Вы находитесь на странице: 1из 22

BAB II

GAMBARAN UMUM KOTA BANJARMASIN

2.1. Geografi

2.1.1. Letak Wilayah

Secara Nasional Puskesmas Kelayan Timur terletak antara 3º16’ 46’’ derajat dan 3º 22’ 54’’

derajat (intang selatan serta 114º 31’40 derajat dan 114º39’55’’ derajat timur timur pada

ketinggian 0,16 m di bawah permukaan kencang dengan kondist tanah sebagian besar dart rawa-

rawa pada waktu air pasang hampir seluruh wilayah digenangi alr

2.1.2 Iklim

Kondisi tanah sebagian besar terdiri dari rawa-rawa tergenang air, disamping pengaruh

musim hujan dan musim kemarau sehingga iklimnya bersifat tropis. Suhu rata-rata antara 25

sampai 28 derajat, curah hujan rata-rata 277,9 mm perbulan, dengan jumlah hari hujan 156 hari

selama satu tahun.

2. 1. 3 Topografi dan Geologi

Wilayah Puskesmas Kelayan Timur tertetak di sepanjang sungai Kelayan kemiringan antara

0,13% dengan susunan geologi sebagian besar bagan bawahnya dialokasikan oteh tempung

dengan sisipan pasir halus dan endapan aluvium yang terdiri dan tempung hitam keabuan dan

lunak
2. 1.4 Luas Wilayah

Wilayah Puskesmas Ketayan Timur berada di sebelah selatan dari wilayah Kota

Banjarmasin, dengan tuas 1,73 Km dengan batas batas wilayah sebagai berikut :

2.2 Karakteristik Demografi

Kebijakan pembangunan kependudukan yang didukung pada peningkatan Angka Pembangunan

Ekonomi (IPM) dan Kota Banjarmasin pada tahun 2016 sesuai urutan ke 2 dani 13 kabupaten /

Kota di Kalimantan Selatan dengan angka 74,94.Sedangkan pada tahun 2016 diharapkan akan

diperoleh 75 , 29.

2.2.1 Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk tahun 1990-2000 mencapai 1,02% dan tahun 2000-2014

pertumbuhan penduduk mencapai1,72%.

2.2.2. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk Puskesmas Kelayan Timur pada tahun 2017 kelurahan Kelayan

Timur kepadatan mencapai 4008,24 jiwa/km² dan kelurahan Kelayan Tengah mencapai 46,752

jiwa/km². Luas Puskesmas Kelayan Timur dapat disimpulkan bahwa termasuk dalam kategori

sangat padat.

2.2.3. Komposisi Penduduk dan Rasio Tanggungan

Komposisi penduduk menurut umur ini dipengaruhi oleh indicator demografi yaitu

kelahiran, kematian dan imigrasi. Selanjutnya perubahan-perubahan dalam komposisi penduduk


akan mempengaruhi pola berbagai aspek kehidupan, antara lain aspek ekonomi, budaya,

pendidikan, politik dan lingkungan.

Perubahan komposisi penduduk menurut umur serta rasio beban tanggungan terlihat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 2.1. Komposisi Penduduk Menurut Golongan Umur dan Beban Tanggungan diPuskesmas
Kelayan Timur Tahun 2014 S/D 2017

Rasio Beban
Tahun 0-14 Tahun 15-64 Tahun >65 Tahun
Tanggungan
2014 8124 15145 1312
2015 8694 16095 1362
2016 8809 16200 1380
2017 9154 16303 1395
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Banjarmasin

2.2.4. Keluarga Miskin

Keluarga miskin yang menjadi tanggungan jam kesmas tahun 2013 jumlah penduduk

miskin sebanyak : 8511 jiwa, keluarga miskin tahun 2014 sebanyak 8592 jiwa. Pada tahun 2015

sebanyak 8594 jiwa. Pada tahun 2016 jumlah penduduk miskin sebanyak 9465 jiwa. Pada tahun

2017 penduduk miskin sebanyak 10203 jiwa. Pada tahun 2016 terjadi kenaikan penduduk miskin

sebanyak 871 jiwa (10%) dan pada tahun 2017 terjadi kenaikan sekitar 738 jiwa (9%).

