Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah etika publik belum terlalu lama menjadi populer karena sebelumnya lebih

banyak digunakan istilah etika pemerintahan. Etika publik mulai serius dibahas setelah

skandal Watergate. Skandal itu memicu pengesahan The Ethics in Government Act of 1978

Sejak itu, untuk menghindari orientasi kekuasaan, lalu lebih diarahkan pada tujuan utama

etika, yaitu pelayanan publik. Jadi kebaharuan etika publik lebih terletak pada tekanannya.

Fokus etika publik adalah pelayanan publik dan integritas pejabat publik.

Etika publik dimaksudkan untuk memperbaiki pelayanan publik. Konflik

kepentingan dan korupsi menyebabkan buruknya pelayanan publik. Masalahnya bukan

hanya terletak pada kualitas moral seseorang (jujur, adil, fair), namun terutama pada sistem

yang tidak kondusif. Sebetulnya banyak pejabat publik yang jujur dan serius berjuang

untuk kepentingan publik, namun karena korupsi yang sudah menjadi fenomen struktural

mengkondisikan banalitas korupsi. Refleksi atas memburuknya pelayanan publik dan

integritas para pejabat dan politisi menjadi keprihatinan utama etika publik. Etika publik

peduli terhadap cara menjembatani antara norma etika dan tindakan nyata, tidak hanya

berhenti pada niat baik.

Etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk,

benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam

rangka menjalankan tanggungjawab pelayanan publik. Jadi etika publik bukan pertama-

tama sibuk dengan merumuskan norma, tetapi mencoba membangun sistem atau prosedur

yang memudahkan norma-norma etika publik bisa dilaksanakan untuk mencegah konflik

kepentingan dan korupsi. Maka sebagai sarana utama untuk mencapai tujuan pelayanan

Integritas Sektor Publik | 1


publik yang relevan dan responsif terhadap kebutuhan publik diperlukan akuntabilitas,

transparansi dan netralitas. Etika publik memiliki tiga dimensi yang digambarkan dalam

segitiga yang mengacu ke tujuan, sarana dan tindakan.

Dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan terkait masalah penutupan komplek

prostitusi Dolly di Surabaya oleh Tri Risma Harini. Penutupan tersebut menimbulkan pro

dan kontra. Untuk itu dalam makalah ini akan membahas mengenai kebijakan yang

diambil oleh Tri Risma untuk menutup Dolly. Baik mengenai tindakannya, nilai moral

tujuan maupun etika dari Tri Risma Harini dalam mengambil kebijakan tersebut. Oleh

karena itu, penulis tertarik untuk membahas mengenai hal tersebut. Yang pada akhirnya

penulis berharap akan memberikan gambaran tentang etika publik Tri Risma Harini yang

mengenai segitiga etika publik yang mengacu kepada tujuan, sarana dan tindakan.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu sebagai berikut.
1.2.1 Apa definisi dari Etika Publik ?
1.2.2 Apa itu Segitiga Etika Publik ?
1.2.3 Bagaimana Penerapan Segitiga Etika Publik dalam kasus Dolly ?
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai
berikut.
1.3.1 Untuk mengetahui apa definisi Etika Publik.
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup dari akuntabilitas.
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja teori – teori akuntabilitas.
1.3.4 Untuk menjelaskan bagaimana contoh penerapan akuntabilitas di Indonesia.
1.4. Manfaat Penulisan
Hasil Penulisan ini diharapkan akan membawa manfaat antara lain sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis

Integritas Sektor Publik | 2


Hasil penulisan ini di harapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan
tentang Akuntabilitas khusunya tentang akuntabilitas keuangan di suatu instansi atau
perusahaan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat dari penulisan ini adalah:
1. Manfaat Akademik a. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan menjadi
sumbangan data empiris bagi pembangunan ilmu pengetahuan. b. Sebagai informasi bagi
rekan-rekan mahasiswa dalam mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai akuntabilitas
keuangan di suatu instansi atau perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akuntabilitas


