Вы находитесь на странице: 1из 11

Rumah betang mempunyai ciri-ciri yaitu; bentuk Panggung, memanjang.

Pada suku Dayak


tertentu, pembuatan rumah panjang bagian hulunya haruslah searah dengan Matahari terbit dan
sebelah hilirnya ke arah Matahari terbenam, sebagai simbol kerja-keras untuk bertahan hidup
mulai dari Matahari tumbuh dan pulang ke rumah di Matahari padam.

Ruang pada rumah Betang suku Dayak Ngaju, dapat dikelompokan dalam 3 bagian, yang pertama
ruang utama rumah, yang kedua ruang bunyi gong, dan yang ketiga adalah ruang ragawi yang
tidak kelihatan. Ruang utama adalah ruang yg mehubungkan manusia dengan alam surgawi.
Ruang kedua adalah ruang yg menghubungkan manusia dengan penghuni surgawi, dan yang
ketiga adalah ruang surgawi yang juga adalah ruang ragawi. Sementara itu kematian adalah hal
terpenting dalam kehidupan masayarakat suku Dayak Ngaju, karena melalui kematian maka roh
seorang Dayak dapat diberangkatkan ke dalam alam sorgawi, melalui upacara Tiwah. Dimana
didalamnya terdapat ritual tabuh yang bermakna penyucian.

Tulisan ini mengetengahkan keberadaan ruang-ruang tersebut pada rumah Betang di desa
Tumbang Malahoi dan betang Koktik yg menunjukan kesamaan gambaran akan cara berarsitektur
yang unik untuk mencapai pembentukan ruangnya. Melalui indetifikasi ruang-ruang pada rumah
Betang dan dengan memahami bagian-perbagian bengunan rumah Betang secara arsitektural,
kemudian menghubungkannya dengan cara berankatnyaroh ke alam surgawi dalam ritual Tabuh
pada upacara Tiwah dapat dipahami bahwa, makna ruang pada arsitektur rumah Betang Suku
Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah merupakan gambaran akan dua ruang yaitu ruang manusia
dan ruang surgawi, yang tidak mengenal ruang bagi pendosa.

Rumah betang adalah rentetan rumah pribadi yang bersambung menjadi satu-kesatuan.
Panjangnya bervariasi antara 9-15 m. Rumah itu dibangun dengan kontruksi dari kayu belian
yang kokoh. Tiang-tiang utamanya berukuaran 20 x 40 cm. Tiap bilik/ lawang(pintu)
membutuhkan kurang lebih 24 tiang utama seperti itu, yang ditunjang dengan puluhan tiang
lainnya. Sebatang tiang utama membutuhkan 10-15 orang untuk mengangkutnya.

Separuh dari rumah betang adalah bagian terbuka. Bagian ini desebut radakng(serambi) yang
digunakan untuk berbagai kegiatan keseharian para penghuninya, seperti ritual adat, mengayam
kerajinan tangan.

Bagian yang tertutup disebut bilik atau lawang. Bilik aatau lawang ini digunakan penghuninya
sebagai rumah keluarga. Aktivitas keperluan keluarga seperti memasak, tidur dilakukan di bilik
tersebut.

Rumah betang Suku Dayak memiliki keunikan tersendiri. Bentuknya memanjang lurus di atas
100m, bertiang panggung berketinggian di atas 1m dan beratap sirap dari kayu ulin. Di dalam
rumah betang terdapat puluhan bilik dan satu bilik dihuni satu keluarga. Pintu akses ke da;am
mesti melalui tangga dari bawah kolong yang terbuat dari kayu bulat dilengkapi anakan tangga
demi mempermudahkan pijakan.

Dengan ukuran dimensi seperti yang disebutkan diatas, betang dapat menampung sampai 100-200
jiwa sehingga dapat menampung sekuruh sanak keluarga. Dengan kondisi seperti ini, dimana
seluruh sanak keluarga hidup dalam satu betang, maka betang dapat dikatakan sebagai rumah
suku, yang dipimpin oleh Bakas Lewu atau kepala suku.

Dasar yang digunakan dalam penentuan tinggi betang yaitu tinggi orang menumbuk padi dengan
mengunakan alo/atan, sehingga pada saat menumbuk padi, alo/atan tidak tersangkut pada lantai
betang.

Di dalam rumah terdapat kamar yang berpetak-petak. Dan diruangan muka ada tempat menerima
tamu atau tempat pertemuan. Biasanya tangga dan pintu rumah betang haya satu yang terbuat dari
kayu besi bulat panjang. Tangga ini dinamai hejan/hecot. Dibelakang rumah ada balai kecil yang
berfungsi sebagai tempat menyimpang lesung untuk menumbuk padi.

1.3. Bentuk Ruang

Ruang di dalam Rumah Dayak selalu berada pada satu dinding yang melingkupi ruang secara
keseluruhan sehingga dapat juga sebagai ruang tertutup dimana terdapat ruang los(tempat
berkumpul) yang merupakan ruangan yang paling luas.