2.3 Sosial Budaya Dan Ekonomi

2.3.1. Sosial Budaya

Kehidupan social budaya penduduk wilayah Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin

sangat dipengaruhi oleh budaya suku Banjar yang merupakan penduduk asli, diikuti Jawa,
Dayak, Madura dan lainnya. Penduduk kota kehidupannya bersifat agamis dengan sebagian

besar penduduk memeluk agama islam.

2.3.2. Pendidikan

Keberhasilan pembangunan juga dapat dilihat dari segi pendidikan. Salah satu

indikatornya yaitu meningkatnya jumlah penduduk yang melek huruf. Oleh sebab itu,

pemerintah telah mencanangkan program pemberantasan buta huruf. Persentase buta huruf

banyak ditemuka pada usia tua, sedangkan pada usia muda jarang ditemukan yang buta huruf.

Adapun angka melek huruf untuk penduduk 15 tahun keatas di Kota Banjarmasin.

2.4 Lingkungan Perumahan

Lingkungan perumahan pada wilayah kerja Kelayan Timur. Apabila pada waktu air

pasang hampir seluruh wilayah digenangi air. Sesuai dengan kondisi perumahan yang padat

penduduk. Sebagian penduduk yang berada dibantaran sungai, sungai oleh masyarakat sebagai

sarana transportasi dan sumber air untuk keperluan MCK (mandi, cuci dan kakus), perilaku

memanfaatkan air sungai sebagai sumber untuk MCK inilah yang menyebabkan rawannya

terjadi water borne seperti penyakit saluran pencernaan dan gangguan gigi.

2.4.1. Air Bersih

Cakupan air ledeng sebagai sumber air minum rumah tangga terus mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun, dan sambungan perpipaan dari PDAM sudah mencapai 98%

wilayah perumahan.
2.4.2. Pembuangan Limbah

Limbah terbesar diwilayah Puskesmas Kelayan Timur adalah limbah rumah tangga

termasuk sampah. Sarana pembuangan limbah cair seperti air buangan bekas cucian tidak

tersedia karena kondisi geografis berawa-rawa sehingga limbah rumah-rumah tangga langsung

dibawa ketanah, warung-warung makan yang terletak disepanjang jalan kelayan B masih

dibuang ke got dan sungai dan langsung dibawa ketanah.

2.4.3. Penyehatan Perumahan

Cakupan angka rumah sehat diPuskesmas Kelayan Timur yaitu mencapai 63%.

2.4.5. Pembuangan Sampah

Sampah yang berasal dari pusat perdagangan dan rumah tangga diwilayah kerja

Puskesmas Kelayan Timur sangat sulit untuk pembuangan sampahnya, karena lokasi dilokasi ini

tidak terdapat TPS (Tempat Pembuangan Sementara).

Sedangkan dalam hal pengelolaan sampah rumah tangga umumnya dilakukan dengan

cara dibakar 30% dan hanya 20% yang diangkut oleh petugas pengambil sampah. Cara lain

adalah dengan cara ditimbun dalam tanah, dibuat kompos, dibuang kekali/parit/laut dan dibuang

sembarangan.
BAB III

DERAJAT PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

3.1 Visi Dan Misi

3.1.1 Visi

Visi pembangunan kesehatan di Puskesmas Kelayan Timur yang menjadi harapan adalah

“Kayuh Baimbai Menuju Banjarmasin”BAIMAN” (Bertaqwa, Aman, Indah, Maju, Amanah dan

Nyaman)”. Dengan visi ini diharapkan dukungan dari masyarakat untuk mewujudkan

peningkatan derajat kesehatan.