Akuntabilitas dapat diartikan sebagai sebuah konsep Menurut LAN RI dan BPKP
(2001: 22-23) menjelaskan, “Akuntabilitas berasal dari bahasa Inggris, yaitu accountability
yang artinya keadaan untuk dipertanggungjawabkan, keadaan dapat dimintai
pertanggungan jawaban”. Senada dengan itu, definisi Akuntabilitas menurut Teguh
(2008:2) diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau penguasa
yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang
bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut
pertanggungjawabannya. Akuntabilitas terkait erat dengan instrumen untuk kegiatan
kontrol terutama dalam hal pencapaian hasil pada pelayanan publik dan
menyampaikannya secara transparan kepada masyarakat. Pernyataan tersebut sejalan
dengan Ranson dan Stewart (1994) yang mendefinisikan akuntabilitas lebih dipandang
sebagai permakna bahwa akuntabilitas lebih dipandang sebagai pertanggungjawaban atas
berbagai tindakan yang telah dilakukan aktor pemerintahan dalam pelayanan kepada publik
menyangkut seberapa jauh dan seberapa besar pertanggungjawaban anggaran publik yang
sudah digunakan dalam mewujudkan progam – progam pembangunan.
Definisi lain yang diugkapkan oleh Dykstra (1939), akuntabilitas adalah sebuah
konsep etika yang dekat dengan administrasi publik pemerintahan (lembaga eksekutif
pemerintah, lembaga legislatif parlemen dan lembaga yudikatif-kehakiman) yang
mempunyai beberapa arti antara lain, hal ini sering digunakan secara sinonim dengan
konsep-konsep seperti yang dapat dipertanggungjawabkan (responsibility), yang dapat
dipertanyakan (answerability), yang dapat dipersalahkan (blameworthiness) dan yang
Integritas Sektor Publik | 3
mempunyai ketidak-bebasan (liability) termasuk istilah lain yang mempunyai keterkaitan
dengan harapan dapat menerangkannya salah satu aspek dari administrasi publik atau
pemerintahan, hal ini sebenarnya telah menjadi pusat-pusat diskusi yang terkait dengan
tingkat problembilitas di sektor publik, perusahaan nirlaba, yayasan dan perusahaan-
perusahaan.
Walaupun konsep mengenai akuntabilitas sering digunakan secara sinonim dengan
konsep seperti responsibility, namun konsep tentang akuntabilitas secara harfiah memiliki
makna yang berbeda dengan responsibility. Dalam bahasa inggris akuntabilitas biasa
disebut dengan accountability yang diartikan sebagai “yang dapat
dipertanggungjawabkan”. Atau dalam kata sifat disebut sebagai accountable. Lalu apa
bedanya dengan responsibility yang juga diartikan sebagai “tanggung jawab”. Pengertian
accountability dan responsibility seringkali diartikan sama. Padahal maknanya jelas sangat
berbeda. Beberapa ahli menjelaskan bahwa dalam kaitannya dengan birokrasi,
responsibility merupakan otoritas yang diberikan atasan untuk melaksanakan suatu
kebijakan. Sedangkan accountability merupakan kewajiban untuk menjelaskan bagaimana
realisasi otoritas yang diperolehnya tersebut.
Seperti yang dikemukakan The Liang Gie dkk., akuntabilitas (accountability)
adalah kesadaran dari seorang pengelola kepentingan publik untuk melaksanakan tugasnya
dengan sebaik-baiknya tanpa menuntut untuk disaksikan oleh pihak-pihak lain yang
menjadi sasaran pertanggungjawabannya. Perbedaan antara responsibility dengan
accountability adalah tanggung jawab dalam konteks responsibility ditujukan oleh seorang
pengelola kepentingan publik kepada pihak-pihak lain, sedangkan tanggung jawab dalam
konteks accountability ditujukan oleh seorang pengelola kepentingan publik kepada
dirinya sendiri.
Sejalan dengan hal tersebut, Deklarasi Tokyo juga memberikan definisi yang
seragam mengenai akuntabilitas. Deklarasi Tokyo (1985) mengenai petunjuk akuntabilitas
publik menetapkan pengertian akuntabilitas yakni kewajiban-kewajiban dari individu-
individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik
dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut
pertanggungjawaban fiskal, manajerial dan program. Ini berarti bahwa akuntabilitas
berkaitan dengan pelaksanaan evaluasi (penilaian) mengenai standar pelaksanaan kegiatan,
apakah standar yang dibuat sudah tepat dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dan
apabila dirasa sudah tepat, manajemen memiliki tanggung jawab untuk
mengimlementasikan standar-standar tersebut.
Integritas Sektor Publik | 4
Selain itu, Deklarasi Tokyo juga menambahkan bahwa akuntabilitas juga
merupakan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam pencapaian hasil pada
pelayanan publik. Dalam hubungan ini, diperlukan evaluasi kinerja yang dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta cara-cara yang digunakan untuk mencapai
semua itu. Pengendalian (control) sebagai bagian penting dalam manajemen yang baik
adalah hal yang saling menunjang dengan akuntabilitas. Dengan kata lain pengendalian
tidak dapat berjalan efisien dan efektif bila tidak ditunjang dengan mekanisme
akuntabilitas yang baik demikian juga sebaliknya.
Definisi mengenai akuntabilitas yang disampaikan oleh Deklarasi Tokyo ini juga
memiliki kontekstual definisi yang disampaikan dalam Deklarasi Tokyo seragam dengan
apa yang disampaikan oleh LAN dan BPKP RI. Menurut Lembaga Administrasi Negara
dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan RI, akuntabilitas adalah kewajiban
untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan
tindakan seseorang/pimpinan suatu unit organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau
yang berwenang meminta pertanggungjawaban. Akuntabilitas adalah hal yang penting
untuk menjamin nilai-nilai seperti efisiensi, efektifitas, reliabilitas dan prediktibilitas.
Suatu akuntabilitas tidak abstrak tapi kongkrit dan harus ditentukan oleh hukum melalui
seperangkat prosedur yang sangat spesifik mengenai masalah apa saja yang harus
dipertanggungjawabkan.
Dari semua definisi yang telah diuraikan diatas, definisi yang disampaikan oleh
LAN dan BPKP RI dianggap lebih riil dan sesuai dengan kontekstual penelitian. Dengan
skema seperti yang disampaikan oleh LAN dan BPKP RI , jelaslah bahwa definisi
akuntabilitas berfungsi untuk menjamin poin-poin penting dalam organisasi seperti -nilai
seperti efisiensi, efektifitas, reliabilitas dan prediktibilitas. Akuntabilitas yang disampaikan
oleh LAN dan BPKP RI ini juga dapat melengkapi dan merangkum seluruh definisi yang
disampaikan oleh beberapa pakar sebelumnya.

