Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
di seluruh dunia (Arfiana, dkk., 2012). Menurut data WHO angka kejadian infeksi
di rumah sakit sekitar 3-21% di mana infeksi HAI’s merupakan persoalan serius
yang dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien
(Depkes, 2010). Di Indonesia infeksi nosokomial mencapai 15,74 % jauh di atas
negara maju yang berkisar 4,8-15,5% (Firmansyah, 2007).
Infeksi HAI’s yang paling sering terjadi yaitu sekitar 40% dari seluruh
infeksi nosokomial yang dapat terjadi di rumah sakit setiap tahunnya (Arisandy,
2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Meila Supeni didapatkan
hubungan antara kepatuhan pelaksanaan hand hygiene dengan pertumbuhan
bakteri penyebab infeksi nosokomial dengan nilai korelasi 0,327 (Supeni, 2010).
2
sakit melakukan pengendalian terhadap infeksi ini (Arfiana, dkk., 2012). Upaya
dalam pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial dengan menerapkan
prinsip asepsis dan menerapkan standar tinggi untuk menghilangkan sumber
potensial penyakit. Menghambat rute penularan bakteri dari sumber potensial
dan reservoir bakteri ke orang yang tidak mengalami infeksi dengan hand
hygiene yang efektif terutama pada tenaga medis juga merupakan salah satu
pencegahan (Brooker, 2009). Hand hygiene termasuk cuci tangan dan disinfeksi
tangan merupakan tindakan pencegahan primer yang dapat dilakukan oleh
tenaga layanan kesehatan. Pencucian tangan menyeluruh dengan jumlah air dan
sabun yang memadai dapat menghilangkan lebih dari 90% flora sementara.
Disinfeksi dengan alkohol digunakan untuk membunuh mikroorganisme beserta
kontaminan yang ada (Pruss, et al., 2005). Meningkatkan resistensi pasien
terhadap infeksi, termasuk status nutrisi dan kerentanan terhadap infeksi dalam
upaya menekan penularan infeksi (Brooker, 2009).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengkajian dan intervensi dalam menanggulangi
pemenuhan rasa aman dan keselamatan (PPI)
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui prosedur pemenuhan rasa aman dan keselamatan.
3
C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini di mulai dari cover, kata pengantar,
daftar isi, bab I, bab II, bab III, dan daftar pustaka.
Sistematika penulisan pada makalah dengan judul Prosedur pemenuhan
rasa aman dan keselamatan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
bertujuan untuk memenuhi kewajiban tugas dari dosen pengajar mata kuliah
Kebutuhan Dasar Manusia dari 3 bab utama.
Pada Bab I berisi tentang latar belakang dari penulisan makalah yang
menjelaskan tentang HAI’s (Health-care Associated Infection).
Pada Bab II merupakan bagian yang berisi penjelasan tentang tinjauan
teori yang membahas materi/pokok bahasan makalah ini yakni skenario kasus
pengkajian dan intervensi pada klien dengan pemenuhan kebutuhan rasa aman
dan keselamatan (PPI) dan prosedur pencegahan, pengendalian infeksi dengan
teknik isolasi.
Pada Bab III merupakan bagian terakhir yang berisi kesimpulan dan
saran, serta daftar pustaka.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Penyakit Infeksi
Bakteri, virus, jamur, dan parasite memiliki berbagai cara untuk masuk ke
dalam tubuh. Cara penularannya dibagi menjadi kontak langsung dan tidak
langsung. Kontak langsung terdiri atas penyebaran manusia ke manusia
(misalnya dari bensin, kontak sensual, atau semacamnya). Hewan ke manusia
(gigitan atau cakaran hewan). Kontak langsung terdiri atas gigitan serangga yang
hanya menjadi pembawa dari mikroorganisme atau vector (seperti nyamuk, lalat,
kutu, tungau) dan kontaminasi air atau makanan.
5
infeksi dengan cara menghambat pertumbuhan dan transmisi mikroba yang
berasal dari sumber di sekitar penderita yang sedang dirawat (Darmadi, 2008).
