Вы находитесь на странице: 1из 39

PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Baja dalam ilmu konstruksi merupakan material yang sangat sering digunakan,
terutama dalam pembuatan struktur beton bertulang. Baja memiliki kemampuan yang
baik dalam menahan gaya tarik, sedangkan beton memiliki kemampuan yang baik
terhadap gaya tekan, sehingga baja digunakan sebagai tulangan dalam beton bertulang
agar menghasilkan suatu struktur yang memiliki kemampuan dalam menahan gaya
tekan dan gaya tarik.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian tarik terhadap material baja
sehingga diketahui sifat-sifatnya dan dapat dipergunakan sesuai kemampuan baja
tersebut. Suatu konstruksi dikatakan baik apabila tidak mengalami deformasi jika
menerima suatu beban.Deformasi pada suatu konstruksi terjadi karena pembebanan
yang melampaui batas maksimum yang diizinkan.
Praktikum Mekanika Struktur ini dilakukan guna menunjang teori yang telah
diberikan pada matakuliah statika dan mekanika bahan. Dengan melaksanakan
praktikum ini, diharapkan praktikan dapat mengenal dan dapat menggunakan alat
pengujian tarik, mengetahui parameter-parameter pengujian dan menyadari
pentingnya pengujian suatu material yang dikaitkan dalam penggunaannya di
lapangan.

1.2 Bahan Atau Material Baja


Bahan/material baja yang banyak digunakan dalam proyek-proyek
pembangunan konstruksi gedung maupun sarana penunjang transportasi seperti
jembatan dan lain-lain merupakan bahan/material yang memiliki sifat diantaranya
proses pembuatan dan pelaksanaannya yang relatif lebih cepat. Namun selain
memiliki keuntungan tersebut material ini memiliki kekurangan yakni diantaranya
mudahnya material ini mengalami karat jika tidak cepat ditanggulangi secara dini,
yang akan berakibat fatal pada saat pengerjaannya.
Penggunaan material baja ini di Amerika Serikat pada mulanya adalah sebagai
konstruksi utama Jembatan Eads di St. Louis, Missouri, yang dimulai
pembangunannya pada tahun 1868 dan selesai pada tahun 1874. Kemudian pada tahun
1884 diikuti dengan pembangunan gedung bertingkat sepuluh berstruktur baja
(nantinya menjadi 12 tingkat), yaitu Home Insurance Company Building di Chicago.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 1


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

Seabad setelah ditemukannya, bahan baja telah banyak dikembangkan, baik dalam
sifat materialnya maupun dalam metode dan jenis penggunaannya. Beberapa struktur
baja yang dapat dicatat disini antara lain adalah jembatan gantung Humber Estuary di
Inggris, yang bentang utamanya sampai 4626 ft; menara radio di Polandia dengan
tinggi 2120 ft; dan Sears Tower di Chicago setinggi 109 tingkat (1454 ft).

1.3 Sifat Sifat Bahan/Material Baja


Seperti yang telah disinggung pada awal pembahasannya, bahwa salah satu
sifat dari bahan/material baja yakni mudahnya material ini menjadi karat jika dalam
proses konstruksi tidak dilakukan perawatan secara khusus terhadap material ini.
Pengaruh buruknya cuaca dalam proses konstruksi merupakan salah satu penyebab
yang dapat mempengaruhi material ini menjadi karat.
Seseorang akan mengetahui sifat mekanik pada material baja apabila dilakukan
percobaan uji tarik pada material tersebut. Uji ini melibatkan pembebanan tarik
sampel baja dan bersamaan dengan itu dilakukan pengukuran beban dan perpanjangan
sehingga akan diperoleh tegangan dan renggangan, yang dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
Tegangan ( fy ) = P/A
Regangan ( ε ) = ∆Lo/Lo
Dimana :
fy =tegangan tarik yang dihitung (ksi)
P = beban tarik yang diberikan (kips)
A = luas penampang melintang spesimen tarik (in.2); harga ini diasumsikan
Konstanselama uji dilakukan; pengurangan luas penampangdiabaikan
ε = regangan (in./in.)
Δlo= perpanjangan atau perubahan panjang antara dua titik acuan pada
spesimen tarik (in.)
Lo =panjang semula di antara dua titik acuan (dapat berupa tanda berlubang)
pada spesimen tarik sebelum dibebani (in.)
dari beberap prosses pembuatan bajalah kita mengetahui secara umum sifat –
sifat dari baja tersebut. Yang mana sifat – sifat umum dari baja tergantung dari
beberapa faktor antaralain sebagai berikut :
a. Tergantung dari cara melebur
b. Tergantung macam dan banyaknya campuran logam

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 2


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

c. Tergantung cara mengerjakannya


Dari sifat sifat umum tersebut diatas maka baja struktur harus memiliki sifat –
sifat utama, guna dapat memberikan jaminan kekuatan untuk melayani beban dan aksi
lain yang timbul pada suatu struktur. Karena pada dasarnya baja kuat menahan tarik
dan tekan, maka sifat – sifat utama dari baja struktur harus tidak boleh menyimpang
dari kelakuan dasarnya, yang mana sifat – sifat utama dari baja adalah sebagai berikut:
1. Keteguhan:Keteguhan batas dari pada tegangan-tegangan pada saat mulai /
tombolnya patah. Jadi suatu daya tahan terhadap gaya tarik, tekan dan lentur.7
2. Elastisitas : Kesungguhan yang dalam batas-batas pemuatan yang tertentu bila
muatan dilepas  dapat kembalikan ke dalam bentuk semula.
3. Keliatan : Kesungguhan yang menerima perubahan bentuk yang besar tanpa
menderita kerugian berupa cacat-cacat atau kerusakan yang kelihatan dari luar.
Dan kesanggupannya dalam jangka pendek masih bisa merubah bentuknya
sebelum timbulnya patah.
4. Kemungkinan di tempa : dimana baja dalam keadaan berwarna merah menjadi
lembek dan plastis. Sehingga dalam keadaan ini bentuknya masih bisa dirubah
tanpa mengurangi sifat dari keteguhan.
5. Kemungkinan di las : dalam keadaan panas dapat digabungkan satu dengan
bahan tambahan atau tanpa bahan tambahan.
6. Kekerasan : Kekerasan terhadap gaya perlawanan terhadap masuknya benda lain
ke dalam