2.2 Jenis – Jenis Akuntabilitas

Dalam perpektif yang lebih luas, konsep akuntabilitas dapat diklasifikasikan ke dalam

kelompok dan jenis yang beragam. Berikut jenis – jenis akuntabilitas menurut para ahli :

 Mardiasmo (2009:21) pun membagi dua macam Akuntabilitas Publik yang terdiri dari :

1. Pertanggungjawaban Vertikal (Vertical Accountability)

Integritas Sektor Publik | 5


2. Pertanggungjawaban Horisontal (Horizontal Accountability)

Pertanggungjawaban Vertikal itu sendiri adalah pertanggungjawaban atas

pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-

unit pengelolaan dana kepada pemerintah daerah , pertanggungjawaban pemerintah daerah

kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR. Sedangkan

Pertanggungjawaban Horisontal yaitu pertanggungjawaban kapada masyarakat luas.

Terwujudnya akuntabilitas publik merupakan tujuan utama dari reformasi sektor publik.

Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih

menekankan pada pertanggungjawaban horisontal (horizontal accountability) bukan hanya

pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability). Tuntutan yang muncul adanya perlu

dibuat laporan keuangan eksternal yang dapat menggambarkan kinerja lembaga sektor

publik. Selain itu menurut Revrisond Baswir (2000:7) menyatakan bahwa laporan

keuangan pemerintah harus menyediakan informasi yang dapat dipakai oleh pengguna

laporan keuangan untuk menilai akuntabilitas pemerintahan dalam membuat keputusan

ekonomi, maupun politik. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai hubungan antara pihak

yang memegang kendali dan mengatur entitas dengan pihak yang memiliki kekuatan

formal atas pihak pengendali tersebut. Akuntabilitas pemerintahan tidak dapat diketahui

tanpa pemerintah memberikan kepada rakyat tentang informasi sehubungan dengan

pengumpulan sumber daya dan dan masyarakat beserta penggunanya.

 Akuntabilitas suatu entitas pemerintah dapat dibagi menjadi empat bagian menurut

Revrisond Baswir (2000:7) yaitu :

1. Sumber daya finansial

2. Kepatuhan terhadap aturan hukum dari kebijakan administrasi

3. Efisiensi dan ekonomisnya suatu kegiatan

Integritas Sektor Publik | 6


4. Hasil Program dan Kegiatan Pemerintah yang tercermin dalam pencapaian tujuan, dan

efektifitas

 Selain itu menurut J.D Stewart dalam Nico Andrianto (2007:23-24)

mengidentifikasikan bahwa akuntabilitas publik terdiri dari lima jenis, yaitu :

1. Policy Accountability,

2. Program Accountability,

3. Performance Accountability,

4. Process Accountability,

5. Probity and Legality Accountability.

Berikut adalah penjelasan dari lima jenis akuntabilitas publik adalah :

a. Policy Accountability, yaitu akuntabilitas atas pilihan-pilihan kebijakan yang dibuat.

b. Program Accountability, yaitu akuntabilitas atas pencapaian tujuan/hasil dan efektifitas

yang dicapai.

c. Performance Accountability, yaitu akuntabilitas atas pencapaian-pencapaian kegiatan

yang efisien.

d. Process Accountability, yaitu akuntabilitas penggunaan proses, prosedur, atau ukuran

yang layak dalam melaksanakan tindakan-tindakan yang ditetapkan.

e. Probity and Legality Accountability, yaitu akuntabilitas atas legalitas dan kejujuran

penggunaan dan sesuai anggaran yang disetujui atau ketaatan terhadap perundang-

undangan yang berlaku

2.3 Dimensi Akuntabilitas Publik

Dimensi Akuntabilitas Publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik

menurut (Hopwood dan Tomkins,1984; Elwood, 1993) dalam Mahmudi (2013:9) sebagai

berikut :

1. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran

Integritas Sektor Publik | 7


Akuntabilitas hukum dan kejujuran adalah akuntabilitas lembaga-lembaga publik

untuk berperilaku jujur dalam bekerja dan menaati ketentuan hukum yang berlaku.

