Вы находитесь на странице: 1из 8

PENYULUHAN MENGGUNAKAN LEMBAR BALIK TERHADAP PENGETAHUAN

DAN SIKAP JAJAN ANAK SEKOLAH

Siti Aminah Rosady1, Asmaruddin Pakhri2, Suriani Rauf2, Lydia Fanny


1Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar
2Alumni Diploma IV Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar

Abstract

Background: School-age children are a nation's next generation group that has the potential
to advance development in the future, so the most important concern at this time is the
School Children Snack Food (PJAS). Snack food for school children is a problem that needs
to be considered by the public, especially parents and teachers because of the increased risk
of biological or chemical pollution which is detrimental to health, both short and long term.

Objective: This study aims to determine the effect of counseling using the backsheet on the
knowledge and attitudes of snacking on children at the Mandai Elementary School in
Makassar City.

Mhetods: This study used an experimental method with a quasi-experimental research


design. The sample is 84 grade V students. Knowledge of snack foods obtained from
interviews using questionnaires, and snacks were obtained from direct observation. Analysis
of the data used to determine the effect of the backsheet on snacks knowledge and attitude
using the Wilcoxon test using the SPSS program. Data is presented in tables and narratives.

Result: Knowledge of snack foods before the intervention was mostly good at 79 students
(94%) and after the intervention that was good 84 students (100%). The attitude of snacks
before the intervention was mostly good, namely 52 students (61.9%) and after the
intervention most were good, 58 students (69%). There is an influence of counseling using
the back sheet on the knowledge and attitude of school children in Mandai Elementary
School with a value of p = 0.000 (p <0.05).

Sugesstion: It is recommended that the school, especially teachers, be expected to provide


counseling or socialization of healthy snack food repeatedly to students and monitor food
sold in canteens and food vendors in the school environment so that it is safe for
consumption and according to health conditions.

