Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB III
1. Pemilihan masalah yang berdampak cukup luas dan sangat penting serta
dapat dipecahkan ;
direkomdensaikan.
aspal harus memenuhi syarat dan ketentuan. Aspal memiliki fungsi sebagai
pengikat bahan pada campuran aspal dan sangat peka terhadap perubahan
temperature. Untuk itu diperlukan aspal yang memiliki kualitas yang baik dengan
Pen. 60/70
No. Sifat-sifat Metode Min. Max. Satuan
b. Pemeriksaan bahan
Agregat kasar yang digunakan pada campuran aspal yang tertahan pada
saringan # 8 (2.36 mm) yang tediri dari batu pecah atau kerikil pecah, sementara
agregat halus yang lolo pada saringan # 8 (2.36 mm) yang terdiri dati pasir alam
atau abu batu. Seluruh bahan tersebut harus memenuhi persyaratan atau
c. Pengujian filler
dan termasuk kapur hidrat, abu terbang, Portland semen dan abu batu. Filler
mengurangi jumlah rongga udara dalam campuran, namun demikian jumlah filler
harus dibatasi pada suatu batas yang menguntungkan. Terlampau tinggi kadar
akan mudah retak akibat beban lalu lintas. Pada sisi lain kadar filler yang
yang relatif tinggi. Jumlah filler ideal antara 0.6 % sampai 1.2 %, yaitu
standar pengujian, untuk Marshall Mix desain berdasarkan ASTM D1559 dan
(engineering property) meliputi kuat tarik, kuat lentur, fatigue dan deformasi
Uji tarik dilakukan sesuai dengan ASTM 3379-02 dengan ukuran dan
model spesimen uji. (Gambar 3.1)
Gambar 3.1 Alat Uji Tarik Serat Tungal dan serat saat putus ditarik
driven mesin uji universal dengan kontrol komputer dan dengan sebuah beban
terpaku pada setiap akhir menjadi bentuk kertas dengan sekitar diamtere 50 mm
dan diuji sampai terjadi kerusakan. Gaya diterima oleh serat didefinisikan
sebagai nilai rata-rata yang diperoleh dari jumalh sampel sera yang diuji
untuk memperkuat kinerja dari campuran aspal sebagai bahan perkerasan dan
dari berbagai jenis serat dalam campuran dilakukan pengujan. (Gambar 3.2).
Gambar 3.2 Alat ujin Scaning electron microscopy (SEM) untuk mengamati
struktur micro
Uji SEM dilakukan untuk mengetahui bentuk morpologi serat ijuk tanpa
e. Memasukkan preparat yang berisi serat yang sudah dilapisi emas dalam
SEM
pembesaran
sebanyak 300 ml
beratnya konstan,
6. Residu (B) direndam dalam larutan asam sulfat (H2SO4 1N) 150 ml,
bertanya konstan,
B C
HC 100% ...................................................................... (3.1)
M
1. Residu (C) direndam dalam larutan asam sulfat (H2SO4, 72%) 100 ml
3. Kemudian residu direndam dalam larutan asam sulfat (H2SO4 1N) 150 ml,
konstan,
CD
SC 100% .....................................................................(3.2)
M
a. Residu (D) diabukan dalam furnace pada suhu 600oC selama 4 jam hingga
beratnya konstan,
DE
LC 100% .....................................................................(3.3)
M
4. Uji XRD
menganalisis struktur kristal suatu material karena setiap unsur atau senyawa
memiliki pola difraksi tertentu. Pada difraktrogram tersebut tampak kaitan antara
sudut 2θ tertentu dengan intensitas cacah detector yang telah ada dalam
partikel.
(a) (b)
Gambar 3.3 Proses Pengujian XRD (a) alat uji XRD, (b) tampilan hasil XRD
Kekuatan tarik tak langsung tes (ITS) dan modulus resilient (MR)
ASTM D 6931. Hal signifikan terhadap prilaku pada metode desain perkerasan
model finite elemen untuk menghitung respon struktur akibat beban lintas.