Penggunaan dana publik harus dilakukan secara benar dan telah mendapatkan otorisasi.

Akuntabilitas hukum berkaitan dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang

disyaratkan dalam menjalankan organisasi, sedangkan akuntabilitas kejujuran berkaitan

dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power), korupsi dan kolusi.

Akuntabilitas hukum menuntut penegakan hukum (law of enforcement), sedangkan

akuntabilitas kejujuran menuntut adanya praktik organisasi yang sehat tidak terjadi

malpraktik dan maladministrasi.

2. Akuntabilitas Manajerial

Akuntabilitas Manajerial adalah pertanggugjawaban lembaga publik untuk

melakukan pengelolaan organisasi secara efisien dan efektif. Akuntabilitas manajerial

dapat juga diartikan sebagai akuntabilitas kinerja (performance accountability). Inefisiensi

organisasi publik adalah menjadi tanggung jawab lembaga yang bersangkutan dan tidak

boleh dibebankan kepada klien atau customer-nya. Akuntabilitas manajerial merupakan

akuntabilitas bawahan kepada atasan dalam suatu organisasi.

3. Akuntabilitas Program

Akuntabilitas program berkaitan dengan pertimbangan apakah tujuan yang

ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan alternatif

program yang memberikan alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan

biaya yang minimal. Dengan kata lain akuntabilitas program berarti bahwa program-

program organisasi hendaknya merupakan program yang bermutu yang mendukung

strategi dan pencapaian misi, visi, dan tujuan organisasi.

4. Akuntabilitas Kebijakan

Integritas Sektor Publik | 8


Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban lembaga publik atas

kebijakan-kebijakan yang diambil. Lembaga-lembaga publik hendaknya dapat

mempertanggungjawabkan kebijakan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan

dampak di masa depan. Dalam membuat kebijakan harus dipertimbangkan apa tujuan

kebijakan tersebut, mengapa kebijakan itu diambil siapa sasarannya, pemangku

kepentingan (stakeholder) mana yang akan terpengaruh dan memperoleh manfaat dan

dampak (negatif) atas kebijakan tersebut.

5. Akuntabilitas Finansial

Akuntabilitas ini merupakan pertanggungjawaban lembaga-lembaga publik untuk

menggunakan dana publik (public money) secara ekonomis, efisien, dan efektif, tidak ada

pemborosan dan kebocoran dana, serta korupsi. Akuntabilitas Finansial ini sangat penting

karena menjadi sorotan utama masyarakat. Akuntabilitas ini mengaharuskan lembaga-

lembaga publik untuk membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja finansial

organisasi kepada pihak luar.

Sedangkan menurut Elwood (1993) dalam Mardiasmo (2009:21-22) menjelaskan

terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik

yaitu :

1. Akuntabilitas Kejujuran dan Hukum

Akuntabilitas kejujuran (accountability for probity) terkait dengan penghindaran

penyalahgunaan jabatan (abuse of power), sedangkan akuntabilitas hukum (legal

accountability) terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan

lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik.

2. Akuntabilitas Proses

Integritas Sektor Publik | 9


Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam

melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi,

sistem informasi manajemen, dan prosedur akuntansi.

3. Akuntabilitas Program

Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan

dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program yang

memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.

4. Akuntabilitas Kebijakan

Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat

maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap DPR, DPRD,

dan masyarakat luas.

Menurut Syahrudin Rasul (2002:11) ada lima dimensi akuntabilitas yaitu sebagai berikut :

1. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran

Akuntabilitas hukum terkait dengan dilakukannya kepatuhan terhadap hukum dan

peraturan lain yang disyaratkan dalam organisasi, sedangkan akuntabilitas kejujuran terkait

dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan, korupsi dan kolusi. Akuntabilitas hukum

menjamin ditegakkannya supremasi hukum, sedangkan akuntabilitas kejujuran menjamin

adanya praktik organisasi yang sehat.

2. Akuntabilitas Manajerial

Akuntabilitas manajerial yang dapat juga diartikan sebagai akuntabilitas kinerja

adalah pertanggungjawaban untuk melakukan pengelolaan organisasi secara efektif dan

efisien.