3.1.2 Misi

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, terjangkau, berkeadilan

2. Membangun profesionalisme dengan memberikan pelayanan kesehatan yang optimal baik

individu, keluarga dan masyarakat

3. Mendorong kemandirian hidup masyarakat diwilayah kerja Puskesmas Kelayan Timur

4. Menggerakkan peran aktif masyarakat dalam mewujudkan lingkungan yang sehat

3.1.3 Sasaran

1. Meningkatkan aksebilitas puskesmas dan pelayanannya sehingga kesehatan masyarakat

dapat terpantau dengan baik

2. Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga pelayanan kesehatan melalui peningkatan

kualitas sumber daya manusia, kelengkapan sarana dan prasarana kesehatan

3. Pelayanan yang bermutu diberikan oleh petugas yang professional dan handal
4. Sarana dan prasarana fisik yang memadai menuju proses pelayanan puskesmas yang

layak

5. Jaminan pelayanan kesehatan harus dimiliki oleh anggota masyarakat untuk

mencipatakan pemerataan pemanfaatan pelayanan kesehatan sehingga mendukung

peningkatan status kesehatan

6. Memberikan pelayanan yang standar kepada keluarga miskin melalui program subsidi

pemerintah

7. Memprioritaskan kegiatan pada upaya promotif dan preventif (paradigm sehat) dengan

tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitative

8. Pengelolaan kesehatan terpadu akan semakin dikembangkan dengan mendorong peran

serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan

9. Memberantas, mencegah dan menangani penyakit menular maupun tidak menular yang

menjadi masalah serta menanggulanginya bila terjadi KLB/wabah agar tidak terjadi

penyebaran penyakit yang lebih lanjut

10. Melaksanakan perbaikan gizi masyarakat dalam upaya peningkatan status gizi yang

optimal terutama pada balita dan ibu hamil

11. Setiap ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas mendapatkan pelayanan kesehatan yang

adekuat terutama untuk kasus kegawatan obstetric

12. Penduduk usia lanjut mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kondisi

kesehatannya dan dengan indikasi tepat akan dirujuk

13. Pelaksanaan pemantauan tumbuh kembang anak dan kesehatannya mulai neonatal, bayi,

balita hingga usia pra sekolah.


14. Perbaikan lingkungan disetiap pemukiman, tempat-tempat umum, tempat usaha dan

sarana kesehatan melalui penyediaan sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan

15. Tersedianya sumber air bersih yang memenuhi syarat kesehatan bagi masyarakat

16. Sistem informasi kesehatan dikembangkan lebih diarahkan untuk menciptakan

kemampuan menyediakan data dan informasi yang diperlukan dalam mencapai visi

Banjarmasin sehat, mandiri dan berkeadilan.

3.2 Derajat Kesehatan Puskesmas Kelayan Timur Tahun 2017

Salah satu tolak ukur yang digunakan untuk mengukur kinerja keberhasilan

pembangunan kesehatan kepada masyarakat yang merupakan indikator fungsi pemerintah dalam

mengurus keperluan dasar bidang kesehatan adalah menggunakan indikator kinerja dari Standar

Pelayanan Minimal (SPM).

Indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) dikelompokkan berdasarkan 4

(empat) kelompok program yang terkandung pada visi “Mewujudkan Pelayanan Yang Optimal

dan Berkualitas).

3.2.1 Angka Kematian Bayi

Angka kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai

bayi belum berusia tepat satu bulan. Bayi lahir mati adalah kematian yang terjadi pada bayi yang

dilahirkan yang ditandai dengan tidak adanya satupun tanda-tanda kehidupan pada saat atau

setelah kelahiran. Selama beberapa tahun terakhir kematian bayi yang terbanyak adalah

disebabkan oleh lahir premature kemudian terbanyak kedua adalah aspixia serta faktor lain-lain

seperti kejang demam. Dari data diatas dapat dilihat bahwa angka kematian bayi diPuskesmas

Kelayan Timur masih fluktuatif, pada tahun 2013 8 orang (2,07%) dan ditahun 2014 tetap
bertahan dengan jumlah kematian 8 orang (2,07%) pada tahun 2015 turun menjadi 4 orang

(1,03%) dibandingkan tahun 2014. Pada tahun 2016 terjadi kenaikan kematian bayi sebanyak 6

orang dan tahun 2017 menurun menjadi 5 orang. Dalam perkembangan 3 tahun terakhir ini,