Pada gambar 1.1 dibawah diperlihatkan diagram tegangan-regangan khas


untuk baja struktural yang umum digunakan.Akibat dibebani, sampel yang diuji tarik
ini pada awalnya menunjukkan hubungan linear antara tegangan dan regangan. Titik
dimana hubungan tegangan-regangan menjadi tidak linear disebut limit proporsional.
Hal ini ditunjukkan dalam gambar 1.2.dibawah.Dimana bagian kiri dari gambar
1.1.diperlihatkan dengan skala besar. Baja tersebut tetap elastis (artinya, apabila beban
dihilangkan akan kembali ke panjangnya semula) asalkan tegangannya tidak
melampaui harga sedikit di atas limit proporsional yang disebut limit elastis.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 3


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

Gambar 1.1. Kurva teganganf1terhadap renggangan ε

Gambar 1.2 Kurva tegangan fy terhadap renggangan (ε) dalam skala yang
lebih besar
Dengan menambah bebannya, akan tercapai suatu titik pada saat regangan
sangat bertambah pada harga tegangan yang konstan. Tegangan pada saat halini terjadi
disebut tegangan leleh,fy.Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.fy, bahwa adalah
besarnya tegangan untuk daerah horizontal kurvategangan-regangan. Bagian kurva
mulai dari titik awal sampai limit proporsional disebut dengan selang elastis.
Pada desain demikian, hanya bagian kiri dari kurva yang diperlukan oleh
seorang perancang.Sekalipun demikian, perancang harus menyadari bahwa masih ada
selang tengangan-regangan yang dapat dialami oleh baja sebelum benar-benar
mengalami kegagalan tarik.
Pada gambar 1.2.terlihat bahwa apabila telah melampaui limit
proporsionalnya, baja tersebut akan masuk ke dalam selang plastis dan regangannya

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 4


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

akan konstan pada tegangan sebesar Fy. Pada saat baja ini terus meregang, lama-
kelamaan akan dicapai titik dimana kapasitas pikul bebannya bertambah. Fenomena
bertambahnya kekuatan ini disebut strain hardening.
Sekalipun desain elastis hingga saat ini masih merupakan cara yang banyak
digunakan, ada metode desain lain yang memperbolehkan sebagian dari penampang
elemen struktur mengalami tegangan Fy dan regangannya ada di dalam selang plastis.
Hal ini disebut dengan desain plastisSalah satu sifat bahan/material baja yang lain
yakni daktilitas, yakni kemampuan material baja mengalami deformasi sebelum
mengalami keruntuhan/collapse. Dari tinjauan desain struktural, material baja yang
menunjukkan perilaku daktil sangat diinginkan karena daerah plastisnya memberikan
arti sebagai ukuran cadangan kekuatan. Defleksi ini dengan jelas dapat terlihat dengan
mata, dan jauh lebih besar dibandingkan defleksi yang digunakan dalam desain
sehingga dapat dipakai sebagai peringatan akan adanya kegagalan.
Berdasarkan tinggi tegangan leleh, ASTM membagi baja dalam empat
kelompoksebagai berikut:
a) Carbon steels (baja karbon) dengan tegangan leleh 210—280 Mpa.
b) High-strength low-alloy steels (baja paduan rendah berkekuatantinggi)
dengantegangan leleh 280 – 490 Mpa.
c) Heat treated carbon and high-strength low alloy steels (baja paduan
rendahdengan perlakuan karbon panas) mempunyai tegangan leleh 322 – 700
Mpa.
d) Heat-treated constructional alloy steels (baja struktural paduan rendah dengan
perlakuan panas) dengan tegangan leleh 630 – 700 Mpa.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 5


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

Gambar 1.3. Penentuan tegangan leleh

Seperti halnya dengan ASTM, SNI-2002 membedakan baja strukturalal


berdasarkan kekuatannya menjadi beberapa jenis yaitu Bj 34, Bj 37, Bj 41, Bj 50, dan
Bj 55. Perencanaan struktur baja di Indonesia dilakukan secara kuat batas dengan
factor aman berdasarkan LoadResistance Factored Design (LRFD). Adapun sifat
mekanis berbagai jenis baja strukturaldapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tegangan putus Tegangan leleh


Peregangan
Jenis Baja minimum, fu minimum, f y
minimum (%)
(MPa) (MPa)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16

Untuk mengetahui tegangan leleh dan tegangan dasar dari bermacam – macam
baja struktural dapat diliaha pada tabel dibawah ini, dan yang dimaksud dan tegangan
lelah yaitu tegangan yang menyebabkan regangan sebesar 0,2%.

MPa = Mega pascal – satuan sistem internasional


1MPa = 10 Kg/cm2.
 besarnya tegangan ijin = l / 1,5

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 6


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

Sifat-sifat mekanis lainnya baja struktural untuk maksud perencanaan ditetapkan sebagai
berikut:

Modulus elastisitas : E = 200.000 Mpa

Modulus geser : G = 80.000 Mpa

Nisbah poisson : μ = 0,3

Koefisien pemuaian : α = 12 x 10-6/C0

Tabel 1.3 Sifat Mekanis Baja Tulangan

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 7


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

Tabel 1.4 Ukuran dan Toleransi Diameter

1.4 Pengaruh Keretakan Getas


Setelah temperatur diturunkan dengan tiba-tiba, maka peningkatan akan terjadi
pada tegangan leleh, kuat tarik, modulus elestisitas, dan tegangan lelah. Sebaliknya