3. Akuntabilitas Program

Akuntabilitas program juga berarti bahwa program-program organisasi hendaknya

merupakan program yang bermutu dan mendukung strategi dalam pencapaian visi, misi,

Integritas Sektor Publik | 10


dan tujuan organisasi. Lembaga harus mempertanggungjawabkan program yang telah

dibuat sampai pada pelaksanaan program.

4. Akuntabilitas Kebijakan

Lembaga-lembaga publik hendaknya dapat mempertanggungjawabkan kebijakan

yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan dampak di masa depan. Dalam membuat

kebijakan harus dipertimbangkan apa tujuan kebijakan tersebut dan mengapa kebijakan itu

dilakukan.

5. Akuntabilitas Finansial

Akuntabilitas ini merupakan pertanggungjawaban lembaga-lembaga pubik untuk

menggunakan dana publik (public money) secara ekonomis, efisien, dan efektif, tidak ada

pemborosan dan kebocoran dana, serta korupsi. Akuntabilitas finansial ini sangat penting

karena menjadi sorotan utama masyarakat. Akuntabilitas ini mengharuskan lembaga-

lembaga publik untuk membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja finansial

organisasi kepada pihak luar.

2.4 Ruang Lingkup Akuntabilitas


Menurut jenisnya, akuntabilitas dapat dibedanya atas akuntabilitas internal dan
akuntabilitas eksternal seorang menjalankan tugas dan fungsinya dalam organisasi
pemerintahan. Pertanggungjawaban seeorang kepada Tuhan sesuai dengan agama dan
kepercayaannya mengenai sesuatu yang dilaksanakannya dipahami sebagai akuntabilitas
internal atau akuntabilitas spiritual seseorang. Sedangkan pertanggungjawaban seseorang
kepada lingkungannya baik pada lingkungan formal organisasi (atasan-bawahan) maupun
lingkungan masyarakat (LAN-RI:2000).
Akuntabilitas eksternal seseorang dalam organisasi lebih mudah diukur karena
parameter, norma dan standarnya sangat jelas. Pengawasan, pengendalian dan penilaian
eksternal secara eksplisit sudah ada dalam mekanisme yang terbentuk dalam suatu sistem
dan prosedur kerja organisasi. Tidak demikian halnya dengan akuntabilitas internal
seseorang, karena tidak adanya parameter yang jelas dan dapat diterima oleh semua orang
dan tidak ada yang melakukan pengecekan sehingga tidak jelas ukurannya, terkecuali
dikaitkan dengan aktivitas dengan lingkungan pemerintah dan masyarakat. Akuntabilitas