Keywords: Counseling, Flip Sheet, Knowledge and Snack Attitudes

Pendahuluan
Anak usia sekolah merupakan suatu kelompok generasi penerus bangsa yang
mempunyai potensi dalam memajukan pembangunan di masa yang akan datang. Anak usia
sekolah yang berusia 7-13 tahun merupakan masa pertumbuhan paling pesat kedua setelah
masa balita. Kesehatan yang optimal akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal pula
(Istiyani, 2013). Maharani, P (2015) mengatakan anak sekolah merupakan cikal bakal
Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa, maka yang menjadi perhatian penting saat ini
adalah Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS), karena pembentukan kualitas SDM sejak
masa sekolah mempengaruhi kualitasnya saat mereka mencapai usia produktif.
Makanan jajanan merupakan salah satu jenis makanan yang sering dikonsumsi dan
dikenal oleh banyak orang, termasuk anak sekolah. Anak sekolah biasanya membeli
makanan dari pedagang di kantin sekolah maupun pedagang di sekitar rumah. Konsumsi
makanan jajanan pada anak sekolah merupakan suatu kebiasaan yang hampir terjadi di
seluruh dunia (Fitri, 2012).
Salah satu aspek yang memegang peranan cukup penting dalam memberikan
asupan energi, gizi dan ketahanan belajar bagi anak ketika berada di sekolah adalah pangan
jajanan. Selama 6-8 jam per hari anak menghabiskan waktu di sekolah dan 90% anak
membeli jajan di sekolah. Makanan jajanan turut menyumbang asupan energi bagi anak
sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi 52% (BPOM, 2011).
Pengujian keamanan makanan jajanan yang dilakukan Badan Pengawasan Obat
dan Makanan (BPOM) tahun 2014 terhadap sampel pangan jajanan yang diambil di seluruh
Indonesia menunjukkan 76,18% sampel memenuhi syarat (MS) dan 23,82% sampel tidak
memenuhi syarat (TSM). Dari tahun 2010 sampai 2013 persentase PJAS yang memenuhi
syarat mengalami peningkatan, dari 55,52% menjadi 80,79%. Sedangkan pada tahun 2014
terjadi penurunan persentase PJAS yang memenuhi syarat, yaitu sebesar 76,18% (Infodatin,
2014).
Menurut data Food and Agriculture Organisation (FAO, 2013), diperoleh data bahwa
anak usia 6 sampai 11 tahun merupakan konsumen tersering dan terbesar dalam
mengonsumsi makanan jajanan. Kebiasaan mengonsumsi makanan jajanan mengalami
peningkatan yaitu 74% menjadi 95% dari tahun 2012 sampai 2013. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan makanan jajanan meliputi faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
intern mencakup pengetahuan khususnya pengetahuan gizi, kecerdasan, persepsi, emosi,
dan motivasi dari luar. Pengetahuan gizi adalah kepandaian memilih makanan yang
merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam memilih makanan jajanan yang sehat.
Pengetahuan gizi anak sangat berpengaruh terhadap pemilihan makanan jajanan
(Notoatmodjo, 2007).
Berdasarkan hasil observasi pada studi pendahuluan yang dilakukan di Sekolah
Dasar Negeri Mandai Kota Makassar, diketahui bahwa hampir seluruh siswa di sekolah
tersebut jajan ketika waktu istirahat berlangsung. Hal ini di dukung dengan adanya beberapa
penjaja makanan di lingkungan sekolah yang menjual beragam jajanan makanan seperti
bakso, mi instan, gorengan, sosis tusuk dan lain-lain. Hasil wawancara dengan kepala
sekolah, ternyata sekolah ini belum pernah melaksanakan penyuluhan ataupun program
edukasi tentang jajanan yang aman kepada siswanya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
meneliti pengaruh penyuluhan lembar balik makanan sehat terhadap pengetahuan dan sikap
jajan pada anak di Sekolah Dasar Negeri Mandai Kota Makassar.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental dengan
menggunakan desain quasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh penyuluhan menggunakan lembar balik terhadap pengetahuan dan perilaku jajan
anak sekolah yang menggunakan rancangan penelitian pra eksperiment dengan pendekatan
One Group Pre Test dan Post Test. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Mandai
Kota Makassar pada bulan September 2018 sampai Januari 2019.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VA dan VB dengan jumlah
total 84 siswa di Sekolah Dasar Negeri Mandai Kota Makassar. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan kriteria bersedia
menjadi responden, sehat jasmani dan rohani dan siswa dapat berkomunikasi dengan baik.
Data primer yang dikumpulkan adalah identitas anak sekolah meliputi nama, alamat,
umur, pekerjaan orang tua, uang jajan per hari, pengetahuan anak tentang makanan jajanan
dan sikap anak dalam memilih makanan jajanan. Data identitas anak sekolah, pengetahuan
tentang makanan jajanan dan sikap dalam memilih makanan jajanan dikumpulkan dengan
cara wawancara oleh peneliti menggunakan kuesioner.
Data pengetahuan anak sekolah tentang jajanan dan sikap dalam memilih makanan
jajanan diperoleh dari metode kuesioner melalui wawancara dengan 20 pertanyaan. Kategori
pengetahuan dikatakan baik apabila anak sekolah menjawab dengan benar ≥60%, kurang
apabila anak sekolah menjawab dengan benar <60%. Sedangkan untuk sikap dalam memilih
makanan jajanan, baik apabil nilai ≥ rata-rata dan kurang apabila nilai <90%. Setelah itu,
data pengetahuan dan sikap dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan SPSS.
Setelah uji deskriptif, data kemudian di uji menggunakan uji Normalitas, lalu selanjutnya
menggunakan uji Wilcoxon. Data yang telah diolah dan dianalisis, disajikan dalam bentuk
tabel dan narasi. Penyajian dilakukan dengan membandingkan hasil dan teori.