AKB menunjukkan keadaan yang fluktuatif. Hal ini mengungkapkan bahwa segala upaya

intervensi untuk menurunkan penyebab kematian bayi belum menunjukkan keberhasilan secara

bermakna. Oleh sebab itu, perlu dikaji lebih lanjut kendala dan hambatan yang mengakibatkan

intervensi tidak memperlihatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator status kesehatan masyarakat

yang terkait dengan berbagai indikator kesehatan dan indikator pembangunan lainnya. AKB

sangat sensitive terhadap ketersediaan, pemanfaatan dan kualitas pelayanan/perawatan antenatal

dan post-natal. Disamping itu, AKB juga berhubungan dengan lingkungan dan social ekonomi

seperti pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga dan pendidikan ibu, jadi AKB juga

memiliki keterkaitan dengan faktor-faktor pembangunan umum tingkat AKB tidak hanya

menggambarkan keberhasilan pembangunan sektor umum. Ada beberapa hal yang menyebab

angka kematian bayi dikota Banjarmasin yang fluktuatif yaitu antara lain :

a) Penduduk wilayah kerja Puskesmas Kelayan Timur sangat heterogen karena

merupakan ibu kota propinsi sehingga permasalahan kesehatan masyarakat yang

berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi juga sangat kompleks

b) Masih kurangnya pengetahuan ibu mengenai pengenalan tanda bahaya pada ibu hamil

resiko tinggi oleh masyarakat dan sebagian dari petugas kesehatan, hal ini penting

untuk persiapan rujukan yang tepat dalam masa kehamilan atau rujukan terencana

sehingga dapat menekan kematian ibu melahirkan dan kematian bayi


c) Pemanfaatan Buku KIA masih belum optimal oleh keluarga/masyarakat sebagai sarana

pendidikan dan penyuluhan bagi ibu hamil, ibu nifas dan ibu balita agar dapat

mempersiapkan kehamilan, kelahiran dan perawatan bayi baru lahir yang lebih sehat

d) Kurangnya sinkronisasi dan koordinasi program-program antar instansi dan antar

pemerintah dan swasta dan lembaga swadaya yang melibatkan peran aktif masyarakat

termasuk rumah sakit, karena hampir semua kematian bayi bertempat dirumah sakit

Dalam upaya penurunan AKI dan AKB, berbagai intervensi dalam bidang pelayanan KIA

sudah dicoba dilakukan. Dalam pelaksanaannya, diketahui bahwa sebenarnya perlu keterlbatan

berbagai pihak untuk mencapai tujuan penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) maupun

Kematian Ibu (AKI). Beberapa upaya yang telah dilaksanakan oleh Puskesmas Kelayan Timur

antara lain :

1. Pemberdayaan keluarga dan pemberdayaan masyarakat (pemanfaatan Buku KIA,

posyandu, kelas ibu hamil dan balita)

2. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi lintas sector

3. Dan meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan anak yang komprehensif dan

berkualitas melalui :

a) Kunjungan neonatal, bayi, anak balita

b) Kunjungan bagi neonatal dengan resiko tinggi

c) Penanganan komplikasi neonatal

d) Manajemen Asfiksia, BBLR dan MTBS/MTBM

e) SDIDTK, pelayanan PKPR dan Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah

(UKS)
4. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas melalui pendidikan dan

pelatihan

5. Peningkatan pengelolaan manajemen program

a) Pelaksanaan Audit Maternal dan Perinatal (AMP)

b) Analisa data dan pelaporan

c) Bimbingan, Monitoring dan Evaluasi Program

Upaya penurunan angka kematian bayi maupun kematian ibu dalam pelaksanaannya bukan

hanya dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas Kelayan Timur namun lebh kepada

kerjasama lintas sector mengingat AKB terkait berbagai masalah sosial ekonomi dan

peberdayaan perempuan dimana pendekatan untuk mencegah orang sehat menjadi sakit banyak

dilakukan oleh sector lain missal pangan dan gizi, sanitasi, lingkungan kerja, pemberdayaan

masyarakat dan sebagainya termasuk ibu dengan usia muda mempunyai resiko menyebabkan

kematian, sedangkan pendekatan yang mengarah pada pelayanan kesehatan dari pelayanan

primer sampai rujukan dirumah sakit yang tentunya dilakukan oleh pelaku sector kesehatan. Jadi

menurunkan AKB adalah menjadi tanggung jawab bersama karena keberhasilannya terkait

dengan sasaran MDG’s dan indeks pembangunan manusia.