Integritas Sektor Publik | 11


eksternal seseorang baik di dalam maupun di luar organisasi merupakan hal yang paling
banyak dibicarakan, karena berkaitan dengan kepercayaan dari persepsi, sikap dan
perilakunya dalam menjalankan tugas dan kewajibannya selaku manusia peribadi, sosial
dan organisasi.
Menurut Brautinggam dalam Nizar yang dikutif Joko Widodo (2001:152) bahwa
dibedakan tiga jenis akuntabilitas publik dalam kontek penyelenggaraan pemerintahan
yaitu: akuntabilitas politik, akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas hukum. akuntabilitas
politik berkaitan erat dengan sistem pemilu, sistem politik “multi partai” dinilai lebih
mampu menjamin akuntabilitas politik pemerintahan terhadap rakyatnya daripada
pemerintahan dalam sistem “satu partai”. Akuntabilitas keuangan, berarti aparat
pemerintah wajib mempertanggungjawabkan setiap rupiah uang rakyat dalam anggaran
belanjannya yang bersumber dari penerimaan pajak dan retribusi. Akuntabilitas hukum,
bahwa rakyat harus memiliki keyakinan bahwa unit-unit pemerintahan dapat
bertanggungjawab secara hukum atas segala tindakannya.
Menurut Samuel Paun (dalam Tjahya Supriatna, 2001:102) akuntabilitas dapat
dibedakan atas: democratic accountability, professional accountability, and legal
accountability: dengan penjelasan lebih lanjut sebagai berikut:
a. Democratic Accountability
Akuntabilitas demokratis merupakan gabungan antara administrative dan politic
accountabiilty. Menggambarkan pemerintah yang akuntabel atas kinerja dan semua
kegiatannya kepada pemimpin politik. Pada negara-negara demokratis, menteri pada
parlemen. Penyelenggaraan pelayanan publik akuntabel kepada menteri/pimpinan instansi
masing-masing. Dalam kontek ini pelaksanaan akuntabel dilakukan secara berjenjang dari
pimpinan bawah ke pimpinan tingkat tinggi secara hierarki yaitu Presiden pada MPR
b. Professional Accountability
Dalam akuntabilitas profesional, pada umumnya para pakar, profesional dan teknokrat
melaksanakan tugas-tugasnya berdasarkan norma-norma dan standar profesinya untuk
menentukan public interest atau kepentingan masyarakat.
c. Legal Accountability
Berdasarkan kategori akuntabilitas legal (hukum), pelaksana ketentuan hukum
disesuaikan dengan kepentingan public goods dan public service yang merupakan tuntutan
(demand) masyarakat (costumer). Dengan akuntabilitas hukum, setiap petugas pelayanan
publik dapat diajukan ke pengadilan apabila mereka gagal dan bersalah dalam
melaksanakan tugasnya sebagaimana diharapkan masyarakat. Kesalahan dan kegagalan
Integritas Sektor Publik | 12
dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat akan terlihat pada laporan akuntabilitas
legal.
Pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan berkewajiban
mempertanggungjawabkan berbagai kebijakan dan pelayanan publik pada masyarakat.
Dalam hal ini Chander dan Plano dalam Joko Widodo (2001:153) membedakan
akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam lima macam yaitu:
a. Fiscal accountability, merupakan tanggungjawab atas dana publik yang digunakan;
b. Legal accountability, tanggungjawab atas ketaatan kepada peraturan perundang-
undnagan yang berlaku;
c. Programme accountability, tanggungjawab atas pelaksanaan program;
d. Process accountability, tanggungjawab atas pelaksanaan prosedur dan mekanisme kerja;
e. Outcome accountability, tanggungjawab atas hasil pelaksanaan tugas dalam situasi
organisasi.
Sebagai perbandingan terhadap pandangan Chander dan Plano, maka Yango
terdapat empat macam akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan pemerintahan (Joko
Widodo, 2001:153) yaitu:
a. Regularity Accountability, memfokuskan pada transaksi-transaksi fiskal untuk
mendapatkan informasi mengenai kepatuhan pada peraturan yang berlaku terutama yang
terkait dengan peraturan fiskal dan peraturan pelaksanaan administrasi yang sering disebut
“compliance accountability”.
b. Managerial Accountability, menitik beratkan pada efisiensi dan kehematan penggunaan
dana, harta kekayaan, sumberdaya manusia dan sumber-sumber daya lainnya.
c. Program Accountability, menfokuskan pada pencapaian hasil pelaksanaan kegiatan
pemerintah.
d. Process Accountability, menfokuskan pada informasi mengenai tingkat pencapaian
kesejahteraan sosial atas pelaksanaan kebijakan dan aktivitas organisasi

2.5 Teori Akuntabilitas


Menurut Mardiasmo (2002 : 20) Pengertian akuntabilitas publik adalah sebagai
berikut :
“Akuntabilitas adalah kewajiban pihak pemegang amanah untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas
kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah yang
memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.”

Menurut Saleh dan Iqbal (1995) menguraikan makna akuntabilitas sebagai berikut :
Integritas Sektor Publik | 13
Accountability can be regarded as available instrument of control which can be
operative ti the extent that public servant understand and acknowledge their
assigned responsibility fir the result expected of them, and have authority
commensurate with their responsibility. It is also assumes acceptable measures of
performance evaluation are utilized where result if such evaluation are
communicated bith ti the senior and to the persons concerned.

Menurut Teguh Arifiyadi (2008) dalam Konsep Tentang Akuntabilitas dan


Implementasinya di Indonesia,Akuntabilitas dapat diartikan sebagai:
“kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang
dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang
bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut
pertanggungjawabannya. Akuntabilitas terkait erat dengan instrumen untuk
kegiatan control terutama dalam hal pencapaian hasil pada pelayanan publik dan
menyampaikannya secara transparan kepada masyarakat.”

Menurut Penny Kusumastuti (2014:2) definisi akuntabilitas adalah sebagai berikut:


“Akuntabilitas adalah bentuk kewajiban penyedia penyelenggaraan
kegiatan publik untuk dapat menjelaskan dan menjawab segala hal
menyangkut langkah dari seluruh keputusan dan proses yang dilakukan, serta
pertanggungjawaban terhadap hasil dan kinerjanya.”