Kemenkes RI (2011), menuliskan bahwa ada sepuluh hal yang perlu dilakukan
dalam pelaksanaan PPI, yaitu:
a. Kebersihan tangan
Praktek membersihkan tangan adalah upaya mencegah infeksi yang
disebarkan melalui tangan dengan menghilangkan semua kotoran dan debris
serta menghambat dan membunuh mikroorganisme pada kulit. Menjaga
kebersihan tangan ini dilakukan segera setelah sampai di tempat kerja,
sebelum kontak dengan pasien atau melakukan tindakan untuk pasien,
selama melakukan tindakan (jika secara tidak sengaja terkontaminasi) dan
setelah kontak atau melakukan tindakan untuk pasien. Secara garis besar,
kebersihan tangan dilakukan pada air mengalir, menggunakan sabun
dan/atau larutan antiseptik, dan diakhiri dengan mengeringkan tangan dengan
kain yang bersih dan kering (Kemenkes RI, 2011).
6
pembersihan, Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT), serta sterilisasi (Kemenkes RI,
2011).
d. Pengelolaan limbah
Pengelolaan limbah merupakan salah satu upaya kegiatan PPI berupa
pengelolaan limbah rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, baik limbah
yang terkontaminasi maupun yang tidak terkontaminasi (Kemenkes RI, 2011).
g. Penempatan/isolasi pasien
Penerapan program ini diberikan pada pasien yang telah atau sedang
dicurigai menderita penyakit menular. Pasien akan ditempatkan dalam suatu
ruangan tersendiri untuk meminimalkan proses penularan pada orang lain
(Kemenkes RI, 2011).
7
memperhatikan kebersihan pernapasan dengan cara selalu menggunakan
masker jika berada di fasilitas pelayanan kesehatan. Saat batuk, sebaiknya
menutup mulut dan hidung menggunakan tangan atau tissue (Kemenkes RI,
2011).
b. Kebijakan Teknis
Ada SPO tentang kewaspadaan isolasi (isolation precaution) :
1. Ada SPO kebersihan tangan
2. Ada SPO penggunaan alat pelindung diri (APD)
3. Ada SPO penatalaksanaan linen
4. Ada SPO pemrosesan peralatan pasien
D. Teknik penerapan
1. Cara mencuci tangan
8
Mencuci tangan merupakan prosedur awal yang dilakukan perawat
dalam memberikan tindakan keperawatan yang bertujuan membersihkan
tangan dari segala kotoran, mencegah terjadinya infeksi silang melalui
tangan.
Prosedur kerja
1. Lepaskan benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin atau
jam tangan.
2. Basahu jari tangan, lengan, hingga siku dengan air, kemudian sabuni
dan sikat bila perlu.
3. Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk
atau lap kering.
Prosedur kerja
1. Lepaskan benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin atau
jam tangan.
2. Basahu jari tangan, lengan, hingga siku dengan air, kemudian
gosokkan larutan desinfektan lisol atau savlon dan sikat bila perlu.
9
3. Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk
atau lap kering.
Prosedur kerja
1. Lepaskan benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin atau
jam tangan.
2. Basahu jari tangan, lengan, hingga siku dengan air, kemudian tuang
sabun 2-5 ml ke tangan dan gosokkan tangan serta lengan samapi 5
cm diatas siku, kemudian sikat ujung jari, tangan, lengan, dan kuku
sebanyak ±15 kali gosokka, sedangkan telapak tangan 10 kali
gosokkan hingga siku.
3. Bilas dengan air bersih yang mengalir.
4. Setelah selesai tangan tetap diarahkan ke atas.
5. Gunakan sarung tangan steril.
10
Prosedur kerja
1. Cuci tangan secara menyeluruh.
2. Bila sarung tangan belum dibedaki, ambil sebungkus bedak dan
tuangkan sedikit.
3. Pegang tepi sarung tangan dan masukan jari-jari tangan, pastikan ibu
jari dan jari-jari lain tepat pada posisinya.
4. Ulangi pada tangan kiri.
5. Setelah terpasang cakupakan kedua tangan.
11
Prosedur kerja
1. Tentukan tepi atas dan bawah bagian masker.
2. Pegang kedua tali masker.
3. Ikatan pertama, bagian atas berada pada kepala, sedangkan ikatan
kedua berada pada bagian belakang leher.
