Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ganggun gizi pada umumnya cenderung bermanifestasi dengan

protein. Kurang enegi protein termasuk kondisi patologi akibat kekurangan

protein dan kalori. Keadaan ini sering terjadi pada anak-anak dan juga

berkaitan dengan infeksi. Kondisi ini dapat ringan, sedang atau parah.

Gambaran klinik malnutrisi energi protein bervariasi dengan derajat lama

kehabisan protein dan energi. Umur individu dan modifikasi yang timbul oleh

adanya defisiensi vitamin, mineral dan unsure hara terkait.

B. TUJUAN

TUJUAN UMUM

Agar mahasiswa/I dapat memahami lbih luas tentang malnutrisi enegi protein.

TUJUAN KHUSUS

Agar mahasiswa/I dapat mengetahui :

a. Pengertian MEP

b. Patofisiologi

c. Etiologi

d. Komplikasi

e. Manifestasi klinik

f. Pemeriksaan diagnostic

g. Penatalaksanaan

h. Diagnosa keperawatan
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGETIAN

Kurang Energi Protein (KEP) : keadaan kurang gizi yang disebabkan

rendahnya konsumsi enegi dan protein

dalam makanan sehari-hari sehingga

memnuhi angka kebutuhan gizi (AKG).

(Pudjiani “Kapita Selekta Kedokteran”

edisi 3, Fakultas Kedokteran UI).

Malnutrisi Energi Protein : tidak adekuatnya intake potein dan kalori

yang dibutuhkan oleh tubuh. (Sunadi, Skp.

“Buku Pegangan Praktek Klinik”. Askep

pada anak edisi 1).

B. PATOFISIOLOGI

 Penyakit malnutrisi dengan kekurangan energi protein atau tidak

mencukupinya. Makanan bagi tubuh sering dengan marasmus dan

kwashiorkor.

 Khashiorko adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan

protein baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitasnya. Kekurangan

protein dalam makanan akan mengakibatkan kekurangan asam amino

esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintetis dan metabolisme

terutama sebagai petumbuhan dan perbaikan sel, makin berkurangnya


asam amino dalam serum menyebabkan berkurangnya produksi albumin

oleh hati, kulit akan tampak bersisik dan kering karena depigmentasi.

Anak dapat mengalami gangguan pada mata karena kekurangan vitamin A.

kekurangan mineral khususnya besi, kalsium dan seng. Edema yang terjadi

karena hipoproteinemia yang mana cairan akan berpindah dari

intravaskuler kompatemen ke rongga interstisial yang kemudian

menimbulkan asites. Gangguan gastrointestinal seperti adanya perlemakan

pada hati dan atropi pada sel acini pancreas.

 Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan kekurangan kalori dan

protein. Pada marasmus ditandai dengan atropi jaringan, terutama lapisan

sub kutan dan badan tampak kurus seperti orang tua. Pada marasmus

metabolisme lemak kurang terganggu dari pada kwashiorkor, sehingga

kekurangan vitamin biasanya minimal atau tidak ada pada marasmus tidak

ditemukan edema akibat dari hipoalbuminemia dan atau retensi sodium.

Pemenuhan kebutuhan dalam tubuh masih dapat dipenuhi dengan adanya

cadangan protein sebagi sumber energi.

C. ETIOLOGI

 Kakurangan kalori

 Kekurangan protein
D. KOMPLIKASI

a. Kwashiorkor

- Diare

- Infeksi

- Anemia

- Gangguan tumbuh kembang

- Hipokalemi

- Hipernatremi

b. Marasmus

- Infeksi

- Tuberkolosis

- Parasitosis

- Disentri

- Malnutrisi kronik

- Gangguan tumbuh kembang

E. MANIFESTASI KLINIS

KWASHIORKOR

- Muka sembab

- Lathargi

- Edema

- Jaringan otot menyusut

- Jaringan sub kutan tipis dan lembut

- Warna rambut pirang atau seperti rambut jagung


- Kulit kering dan bersisik

- Alopecia

- Anorexia

- Gagal dalam tumbuh kembang

- Tampak anemia

MARASMUS

- Badan kurus kering

- Tampak seperti orang tua

- Lethargi

- Iritabel

- Kulit berkeriput

- Ubun-ubun cekung pada bayi

- Jaringan subkutan

- Turgor kulit jelek

- Malaise

- Apatis

- Kelaparan

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

- Pemeriksaan fisik

- Pemeriksaan laboratorium, albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht,

transferin.
G. PENATALAKSANAAN TERAPEUTIK

- Diit Tinggi Kalori, Protein, Mineral dan Vitamin

- Pemberian terapi cairan dan elektrolit

- Penanganan diare bila ada, cairan, antidiare dan antibiotic.

H. ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

- Riwayat status – social – ekonomi

- Kaji riwayat pola makan

- Pengkajian antropometri

- Kaji manifestasi klinis

- Monitor hasil laboratorium

- Timbang BB

- Kaji TTV

- Libatkan keluarga dalam perawatan anak untuk pemenuhan kebutuhan

sehari-hari.

b. Diagnosa Keperawatan

- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak adekuatnya

intake nutrisi

- Kurang volume cairan tubuh dan kontipasi b.d kurangnya intake cairan

- Gangguan integritas kulit b.d asites

- Resiko infeksi b.d respon imun sekunder dan malnutrisi

- Kurangnya pengetahuan b.d kurang terpapar terhadap informasi


Perencanaan dan Intervensi

a. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan status nutrisi

- Kaji pola makan

R / : Untuk mengetahui asupan nutrisi

- Berikan makanan TKTP

R / : Untuk memenuhi kebutuhan kalori dan protein tambahan

- Timbang BB setiap hari

R / : Untuk memantau status nutrisi

- Tingkatkan pemberian ASI dengan pemasukan intake nutrisi yang

adekuat pada orang tua (ibu)

R / : dengan pemberian ASI dapat mengurangi kekebalan dan

durasi penyakit

b. Meningkatkan hidrasi dan mencegah konstipasi

- Berikan cairan yang adekuat sesuai dengan kondisinya

R / : untuk mempertahankan kebutuhan cairan yang adekuat

- Berikan cairan atau nutrisi parenteral : pantau kepatenan infus

R / : Untuk mengetahui asupan nutrisi

- Ukur intake darah output : 2 – 3 ml/kg/jam

R / : Untuk mengevaluasi kecukupan masukan cairan

- Auskultasi bising usus

R / : inflamasi/iritasi usus dapat menyertai hiperaktivitas,

penurunan absorbsi air dan diare


- Kaji tanda-tanda usus

R / : untuk mengetahui intake dan output

c. Meningkatkan integritas kulit

- Kaji kebutuhan kulit

R / : sebagai data dasar untuk intervensi selanjutnya

- Berikan alas matras yang lembut

R / : untuk mencegah atau mengurangi penekanan pada kulit

- Berikan cream kulit

R / : untuk melindungi kulit dari iritasi dan memberikan

kelembabab pada kulit

- Ganti segera pakaian yang lembab dan basah

R / : pakaian yang lembab dan basah dapat menyebabkan iritasi .

- Lakukan kebersihan kulit

R / : untuk mengurangi mikroorganisme

- Hindari penggunaan sabun yang dapat mengiritasi kulit

R / : untuk melindungi kulit dari iritasi

d. Mencegah terjadinya infeksi

- Kaji tanda-tanda infeksi : ukur suhu tubuh setiap 4 jam

R / : untuk memasikan pengenalan dan pengobatan yang segera

- Gunakan standar pencegahan universal ; kebersihan, mencuci

tangan bila akan kontak pada anak, menghindari dari aanak yang

infeksi

R / : Untuk menurunkan kemungkinan penyebaran infeksi


- Berikan imunisasi bagi anak yang belum diimunisasi

R / : imunisasi dapat meningkatka kekebalan tubuh dan mencegah

infeksi

e. Meningkatkan pengetahuan orang tua

- Ajar orang tua dalam pemenuhan nutrisi

R / : pengetahuan tentang hal malnutrisi dapat diketahui oleh

keluarga

- Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat

R / : agar orang tua mengetahui intake nutrisi yang adekuat

- Jelaskan kondisi yang terkait dengan malnutrisi

R / : meningkatkan pemahamam keluarga tentang malnutrisi

- Ajarkan ibu mengkonsumsi nutrisi yang adekuat untuk

meningkatkan produksi ASI

R / : ASI mengandung zat gizi yang tinggi

- Libatkan keluarga dalam perawatan anak untuk menemukan

kebutuhan sehari-hari

R / : keluarga mengerti keadaan anak dan mengurangi kecemasan.