2.6 Good dan Bad Practice Akuntabilitas Pemerintah Daerah


Akuntabilitas menjadi sesuatu hal yang sangat penting dalam melaksanakan sebuah
konsep good governance. Dimana untuk mencapai konsep good governance tersebut
mengharuskan adanya akuntabilitas daripada penyelenggara negara bukan hanya terpaku
pada pemerintah pusat melainkan juga menyasar pada pemerintah daerah. Terlebih setelah
adanya otonomi daerah yang ada di Indonesia. Akuntabilitas semakin perlu untuk
diterapkan untuk menjaga dan menghindari dari segala tindakan yang tidak sesuai seperti
KKN dan penyalahgunaan kekuasaan yang menyebabkan tidak efektifnya dalam melayani
masyarakat. Sejalan dengan pernyataan Schacter (2000) yang menjelaskan bahwa
pelaksanaan akuntabilitas pemerintah daerah setidaknya mengacu pada dua tujuan utama,
pertama, tujuan politik untuk meminimalkan penyalahgunaan kekuasaan dan kedua tujuan
operasional yang menjamin pemerintah bertindak secara efektif dan efisien dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah.
Di Indonesia sendiri menurut data dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) Asman Abnur menyebut, 425 pemerintah daerah
atau sekitar 83 persen seluruh kabupaten/kota di wilayah Sumatra, Banten, dan Jabar
(regional I) masih belum terapkan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

Integritas Sektor Publik | 14


(SAKIP) dengan baik. Daerah itu saat ini masih mendapatkan nilai di bawah B. Dengan
penilaian itu Menpan menyebut, potensi pemborosan APBD dalam hitung-hitungannya
bisa mencapai Rp 392 triliun sampai 2019 nanti. Melihat fakta data dari Menpan-RB
sendiri menunjukkan bahwa sebagian besar pemerintah daerah di Indonesia yang belum
menerapkan akuntabilitas di daerahnya. Hal tersebut sangat disayangkan karena
akuntabilitas sendiri menjadi pengontrol dan pengevaluasi kinerja pemerintah daerah.
Menurut Ranson dan Stewart (1994) mendefinisikan akuntabilitas sebagai an institution of
control, being ‘held to account’. It implies formal ties between parties one of whom is
answerable to another for the quality of their actions and performance ini the stewardship
of public funds and service. pengertian tersebut memberikan makna bahwa akuntabilitas
dipandang sebagi pertanggungjawaban atas berbagai tindakan yang telah dilakukan oleh
aktor pemerintahan.

2.6.1 Good Practice Kota Bandung


Bandung menjadi pemerintah kota yang memiliki Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP) predikat tertinggi dengan memperolah nilai A di antara 466
pemerintah kabupaten/kota se-Indonesia. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (Menpan-Rebiro) Yuddy Chrisnandi menyebutkan sistem penilaian
akuntabilitas itu berdasarkan lima hal, yaitu mengukur dokumen kinerja pelaksanaan
pembangunan, perencanaan program-program pembangunan, ukuran kinerja individu,
ukuran evaluasi, pengawasan terhadap pelaksaan kinerja, dan bagaimana pencapaian
hasilnya. Kota Bandung mendapatkan peringkat tertinggi karena terdapat keterpaduan
antara rencana pembangunan kota dan tiap-tiap satuan kerja perangkat daerahnya. Kota
Bandung mendapat predikat A dengan nilai 80,22.
Akuntabilitas yang diterapkan pada pemerintahan kota Bandung sangat layak untuk
ditiru oleh daerah lain. Dimana adanya kesadaran para penyelenggara pelayanan publik
dalam bertanggungjawab terhadap tugasnya. Menurut Suharto (2006), ia menggambarkan
akuntabilitas administrasi sebagai kewajiban menjalankan tugas yang telah diberikan dan
diterima dalam kerangka kerja otoritas dan sumber daya yang tersedia, sehingga
akuntabilitas administrasi berkaitan dengan pelayanan publik.
2.6.2 Bad Practice Kabupaten Pandeglang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (SAKIP) Kabupaten
Pandeglang pada tahun 2016 mendapat penilaian cukup (CC) dari Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB). Penilaian ini
Integritas Sektor Publik | 15
adalah yang terburuk di Provinsi Banten bersama Kota Serang dan Kota Tangerang.
Parahnya, penilaian CC ini diraih Pemkab Pandeglang dalam 2 tahun berturut-turut.
Buruknya penilaian SAKIP Pandeglang dalam 2 tahun terakhir, dikarenakan Pemkab
kurang berkoordinasi dengan Kemenpan RB terkait dengan penilaian SAKIP. Perbaikan
SAKIP sendiri harus dilakukan secara menyeluruh dari hulu ke hilir, yakni dengan
memperbaiki Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana
Strategis (Renstra), Rencana Kinerja Tahunan (RKT), memperbaiki Perjanjian kinerja
(PK), penyusunan program kegiatan, setelah itu memperbaiki laporan kinerja.
Ada 5 komponen penilaian SAKIP, meliputi sisi perencanaan, pengukuran kinerja,
pelaporan kinerja, evaluasi internal oleh inspektorat, dan sisi capaian kinerja. Dari 5
komponen itu, semua belum terintegrasi dengan baik. Hal itu terlihat dari hasil penilaian
CC yang nampak dari 3 aspek, yakni pemenuhan formalitas, kualitas, dan pemanfaatan.
Pemkab hanya sebatas melaksanakan kegiatan rutin dengan orientasi penyerapan anggaran,
tanpa mempertimbangkan sisi kualitas dan pemanfaatan.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan di bab sebelumnya secara umum akuntabilitas dapat diartikan
sebagai suatu upaya untuk memberikan pertanggungjawaban yang dilakukan oleh unit
organisasi atau pihak-pihak yang berkepentingan secara terbuka kepada pihak-pihak
yang memberikan pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas adalah hal yang penting
untuk menjamin nilai-nilai seperti efisiensi, efektifitas, reliabilitas dan prediktibilitas.
Suatu akuntabilitas tidak abstrak tapi kongkrit dan harus ditentukan oleh hukum melalui
seperangkat prosedur yang sangat spesifik mengenai masalah apa saja yang harus
dipertanggungjawabkan.
Di Indonesia sendiri, pemerintah saat ini sedang giat-giatnya mengkampanyekan
progam revolusi mental salah satunya untuk mewujudkan good governance yang dimana
salah satu adanya akuntabilitas para penyelenggara negara. Prinsip akuntabilitas sendiri
dalam penerapannya di Indonesia masih jauh dari kata baik. Karena masih banyak kita
temukan kasus – kasus dan permasalahan – permasalahan yang bersangkutan dengan
akuntabilitas, seperti contoh kasus KKN yang masih saja menjadi masalah yang seakan
Integritas Sektor Publik | 16
tidak ada akhirnya. Jika melihat fakta tersebut untuk menuju Indonesia yang memiliki
good governance karena rendahnya kesadaran para penyelenggara publik.
Dan hal itu lambat laun sudah mulai terasa dimana sebagian instansi – instansi
pemerintah yang telah melaksanakan konsep akuntabilitas dalam bekerja. Hal tersebut
tentu disambut baik oleh masyarakat karena masyarakat sendiri yang akan mendapat
manfaat karena kinerja dari birokrat yang baik sesuai dengan konsep akuntabilitas.
3.2 Saran