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 8


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

keuletan baja yang diukur dari penyempitan tampang ataupun dari pertambahan
panjang, turun akibat penurunan temperatur. Lebih lanjut pada suatu temperatur
tertentu yang relatif rendah, baja struktural mungkin saja mengalami retak dengan
sedikit atau tanpa perubahan bentuk plastis.
Keretakan yang terjadi karena tegangan tarik yang lebih rendah dari tegangan
leleh, biasanya disebut dengan keretakan getas. Keretakan getas (brittle fracture)
umumnya terjadi pada baja struktural jika terdapat kombinasi hal-hal yang merugikan
dari tegangan tarik, antara lain laju regangan pengaruh temperatur dan perubahan
tampang secara mendadak. Perubahan bentuk plastis hanya dapat terjadi jika terdapat
tegangan geser. Tegangan geser selalu terjadi pada pembebanan secara uniaksial atau
biaksial, tetapi dalam tegangan triaksial dengan ketiga tegangan sama besar tegangan
geser menjadi nol. Oleh karena itu tegangan tarik triaksial cenderung mengakibatkan
keretakan getas, dan harus dihindari. Tegangan triaksial dapat terjadi pada
pembebanan uniaksial jika terdapat penyempitan tampang atau perubahan bentuk
tampang secara mendadak.
Keretakan getas dapat juga terjadi akibat pengerjaan secara dingin ataupun
penuaan regangan. Pembentukan secara dingin pengaruhnya dapat dikurangi dengan
memilih jari-jari pembentukan sedemikian sehingga regangan yang timbul terbatas.
Jika terdapat tegangan tarik sisa misalnya akibat pengelasan, maka tegangan
sisa ini dapat mengakibatkan tegangan yang jauh lebih besar dari tegangan akibat
pembebanan.

1.5 Keruntuhan Lelah (Fatigue)


 Tegangan tarik yang bersifat siklis dapat menyebabkan keruntuhan meskipun kuat
leleh baja tidak pernah tercapai
 Gejala tersebut dinamakan keruntuhan lelah (fatigue)
 Keruntuhan atau keretakan yang terjadi bersifat progresif hingga mencapai
keadaan instabilitas
 Keruntuhan lelah dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a) Jumlah siklus pembebanan
b) Taraf tegangan tarik yang terjadi (dibandingkan dengan kuat leleh)
c) Ukuran cacat-cacat dalam material baja
 Dalam hal keruntuhan lelah, tegangan yang terjadi pada saat layan merupakan
pertimbangan utama, sedangkan mutu baja tidak memegang peranan penting
 Pengaruh beban mati juga tidak cukup sensitif Namun geometri penampang dan
kehalusan penyelesaian detailing memberikan pengaruh yang dominan.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 9


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

1.6 Jenis-Jenis Baja


Baja merupakan campuran dari beberapa unsur sebagai berikut :
 Besi (Fe) : + 98 %
 Karbon (C) : max 1,7 % (tegangan naik, regangan
kurang)
 Manganese (Mn) : max 1,65 % (kekuatan)
 Silikon (Si) : max 0,6 % (mengurangi gas)
 Tembaga (Cu) : max 0,6 % (ketahanan terhadap karat)
 Phosfor (P) dan belerang (S) (kurang keuletan)

Sifat baja bergantung kepada kadar carbon, semakin bertambah kadar


carbonnya maka tegangannya akan naik tetapi regangannya semakin menurun
sehingga baja bersifat keras tetapi getas.

Adanya phospor (P) dan belerang (S) juga menyebabkan berkurangnya


keuletan (getas). Tembaga (Cu) mempunyai pengaruh baik terhadap ketahanan korosi.
Silikon (Si) digunakan untuk mengurangi gas pada leburan logam. Manganese (Mn)
juga menambah kekuatan baja. Baja yang biasa digunakan untuk keperluan struktur
adalah dari jenis :

1) Baja Karbon (fy = 210 – 250 MPa)


 Baja karbon rendah : sekitar 0,15 %
 Baja karbon sedang : 0.15 % - 0,29 % (umum untuk struktur bangunan
misalnya BJ 37) Baja karbon medium : 0,3 % - 0,5 % Baja karbon tinggi :
0,6 % - 1,7 %
 Baja karbon memiliki titik peralihan leleh yang tegas, peningkatan kadar
karbon akan meningkatkan kuat leleh tapi mengurangi daktilitas dan
menyulitkan proses pengelasan

2) Baja Mutu Tinggi (fy = 275 – 480 MPa)


 Menunjukkan titik peralihan leleh yang tegas
 Didapat dengan menambahkan unsur aloi (chromium, nickel, vanadium, dll)
kedalam baja karbon untuk mendapatkan bentuk mikrostruktur yang lebih
halus

3) Baja Aloi (fy = 550 – 760 MPa)


 Tidak menunjukkan titik peralihan leleh yang tegas
 Titik peralihan leleh ditentukan menggunakan metode tangen 2 ‰ atau
metode regangan 5 ‰

1.7 Bentuk dan Ukuran Spesimen Uji tarik

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 10


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

Spesimen yang digunakan pada uji tarik ini mempunyai bentuk


standar.Penampangnya berbentuk lingkaran dengan bagian tengah lebih kecil daripada
kedua ujungnya.Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan tegangan aksial yang
seragam pada pusat benda uji, selain itu juga mengurangi tegangan yang diukur
sehingga menghindari patahan-patahan di bagian lain yang tidak diinginkan.

Specimen awal akan dibentuk


BAJA ULIR

Lo
Do D

l SPECIMEN

Specimen Untuk UjiMemiliki 3 daerah


Gambar 1.4. Specimen Untuk Benda Uji

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 11


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

Bagian yang diuji (ditengah) dan 2 bagian pegangan


(dike-2 ujungnya). Ujung pegangan dirancang untuk
memindahkan beban dari mesin penguji kebagian
tengahnya. Bagian transisi dari pegangan ke bagian tengah
dirancang dengan radius yang besar dengan maksud
menghilangkankonsentrasi tegangan.
Jenis-jenis specimen yang digunakan tergantung pada
mesin penguji yangdigunakan untuk tujuan dari uji coba
ini.

