxy
Gambar 6.27. Saluran tembaga atau aluminium dengan injeksi retak yang digunakan
untuk menyalur air yang menembus lapisan beton (Russell, 2001)
Gambar 6.28. Stainless steel saddle anchored dengan beton untuk menyalurkan air
melalui retak bocor (Russell, 2001).
Gambar 6.29. Saluran kotak dari Hard viniy-chloride pada sisi atap beton untuk
menyalurkan kebocoran air (Russell, 2001).
Gambar 6.30. Kanal dari Hard vinyl-chloride yang didukung oleh profil stainless steel dan
angkur atap beton untuk membawa air yang bocor (Russell, 2001).
Gambar 6.31. Lubang drainase radial dibor melalui dinding samping terowongan untuk
meredakan tekanan air eksternal. Pipa yang ditunjukkan terbungkus dalam mortir polimer
(Russell, 2001).
Gambar 6.32. Lubang drainase radial dibor melalui dinding samping terowongan untuk
meringankan tekanan air eksternal. Pipa saringan dibungkus dengan kain yang mudah
menyerap untuk mencegah penyumbatan (Russell, 2001).
baru dari shotcrete terapan (lihat Gambar 6.33). Geotekstil digunakan untuk melindungi
membran kedap air dari kerusakan dan menyediakan jalur drainase. Untuk drainase yang
lebih signifikan, geo-drain bisa digunakan. High Density Polyurethane (HDPE) dan Polyvinyl
Chloride (PVC) menciptakan penghalang kedap. Penerapan shotcrete melindungi bahan geo
terhadap kebakaran. Gambar di bawah menggambarkan beberapa skema umum yang telah
dilaporkan dalam literatur (Russell, 2001).
Sebelum pemasangan lapisan komposit, area permukaan harus dibersihkan dengan
menggunakan palu kecil, penyemprot air kecepatan tinggi, atau sikat kawat. Celah dan
persendian yang bocor terlebih dahulu harus disegel. Menempatkan patch yang disegel
panas di atas lokasi pelabuhan dianggap "praktik yang baik" untuk meminimalkan
kemungkinan bocornya masa depan.
Gambar 6.33. Potongan dari Gambar 6.34. Penyegelan air bocor menggunakan drain
sistem waterproofing dengan sheet, insulasi busa, dan tulangan welded-mesh dengan
membran (FHWA, 2005). beton semprot. Sistem ini diangkur ke beton yang ada
melalui batang berulir dan mur / washers (Russell, 2001).
menggunakan drain sheet, lembaran PVC unlined rock tunnel menggunakan welded-
dilas dengan washers, dan tulangan, wlded- mesh dengan lapisan beton semprot,
mesh dengan beton semprot yang diangkur selubung drainase, busa isolasi, dan lapisan
ke permukaan beton yang ada (Russell, pelindung welded-mesh, dengan beton
2001). semprot bertulang (Russell, 2001).
Gambar 6.37. Kontrol kebocoran pada permukaan interior terowongan beton yang ada
menggunakan ruang untuk pengeringan air, kabel pemanas listrik, waterproofing plastik,
lapisan isolasi yang disemprot, dan Interior Lining pracetak (Russell, 2001).
Gambar 6.38. Penyegelan air bocor pada penampang interior beton dengan
menempatkan lembaran waterproofing dan lapisan pelindung dengan mortar bertulang
(Russell, 2001).
Gambar 6.39. Mengumpulkan air bocor melalui lembaran waterproofing, pipa vinyl-
chloride, dan penutup dengan lapisan pelindung shotcrete bertulang baja (Russell, 2001).
Air yang beredar bisa menyebabkan lembaran waterproofing sisi negatif terlepas.
Pengelasan yang tidak memadai, pengelasan yang buruk, dan bahan yang tidak tepat adalah
masalah umum.
lubang bor antara senar bor dan tanah untuk membantu mencegah grout bocor keluar
dari lubang bor. Saat tahap pertama selesai, lubang tersebut kemudian dibor lebih dalam
untuk mencapai area batuan yang lebih rendah. Selama tahap kedua, packer
ditempatkan di bagian atas atau bawah zona yang akan dirawat. Pemasangan groin
menaik direkomendasikan bila massa batuannya lemah, sangat retak, atau perlu
dikonsolidasikan sebelum memasang zona yang lebih dalam di bawah tekanan aplikasi
yang lebih tinggi.