Uji kuat tarik tidak langsung pada campuran asphalt concrete adalah
perkerasan. Saaat ini, uji kuat tarik tidak langsung banyak digunakan untuk
langsung juga dapat digunakan untuk menentukan sifat teknik yang diperlukan
untuk analisis elastis dan viskoelastis dan untuk mengevaluasi retak thermal,
104
retak kelelahan, dan masalah lain yang potensial. Dari uji ini akan nampak
(ITS) campuran aspal. Oleh karena itu, sifat fisik dan komposisi aspal
berpengaruh pada nilai ITS yang diperoleh (Garrick dan Biskur, 1990).
asphaltenese ke dalam oil. Jika dikaitkan dengan lalu lintas maka pembebanan
yang lama akan terjadi pada lalu lintas dengan kecepatan rendah atau
semula bersifat elastik akan menjadi bersifat lebih viscos (Suprapto, 2004).
kenaikan tegangan (stress) yang akan diikuti pula dengan kenaikan regangan
(strain), sampai pada regangan tertentu, yaitu keadaan saat benda uji mulai
ini benda uji dianggap mengalami gaya tarik tidak langsung. Setelah benda uji
runtuh / retak maka besarnya tegangan yang diperlukan sampai benda uji hancur
(pecah) akan semakin turun, tetapi regangan yang terjadi justru akan semakin
besar. Hal ini disebabkan oleh ikatan dalam benda uji semakin turun karena
sudah mengalami retak yang berakibat pada pecahnya / hancurnya benda uji
(Abojaradah et al,2004).
silindris yang mengalami pembebanan tekan dengan dua plat penekan yang
menciptakan tegangan tarik yang tegak lurus sepanjang diameter benda uji
105
sehingga menyebabkan pecahnya benda uji. Pengujian gaya tarik tidak langsung
dengan plat berbentuk cekung dengan lebar 12,5 mm pada bagian penekan
pembebanan telah berbalik arah atau berlawanan dengan arah jarum jam.
……………………………………………………………… (3.4)
Dengan :
Gambar 3.4. Uji kuat tarik tidak langsung (split indirect tensile test)
106
Deformasi permanen pada perkerasan lentur, yang biasa disebut (rutting dan
geser). Terjadinya alur pada struktur perkerasan lentur, biasanya terdiri dari
penurunan arah memanjang jalur roda kendaraan akibat akumulasi dari jumlah
deformasi yang terjadi disebabkan oleh aplikasi beban lalu lintas (Gamabr 3.4
Asphalt Institute, 1996). Terjadinya jejak roda pada campuran aspal, biasanya
karena campuran memiliki kekuatan geser yang cukup untuk mendukung gaya
rata-rata serta volume bahan akibat jejak roda beban dan daerah terjadinya
jejak roda ban menunjukkan adanya perubahan secara jelas yang lebih
107
Oleh karena itu, dalam tahap awal, pemadatan akibat beban lalu lintas atau
pembangunan
2. Setelah tahap awal, volume penurunan jejak roda ban kira-kira sama dengan
perkerasan..
108
Hofstra dan Klomp (1972) menentukan dari pengukuran uji-jejak roda ban
dimana rutting meningkat dengan faktor 250-350, peningkatan suhu dari 68°F
to140°F (20°C hingga 60°C). Linden dan Van der Heide (1987) melaporkan
peningkatan yang signifikan dalam alur yang didapat di Eropa selama musim
laboratorium pada suhu yang tinggi pada kisaran suhu yang terjadi di lapangan.
Bonnot (1986) melaakukan pengujian pada suhu 60°C untuk campuran beton
aspal wearing course dan lapisan binder course 50°C. pemiliah temperature
pencampuran. Bahan dicampur selama 5 menit terdiria agregat, filler dan aspal
(0,1 MPa) dan beban roda maksimum rendah (1 kN). Efektif pemadatan dari
spesimen bergulir roda dilakukan pada tekanan ban lebih tinggi (0,6 MPa) dan
beban roda konstan (5 kN). Setelah pemadatan, baik permukaan sampel yang
dipoles sampai mereka mencapai ketinggian 5 cm. Dari benda uji balok ukuran
Stabilitas Dinamis (DS) dan Laju deformasi (RD) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
……………………………………….. (3.5)
……………………………………….. (3.6)
Dengan:
t1 = 45 menit
Kuat lentur pada spesimen beton aspal diukur dengan cara pengujian
yang diekstraksi dari benda uji silinder pada pengujain Marshall. Selain itu,
sekitar 10 mm; benda uji dipotong pada titik tengah dalam arah pembebanan dari
poros tengah benda uji. Semua pengujian dilakukan di dalam suhu ruang 200 C.