Gambar 1.5. mesin penguji gaya


tarik
1.8 Kekuatan Tarik
Pada percobaan ini menghasilkan angka-angka bahan terpenting
kekuatan,kesudian regang dan kekenyalan Dari bahan yang diuji dibuat sebuah batang
coba dengan ukuran yang distandarisasikan, dieretkan pada sebuah mesin renggut dan
dibebani gaya tarik yang dinaikkan secara perlahan-lahan sampai ia putus. Selama
percobaan diukur terus menerus beban dan regangan batang coba dan kedua besaran
ini ditampilkan dalam sebuah gambar unjuk (diagram).
Skala tegangan menunjukkan tegangan dalam N/mm 2 dengan berpatokan pada
penampang batang semula, sedangkan skala mendatar menyatakan regangan
(perpanjangan)yang bersangkutan dalam prosentasi panjang awalnya.bahwa tegangan
dan regangan naik sebanding (proposional). Pada batasproporsionalitas (batas
kesebandingan),yaitu pada ujung atas garis lurus, makaberdaulat tegangan p.
jika beban terus ditingkatkan, maka akan dicapai bataselastisitas (batas
kekenyalan)dengan teganagan E.Jika pada saat ini batang diulepaskan dari tegangan

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 12


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

maka akan memegaskembali secara kenyal ke kedudukan awalnya(kedudukan semula


Lo) tanpameninggalkan bentuk yang berarti. Regangan yang menetap disini hanya
bolehsampai setinggi-tingginya 0,01%.
Jika beban dinaikkan melampaui batas kekenyalan, maka regangan membesar
relatiflebihpesat dan lengkungan segera menunjukkan sebuah tekukan yang akan
tampil semakin jelas,semakin ulet bahan itu. Tegangan s dalam tahap percobaan ini
dinamakan batas rentang atau batas leleh. Ia merupakan angka ciri bahan yang
penting, karena disisni bahan untuk pertama kalinya mengalami pelonggaran menetap
pada stukturnya yang dapat dikenal melalui munculnya wujud-wujud leleh pada
permukaan batang. Di dalam kasus yang tidak jelas, maka batas rentang s ditetapkan
sebagai tegangan yang menimbulkan regangan sebesar 0,2%.
Pada pembebanan yang ditingkatkan lebih lanjut, maka tegangan akanmencatat
titik puncaknya seraya melajunya regangan batang. Bahan telah mencapai
pembebanan tertinggi yang mungkin, dan batang kini menyusut pada kedudukannya
yang nantinya merupakan tempat perpecahan. Ia dapat lagi menahan beban tertinggi
dan terus meregang walaupun beban menukik, sampai ia putus pada batas
perenggutan.
Tegangan tertinggi dalam N/mm2 atau N/cm2 yang berpatokan
padapenampang batang semula, menghasilkan kekuatan tarik bahan.
Reganganmemanjang batang sampai saat perenggutandisebut regangan pecah
dandiungkapkan dalam persentase (%) dari panjang semula Lo. Suatu bahan
uletmenghasilkan regangan perpecahan yang besar.Kekuatan tarik maksimum
(ultimate tensile strength) adalah beban maksimumdibagi luas penampang lintang
benda uji.

Su =

Pada pengujian tarik, pengukuran dilaksanakan berdasarkan tegangan


yangdiperlukan untuk menarik benda uji dengan penambahan tegangan konstan.
Bilasuatu logam dibebani dengan beban tarik, maka akan mengalami
deformasi.Deformasi adalah perubahan ukuran atau bentuk karena pengaruh beban
yangdikenakan kepadanya. Deformasi ini dapat terjadi secara elastis atau plastis.

1.9 Regangan
Regangan adalah perpanjangan dibagi dengan panjang benda semula.
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 13
PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

Dimana :
ε =Regangan L = panjang akhir
∆L = perpanjangan L0 = panjang awal

Dari hukum Hooke diperolehkan

Dimana: P = gaya
E = modulus elastisitas

Dan jika di kaitkan dengan tegangan menjadi

1.10 Batas Elastisitas

Batas ini sulit ditentukan dalam percobaan. Batas keseimbangan keadaanjuga


digunakan untuk batas elastisitas karena jaraknya sangat dekat sekali (untukbahan
tertentu). Biasanya dalam tegangan-regangan di bawah elastisitas terdapatbatas
proposional. Ada juga yang mengasumsikan batas proposional sama denganbatas
elastisitas. Batas elastisitas adalah batas dimana batas tegangan , bahantidak kembali
lagi ke bentuk semula setelah tegangan dihilangkan, akan tetapi benda akan
mengalami deformasi tetap yang disebut permanent.

1.11 Modulus Young

Dalam menentukan hubungan tegangan dan regangan, penampang batasharus


diketahui. Dengan demikian tegangan yang bekerja dapat ditentukan.

1.12 Yield Point (Batas Linier)

Jika benda yang bekerja pada batang uji diteruskan sampai di luar
bataselastisitas akan terjadi secara tiba-tiba, perpanjangan permanen dari suatu
bahanuji ini disebut Yield Point. Di mana tegangan meningkat sekalipun tidak
adapeningkatan tegangan, tentu saja beban sebenarnya ketika terjadi mulur.
Tetapigejala mulur memang terjadi pada baja.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 14


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

1.13 Yield Strength

Untuk beberapa logam non-ferro dan baja, yield point sukar diteliti.
Olehkarena itu, kekuatan mulurnya biasanya ditetapkan dengan metode
pergeseran.Metode ini berupa penarikan garis sejajar ke garis singgung awal kurva
teganganregangan. Garis ini dimulai dari pergeseran sembarang besarnya 0,2 %.

1.14 Pengecilan Penampang

Pengecilan penampang terjadi di antara kekuatan maksimal dan kekuatanpatah.


Untuk baja, struktur kekuatan patah lebih besar dari kekuatan maksimal.Karena patah
bahan meregang dengansangat cepat dan secara simultan bertambahkecil sehingga
beban patah sebenarnya terdistribusikan sepanjang luas terkecil.

1.15 Keuletan
Adalah besarnya tegangan plastis sampai perpatahan dan dapat dinyatakan
dalam prosentase perpanjangan dan tidak berdimensi.