3.2.2. Angka Kematian Balita

Angka kematian balita disini dikhususkan untuk anak balita (AKABA) umur 1-5 tahun

adalah angka kematian balita per 1.000 kelahiran hidup. Seperti halnya angka kematian ibu dan

bayi, AKABA juga dapat memberikan gambaran status kelangsungan hidup disuatu wilaya,

gambaran tingkat permasalahan kesehatan anak balita, gambaran tingkat pelayanan

KIA/posyandu, gambaran tingkat keberhasilan program KIA/posyandu dan memberikan

gambaran kondisi sanitasi lingkungan. Ada beberapa faktor yang berkenaan dengan perilaku
tidak tepat dan kurangnya pengetahuan berkonteribusi pada kematian anak balita yaitu antara

lain :

1. Para ibu dan masyarakat tidak memiliki pengetahuan tentang penanggulangan atau

pengobatan penyakit-penyakit umum anak

2. Para ibu tidak menyadari pentingnya pemberian ASI, cakupan ASI ekslusif masih rendah

3. Praktek-praktek sanitasi dan kebersihan yang buruk

4. Praktek pemberian makan bayi dan pelayanan lainnya yang buruk mengakibatkan gizi

kurang pada ibu dan anak-anak, yang merupakan penyebab dasar kematian anak

Seperti halnya kematian bayi upaya intervensi untuk menurunkan angka kematian anak

balita juga perlu melibatkan berbagai pihak baik lintas sector maupun lintas program, beberapa

upaya yang telah dilakukan oleh Puskesmas Kelayan Timur kota Banjarmasin dalam upaya

menurunkan angka kematian bayi antara lain adalah :

1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas melalui pendidikan dan pelatihan

(MTBS,SDIDTK)

2. Kunjungan rumah (care seeking) bagi bayi dan anak balita sakit

3. Upaya perbaikan gizi melalui kegiatan yang mencakup peningkatan program pemberian

air susu ibu (ASI) ekslusif, upaya penanggulangan gizi mikro melalui pemberian Vitamin

A, Taburia

4. Meningkatkan kegiatan promotive seperti penyuluhan dan kelas ibu balita


3.2.3. Angka Kematian Ibu

Berdasarkan data, jumlah kematian ibu diPuskesmas Kelayan Timur dalam 5 tahun

terakhir sangat fluktuatif. Pada tahun 2014 dan 2015 terjadi penurunan jumlah kematian ibu

sebesar 0% dibandingkan data tahun 2012 dan 2013. Dan pada tahun 2016 ada 1 orang kematian

ibu bersalin karena perdarahan dan tahun 2017 ada 1 orang kematian ibu akibat PEB dengan

odem baru, kematian ibu merupakan hasil dari interaksi berbagai aspek, baik aspek klinik, aspek

sistem pelayanan maupun faktor-faktor non-kesehatan yang mempengaruhi pemberian pelayanan

secara optimal. Beberapa masalah dalam upaya penurunan kematian ibu adalah :

1. Masih kurang optimalnya akses pelayanan, kualitas pelayanan kesehatan ibu, penanganan

persalinan yang adekuat dan penatalaksanaan awal kegawatdaruratan kesehatan ibu dan

neonatal ditingkat dasar dan rujukan.

2. Rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu yang

menyebabkan 2 dari 3 terlambat diantaranya keterlambatan mengenali tanda bahaya

karena tidak mengetahui kehamilannya beresiko tinggi, terlambat mencapai fasilitas

kesehatan karena masalah tradisi/kepercayaan dalam keluarga sehingga terlambat

mengambil keputusan

3. Masih rendahnya status kesehatan, pendidikan kesehatan reproduksi dan gizi wanita dan

remaja sehingga mutu kesehatan ibu sebelum dan saat hamil tidak optimal

4. Masih rendahnya sosial ekonomi budaya masyarakat, sehingga masih ada pertolongan

persalinan oleh DK (Dukun Kampung)

Pada tahun 2012 penyebab utama kematian ibu sebesar 100% didominasi oleh yaitu

preeklampsi/eklampsi. Sesuai hasil analisa sensus penduduk 2010, proporsi penyebab kematian
telah berubah dimana perdarahan dan infeksi semakin menurun sedangkan hipertensi dalam

kehamilan (HDK) yang merupakan salah satu dari trias gejala preeklampsi dan eklampsi semakin

meningkat.