Untuk grouting tahap menaik, lubang grout dibor sampai kedalaman yang direncanakan;
dan kemudian grouting dilakukan secara bertahap dengan packer yang terletak di
bagian atas yang paling rendah.
tahap grouting Untuk setiap tahap grouting berikutnya, packer harus dinaikkan ke tahap
berikutnya dan diulang sampai pemasangan selesai pada massa batuan.
6.4.3. Penggantian Elektrikal dan Mekanikal
Penggantian komponen mekanikal dan elektrikal terowongan dimaksudkan untuk
memulihkan fungsi komponen mekanikal dan elektrikal agar kinerja / karakteristik
komponen mekanikal dan elektrikal tetap pada kondisi yang diharapkan yang dikarenakan
usia pemakaian komponen mekanikal dan elektrikal
Tindakan penggantian komponen mekanikal dan elektrikal terowongan dikarenakan usia
pemakaian sehingga diharapkan kinerja / karakteristik komponen mekanikal dan elektrikal
tetap pada kondisi yang diharapkan yang terkait dengan kebutuhan operasional
terowongan.
6.4.3.1. Penggantian Komponen Mekanikal dan Elektrikal
Pelaksanaan penggantian komponen Mekanikal dan Elektrikal Terowongan meliputi
berbagai komponen diantaranya :
Komponen Mekanikal.
o Komponen Genset
Oli
Filter oli
Filter Solar
Filter Udara
Air Radiator
Battery / Accu Genset
o Komponen Pompa
Impeler pompa
Discharge pompa
Komponen Elektrikal.
Lampu terowongan
Kabel Instalasi
B Komponen Elektrikal
1. Lampu pijar Setiap 1.000 jam pemakaian
2. Lampu Fluorescent Setiap 20.000 jam pemakaian
3. lampu Mercury vapor Setiap 24.000 jam pemakaian
4. Lampu Metal halide Setiap 20.000 jam pemakaian
5. Lampu High-pressure sodium Setiap 24.000 jam pemakaian
6. Kabel Instalasi Setiap 10 tahun pemakaian
1) Persiapan Awal
Persiapan awal untuk perbaikan beton memerlukan pemindahan semua beton yang tidak
sehat dengan menggunakan palu atau penggunaan pembongkaran secara hidro. Beton yang
tidak sehat akan dilepas sampai kedalaman penuh dari beton yang tidak baik. Dalam kasus
dimana palu digunakan, telah ditemukan bahwa membatasi ukuran palu menurut berat
adalah cara terbaik untuk mengendalikan penggalian. Membatasi berat palu chipping
dengan sedikit, sampai kurang dari 30 lbs. (13.6Kg) mengurangi risiko over excavation of
concrete. Palu ini terlalu lemah untuk menggali beton melebihi 4.000 psi. (27.580 Kpa).
Penggunaan pembongkaran hidro memerlukan pengujian di lokasi, pada awal proyek untuk
menentukan berapa tekanan yang diperlukan untuk menggali beton yang tidak baik tanpa
menimbulkan gangguan suara. Pembongkaran hidro sebaiknya tidak digunakan di area
yang menampung peralatan listrik, kabel, atau peralatan mekanis lainnya yang mungkin
dilakukan dengan proses penggalian. Area yang harus diperbaiki tidak boleh memiliki tepi
yang kasar, dan harus memiliki tepi vertikal setinggi 1/8 inci. Sisi vertikal ini diperlukan
untuk mencegah spalling di pinggir perbaikan baru.
Setelah beton yang tidak baik dilepaskan, retakan bocor atau sambungan konstruksi harus
ditutup sebelum penerapan lapisan baja tulangan dan shotcrete. Penutupan ini harus
dilakukan dengan menggunakan bahan kimia yang sesuai untuk jenis dan besarnya
kebocoran. Secara umum komponen tunggal polyurethane grouts adalah yang paling
berhasil dalam menutup kebocoran terowongan secara efektif.