Apabila bahan uji dibebani, maka akan mengalami deformasi. Selama


deformasi, beban akan menyerap energi akibat gaya yang bekerja sepanjang jarak
deformasi.

1.16 Regangan Patah

Adalah sifat bahan yang akan diukur pada batang yang ditarik hinggapatah,
dinyatakan dengan :
Dimana :
L0 = panjang benda mula-mula
L1 = panjang benda setelah putus

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 15


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

 Uji tarik dimaksudkan untuk mengetahui :


 kekuatan maksimum logam : σ mak ( kg/mm2 atau N/mm2 ) terhadap
bebanyang bekerja pada logam tersebut.
 Regangan (%) yang dicapai dari logam sewaktu mendapat beban dari
luar.Ketangguhan logam, dinilai σ dari dan ε

 Load dan Resistance Factor Design (LRFD)

Load dan Resistance Factor Design (LRFD) adalah Kekuatannominal


nominal dikalikandengan faktorperlawanan, dan kekuatan desain yang
dihasilkankemudian diminta untuk sama atau melebihi kekuatan yang diperlukan
ditentukan oleh analisis structural untuk kombinasi beban yang sesuai LRFD
ditentukan oleh bangunan yang berlaku.

 Elastisitas

Elastisitas adalah sifat dari suatu bahan dimana memiliki tingkat kelenturan
dan kemampuan untuk kembali ke bentuk semula.

Contoh paling mudah adalah karet gelang.apabila masih baru, maka ketika
kita menarik (memanjangkan) karet gelang tersebut kemudian kita lepaskan lagi,
maka karet gelang tersebut akan kembali ke bentuk semula.

 Plastisitas
Suatu benda yang tidak dapat kembali ke bentuk awal dengan segera
setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu dihilangkan (dibebaskan).

1.17 Keuntungan Dan kerugian Bahan Baja Sebagai Bahan Konstruksi

a. Keuntungan
Keuntungan bahan baja sebagai bahan konstruksi adalah sebagai berikut :

1. Beratnya (berat sendiri) kecil


2. Mudah di ubah, mudah diperkuat, mudah dirombak dan mudah dipindahkan
3. Pada perombakan baja masih bisa dipergunakan
4. Karena pekerjaan penting dilakukna dlam bengkel, pada tempat
pembangunan diperlukan waktu yang pendek dengan sedikit pekerja yang
terampil.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 16


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

b. Kerugian
Sedangkan kerugian dari penggunaan baja sebagai bahan konstruksi adalah
sebagai berikut :
1. Tidak tahan terhadap karat, lebih – lebih pada konstruksi yang menyokong
menjadi menjadi terjadinya karat, seperti misalkan konstruksi menara air
yang terkena pengaruh udar luar, uap air, air embun, uap – uap asam dan
lain sebagainya.
2. Tidak tahan terhadap bahan kebakaran, walaupun baja itusendiri tidak dapat
dibaakar, tetapi sifat – sifat keteguhanya akan hilang pada suhu yang tinggi,
dan daya muat pada suhu 5000 c akan turun kira – kira seperduanya dari
kekuatan normal.

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 17


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

BAB II
PENGUJIAN TARIK
2.1 Tujuan Pengujian
Pengujian tarik terhadap suatu benda uji akan menghasilkan suatu diagram tarik, yaitu
diagram beban tarik terhadap perubahan panjang. Diagram tersebut kemudian dirubah
menjadi diagram tegangan-regangan.

2.2 Dasar Teori


Informasi tentang beberapa sifat mekanik dari sifat material akan diperoleh dari
pengujian tarik antara lain :
 Kekuatan (Strength) : Kekuatan tarik (tensile strength), batasluluh (yield point)
 Keuletan (Ductility) : Perpanjangan (elongation), reduksi penampang
 Modulus Elastisitas
 Dalam pengujian tarik ini akan dapat pula diamati beberapa fenomena yang terjadi
antara lain :
 Elastisitas
 Fenomena luluh
 Plastisitas
 Ketidakstabilan
 Bidang patah

2.3 Jenis-jenis Patahan


Jenis patahan dapat dibedakan menjadi patah getas dan patah liat.
 Patah Getas: Jenis patahan berbentuk rata dan mengkilap.
 Patah Liat: Jenis patahan ini terbentuk akibat terjadinya patahan plastis yang tinggal
sehingga patahan menjadi berserat dan gelap.

2.4 Alat dan Bahan


 Bahan : Baja
 Alat : - Mesin Tarik
-Mistar
- Jangka Sorong

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 18


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

Gambar.2.1 Mesin Uji Tarik Universal Testing Mechine

2.5 Langkah-langkah Pengujian


Spesimen diukur lebih dahulu dimensinya sebelum diuji.Didapatkan Lo dan Do
dengan keterangan gambar sebagai berikut :

Gambar 2.2 Spesimen Benda Uji

 Persiapan mesin uji tarik.


Uji tarik besi beton :
1) Menjepit kedua ujung benda uji pada pegangan pada alat penjepit mesin tarik.
Sumbu alat penjepit harus berhimpit dengan sumbu benda uji.
2) Menarik benda uji dengan kecepatan tarik 1 kg/mm2 tiap detik dan mengamati
kenaikan benda dan kenaikan panjang yang terjadi sampai benda uji putus.
3) Pengamatan dan pencatatan.
4) Hasil patahan digambar.
5) Keseluruhan hasil dimasukkan ke dalam kolom data.
2.6 Data Pengujian
Data awal:

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 19


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

Ulir 1(D 19 ULIR A ) Ulir 2 ( D 19 ULIR B )