I. IMPLEMENTASI

Sesuai interensi

EVALUASI

a. anak akan memperlihatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi secara adekuat

yang ditandai dengan berat badan normal sesuai dengan usia, nafsu makan

meningkat, dan tdak ditemukan manifestasi mainutrisi.

b. Anak tidak menunjukan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai dengan ubun-

ubun tidak, turgor kulit normal, membran mukosa lembab, out put urin

sesuai.

c. Anak menunjukan keutuhan integritas kulit yang ditandai dengan kulit

tidak bersisik, tidak kering dan elastisitas kulit normal.

d. Anak akan terbebas dari infeksi.

e. Orang tua memahami pemenuhan kebutuhann nitrisi pada anak.


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kep adalah: keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi

energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka

kebutuhan gizi. Kep disebabkan karena kekurangan protein dan kalori.

Berdasarkan penyebab umum kep: dibagi atas dua yaitu: kwashiorkor dan

marasmus
Table 55.1. Istilah dan Klarifikasi KEP

Tahun Jenis KEP Istilah dan klasifikasi Dasar diagnosis


< tahun 50- Berat Kwashiorkor, marasmus, - Klinik
an atrofi, cachexia, dsb. - Lab. (Albumin)
Malnutrition:
tahun 50- Ringan-Berat - (overmalnutrition Antropometrik
an ) = Gomez, 1956
- undermainnutriti
on
- ringan/sedang
- berat (K-M-MK)
Ringan-Berat Protein Calorie Klinik/Lab./Antropomet
Tahun 60- Malnutrition (PCM): = Scoring System
an - ringan/sedang Mc Laren, 1967
- berat (K-M-MK) = Jelliffe, 1966
Protein energy
Ringan-Berat malnutrition (PEM): Klinik/Lab./Antropomet
Tahun 70- -ringan/sedang. = welcome trust pai
an -berat (K-M-MK) 1970
= nomogran Mc Laren
1975.
Dikutip dari ilmu gizi klinis (Pudjiani S).3

Derajat malnutrition BB % terhadap st BB/U


Derajat I 90-75

Derajat II 75-60

Derajat III < 60


3
Dikutip dari ilmu gizi klinis (Pudjiani S).

Derajat malnutrition BB % terhadap st. BB/TB


Derajad I 80-90

Derajat II 70-80
Derajat III < 70
Dikutip dari Ilmu Gizi Klinis (Pudjiani S).3

Table 55. 4 Klarifikasi Kep menurut the Wellcome trust party, 1970

Derajat malnutrition BB % terhadap st BB/U


80-60 < 60

Ederma (-) undernutrition marasmus

Ederma (+) kwashiorkor marasmus-kwasiorkor


Dikutip dari ilmu gizi klinis (Pudjiani S)3

Table 55.5 Scoring system menurut Mc Laren, 1967

Gejala klinik Skor


Edema 3

Dematosis 2

Edema + dermatosis 6

Hair chance 1

Hepatomegali 1

Serum albumin/total protein

< 1, 00/<3,25 7

1,00-1,49/3,25-3,99 6

1,5-1,99/4,00-4,74 5

4,75-2,49/4,75-5,49 4

2,50-2,99/5,50-6,24 3

3,00-3,49/6,25-6,99 2

3,50-3,99/7,00-7,74 1

> 4,00/>7,75 0
Penilaian:

Skor 0-3 : Marasmus


Skor 4-8 : Marasmus-kwasiorkor

Skor 9-15 : kwashiorkor

Dikutip dari ilmu gizi klinis (Pudjiani S).3

Sediakan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental.

Pada KEP berat terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku,

karenannya berikan :

 Kasih saying

 Lingkungan yang ceria

 Terapi bermain terstruktur selama 15-30 menit/hari

 Aktivitas fisik segera setelah sembuh

 Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain, dsb).

Siapkan follow up setelah sembuh

Bila berat anak sudah mencapai 80 % BB/U, dapat dikatakan anak sembuh. Pola

pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah setelah

penderita dipulangkan.

Tunjukan kepada orang tua:

 Pemberian makan yang sering dan kandungan energi dan nutrient yang

padat

 Terapi bermain terstruktur

Sarankan:

 Membawa anaknya kembali untuk kontroll secara teratur


 Pemberian suntikan/imunisasi ulang (booster)

 Pemberian vitamin A setiap 6 bulan.

Selain itu atasi penyakit penyerta, yaitu:

1. defisiensi vitamin A, seperti koreksi defisiensi nutrient mikro

2. dermatosis

umumnya difisiensi Zn terdapat pada keadaan ini dan dermatosis

membaik dengan pemberian suplementasi Zn. Selain itu:

 kompres bagian kulit yang terkena dengan KmnO (K-

permanganat). 1 % selama 10 menit.