HASIL PENELITIAN

Karakteristik Sampel
Tabel 01
Distribusi Karakteristik Sampel

Karakteristik n %
Kelas
VA 45 53,5
VB 39 46,5
Jenis Kelamin
Laki-laki 44 52,4
Perempuan 40 47,6
Umur
9 tahun 3 3,6
10 tahun 37 44
11 tahun 40 47,6
12 tahun 4 4,8
Pekerjaan Ayah
PNS 13 15,5
Wiraswasta 55 64,7
Lain-lain 1 1,2
Tidak tahu 15 17,6
Pekerjaan Ibu
PNS 8 9,5
Wiraswasta 12 14,3
Ibu Rumah Tangga 63 75
Tidak tahu 1 1,2
Uang Jajan
<10.000,00 34 40,4
≥10.000,00 50 59,6
Alasan Membeli Makanan
Jajanan
Karena lapar dan 31 36,9
haus
Diberikan uang jajan 11 13,1
oleh orang tua
Rasanya enak dan 15 17,9
gurih
Ketersediaan penjaja 9 10,6
di sekolah
Karakteristik n %
Orang tua tidak 18 21,4
sempat menyediakan
anak sarapan dan
bekal

Tabel 01 menunjukkan sebagian besar anak sekolah kelas VA (53,5%), dengan jenis
kelamin laki-laki (52,4%), umur anak sekolah sebagian besar 11 tahun (47,6%), pekerjaan
ayah sebagian besar wiraswasta (64,7%), pekerjaan ibu sebagian besar ibu rumah tangga
(75%), uang jajan perhari sebagian besar ≥ 10.000,00 (59,6%) dengan alasan membeli
makanan jajanan sebagian besar karena lapar dan haus (36,9%).
Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Makanan Jajanan

Tabel 02
Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Makanan Jajanan
Sebelum Sesudah
Pengetahuan Makanan Jajan
n % n %
Baik 79 94 84 100
Kurang 5 6 0 0
Total 84 100 84 100

Berdasarkan hasil pengumpulan data, diketahui sebagian besar anak sekolah dasar
kelas V memiliki pengetahuan jajan yang baik sebelum intervensi yaitu 94% dan sesudah
intervensi yaitu baik 100%.

Sikap Anak Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Makanan Jajanan

Tabel 03
Sikap Anak Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Makanan Jajanan

Sesudah
Sebelum
Sikap Jajan
n % n %
Baik 52 61,9 58 69
Kurang 32 38,1 26 31
Total 84 100 84 100
Berdasarkan hasil pengumpulan data, diketahui sebagian besar anak sekolah dasar
kelas V memiliki sikap jajan yang baik sebelum intervensi yaitu 61,9% dan sikap sesudah
intervensi yaitu baik 69%.

Pengaruh Penyuluhan terhadap Perubahan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah


Penyuluhan Makanan Jajanan
Tabel 04
Pengaruh Penyuluhan terhadap Perubahan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Makanan Jajanan
Variabel N Skor
Z p
Min Max
Pengetahuan - +
Sebelum 84 45 100 -7,565a 0,000
Sesudah 84 70 100
Berdasarkan tabel 04, di peroleh data bahwa ada pengaruh penyuluhan makanan
jajanan terhadap perubahan pengetahuan sebelum dan sesudah dengan nilai (p = 0,000 <
0,05).

Pengaruh Penyuluhan terhadap Perubahan Sikap Sebelum dan Sesudah Penyuluhan


Makanan Jajanan
Tabel 05
Pengaruh Penyuluhan terhadap Perubahan Sikap Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Makanan Jajanan

Variabel n Skor
Z p
Min Max
Sikap - +
Sebelum 84 4 14 -5,716a 0,000
Sesudah 84 5 15
Hasil penelitian menunjukkan pada tabel 09 bahwa ada pengaruh penyuluhan
makanan jajanan terhadap perubahan sikap sebelum dan sesudah dengan nilai (p = 0,000 <
0,05).