1.4. Bagian-bagian betang dan bangunan lainnya

Betang biasaya terdiri atas beberapa bagian penting, yaitu betang huma, artinya rumah/bangunan
utama sebagai tempat tidur, ruang (los) tempat tamu yang menginap, kemudian bagian dapur,
yaitu bagian yang seolah-olah terpisah dari bangunan utama. Diantara bangunan utama dengan
dapur terdapat suatu bagian yang disebut karayan, yang berfungsi sebagai penghubung antara
bangunan utama dengan bagian dapur. Baik bagunan utama, dapur dan karayan, tinggi tiang-
tiangnya sama yaitu sekitar 2,5 -3m.

Gambar 1.3 Bagian ruang pada rumah betang

(Sumber : http://danikamalia.blogspot.com/2014/01/rumah-betang-kalimantan-
tengahbag2end.html )

Bagian dapur tidak bebeda dengan bangunan rumah biasa, yaitu bisa betuk segi empat atau juga
bentuk memanjang. Luasnya lebih kecil dari bangunan utama, yaitu disekitar atau sejajar dengan
panjang bangunan utama. Sedangkan karayan adalah semacam pelataran. Karayan berfungsi
disamping penghubung antara dapur dengan bangunan utama (bangunan antara dapur dengan
bagunan utama tidak berdempetan), juga sebagai tempat istirahat (santai) atau juga sebagai tempat
menyimpan sementara hasil hutan. Betang hanya memiliki satu dapur sehinga seluruh sanak
keluarga/penghuni betang menggunakan dapur secara bergantian.
Selain itu, disekitar betang juga terdapat beberapa bangunan kerangking, petahu dan sandung.
Kerangking atau juga disebut jorong atau tukau adalah balai kecil yang befungsi sebagai tempat
menyimpang alat-alat bertani atau berladang dan juga untuk menyimpan alu dan lisung. Petahu
atau juga disebut pengantoho adalah rumah kecil yang berfungsi sebagai rumah menyimpan
tulang-tulang kerabat yang telah meninggal dan telah di proses upacara tiwah. Disamping itu, juga
terdapat sapundu yaitu patung berukuran tinggi yang berfungsi untuk tiang pengikat binatang-
binatang yang akan dikorbankan pada saat upacara adat.

1.4.1.Pembagian Ruang Rumah Betang Berdasarkan Letaknya

Pembagian ruang pada rumah betang berdasarkan letaknya terdiri dari :

Bagian depan
Pada bagian depan rumah Dayak terdapat sebuah anak tangga sebagai pintu masuk ke dalam
rumah. Rumah yang berbentuk panggung dengan ketinggian sekitar tiga sampai lima meter dari
permukaan tanah ini sengaja dibangun untuk menghindari banjir dan serangan binatang buas.

Di ujung anak tangga, kita akan menjumpai sebuah bale atau balai yang tidak terlalu luas,
fungsinya sebagai tempat untuk menerima tamu maupun untuk mengadakan pertemuan dengan
kerabat maupun keluarga yang lain.

Masuk ke dalam bangunan kita akan melihat banyak ruangan yang disekat menjadi beberapa
ruangan. Nah, setiap ruangan atau bilik ini ditempati oleh satu keluarga. jadi, semisal dalam satu
rumah betang ada 50 keluarga, berarti jumlah bilik juga ada 50. Itulah kenapa rumah Betang ini
bentuknya sangat panjang.

Bagian belakang
Di bagian belakang rumah adat suku Dayak terdapat sebuah ruangan yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan hasil dan alat-alat pertanian. Selain itu, rumah adat suku Dayak juga
memiliki kandang hewah ternak yang menyatu di rumah, karena hewan peliharaan termasuk
dalam harta kekayaan keluarga seperti babi, sapi dan anjing.

Budaya kolektif yang dimiliki oleh suku Dayak merupakan budaya yang maju dan memiliki arti
historis. Dengan budaya koloktif yang dimilikinya suku Dayak mampu menaklukkan alam yang
ganas secara bersama-sama

Pada dasarnya, rumah adat Kalimantan itu sama, Hanya saja yang membuatnya berbeda adalah
model bentuk bangunannya dan namanya. Kehidupan sosial masyarakat yang memegang teguh
adat istiadat, tradisi, budaya dan kehidupan bersama (gotong royong) tumbuh dan berkembang
dirumah adat. berdasarkan beberapa daerah rumah adat disebut dengan sebutan yang berbeda,
berikut ini sebutan lain rumah adat dayak.
Bagian bawah
Biasanya digunakan untuk memelihara binatang-binatang ternak.

1.4.2.Tata Letak dan Perletakkan Ruang

-Ruang Los : Harus berada di tegah-tengah bangunan karena merupakan poros bangunan,dan
tempat berkumpul melakukan kegiatan,baik adat maupun keagamaan,serta sosial masyarakat.

-Ruang Tidur : Harus disusun berjajar sepanjang bangunan Bentang, dimana paling ujung dekat
dengan aliran sungai merupakan tempat tidur orang tua dan anak bungsu harus paling ujung dekat
hilir sungai.Jika itu dilanggar,seisi rumah akan mendapat petaka.