D = 8.84 mm D = 9.15mm
Lo = 56.3 mm Lo= 54.65 mm
A0 = π/4 . D2 A0 = π/4 . D2

= /4 . (8.84)2 = /4 . (9.15)2 ,

= 61.40 mm2 = 65.75 mm2

Tabel 2.1 :Contoh Tabel Data Pengujian Tarik

Pertambahan
Diameter Luasan Beban Tegangan Regangan
panjang
No.
Di L1 Ao Ai Pi  = Pi / Ao  = (ΔLi/Lo)
2 2
mm mm mm mm KN N/mm2 (%)
1 7.80 2.0 61.40 47.76 18.50 301.30 3.6
2 7.30 4.0 61.40 41.86 26.50 431.60 7.1
3 7.55 7.0 61.40 44.79 32.50 529.31 12.4
4 7.81 13.5 61.40 47.92 40.00 651.46 24.0
5 8.02 18.0 61.40 50.50 34.00 553.74 32

Gambar 2.2 : Grafik kenaikan panjang

Keterangan :
I = Daerah Elastis

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 20


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

II = Daerah Plastis ( merupakan ukuran untuk Daya Kerja Batang )


III = Daerah Penguatan
Dimana :
 σ = P/A  Vo = Titik Lumer Bawah
 ε = Epsilon ( Regangan )  σB = Teg. Max baja tersebut akan mulai patah
 VB = Titik Lumer Atas  σP = Besarnya Tegangan pada Titik profil

2.7 Analisa
Pada kenyataannya, spesimen tidak patah persis ditengah-tengah melainkanagak
kebagian samping, hal ini disebabkan:
1) Terjadinya tekanan yang lebih besar pada lekukan pada saat pengerjaan sehingga pada
bagian tersebut mudah mengalami patah.
2) Saat dilakukan percobaan, spesimen dalam posisi berdiri, sehingga gaya berat spesimen
cenderung lebih kebawah.

BAB III
DATA HASIL PENGUJIAN TARIK

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 21


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

3. BAJA TULANGAN ULIR

Gambar 3.1.Baja Ulir

Gambar 3.2.Benda Uji Sebelum dan Setelah Diuji

3.1 Data Pengukuran Awal Benda Uji Pertama:


Bahan Specimen Plain Bar Satuan
Panjang sesudah
L0 56,3 mm
dimasukkan mesin
Panjang benda uji Lt 301 mm
Diameter Awal d0 7,3 mm
Pertambahan Panjang ∆L 18,99 mm
Beban P 42 kN
Grafik 3.1.Pembacaan Alat Uji Tarik Jinan Testing Machinery Factory

3.1.1 Contoh Perhitungan :


Dari pengukuran awal didapat :
 L0 = 56.3 mm ( Panjang uji sesudah masuk mesin )
 Lt = 301 mm ( Panjang benda uji )
 d0 = 7,3 mm (Diameter awal)
 A0 = 61.40 mm2 (Luas penampang)
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 22
PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

Dari pengamatan di mesin pengujian tarik didapat :


 df = 5,1 mm (Diameter Putus )
 ∆L = 18.99 mm ( Pertambahan Panjang )
 P = 42 KN = 42000 N ( Beban )
Diameter Nominal menurut SNI07-2052-2002 (Baja Tulangan Beton)

Memakain bahan uji baja tulangan sirip D16 di penamaan SNI adalah S16
Diameter nominal Benda uji = 15,62 mm
Luas penampang nominal Benda uji = 1,888 cm2
Keliling nominal Benda uji = 4,871 mm
Berat nominal Benda uji = 1,482 kg/m
Tinggi sirip melintang maksimum = 0,70 d = 10,852 mm
Tinggi sirip minimum = 0,05 d = 0,775 mm
Tinggi sirip maksimum = 0,10 d = 1,550 mm

 Perhitungan diameter (Di)

E= = Dxi =

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 23


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

Keterangan :
E = Modulus Elastisitas P = Gaya
= Tegangan Lo = Panjang Awal

e = Regangan ∆L = Pertambahan Panjang


E = Modulus Elastisitas

Di = D0 - X * Jumlah kotak titik tinjau arah sumbu y


D1 = 8,84 - 0,089 * 19 = 7,148 mm
D2 = 8,84 - 0,089 * 25 = 6,614 mm
D3 = 8,84 - 0,089 * 33 = 5,901 mm
D4 = 8,84 - 0,089 * 49 = 4,477 mm
D5 = 8,84 - 0,089 * 34 = 5,812 mm

 Perhitungan Selisih panjang (ΔLi)


Dilihat dari grafik hubungan P dan ΔL

= Jumlah kotak titik tinjau arah sumbu x * y


Li
L1 = 2 * 1,000 = 2,000 mm
L2 = 4 * 1,000 = 4,000 mm
L3 = 7 * 1,000 = 7,000 mm
L4 = 13,5 * 1,000 = 13,500 mm
L5 = 18 * 1,000 = 18,000 mm

 Perhitungan Luas Penampang (Ai)


Rumus : Ai = π/4 .Di2

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 24


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

 Perhitungan Beban (Pi)

Rumus : Pi = eban (KN) X 1000 (N)

 Perhitungan Tegangan (σ)

Rumus :

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 25


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

 Perhitungan Regangan

Rumus : ε= x 100 %

1 = (2,0/ 56,3 ) . 100 %

= 3,6 %Q

2 = (4,0/ 56,3 ) . 100 %

= 7,1 %

3 = (7,0/ 56,3 ) . 100 %

= 12,4 %

4 = (13,5/ 56,3 ) . 100 %

= 24,4 %

5 = (18,0/ 56,3 ) . 100 %

= 32 %

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 26


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

Perhitungan selanjutnya dapat dilihat di tabel data pengujian tarik.


3.1.2 Data Pengujian Tarik :
Selisih
Diameter Luasan Beban Tegangan elongation
panjang
No.  = Ln
Di L1 Ao Ai Pi  = Pi / Ai
(Ao/Ai)
mm mm mm2 mm2 kN kN/mm2 (%)
1 7,148 2,813 61,400 40,146 19,000 0,473 42,488
2 6,614 5,627 61,400 34,369 25,000 0,727 58,025
3 5,901 9,847 61,400 27,364 33,000 1,206 80,818
4 4,477 18,990 61,400 15,746 49,000 3,112 136,082
5 5,812 25,320 61,400 26,544 34,000 1,281 83,859

Dari pembacaan grafik didapat :

Tabel sifat mekanis (SNI 2052 ; 2014 hal 7)

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 27


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

*Kesimpulan : Dari perhitungan tegangan Kuat tarik mencapai 439,74 Mpa


(N/mm2) Lebih kecil dari Kuat tarik minimum (SNI 2052 ; 2014 hal 7) dengan nilai
560 Mpa (N/mm2) maka (Tidak Lolos), kuat luluh mencapai 635,18 Mpa (N/mm2)
Lebih besar dari Kuat tarik minimum (SNI 2052 ; 2014 hal 7) dengan nilai 390Mpa
(N/mm2) maka (Lolos). Dan regangan didapat 33,77 % Lebih Besar dari regangan
minimum (SNI 2052 ; 2014 hal 7) dengan nilai 18 %.