PEMBAHASAN
Pengetahuan Anak Sekolah mengenai Makanan Jajanan
Hasil pengetahuan makanan jajanan siswa kelas V di SD Negeri Mandai sebelum
diberikan penyuluhan yaitu baik 94% dan kurang 6%. Pada hasil penelitian pengetahuan
setelah diberikan penyuluhan mengalami peningkatan yaitu baik 100%. Hasil uji Wilcoxon
diperoleh nilai (p = 0,000 < 0,05) yang artinya ada pengaruh penyuluhan terhadap perubahan
pengetahuan pada siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pakhri, A
dkk (2018) dimana pengetahuan siswa sebelum diberikan edukasi gizi yang kurang
sebanyak 58% dan baik sebanyak 42%, sehingga hasil uji statistic Wilcoxon diperoleh nilai (p
= 0,000 < 0,05) yang artinya ada pengaruh edukasi gizi terhadap pengetahuan pada siswa
SMP Negeri 35 Makassar.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pengetahuan siswa mengenai makanan
jajanan mengalami peningkatan sesudah diberikan penyuluhan. Ketika seorang anak
diberikan informasi mengenai makanan jajanan melalui media seperti televisi, handphone,
gambar-gambar dan lainnya, maka mereka cenderung mengikuti informasi tersebut namun
tidak berlangsung lama jika tidak diberikan secara berulang-ulang. Jika penyuluhan atau
sosialisasi tidak diberikan lagi maka anak akan kembali dengan kebiasaan awalnya yaitu
mengonsumsi makanan jajanan sembarangan. Pengetahuan anak tentang pemilihan
makanan jajanan merupakan kepandaian anak dalam memilih makanan yang merupakan
sumber zat-zat gizi dan kepandaian anak dalam memilih makanan jajanan yang sehat.
Pengetahuan gizi pada anak sangat berpengaruh terhadap pemilihan makanan jajanan
mereka (Notoatmodjo, 2007).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pamengku PM (2018) dimana hasi uji
perbedaan pengetahuan sebelum penyuluhan dan sesudah penyuluhan pada kelompok
dengan media lembar balik menunjukkan angka 0.001 yang artinya ada pengaruh
penyuluhan terhadap perubahan pengetahuan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Santoso A (2017), hasil penelitian didapatkan nilai p = 0,000 artinya terjadi peningkatan
rata-rata nilai pengetahuan pada post-test sehingga dapat disimpulkan bahwa penyuluhan
menggunakan media minicard efektif dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang
jajanan sehat. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurhasanah, dkk (2014)
yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh setelah pemberian edukasi gizi terhadap
pengetahuan dan kebiasaan jajan siswa sebelum dan sesudah intervensi dengan nilai (p =
0,480 < 0,05).
Peningkatan hasil pengetahuan yang lebih besar pada nilai post test dengan selisih
6% disebabkan adanya hubungan penggunaan media lembar balik sebagai media
pendidikan kesehatan melalui penyuluhan gizi. Menurut Arsyad (2010), melalui gambar
siswa mampu mengenal dan menanggapi masalah kesehatan yang ada sesuai dengan
informasi yang didapatkan melalui media.
Salah satu cara untuk dapat meningkatkan pengetahuan adalah dengan pendidikan
kesehatan. Pendekatan dalam pemberian pendidikan kesehatan sangat banyak macamnya
antara lain metode ceramah, demonstrasi, diskusi kelompok, dan lain-lain. Kegiatan
penyuluhan merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam memberikan pendidikan
kesehatan. Untuk membantu dan memperagakan dalam proses pendidikan kesehatan, perlu
adanya suatu media. Media diketahui sangat membantu sasaran didik dalam menerima
informasi berdasarkan kemampuan penangkapan panca indera (Wulandari, 2016).