2) Baja Tulangan
Setelah beton yang tidak sehat telah dilepas, baja tulangan harus dibersihkan dan jika
kehilangan pada bagian terlihat, baja tulangan yang rusak harus dilepas dan diganti. Semua
karat dan kotoran harus dilepaskan dari baja tulangan dan bagian baja liner yang terbuka
atau elemen baja struktural lainnya. Pembersihan umumnya dilakukan untuk pembersihan
kelas logam putih. Setelah dibersihkan, baja tulangan harus dievaluasi untuk kehilangan
bagian dan jika kehilangan bagian lebih besar dari 30%, analisis struktur harus dilakukan.
Jika hasil analisis menunjukkan bahwa lapisan tidak memiliki kekuatan yang memadai
dengan baja tulangan yang tersisa, maka baja yang rusak harus diganti. Perancah mekanis
digunakan saat splicing baja tulangan yang baru. Kopel mekanis menghilangkan kebutuhan
sambatan putaran pada baja tulangan dan dengan demikian mengurangi jumlah pelepasan
lapisan yang diperlukan untuk menggantikan baja tulangan.
Setelah baja dibersihkan, lapisan harus ditempatkan pada baja untuk melindungi baja dari
percepatan korosi karena adanya pembentukan sel elektrolit. Sejumlah produk ada untuk
tujuan ini, termasuk pelapis kaya epoksi dan seng. Seng yang kaya lapisan epoksi lebih
cocok untuk aplikasi ini karena fakta bahwa mereka tidak membentuk pemutus ikatan
seperti banyak epoksi lain. Hal ini penting karena bahan ini diaplikasikan dengan
menggunakan kuas cat dan sulit untuk mencegah permukaan beton dilapisi tanpa
kesengajaan. Penerapan lapisan kaya seng harus dilakukan dalam waktu 48 jam setelah
pembersihan dan tidak lebih dari 30 hari sebelum aplikasi shotcrete.
3) Perbaikan
Spalling yang kecil bisa diperbaiki dengan menggunakan patching mortar patch manual
yang dimodifikasikan dengan polimer seperti ditunjukkan pada Gambar di bawah. Patching
mortar manual adalah mortar yang dimodifikasi dengan polimer, dibuat dengan kedalaman
antara 1 sampai dengan 2 inci. Area tambalan umumnya kurang dari 2 meter persegi di
daerah dan memerlukan penguncian ke substrat dengan menggunakan kait “J” dan kawat
yang dilas atau baja tulangan. Beton yang tidak sehat dibersihkan dengan tongkat tangan
pembongkaran hidro atau palu dengan berat kurang dari 30 lbs, termasuk bit. Pembatasan
ukuran palu yang ada untuk menghilangkan beton dengan kekuatan tekan kurang dari
4.000 psi dan batas di atas penggalian karena energi palu tidak cukup kuat untuk
menghilangkan beton dengan kekuatan lebih tinggi.
Selain perbaikan kecil yang menggunakan perbaikan mortar, bahan yang paling banyak
digunakan adalah shotcrete (atau khusus dikemas polimer modified fibrous shotcrete).
Gambar di bawah menggambarkan rincian perbaikan beton khas untuk lubang yang lebih
dalam.