Berdasarkan penelitian kira-kira 15-25% wanita yang didiagnosis awal dengan hipertensi

dalam kehamilan akan mengalami pre eklampsia berat. Karena penyebab utama keadaan pre

eklampsia tidak diketahui sehingga tenaga kesehatan dan ibu hamil akan sulit memprediksi yang

mana akan mengalami preeklampsia. Hal ini menempatkan setiap ibu mempunyai resiko

mengalami komplikasi kebidanan yang dapat mengancam jiwanya.

Upaya penurunan jumlah kematian ibu di Puskesmas Kelayan Timur telah dilaksanakan

yaitu:

1. Peningkatan cakupan dan akses pelayanan kesehatan ibu yang komprehensif dan

berkualitas

a) Antenatal terpadu

b) Asuhan persalinan normal difasilitas kesehatan

c) Pelayanan KB paska persalinan

d) Skrining/deteksi dini resiko tinggi pada bumil, bulin dan ibu nifas

e) Home care/kunjungan rumah pada bumil, ibu bersalin dan ibu nifas

f) Penanganan komplikasi obsteri yang adekuat

g) Pelaksanaan PERDA KIBBLA

2. Meningkatkan kemitraan lintas sektor dan lintas program

a) Kemitraan dengan TNI/POLRI, Kemenag. BKBPMP

b) Pendampingan LP/LS pada ibu hamil/bersalin/nifas beresiko


c) Kemitraan DK

3. Pemberdayaan keluarga dan masyarakat

a) Pelaksanaan kelas ibu hamil

b) P4K

4. Peningkatan surveilans dan informasi KIA

a) Penerapan buku KIA

b) Audit maternal perinatal

c) PWS KIA

d) Bimbingan, monitoring dan evaluasi program

3.3 Angka Kesakitan

3.3.1. Penyakit Terbanyak

Gambaran 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Kelayan Timur tahun 2017 dapat

dilihat pada tabel 3.1. :

No Penyakit Kode Penyakit Jumlah


1. Hipertensi Essensial (primer) I110 4629
2. Dyspepsia K30 3059
3. Batuk R05 2214
4. Gangguan Kulit dan jaringan Subkutan lainnya L98 2004
5. Sakit kepala R51 1710
6. ISFA ISFA 1673
7. Infeksi Saluran Nafas Atas J06 1637
8. Arthritis Lainnya M13 1561
9. Myalgia M791 1291
10. Penyakit Pulpa dan Jaringan Peripical lainnya K04 1287
Dari 10 penyakit terbanyak yang ada di Puskesmas Kelayan Timur, penyakit tidak menular

yang paling banyak diderita adalah Hipertensi Esensial dan Dyspepsia. Sedangkan penyakit

menular yang terbanyak adalah batuk dan ISFA dan Gangguan Kulit dan Jaringan Subkutan

lainnya yang paling banyak diderita. Penyakit gigi yang banyak diderita adalah penyakit pulpa

dan jaringan peripical lainnya.

Tabel 3.2 Trend 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kelayan Timur

Dari Tahun 2013 s/d 2017

Trend
No Nama Penyakit
2013 2014 2015 2016 2017
1. Hipertensi 1 1 1 1 7
2. Dyspepsia 2 2 2 2 2
3. Batuk 3 3 3 3 3
4. Influenza karena virus yang tidak
4 4 4 4 4
teridentifikasi
5. Sakit Kepala 7 6 5 6 5
6. Gangguan Kulit dan Jaringan
6 5 6 5 4
Penunjang Lainnya
7. Artritis lainnya 5 8 7 8 8
8. Myalgia 10 10 8 10 9
9. Penyakit Gingvitis dan Periodental 8 7 9 7 7
10. Gangguan Gigi dan Jaringan
13 9 19 9 10
Penunjang Lainnya

Tabel 3.2 diatas menggambarkan bahwa untuk penyakit tidak menular Hipertensi dan

Dyspepsia menjadi penyakit terbanyak dari tahun 2013 tetap menduduki penyakit terbanyak

sedangkan penyakit menular seperti penyakit batuk dan influenza menjadi penyakit terbanyak

nomor 3 dan nomor 4.