4. Periksa ulang ketepatan pemakian masker.
5. Gunakan kacamata yang telah disediakan menurut standar APD.
6. Pastikan menggunakannya dengan benar dan sesuaikan pada mata
agar pas.
Prosedur kerja
1. Pakailah pelindung kepala sesuai ukuran sehingga menutup semua
rambut.
2. Ikat dengan baik pada bagian belakang penutup kepala.
12
Prosedur melepas penutup kepala
1. Lepaskan pelindung kepala dengan terutama membuka ikatan pada
bagian belakang penutup kepala.
2. Setelah itu langsung buanglah penutup kepala tersebut ke tempat
sampah yang sudah di sedikan khusus.
13
terinfeksi, untuk fungsi lain pelindung kaki ini juga berfungsi agar terhindar
dari peluang kejatuhan alat kesehatan. Pelindung kaki disebut sepatu
safety dan sepatu ini harus menutupi semua bagian kaki. Sehingga saat
kita memasuki ruang isolasi penyakit infeksi menular kita harus
menggunakan pelindung kaki khusus yang telah disediakan dan tidak
menggunakan sendal.
1. Kemungkinan rendah
a. Kontak dengan kulit
b. Tidak terpapar dengan darah langsung
Contoh : perawatan luka infeksi.
Alat pelindung diri yang digunakan sarung tangan esensial.
2. Kemungkinan sedang
a. Peluang terpapar darah tetapi tidak terkena cipratan darah tersebut.
Contoh : transfuse darah dan pemasangan kateter intra vena
Alat pelindung diri yang digunakan yakni sarung tangan dan apron.
14
3. Kemungkinan tinggi
a. Peluang terpapar darah klien
b. Peredaran massif
Contoh : persalinan vagina
Alat pelindungg diri yang digunakan sarung tangan, apron, kacamata
pelindung, dan masker.
F. Penatalaksanaan Linen
Salah satu upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah
melalui pelayanan penunjang medis, khususnya dalam pengelolaan linen di
rumah sakit. Linen di rumah sakit dibutuhkan disetiap ruangan.
Kebutuhan akan linen disetiap ruangan ini sangat berfariasi, baik jenis,
jumlah, dan kondisinya. Alur pengelolaan linen cukup panjang, membutuhkan
pengelolaan khusus dan banyak melibatkan tenaga kesehatan dengan
bermacam-macam klasifikasi. Klasifikasi tersebut terdiri dari ahli manajemen,
teknis, perawat, tukang cuci, penjahit, tukang setrika, ahli sanitasi, serta ahli
kesehatan dan keselamatan kerja. Untuk mendapatkan kualitas linen yang baik,
nyaman dan siap pakai, diperlukan perhatian khusus, seperti kemungkinan
terjadinya pencemaran infeksi dan efek penggunaan bahan-bahan kimia.
15
1. Jenis Linen
Ada bermacam-macam jenis linen yang digunakan di rumah sakit. Jenis linen
dimaksud antara lain :
1. Sprei/laken 8. Alas Kasur
2. Steek laken 9. Bed cover
3. Perlak/Zeil 10. Tirai/gorden
4. Sarung bantal 11. Vitrage
5. Sarung guling 12. Kain penyekat/scherm
6. Selimut 13. Kelabu
7. Boven laken
2. Bahan Linen
Bahan linen yang digunakan biasanya terbuat dari :
a. Katun 100%
b. Wool
c. Kombinasi seperti 69% aconilic dan 35% wool
d. Silk
e. Blacu
f. Flanel
g. Tertra
h. CVC 50% 50%
i. Polyester 100%
j. Twill/drill
16
noda, penyetrikaan, sortir linen rusak, pelipatan, merapikan, mengepak atau
mengemas, menyimpan, dan mendistribusikan ke unit-unit yang
membutuhkannya, sedangkan linen yang rusak dikirim ke kamar jahit.
Untuk melaksanakan aktivitas tersebut dengan lancer dan baik, maka
diperlukan alur yang terencana dengan baik. Peran sentral lainnya adalah
perencanaan, pengadaan, pengelolaan, pemusnahan, kontrol dan
pemeliharaan fasilitas kesehatan dan lain-lain, sehingga linen dapat tersedia
di unit-unit yang membutuhkan.