Sikap Anak Sekolah dalam Memilih Makanan Jajanan

Hasil penelitian sikap siswa dalam pemilihan makanan jajanan di SD Negeri Mandai
sebelum diberikan penyuluhan yaitu baik 61,9% dan kurang 38,1%. Sedangkan hasil
penelitian sikap sesudah diberikan penyuluhan yaitu baik 69% dan kurang 31%. Hasil uji
wilcoxon diperoleh nilai p = 0.000 artinya ada pengaruh penyuluhan terhadap perubahan
sikap jajan pada siswa. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2016)
menggunakan uji Wilcoxon, menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan atas sikap
tentang jajanan sehat sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan metode visual
aids. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Siwi, LR (2014) yaitu sikap pada
siswa kelas VI di SDN Seduri 1 Balongbendo Sidoarjo mengalami perubahan setelah
diberikan pendidikan kesehatan mengenai jajanan sehat dengan media audio visual.
Penelitian mengenai pengaruh pendidikan kesehatan tentang keamanan jajanan
terhadap pengetahuan dan sikap anak yang dilakukan oleh Mulyawati I (2017) didapatkan
hasil terdapat perbedaan yang signifikan sikap anak sebelum dan sesudah mendapat
pendidikan kesehatan tentang keamanan jajanan dengan p value 0,000 < α (0,05). Berbeda
halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Mutmainah (2014) pada kategori sikap
didapatkan peningkatan setelah penyuluhan, yaitu dari 75,44 menjadi 76,19. dan secara
statistik tidak signifikan karena untuk sikap didapatkan significancy 0,590 (p > 0,05).
Sikap di definisikan sebagai reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Di sini dapat di simpulkan bahwa manifestasi sikap itu
tidak dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial
(Notoatmodjo, 2007).
Jajan merupakan salah satu kebiasaan makan. Kebiasaan makan adalah tingkah
laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makanan yang
meliputi sikap, kepercayaan, dan pemilihan makanan (Khomsan, 2010). Pada dasarnya anak
sekolah dasar menyukai makanan jajanan, dibandingkan makanan berat (Setiawan, 2010).
Hasil wawancara yang dilakukan oleh Ridhayani, yang ditanyakan kepada siswa di tiga
sekolah dasar di Makassar diketahui bahwa alasan anak jajan karena lapar, jajanan itu enak,
tidak sempat sarapan, diberikan uang saku dari orang tua, dan harganya murah (Ridhayani,
2016). Sejalan dengan penelitian Suci (2009), menemukan bahwa 7 sekolah dasar di
Jakarta, penyebab anak jajan antara lain karena lapar (90,3%), 3,0% anak ingin seperti
teman lain (3%), dan anak tidak malu dan minder kepada temannya (0,8%).
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan siswa
dengan persentase 100%. Hal tersebut tidak sejalan dengan sikap anak dalam pemilihan
makanan jajanan sesudah penyuluhan yaitu 69%. Artinya pengetahuan yang baik belum
tentu praktiknya baik dalam memilih ataupun membeli makanan jajanan. Hal ini disebabkan
karena anak sekolah harus jajan dan lingkungan sekolah yang tidak menyediakan makanan
jajanan yang aman, seperti jajanan bakso yang panas di bungkus dengan plastik, sosis
goreng dengan bumbu yang mengandung bahan pewarna, gorengan dengan menggunakan
minyak goreng yang sudah hitam, makanan jajanan yang tidak tertutup, dan sebagainya.

KESIMPULAN
1. Tingkat pengetahuan anak sekolah dasar tentang jajanan sehat sebelum diberikan
penyuluhan yaitu baik 94% dan sesudah diberikan penyuluhan yaitu baik dengan
persentase 100%.
2. Sikap anak sekolah dasar tentang pemilihan makanan jajanan sebelum diberikan
penyuluhan yaitu baik 61,9% dan sesudah diberikan penyuluhan yaitu baik dengan
persentase 69%.
3. Terdapat perubahan pengetahuan dan sikap setelah diberikan penyuluhan
menggunakan media lembar balik (p = 0,000).

SARAN
1. Bagi pihak sekolah terutama guru, diharapkan dapat memberikan penyuluhan ataupun
sosialisasi mengenai makanan jajanan yang sehat secara berulang kepada siswa dan
memantau makanan yang dijual di kantin dan penjaja makanan di lingkungan sekolah
agar aman dikonsumsi dan sesuai syarat-syarat kesehatan.
2. Bagi siswa-siswi, diharapkan penyuluhan yang diberikan dapat meningkatkan
pengetahuan tentang makanan jajanan yang bergizi dan dapat memilih makanan
jajanan yang baik.
3. Bagi peneliti berikutnya, perlu mengadakan penelitian yang memberikan pengetahuan
kepada guru, penjaja makanan, baik itu di kantin ataupun di sekitar sekolah agar
makanan yang dijajakan aman untuk dikonsumsi anak sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A. (2010). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