3.2 Data Pengukuran Awal Benda Uji Kedua:


Bahan Specimen Plain Bar Satuan
Panjang Uji Awal L0 59,4 Mm
Diameter Awal d0 8,7 Mm
Pertambahan Panjang ∆L 16,24 Mm
Beban P 44 kN

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 28


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

3.2.1 Contoh Perhitungan :


Dari pengukuran awal didapat :
 L0 = 54.65 mm ( Panjang uji sesudah masuk mesin )
 Lt = 297.8 mm ( Panjang benda uji )
 d0 = 9.15 mm (Diameter awal)
 A0 = 66.75 mm2 (Luas penampang)

Dari pengamatan di mesin pengujian tarik didapat :


 df = 6 mm ( Diameter Putus )
 ∆L = 16,24 mm ( Pertambahan Panjang )
 P = 44 KN = 44000 N ( Beban )

Diameter Nominal menurut SNI07-2052-2002 (Baja Tulangan Beton)

Memakain bahan uji baja tulangan sirip D16 di penamaan SNI adalah S16
Diameter nominal Benda uji = 15,504 mm
Luas penampang nominal Benda uji = 1,888 cm2
Keliling nominal Benda uji = 4,871 mm
Berat nominal Benda uji = 1,482 kg/m
Tinggi sirip melintang maksimum = 0,70 d = 10,852 mm
Tinggi sirip minimum = 0,05 d = 0,775 mm
Tinggi sirip maksimum = 0,10 d = 1,550 mm

 Perhitungan diameter (Di)

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 29


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

 Perhitungan Selisih panjang (ΔLi)


Dilihat dari grafik hubungan P dan ΔL

 Perhitungan Luas Penampang (Ai)

 Perhitungan Beban (Pi)

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 30


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

 Perhitungan Tegangan (σ)

σ1 = = 501,88 N/mm2

σ2 = = 517,09 N/mm2

σ3 = = 593,13 N/mm2

σ4 = = 577,92 N/mm2

σ5 = = 471,46 N/mm2

 Perhitungan Regangan

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 31


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

Perhitungan selanjutnya dapat dilihat di tabel data pengujian tarik.

3.2.2 Data Pengujian Tarik :

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 32


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

Tabel sifat mekanis (SNI 2052 ; 2014 hal 7)

*Kesimpulan : Dari perhitungan tegangan Kuat tarik mencapai 516,86 Mpa


(N/mm2) Lebih besar dari Kuat tarik minimum (SNI 2052 ; 2014 hal 7) dengan
nilai 490 Mpa (N/mm2) maka (Lolos), kuat luluh mencapai 653,67 Mpa (N/mm2)
Lebih besar dari Kuat luluh minimum (SNI 2052 ; 2014 hal 7) dengan nilai
620Mpa (N/mm2) maka (Lolos). Dan regangan didapat 31,09 % Lebih Besar dari
regangan minimum (SNI 2052 ; 2014 hal 7) dengan nilai 14 %.

3.2 Analisa
3.2.1 Analisa percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk bisa mengetahui mutu dari baja yangakan
digunakan untuk keperluan konstruksi. Mutu dari baja akan diuji dilaboratorium
agar kelayakan pakai dari baja tersebut dapat diketahui. Pada praktikum ini
dilakukan pengujian tarik untuk mengetahui berapa kekuatan tarik dari baja yang
akan kita uji, yang nantinya akan di gunakan dalam keperluan konstruksi.
Pengujian tekan tidak dapat dilakukan terhadap baja dikarenakan baja
adalah salah satu material yang tidak dapat menahan tekanan axial. Sebenarnya
baja memiliki kekuatan terhadap tekan namun salah satu sifat utama dari baja
adalah elastis ( elastisity ) yaitu kesanggupan untuk dalam batas – batas

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 33


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

pembebanan tertentu, dan apabila sesudahnya pembebanan di tiadakan, kembali


kepada bentuk semula. Sehingga jika baja di gunkan dalam konstuksi untuk
menahan beban aksial seperti kolom, harus di selimuti oleh bahan konstruksi
yang tahan terhadap tekan seperti beton.
Pada praktimum ini, dilakukan pengujian kepada satu jenis baja yaitu
baja ulir sebanyak 2 buah. Baja ulir pertama dengan diameter 16,395 mm
dengan panjang 98 mm dan baja ulir kedua berdiameter 15,965 mm dengan
panjang 96 mm .
Pengetesan ini menggunakan mesin tarik baja (Jinan Testing
Machinery Factory). Padamesin tarik, baja dijepit dan kemudian diberikan
gaya untuk dapat menentukan tiga titik, titik leleh, titik maksimum, dan titik
putusnya. Titik – titik ini dapat diketahui nilainya dengan mengamati pergerakan
jarum pada mesin tarik baja. Titik leleh didapatkan ketika jarum berhenti
sebentar pada suatu angka untuk pertama kalinya. Setelah itu, jarum akan
kembali berputar sampai mencapai titik maksimumnya dan kemudian titik
putusnya. Titik maksimum adalah nilai yang dapat ditahan oleh baja sebelum
baja putus.
Setelah mencapai titik maksimum, baja akan putus disuatu titik. Itulah
yang dinamanakan sebagai titik putus. Sebelum dilakukan test tarik, baja akan
diberi tanda. Tanda ini berjarak sebesar 51 mm dan akan digunakan sebagai
panjang awal. Nanti setelah testini selesai dilakukan panjangnya akan kembali
dilihat untuk mengetahui berapa regangannya. Setelah didapatkan data-data
tersebut, baja yang telah putus akan diukur kembali diameternya dan
panjangnya. Jadi, akan dihasilkan data yang cukup untuk melakukan
perhitungan.