Kemungkinan
Rendah
menimbulkan infeksi
Tinggi
5. Pengelolaan Linen
Pengelolaan linen di rumah sakit merupakan tanggung jawab dan
penunjang medik. Saat ini struktur pengelolan linen sangat Bergama. Pada
umumnya diserahkan pada bagian rumah tangga atau bagian pencucian dan
17
sterilisasi bagian sanitasi, bahkan pencucian linen dapat dikontrakkan pada
puhak ke tiga (di luar rumah sakit) atau yang kita kenal dengan Metode out
sourcing. Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa:
a. Beban kerja berbeda di setiap rumah sakit
b. Afanya keterbatasan lahan di rumah sakit
c. Adanya keterbatasan tenaga kesehatan
d. Manajemen perlu berkonsentrasi pada core bisnis yaitu jasa layanan
kesehatan yang artinya adalah perawatan dan pengobatan.
18
Skema Manajemen Linen di Rumah Sakit
perencanaan
Proses pengadaan
pengadaan
penerimaan
Pemberian identitas
Hilang Rusak
Perbaikan Musnahkan
Pencatatan/Pelaporan
19
G. Pemrosesan peralatan pasien
Pemrosesan alat medis adalah salah satu cara untuk menghilangkan
sebagian besar mikroorganisme berbahaya penyebab penyakit dari peralatan
kesehatan yang sudah terpakai.
Pemrosesan peralatan yang telah digunakan pasien adalah tindakan yang
dilakukan untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara
aman peralatan medis yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh pasien.
Maka sangatlah penting untuk mengamankan peralatan medis yang belum
ataupun sudah terpakai.
1. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah langkah pertama dalam menangani peralatan,
perlengkapan medis yang tekontaminasi. Dekontaminasi membuat benda-
benda lebih aman untuk ditangani petugas pada saat dilakukan pembersihan.
Untuk perlindunga lebih jauh, kenakanlah sarung tangan dari latex, jika
menangani peralatan yang sudah digunakan atau kotor.
Segera setelah digunakan, masukkan alat medis yang terkontaminasi
tadi ke dalamm larutan klorin 0,5% selama 10 menit, ini akan dengan cepat
mematikan virus seperti virus hepatitis B. pastikan bahwa seluruh permukaan
alat medis tersebut terendam dalam larutan klorin.
Daya larutan klorin akan cepat menurun sehingga harus diganti
minimal setiap 24 jam sekali atau lebih cepat jika terlihat mulai kotor atau
keruh.
20
didekontaminasi, bilas peralatan dengan air untuk mencegah korosi lalu cuci
dengan seksama secepat mungkin.
a. Teknik mencuci peralatan medis yang telah terkontaminasi
Alat dan bahan
1. sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari
lateks
2. Sikat halus
3. Tabung suntik (minimal ukuran 10 ml : untuk membilas bagian dalam
kateter,termasuk kateter penghisap lender )
4. Wadah plastik atau baja anti katat (stainless steel)
5. Air bersih
6. Sabun dan detergent
Prosdur kerja
1. Gunakan sarung tangan yang tebal pada kedua tangan.
2. Ambil peralatan bekas pakai yang sudah di dekontaminasi (hati-hati bila
memegang peralatan yang tajam, seperti gunting dan jarum jahit).
3. Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastik atau karet,
jangan dicuci secara bersamaan dengan peralatan yang terbuat dari
logam.
4. Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain.
5. Jika peralatan akan di desinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi (misalnya
dalam larutan klorin 0,5%) tempatkan peralatan dalam wadah yang
bersih dan biarkan kering sebelum memulai proses DTT.
6. Peralatan yang akan di desinfeksi Tingkat Tinggi dangan cara dikukus
atau di rebus atau disterilisasi di dalam autoklaf atau open panas kering,
tidak usah dikeringkan sebelum proses DTT atau sterilisasi dimulai.
7. Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan dengan air
dan sabun kemudian dibilas secara seksama dangan menggunakan air
bersih.