Badan Pengawasan Obat dan Makanan. (2011). Laporan Tahunan 2011. Direktorat
Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan. Deputi Bidang Pengawasan
keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. Jakarta.
Fitri, C.N. (2012). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Konsumsi Makanan
Jajanan pada Siswa Sekolah Dasar di SDN Rawamangun 01 Pagi Jakarta Timur.
Skripsi. Jurusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Ilmu Gizi.
Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2013. Food System for Better
Nutrition. www.fao.org/publications/sofa/2013/en/. Akses 3 November 2017.
Infodatin. (2014). Situasi Pangan Jajanan Anak Sekolah. www.depkeg.go.id. Akses 3
September 2017.
Istiany, A. (2013). Gizi Terapan. Jakarta: Rosda.
Khusna N, Hadiyati B.S dan Zamahsyari S. (2014). Pengaruh Penyuluhan tentang Jajanan
Sehat terhadap Pengetahuan dan Sikap Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal
Kesehatan. Vol V (1).
Khomsan, A. 2010. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Maharani, P. (2015). Peluncuran Tiga Inovasi Baru Badan POM di Bidang Pengawasan
Pangan dan Obat-obatan. http://www.kemkes.go.id/development/site/ index.php.
Akses 3 September 2017.
Mulyawati, I, Asih Kuswardinah & Ani yuniastuti. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
tentang Keamanan Jajanan terhadap Pengetahuan Dan Sikap Anak. Public Health
Perspective Journal. Vol 2 (1).
Mutmainah, NU. Pengaruh Penyuluhan Makanan Jajanan Terhadap Tingkat Pengetahuan
dan Sikap Mengenai Makanan Jajanan pada Siswa Sd Negeri di Surakarta. Skripsi.
Fakultas Kedokteran.
Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nurhasanah A, Sofyan NS, Resnayati Y. (2014). Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap
Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Tentang Jajanan Sehat Pada Murid
Sekolah Dasar. Skripsi. Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
Pakhri, A, Chaerunnimah & Rahmiyati, R. (2018). Edukasi Gizi Terhadap Pengetahuan Dan
Kebiasaan Jajan Pada Siswa Smp Negeri 35 Makassar. Jurnal Media Gizi Pangan.
Volume 25 (1).
Pamengku, PM, Ninuk Sri Hartini & Rina Oktasari. (2018). Penggunaan Media Lembar Balik
Tentang Makanan Jajanan (Lembaja) Sebagai Upaya Peningkatan Pengetahuan
Anak Sekolah Dasar Tentang Pemilihan Makanan Jajanan. Skripsi. Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta. Program Studi DIV Gizi.
Ridhayani, Ika. (2016). Perilaku Jajan pada Siswa Sekolah Dasar di Kota Makassar Tahun.
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Santoso, A, Mazarina Devi & Agung Kurniawan. (2016). Peningkatan Pengetahuan Siswa
Mengenai Jajanan Sehat Menggunakan Media Minicard. Jurnal Preventia.
Setiawan, Edi. (2010). Hati-Hati Jangan Jajan Sembarangan. Kementrian Kesehatan RI,
Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA.
Siwi, LR, Esty Yunitasari & Ilya Krisnana (2014). Meningkatkan Perilaku Konsumsi Jajanan
Sehat Pada Anak Sekolah Melalui Media Audio Visual. Jurnal Pediomaternal. Vol 3
(1).
Suci, Eunike Sri Tyas. (2009). Gambaran Perilaku Jajan Murid Sekolah Dasar di Jakarta.
Jurnal Psikobuana. Vol.1 (1).
Wulandari, Ratna. (2016). Efek Smartcards dalam Meningkatkan Pengetahuan, Sikap, dan
Praktik dalam Memilih Pangan Jajanan. Journal Of Health Education. Unnes
Journal Of Public Health. Vol 1 (1).

Вам также может понравиться