3.4 Sarana dan Prasarana

Sarana Kesehatan dan Sarana Pendukung Pelayanan Kesehatan Puskesmas kelayan Timur :

a) Puskesmas induk 1 buah

b) Puskesmas pembantu 3 buah

c) Puskesmas keliling 1 buah

d) Posyandu balita 17 buah

e) Posyandu lansia 2 buah

f) Batra (Pengobatan Tradisional) 8 buah

3.4.1. Posyandu Menurut Strata

Kondisi posyandu di Puskesmas Kelayan Timur masih belum seperti yang diharapkan dan

masih perlu pembenahan serta mendapat perhatian dari semua pihak terkait. Tingkat

perkembangan posyandu dapat dilihat pada tabel 3.3

Tabel 3.3 Tingkat Perkembangan Posyandu di Kota Banjarmasin Tahun 2013 s/d 2017

Tahun
Strata
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Pratama 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Madya 94% 88,2% 82,3% 70,57% 88% 88%
Purnama 5,8% 11,7% 17,7% 29,4% 12% 12%
Mandiri 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Dari tabel 3.3. terlihat posyandu pratama dari tahun 2000 ke 2017 tidak ada lagi. Ini sesuai

harapan bahwa posyandu harus makin naik stratanya. Penambahan jumlah posyandu purnama,

yaitu pada tahun 2011 terdapat 1 buah kemudian pada tahun 2013 meningkat menjadi 2 buah.

Pada tahun 2014 sampai tahun 2017 posyandu Purnama masih 2 buah belum ada penambahan.
3.4.2. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)

Upaya kesehatan bersumber masyarakat yang dikembangkan di Puskesmas Kelayan Timur

antara lain posyandu, poskesdes, posbindu, kelurahan siaga, toga, batra.

Dari 2 kelurahan yang telah ada telah dikembangkan menjadi kelurahan siaga. Dari 2

kelurahan siaga yang sudah menjadi kelurahan siaga aktif pada tahun 2012 sebanyak 1 kelurahan

dan pada tahun 2013 sebanyak 2 kelurahan, tahun 2014 menjadi 2 kelurahan dan pada tahun

2015 sampai 2017 sebanyak 2 kelurahan (100%) sehingga memenuhi target nasional Standar

Pelayanan Minimal (SPM).

Di Puskesmas Kelayan Timur tidak terdapat poskesdes permanen dan hanya poskesdes

tidak permanen (kegiatan poskesdes masih bertempat dirumah kader atau rumah warga)

mengingat sulitnya mencari lahan untuk poskesdes di Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin.

3.4.3. Data Dasar Puskesmas

Data dasar Puskesmas di Kota Banjarmasin antara lain :

1. Puskesmas rawat jalan : 1 buah

2. Puskesmas rawat inap : 0 buah

3. Puskesmas pembantu : 3 buah

4. Puskesmas keliling : 1 buah

5. Puskesmas PONED : 0 buah


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 374/Menkes/SK/III/2007 tentang

Standar Profesi Gizi dan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Program D IV Gizi tahun

2011 (SK Kepala Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes RI nomor HK.02.05/I/III/2/09019-2011),

tenaga gizi lulusan Program Pendidikan Diploma IV Gizi diharapkan mempunyai peran sebagai

teknisi atau analis (Perpres no.8/2012), untuk memecahkan masalah gizi dibidang tertentu

melalui pendekatan procedural atau sebagai pendidik di bidang gizi.

Kompetensi Sarjana Terapan lulusan Program Pendidikan Diploma Gizi, terdiri dari

kompetensi utama (Core Competences), Kompetensi Pendukung (Supporting Competences) dan

kompetensi lainnya (Another Competences).