21
3. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Disinfektan tingkat tingggi adalah cara efektif untuk membunuh
mikroorganisme penyebab penyakit dari peralatan, sterilisasi tidak selalu
memungkinkan dan tidak selalu praktis. DTT bisa dijangkau dengan cara
merebus, mengukus atau secara kimiawi. Ini dapat menghilangkan semua
organisme kecuali beberapa bakteri endospora sebesar 95%.
a. Teknik disinfektan tingkat tingggi dengan cara merebus
Merebus merupakan cara efektif dan praktis untuk DTT. Perebusan dalam
air selama 20 menit setelah mendidih, dimana semua alat jika mungkin
harus terendam semua, ditutup rapat dan dibiarkan mendidih serta
berputar.
Prosedur Kerja
22
1. Gunakan panci perebus yang memiliki 3 susunan nampan pengukus.
2. Gulung bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT selesai,
sarung tangan dapat dipakai tanpa membuat kontaminasi baru
3. Letakkan sarung tangan pada baki atau tampan pengukus yang
berlubang di bawahnya, agar mudah dikeluarkan dari panci, letakkan
sarung tangan dengan bagian jarinya kearah tengah panci, jangan
menumpuk sarung tangan.
4. Ulangi proses tersebut hingga semua nampan terisi dengan
menyusun tiga nampan pengukus yang brisi air.
5. Letakkan penutup di atas panci paling atas dan panaskan air hingga
mendidih. Jika uap airnya sedikit, suhunya mungkin tidak cukup tinggi
untuk membunuh mikroorganisme.
6. Catat lamanya waktu pengukusan jika uapa air mulai keluar dari
celah panci.
7. Kukus sarung tangan 20 menit
8. Angkat nampan pengukus paling atas dan goyangkan perlahan-lahan
agar air yang tersisa menetes keluar.
9. Letakkan nampan pengukus diatas panci yang kosong disebelah
kompor
10. Ulangi langkah tersebut hingga nampan tersebut berisi sarung tangan
susun diatas panci perebus yang kosong.
11. Biarkan sarung tangan kering dengan diangin- anginkan di dalam
panci sampai 4 – 6 jam.
12. Jika sarung tangan tidak akan segera dipakai, setelah kering
gunakan pinset DTT untuk memindahkan sarung tangan. Letakkan
sarung tangan dalam wadah DTT lalu tutup rapat.
13. DTT dengan kimiawi
a. Letakkan peralatan kering yang sudah didekontaminasi dan dicuci
dalam wadah yang sudah berisi laruta kimia.
b. Pastikan bahwa peralatan terendam semua dalam larutan.
c. Rendam selama 20 menit.
23
d. Catat lama waktu perendaman
e. Bilas peralatan dengan air matang dan angina-anginkan di wadah
DTT yang berpenutup
f. Setelah kering peralatan dapat digunakan atau disimpan dalam
wadah DTT yang bersih.
4. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua
bentuk kehidupan mikroba yang dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik
maupun kimiawi. Strilisasi jika dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh
kuman patogen atau apatoge beserta spora yang terdapat pada alat
perawatan atau kedokteran denngan cara merebus, stoom, panas tinggi atau
bahan kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterlisasi cepat, strilisasi panas
kering, strerilisasi gas (formalin, H2O2), radiasi ionisasi.
Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua
bentuk kehidupan mikroba yang dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik
maupun kimiawi. Strilisasi jika dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh
kuman patoge atau apatoge beserta spora yang terdapat pada alat perawatan
atau kedokteran denngan cara merebus, stoom, panas tinggi atau bahan
kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterlisasi cepat, strilisasi panas kering,
strerilisasi gas (formalin, H2O2), radiasi ionisasi.
Prosedur kerja
24
b. Sterilisasi dengan stoom menggunakan uap panas di dalam
autoclave dengan waktu, suhu, tekanan tertentu untuk alat tenun.
c. Sterilisasi dengan panas kering menggunakan oven panas tinggi
(logam yang tajam, dll).
d. Sterilisasi dengan bahan kimia menggunakan bahan kimia seperti
alkohol, sublimat, uap formalin, sarung tangan dan kateter.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
26