4) Perbaikan Shotcrete
Ada dua proses untuk penerapan shotcrete; Proses Kering dan Proses Basah. Kedua proses
telah digunakan selama bertahun-tahun dan sama-sama berlaku untuk rehabilitasi
terowongan. Proses basah mennghasilkan sedikit debu dan berlaku untuk penggunaan
terowongan saat penutupan terowongan parsial yang memungkinkan adanya lalu lintas di
dalam terowongan selama pekerjaan perbaikan. Proses kering menciptakan debu yang luas
dan tidak sesuai untuk penutupan terowongan parsial karena jarak pandang terbatas yang
tercipta dari debu. Keberhasilan penerapan shotcrete terlepas dari proses yang dipilih
bergantung pada keterampilan nozzleman (Dalam kasus proses basah, baik nozel maupun
pekerja yang mencampur adukan). Program perbaikan yang berhasil mengharuskan
nozzleman dan anggota awak shotcrete lainnya terampil dan teruji di tempat dengan
menggunakan mock-up dari jenis area yang akan diperbaiki. Mock-up ini harus secara
cermat menduplikasi bentuk dan permukaan yang akan diperbaiki. Program pengujian ini
sering digunakan untuk mengesahkan keterampilan kru shotcreting dan memberikan
kontrol kualitas yang lebih baik selama kemajuan pekerjaan. Program pengujian
mengembangkan pemahaman antara Engineer, Owner dan kontraktor yang mendefinisikan
produk yang dapat diterima untuk pekerjaan itu. Begitu elemen baja tulangan dan elemen
struktur telah dibersihkan dan dilapisi, wire mesh yang dilas harus ditempatkan di atas
area yang akan ditembakkan. Mesh ditempatkan pada jarak 2 inci dari tepi perbaikan. Wire
mesh terpasang pada perkuatann yang ada dan ke substrat dengan menggunakan kait "J".
Tujuan wire mesh adalah untuk membantu penumpukan shotcrete dan untuk memberikan
perbaikan monolitik yang menjadi bagian dari struktur inang. Kawat harus dicelupkan
lapisan ke galvanis panas pada proses fabrikasi, dan yang terbaik jika dikirim ke lokasi
dalam bentuk lembaran bukan berupa gulungan. Wire mesh dilapisi epoksi yang digunakan
harus dalam lembaran agar menghilangkan sentuhan permukaan ujung ujung jaring.
Ukuran mesh pada proses kering adalah mesh 2 X 2 inci dan untuk proses basah mesh 4 X 4
inci. Mesh yang lebih besar diperlukan untuk proses basah untuk mencegah penyumbatan
jala oleh shotcrete dan karena itu menciptakan rongga di balik permukaan mesh.
Setelah seluruh area yang akan ditambal diisi dengan bahan shotcrete, bahan tersebut bisa
untuk didiamkan selama 20-30 menit, dan pada saat itu campuran tersebut dimodifikasi
dan disiram ke lapisan yang diinginkan. Pekerjaan dengan shotcrete sebelum proses ini
akan mengakibatkan robeknya permukaan dan membuat finishing sangat sulit. Perhatian
harus dilakukan untuk memantau tingkat pengeringan dari shotcrete karena waktu yang
disebutkan di sini akan bervariasi tergantung pada kondisi angin dan kelembaban relatif.
Setelah perbaikan disiram ke lapisan yang diinginkan, senyawa pengawet harus
disemprotkan di permukaan shotcrete baru untuk mencegah pengeringan yang cepat.
Pabrikan shotcrete premix akan merekomendasikan senyawa penyembuhan yang paling
sesuai untuk kondisi lokasi kerja.
Gambar 6.46. Tipikal Potongan melintang pada perbaikan beton (FHWA, 2005b)
Gambar 6.47. Nozzleman melakukan Proses Gambar 6.48. Penulangan besi untuk
Shotcrete kering, USPS Tunnel Chicago perbaikan, Sumner Tunnel Boston
secara struktural. Setiap retakan yang dipertimbangkan untuk rebonding struktural harus
dipantau untuk menilai apakah ada gerakan yang terjadi. Analisis struktur lapisan
terowongan harus dilakukan untuk memastikan apakah retak subjek memerlukan tindakan
perbaikan.
Ada tiga jenis resin yang biasanya tersedia untuk injeksi celah struktural pada terowongan.
Resin Vinyl Ester
Amine Resin
Resin poliester
Resin vinil ester adalah jenis resin yang umum digunakan untuk pekerjaan perbaikan
jembatan dan biasanya tidak sesuai untuk kerja terowongan karena sebagian besar celah di
terowongan lembab atau basah. Resin vinil ester tidak akan terikat pada beton jenuh
permukaan dan tidak akan memberkati retak basah atau lembab. Namun, jika retak benar-
benar kering selama proses injeksi epoxy ini akan memberikan rebonding beton yang
sesuai.