 Beri salep/krim (Zn dengan minyak kastor)

 Jaga daerah perineum agar tetap kering

3. parasit atau cacaing beri membendazol 100 mg oral, 2 x sehari selama 3

hari

4. diare melanjut

diare biasa menyertai dan berkurang dengan sendirinya pada pemberian

makanan secara berhati-hati. Bila ada intelorasi laktosa (jarang). Obati

hanya bila diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum. Berikan

formula bebas/rendah laktosa. Kerusakan mukosa usus dan giardiasis

merupakan penyebab lain melanjutnya diare. Bila mungkin lakukan

pemeriksaan tinja mikrosskopik. Beri metrodinazol 7,5 mg/kg BB setiap 8

jam selama 7 hari.

5. tuberculosis, obati sesuai pedoman TB


bila pasien pulang sebelum rehabilitasi tuntas (BB/U > 80 % atau BB/Tb > 90

%)., di rumah harus sering diberi makanan tinggi energi ( 150 kkal/kg BB/hari)

dan tinggi protein ( 4 g/kgBB/hari)

 beri anak makanan yang sesuai (energi dan protein) paling sedikit 5 kali

sehari

 beri makanan selingan diantara makanan utama

 upayakan makanan selalu dihabiskan

 beri suplementasi vitamin danmineral/elektorlit

 teruskanASi

kegagalan pengobatan tercermin pada:

1. tingginya angka kematian

bila mortalitas > 5 %, perhatikan apakah kematian terjadi pada:

 dalam 24 jam: kemungkinan hipoglikemia, hipotermia, sepsis

terlambat atau tidak diatasi, atau proses dehidrasi kurang tepat

 dalam 72 jam: cek apakah volume formula terlalu banyakl atau

pemilihan formula tidak tepat

 malam hari: kemungkinan hipotermia karena selimut kurang memadai,

tidak diberi makan.

2. kenaikan berat badan tidak addekuat pada fase rehabilitasi

penilaian kenaikan BB:

 baik : > 10 g/kg BB/hari

 sedang : 5-10 g/kg BB/hari

 kurang : <5 g/kg BB/hari


kemungkinan kenaikan BB, antara lain:

 pemberian makanan tidak adekuat

 defisiensi nutrient tertentu: vitamin, mineral

 infeksi yang tidak terdektesi, sehingga tidaak diobati

 HIV/AIDS

 Masalah psikologik

Tindakan pada kegawatan

1. shock

sulit membedakan dehidrasi atau sepsis. Shock karena dehidrasi akan

membaik dengan cepat pada pemberian cairan intravena. Pedoman

pemberian cairan:

 berikan 15 ml/kg BB dalam 1 jam pertama cairan dektrosa 5 %:

NaCL 0,9 % = 1:1 atau larutan ringer dengan dekstrosa 5 %.

Evaluasi setelah 1 jam

 ulangi pemberian cairan seperti diatas, kemdian lanjutkandengan

cairan per oral atau nasogastrik (resomal/penggantinya) sebanyak

10 ml/kg BB/jam sampai 10 jam.

 selanjutnya beri formula khusus

bila tidak ada perbaikan klinis setelah pemberian cairan pertama,

anggap anak menderita sepsis,sehingga beri cairan rumat 4 ml/kg

BB/jam. Berikan darah segar 10 ml/kg BB perlahan-lahan (selama 3

jam). Selanjutnya mulai berikan formula khusus

2. anemia berat
transfusi darah diberikan bila:

 Hb < 4 gram/dl

 Atau bila ada distress napas dan Hb 4-6 gram/dl

Beri transfuse darah berupa darah segar 10 ml/kg BB dalam tiga jam.

Bila ada tanda gagal jantung gunakan packed red cells untuk transfuse

dengan jumlah yang sama, beri furosemid 1 mg/kg BB, IV pada

transfuse dimulai. Bila anak dengan distress pernapasan setelah

transfuse HB tetap < dari 4 g/dl atau antara 4-6 g/dl jangan ulangi

pmberian darah.
TUGAS

KEPERAWATAN ANAK

KEKURANGAN ENERGI PRROTEIN

NAMA : FERLYANTJE M. RATU

NIM : PO 0320104054

TINGKAT : II EKSTENSI

POLITEKNIK KESEHATAN KUPANG

JURUSAN KEPERAWATAN

2006

Вам также может понравиться