Di Indonesia sendiri, saat ini konsep akuntabilitas belum cukup baik dijalankan.
Karena dalam penerapannya masih saja banyak yang belum melaksanakan konsep tersebut
dan itu menjadi sebuah persoalan yang harus diatasi dengan segera. Pertama mulai dari
membenahi mental dari para pelaku seperti yang sudah dikampanyekan oleh pemerintah
saat ini. Karena semua masalah asalnya dari pemikiran pelaku itu sendiri, jika mental dari
pelaku sesuai dengan konsep akuntabilitas maka otomatis ia akan melaksanakannya.
Semoga kedepannya konsep akuntabilitas ini dapat sepenuhnya diterapkan di Indonesia
sehingga apa yang tercantum dalam visi dan misi dapat tercapai.

Integritas Sektor Publik | 17


DAFTAR PUSTAKA

Lionardo, Andries. Administrasi Pemerintah Daerah. Tunggal Mandiri : Malang


Dwiyanto, Agus, dkk. 2002. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta: Pusat Studi
Kependudukan dan Kebijakan UGM.
Mardiasmo, 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Penerbit ANDI.
Yogyakarta
Mardiasmo, 2006. Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik melalui Akuntansi
Sektor Publik : Suatu Sarana Good Governance, Jurnal Akuntansi Pemerintah, vol 2 nomor
1, hal 1-

Mahmudi, 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. UPP. STIM YKPN. Yogyakarta.

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. 2007. Modul Akuntabilitas Instansi


Pemerintah. Pusat Pendidikan dan Pelatihan. Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan.
https://tesisdisertasi.blogspot.com/2010/05/definisi-akuntabilitas.html.

https://scholar.google.co.id/scholar?q=teori+akuntabilitas+publik&hl=id&as_sdt=0&as_vi
s=1&oi=scholart

Integritas Sektor Publik | 18


https://www.kpk.go.id/id/publikasi/laporan-akuntabilitas-kinerja

http://rubrik-hukum.blogspot.com/2015/12/prinsip-akuntabilitas-dalam-konteks.html

https://www.merdeka.com/peristiwa/menpan-sebut-kinerja-425-pemda-buruk-negara-rugi-
hingga-rp-392-t.html

http://mediaindonesia.com/read/detail/28555-laporan-kinerja-bandung-terbaik.html

http://rri.co.id/post/berita/373821/daerah/tahun_2016_penilaian_kinerja_pemkab_pandegla
ng_terburuk_di_banten.html

Integritas Sektor Publik | 19

Вам также может понравиться