3.2.2 Analisa hasil


Setelah praktikum ini dilakukan, akan didapatkan hasil seperti padatabel di
bagian pengolahan data. Dari perhitungan yang dihasilkan dari data pengamatan,
tegangan leleh, maksimum, dan putus akan digunakan sebagai acuan dalam
menentukan penggolongan baja.
Berdasarkan hasil setelah menguji jenis ulir, ternyata baja denga jenis ulir
atau sirip ini dapat menahan gaya tarik yang lebih besar. Hal ini dapat dilihat
dari penggolongan baja sirip yang diuji sebagai Bj 34

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 34


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

Baja jenis ini memiliki ketahanan terhadap tarik yang kurang besar
karena gaya yang dapat ditahan tak terlalu besar.
Dihitung juga regangan dari masing-masing baja yag diuji. Untuk baja
ulir, regangan sebesar 18,736 %. Dari hasil ini juga dapat dikatakan kalau baja
dengan jenis ulir memiliki ketahanan terhadap tarik yang lebih tinggi.
Dari hasil yang ada, dapat dikatakan kalau baja ulir memiliki mutu yang
lebih baik. Hal ini dikarenakan oleh baja tulangan ulir memiliki bentuk
permukaan yang tidak rata ( adanya tonjolan) terhadap beton yangberfungsi
sebagai penahan selip antar baja tulangandengan beton dan meningkatkan
kapasitas lekatannya yang menahan gayatarik keluar.
Selain itu baja tulangan ulir juga untuk merubah perilaku yang
mengandalkan luaspermukaan atas gesekan dan adhesi dan lebih
mengandalkan ketahanannya dari tonjolan terhadap beton. Tegangan lelehbaja
tulangan ulir juga lebih besar akibat adanya tarikan pada permukaanbaja
tersebut sehingga menambah kekuatan baja itu sendiri.

3.2.3 Analisa kesalahan


Pada percobaan ini, pengetesan dilakukan sebanyak sekali saja. Oleh
karena itu, hasil yang didapatkan belum tentu akurat dan sesuai dengan yang
sesungguhnya. Faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya kesalahan dalam
penggolongan dan penentuan mutu dari baja ulir adalah :
 Kesalahan pembacaan skala
Dalam membaca skala, dimungkinkan terjadi kesalahan karena
jarumpada alat berhenti hanya sebentar saja dan mata manusia yang
terbatasbisa salah dalam membaca s Selain dalam membaca skala pada
mesin tarik, dapat juga terjadikesalahan dalam membaca skala jangka
sorong ketika menandai Lobaja sepanjang 5mm. Ketika ini terjadi maka
pengukuran selanjutnya saat baja telah selesai ditarik akan mengalami
kesalahan juga.
 Kesalahan diameter baja
Pada baja yang akan diuji, tertulis bahwa diameternya adalah 16
mm (bagi baja ulir). Akan tetapi setelah dihitung dengan menggunakan
rumus yang ada, dihasilkan diameter yang berbeda. Diameter bagi baja
ulir adalah 16 mm. Pada perhitungan, digunakan diameter yang telah

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 35


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

tertera di baja sehingga akan ada kesalahan yang dihasilkan. Kesalahan


yang dilakukan dalam mengambil data akan menyebabkan perhitungan
menjadi kurang akurat sehingga dalam penggolongan mutu, bisa terjadi
kesalahan walaupun hanya berbeda sedikit saja dengan yang tertera di
baja sehingga akan ada kesalahan yang dihasilkan. Kesalahan yang
dilakukan dalam mengambil data akan menyebabkan perhitungan
menjadi kurang akurat sehingga dalam penggolongan mutu, bisa terjadi
kesalahan walaupun hanya berbeda sedikit saja.

BAB IV
PENUTUP

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 36


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

4.1 Kesimpulan

Jadi dari uraian diatas maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :

 Dari hasil pengujian Kuat Tarik Benda Uji 1 dan Benda Uji 2 mencapai 478,28
N/mm2.
Nilai tersebut diambil Rata-Rata dari kedua sampel yang sama (Baja Ulir)
Nilai fy Benda Uji 1 = 439,74
Nilai fy Benda Uji 2 = 516,86
Maka, = 478,28
 Kuat Luluh mencapai 644,425 N/mm2 . Nilai tersebut diambil Rata-Rata dari kedua
sampel yang sama (Baja Ulir)
Nilai fu Benda Uji 1 = 635,18
Nilai fu Benda Uji 2 = 653,67
Maka, = 644,425
 Dan regangan didapat 16 %. Nilai tersebut diambil Rata-Rata dari sampel Baja 1
(Baja Ulir)

4.2 Saran

1. Pada saat melaksanakan praktikum hendaknya melakukan pengamatan dengan


cermat, karena proses pengujian baja tulangan di mesin uji tarik berlangsung
cukup cepat.
2. Benda uji yang digunakan untuk masing – masing varian hendaknya lebih dari
satu buah, agar mendapatkan hasil yang maksimal.
3. Mesin uji tarik hendaknya dikalibrasi secara rutin agar pengujian mendapatkan
hasil yang akurat dan agar tidak menghambat praktikum karena rusaknya alat.
4. Dalam proses perhitungan, Harapnya menggunakan Microsoft Excel sangat
membantu untuk mendapatkan hasil yang akurat.

LAMPIRAN

Benda uji ditimbang sebelum dimasukkan mesin

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 37


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

Gambar benda uji setelah ditarik atau benda uji mengalami putus

Pengukuran panjang benda uji setelah patah

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 38


PRAKTIKUM MEKANIKA STRUKTUR KELOMPOK 18

Nilai kuat tarik pada baja

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 39

Вам также может понравиться