Struktur program pendidikan Diploma IV untuk tahap akhir merupakan intergrasi dari

tahap profesi kedalam kurikulum dalam kelompok Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat

(MBB). Operasionalisasi tahap akhir ini adalah dalam bentuk praktek kerja lapangan untuk

ketiga bidang gizi, yaitu Gizi Klinik, Gizi Masayarakat dan Penyelenggaraan Makanan Institusi.

Total lama waktu PKL untuk ketiga bidang tersebut adalah 900 – 1000 jam (referensi : American

Dietetic Assocciation/ADA. Materi PKL yang diberikan meliputi :

a) PKL di Bidang Gizi Klinik/Dietetik (40% = 360 jam)

b) PKL di Bidang Gizi Masyarakat (30% = 270 jam)

c) PKL di Bidang Penyelenggaraan Makanan Institusi (30 = 270 jam)


Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Program D IV Gizi tahun 201,

mengamanatkan bahwa mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Bidang Gizi Klinik (BGK) dan Bidang Penyelenggaraan Makanan Institusi (BPMI) pada

semester VII serta Bidang Gizi masyarakat (BGM) pada semester VIII. Praktek Kerja Lapangan

ini merupakan bentuk pembelajaran untuk mempraktekkan teori dalam rangka mencapai jenjang

Sarana Gizi Terapan.

Praktek Kerja Lapangan BGK membahas kasus-kasus gangguan gizi dengan menggunakan

pendekatan Nutrition Care Process (NCP) atau Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT), dinama

kegiatan-kegiatannya meliputi tahapan pengkajian data, tahapan penetapan masalah

gizi/diagnosa giz, tahapan penyusunan rencana intervensi, tahapan intervensi, tahapan

monitoring dan evaluasi, serta tahapan pendokumentasian asuhan gizi, pengalaman kerja

lapangan ini diselenggarakan di Rumah Sakit tipe A atau tipe B.

Praktek Kerja Lapangan BGM mempraktekkan pengelolaan permasalahan gizi di Dinas

Kesehatan, Puskesmas (termasuk didalamnya Posyandu, Poslansia dan Organisasi Masyarakat),

dan pusat layanan olahraga. Penerapan Nutrition Care Process (NCP) atau Proses Proses Asuhan

Gizi Terstandar (PAGT) pada kasus-kasus gangguan gizi di komunitas.

Praktek Kerja Lapangan BPMI merupakan pengelolaan sistem penyelenggaraan makanan di

institusi komersial dan non komersial (hotel, catering, Rs, asrama haji, lembaga

permasyarakatan, darurat, dll). Kegiatan konseling, pendidikan dan pelatihan gizi, penelitian dan

manajemen/administrasi melekat dalam seluruh kegiatan internship gizi di tiap bidang tersebut

diatas.
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

PKL ini merupakan penjabaran dari kelompok mata kuliah yang bertujuan untuk

memberikan pengalaman belajar dan keterampilan kepada mahasiswa agar memperoleh hasil

yang efisien, efektif dan optimal untuk dapat mencapai kompetensi sebagai Sarana Gizi Terapan

yang meliputi 3 bidang materi :

1) Bidang Gizi Klinik

2) Bidang Penyelenggaraan Makanan Institusi (BPMI)

3) Bidang Gizi Masyarakat (BGM)

2. Tujuan Khusus

Setelah pelaksanaan PKL mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan program-

program gizi masyarakat dan evaluasi program gizi dalam skala mikro dan melaksanakan

pengelolaan kegiatan program gizi tingkat puskesmas dan dinkes kab/kota dalam skala makro

yang direncanakan baik program baru maupun program yang sedang dibina. Tujuan khusus

tersebut adalah sebagai berikut :

1) Merencanakan intervensi gizi masyarakat berdasarkan pengkajian kebutuhan

2) Melakukan advokasi untuk kebijakan public terkait dengan program gizi atau pelayanan

kesehatan

3) Menggunakan hasil-hasil penelitian dan statistic untuk menginterprestasi masalah gizi

4) Melaksanakan kegiatan gizi secara professional

5) Mengkomunikasikan hasil penelitian terapan pada masyarakat akademik

Вам также может понравиться