Resin amina dan poliester paling cocok untuk rebonding retakan struktural di terowongan.
Kedua resin tidak terpengaruh oleh kelembaban saat pemasangan dan akan mengikat
permukaan jenuh beton. Celah dengan air yang mengalir harus disuntikkan secara hati-hati
dan saran dari produsen harus diperoleh untuk memastikan pemasangan resin yang benar.
Dalam semua kasus, rekomendasi pabrikan harus diikuti untuk injeksi resin epoksi,
terutama dalam hal pemasangan overhead. Gambar di bawah mengilustrasikan
pemasangan epoksi tipikal resin untuk rebonding struktural retak pada beton. Prosedur
untuk memasang ulang elemen batu dan beton pracetak serupa.
Gambar 6.49. Typical Structural Crack Gambar 6.50. Crackak Injection, Tuscarora
Injection (FHWA, 2005b) Tunnel PA Turnpike
adalah deformasi flensa dan penetrasi segmen liner karena berkarat. Flensa yang cacat
dapat diperbaiki dengan membentuk kembali flensa dengan palu atau panas. Lubang pada
segmen liner baja dapat diperbaiki dengan pengelasan pada pelat baru. Koneksi baut sering
mengalami korosi galvanik yang disebabkan oleh kontak logam yang berbeda dan
seringkali membutuhkan penggantian koneksi baut. Bila sambungan baut diganti paksa
isolasi nylon digunakan untuk mencegah kontak antara baut dengan kekuatan tinggi dan
pelat liner. Gambar di bawah menunjukkan perbaikan segmen baja berkarat dan
sambungan kabut yang diperbaiki.
Perbaikan segmen besi cor mirip dengan baja. Namun, karena besi tuang tidak dapat dilas
pelat perbaikan untuk segmen dipasang dengan mematangkan pelat perbaikan ke besi
tuang atau pengeboran dan mengetuk segmen kapal dan mengunci pelat perbaikan ke
segmen kapal asli. Dalam beberapa kasus, lebih mudah untuk mengisi area antara flensa
dengan shotcrete. Gambar di bawah mengilustrasikan panel uji untuk mengisi plat liner
dengan shotcrete.
Gambar 6.55. Besi tuang segmental pada Segmen Mock-up pengisian Shotcrete, MBTA
Boston
6.6. REFERENSI
1. U.S. Department of Transportation Federal Highway Administration. Tunnel Operations,
Maintenance, Inspections and Evaluation Manual, Publication No. FHWA-HIF-15-005,
July 2005.
2. Technical Manual for Design and Construction of Road Tunnels-Civil Elements yang
dikeluarkan oleh U.S. Department of Transportation Federal Highway Administration.
No. FHWA-NHI-10-034- December 2009
3. The British Tunnelling Society andThe Institution of Civil Engineers, Tunnel lining design
guide, first publication 2004.
4. Technical Manual for Design and Construction of Road Tunnels-Civil Elements, U.S.
Department of Transportation Federal Highway Administration. No. FHWA-NHI-10-034-
December 2009
5. Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm
kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran, Badan Standarisasi Nasional (BSN),
SNI 03 - 3985 - Tahun 2000
6. Departemen Pekerjaan Umum, SK Menteri Pekerjaan Umum No.10/KPTS/2000
tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran
7. NFPA 14 : Standard for the Installation of Standpipe and Hose Systems, 1996 Edition,
National Fire Protection Association.
8. NFPA 20 : Centrifugal Fire Pumps, 1993 Edition, National Fire Protection Association.
9. NFPA 204M, Standard on Smoke and Heat Venting, Natinal Fire Protection Association,
Batterymarch Park, Quincy, MA 02269.