sebelum ke pengujian, benda uji disimpan di pada suhu uji selama 2 jam, untuk
dua rol mendukung pada lurus (bawah) tepi dan loading rol pada titik tengah dari
kapasitas 10 kN. Beban uji adalah dari 1 kN diterapkan pada sampel pada
melakukan pengujian fatigue test. Fatigue tester ini terdiri dari aktuator hidrolik
untuk mencapai kedua beban tinggi dan frekuensi siklik tinggi. Sistem pengujian
pada fatigue tester harus dilengkapi dengan sistem kontrol yang mampu
mengendalikan tes dan pengukuran data pada frekuensi tinggi. Hal ini juga
penting bahwa sistem pengukuran beban secara akurat dapat mengukur beban
pelayanan jalan aspal. Semakin baik properti kelelahan campuran, semakin lama
tarik tidak langsung (ITFT) merupakan metode yang efektif yang telah banyak
Hunter et al. (2009). Jadi metode ini digunakan untuk menyelidiki properti
113
tidak langssung pada suhu rendah. diuji pada suhu kamar, 16,50 C. Sebuah
Gambar 3.12 Uji kelelehan tarik tidak langsung (Indirect tensil fatigue)
sumber Gua et al.(2015)
sebagai:
……………………………………………………………. (3.7)
strain). Metode untuk menghitung nilai modulus kekakuan lentur dari campuran
nomograph yang diperkenalkan oleh Van Der Poel (Shell Bitumen,1990) untuk
Apparatus (UMATTA)“ dimana benda uji atau campuran pada Kadar Aspal
Optimum Refusal (KAO Ref).Secara umum semakin besar nilai modulus resilien
Seperti terlihat pada Gambar 3.11. alat ini digunakan untuk mengetahui
karakteristik campuran beton aspal yang antar lain meliputi stabilitas, kelelehan,
rongga dalam campuran, dan rongga terisi aspal. Karena karakteristik beton
aspal sangat dipengaruhi oleh kadar aspal, maka dari hasil-hasil tes Marshall ini
Marshall test modifikasi. Modifikasi alat Marshall ini terletak pada alat
pemegang benda uji. Kalau pada uji Marshall konvensional benda uji merupakan
silinder dengan diameter 10 cm, maka pada alat Marshall modifikasi ini benda uji
115
berupa balok yang terbuat dari campuran beton aspal. Alat ini berfungsi untuk
mengukur ketahanan campuran beton aspal menahan beban lentur dengan cara
”three point bending test”. Dari tes ini sekaligus akan dapat diukur lendungan
maksimum yang bisa ditahan, serta proses penjalaran retak sebelum benda uji
mengalami keruntuhan.
telah dipanasi (1000 C hingga 1700 C) dan diolesi vaselin terlebih dahulu,
serta bagian bawah cetakan diberi sepotong kertas filter atau kertas lilin
dengan spatula sebanyak 15 kali dibagian tepi dan 10 kali dibagian tengah.
tumbukan 75 kali dibagian sisi atas, kemudian dibalik dan sisi bagian bawah
6. Setelah proses pemadatan selesai benda uji didinginkan pada suhu ruang
kurang lebih 24 jam, setelah dingin benda uji dikeluarkan dengan ejector dan
diberi kode.
7. Benda uji dibersihkan dari kotoran yang menempel dan diukur tinggi benda
10. Benda uji dikeluarkan dari bak perendaman dan dikeringkan dengan kain
11. Benda uji direndam dalam bak perendaman (waterbath) pada suhu 600 C
12. Bagian dalam permukaan kepala penekan dibersihkan dan dilumasi agar
13. Benda uji dikeluarkan dari bak perendaman, letakkan benda uji ditengah
pada begian bawah kepala penekan kemudian letakkan bagian atas kepala
14. Kepala penekan dinaikkan hingga menyentuh atas cincin penguji kemudian
diatur kedudukan jarum arloji penekan dan arloji flow pada angka nol.
hingga kegagalan benda uji terjadi yaitu pada saat arloji pembebenan
berhenti dan mulai kembali berputar menurun, pada saat itu pula baca arloji
16. Setelah pengujian selesai, kepala penekan diambil, bagian atas dibuka dan
benda uji dikeluarkan. Waktu yang diperlukan dari saat diangkatnya benda
uji dari rendaman air sampai tercapainya beban maksimum tidak boleh
melebihi 60 detik.
17. Untuk pembuatan benda uji dilakukan dengan menggunakan jenis aspal
18. Campuran agregat aspal standar dimasukan kedalam cetakan dan ditumbuk
kedalam cetakan dan ditumbuk tiap sisinya 400 kali pada suhu pencampuran
21. Setelah proses pemadatan selesai, benda uji didinginkan selama ± 4 jam,