10. Standard for Road Tunnels,Bridges, and Other Limited Access Highways, NFPA - 502 -
2011 Edition
11. Perencanaan & Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan Nurbambang & Morimura
12. SNI 03-6481-2000 atau edisi terakhir tentang Sistem Plambing
13. SNI-03-6571-2001 tentang Sistem Pengendalian Asap
14. ASHRAE 62-2001 Standard of Ventilation
15. Standar Nasional Indonesia (SNI) No.03-6570-2001 tentang Standar Pemasangan
Instalasi Pompa
16. Spesifikasi Lampu Penerangan Jalan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Departemen Pekerjaan Umum, No.12/S/BNKT/1991, Februari 1992
17. Spesifikasi Lampu Penerangan Jalan Umum, Badan Standarisasi Nasional (BSN), Nomor
: SNI 7391 Tahun 2008
18. American National Standard Practice For Tunnel Lighting, ANSI/IESNA RP-22-96
19. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL), Badan Standarisasi Nasional (BSN), Nomor
: SNI 04-0225 Tahun 2000
20. SNI-04-0227-1994 tentang Tegangan Standar.
21. SNI-03-6197-2000 tentang Konversi Energi Sistem Pencahayaan.
22. SNI-03-6575-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan
23. SNI-03-7018-2004 tentang Sistem Pasokan Daya Darurat
24. SNI-03-3985-2000 tentang Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran.
25. Keputusan Menteri PU 10/KPTS/2000, tanggal 1-03-2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengaman Terhadap Bahaya Kebakaran.
26. Direktorat Jenderal Bina Marga, Perbaikan dan Perkuatan Struktur Beton pada
Jembatan, No. 22/ BM/2011.
27. NFPA 14 : Standard for the Installation of Standpipe and Hose Systems, 1996 Edition,
National Fire Protection Association.
28. NFPA 20 : Centrifugal Fire Pumps, 1993 Edition, National Fire Protection Association.
29. Standard for Road Tunnels,Bridges, and Other Limited Access Highways, NFPA - 502 -
2011 Edition
Bab VI ............................................................................................................................................ 1
Pemeliharaan Terowongan ............................................................................................................ 1
6.1. PEMERIKSAAN TEROWONGAN .......................................................................................... 1
6.1.1. Pemeriksaan Inventarisasi ..................................................................................... 1
6.1.2. Pemeriksaan Rutin ................................................................................................. 2
6.1.3. Pemeriksaan Detail ................................................................................................ 2
6.1.3.1. Pemeriksaan Struktur Lining .............................................................................. 2
6.1.3.2. Pemeriksaan Perkerasan Jalan ........................................................................... 4
6.1.3.3. Pemeriksaan Instrumen Elektrikal ...................................................................... 5
A. Pengujian / Pemeriksaan Komponen Elektrikal ............................................................. 6
6.1.3.4. Pemeriksaan Instrumen Pompa ......................................................................... 7
6.2. INSTRUMEN MONITORING KESEHATAN STRUKTUR TEROWONGAN ................................. 9
6.2.1. Instrumen Pendeteksi Pergerakan Tanah .............................................................. 9
6.2.1.1. Deformation Monitoring Points ....................................................................... 10
6.2.1.2. Structural Monitoring Points ............................................................................ 11
6.2.1.3. Robotic Total Stations ...................................................................................... 12
6.2.1.4. Tiltmeters ......................................................................................................... 12
6.2.1.5. Utility Monitoring Points .................................................................................. 14
6.2.1.6. Inclinometer Horisontal ................................................................................... 14
6.2.1.7. Sensor Kemiringan pada Balok ......................................................................... 15
6.2.2. Pemantauan Deformasi Terowongan .................................................................. 16
6.2.2.1. Deformation Monitoring Points ....................................................................... 16
6.2.2.2. Inclinometers di Slurry Walls............................................................................ 17
6.2.2.3. Surface Mounted Strain Gages ......................................................................... 17
6.2.2.4. Load Cells ......................................................................................................... 19
6.2.2.5. Convergence Gages .......................................................................................... 19
6.2.2.6. Robotic Total Stations ...................................................................................... 20
6.2.2.7. Crack Gages ...................................................................................................... 20
6.2.3. Instrumen Monitoring Pendeteksi Peralatan Elektrikal ....................................... 21
6.2.4. Instrumen Pendeteksi Peralatan Mekanikal......................................................... 22
6.3. PEMELIHARAAN RUTIN TEROWONGAN ........................................................................... 23
6.3.1. Prinsip Dasar, Tujuan dan Lingkup Pemeliharaan ................................................ 23