-Ruang Dapur : Boleh berada di kanan maupun di kiri bangunan,yang terpenting menghadap
aliran sungai,agar penghuni selalu mendapatkan rezeki.

-Karayan : Memiliki beberapa fungsi seperti,Tempat memelihara hewan,sebagai tempat hasil


buruan,sebagai tempat istirahat sehabis berburu,tempat meletakkan alat-alat pertanian.

1.5. Susunan Rumah Betang dan Fungsinya

Dalam rumah betang, terdapat ruangan-ruangan antara lain ruang/kamar tidur dan satu buah los.
Ruang tempat tidur dibuat berjejer, artinya setiap pintu kamar/ruang tidur semuanya menghadap
ke ruang los. Ruang los dibuat sepanjang bangunan utama, dengan lebar kira-kira seperempat
lebar bangunan utama sedangkan tiga perempat bangunan utama seluruhnya dipergunakan sebagai
ruang/kamar tidur. Luas kamar tidak tergantung kebutuhan, tetapi harus sama luasnya.

Fungsi ruang/ kamar tidur sudah jelas sebagai kamar tidur satu keluarga. Semua harta dimasukkan
dalam kemar tidur masing-masing. Sedangkan ruang los berfungsi sebagai tempat untuk menerima
tamuaei (perantau) atau keluarga dari tempat jauh yang ingin menginap. Pada dinding du ruang los
ditempel atau diletakkan beberapa kepala/ tanduk manjangan, yang berfungsi sebagai tempat
menggantungkan senjata tajam milik penginap, seperti mandau atou tombak.

1.6. Orientasi Bangunan

Suku Dayak mempercayai dalam pembangunan rumah, bagian hulu rumah mengarah ke tempat
sang surya terbit, dan bagian hilir mengarah ke terbenamnya matahari. Ini menjadi filosofi suku
Dayak, mereka meyakini bahwa dalam menjalani hidup dimulai dari sang terbit dan pulang ke
rumah menuju sang tenggelam. Selain rumah sebagai jantung kehidupan, Kalimantan identik
dengan sungai. Kali ini sungai itu bernama Katingan. Dari hulu ke hilir mencapai 650 km,
lebarnya bisa mencapai 65 m, kedalaman 12 m. Tidak seperti halnya masyarakat Jakarta yang
mempergunakan sungai sebagai halaman belakang, suku Dayak mengarahkan orientasi tata ruang
menuju sungai. Sungai sebagai halaman depan. Maka, yang terlihat adalah sungai bersih berarus
deras, dan memiliki fungsi ekonomi, sosial, bahkan budaya.Secara sederhananya.
Gambar 1.4 Orientasi Bangunan Rumah Betang

(Sumber : http://danikamalia.blogspot.com/2014/01/rumah-betang-kalimantan-
tengahbag2end.html )

1.7. Tiang/Kolom

Rumah betang identikdengan tiang-tiang berukuran besar sebagai struktur utama rumah karena
kolom berfungsi sebagai pengikat dinding bangunan agar tidak goyah.Dulu tinggi Rumah Betang
bisa mencapai lebih dari 3 meter,karena pertimbangan alam yang masih liar/keras,juga untuk
menghidari banjir karena meluapnya sungai dan juga perang sukuyang disebut
Hakayau(pemenggalan kepala).Rumah betang terdiri dari 4 tiang yang disebut tiang agung dan
tiap-tiap tiang mempunyai nama seperti tiang Bakas disebelah kanan pintu masuk,tiang Busu
disebelah kiri pintu masuk,tiang Penyambut sederet dengan tiang Bakas,tiang Perambai sederet
dengan tiang Busu.Keempat tiang ini berada pada ruang tengah bagunan karena sesuai
kepercayaan suku dayak,dengan agamanya Kaharingan keempat tiang tersebut melambangkan
turunnya manusia pertama yang diturunkan oleh Ranying Hatala Langit.Tiang itu sendiri
berdiameter 40 cm-80 cm dan terbuat dari kayu ulin(kayu besi) karena kuat dan tahan lama
sehingga cocok untuk konstruksi utama bangunan Tetapi sekarang terjadi penyerdehanaan karena
ketersediaan bahan.

1.8. Lantai

Umumnya Rumah tang menggunakan papan kayu.Tetapiuntu model jaman sekarang ada beberapa
yang mengguanakan keramik,maupun karpet.Dahulu papan kayu berukuran 6 m x 30cm dengan
pengolahannya sederhana sehingga permukaan yang dihasilkan tidak rata dan licin,berbeda
dengan lantai kayu sekarang yang berukuran 4 m x 20 cm dengam permukaan yang licin.

1.9. Tangga

Tangga dalam Rumah betang disebut Hejan yang terbuat dari kayu bulat dan di buat beruas-ruas
untuk tempat kaki memanjat.Dengan seiringnya waktu tangga tersebut sudah dibuat seperti tangga
yang sudah ada sekarang yang lebih praktis dan ergonomis.Ada aturan tersendiri dalam pembuatan
tangganya seperti harus ganjil dan untuk railing tangga pun juga harus ganjil 1atau 3.Menurut
kepercayaan hitungan ganjil agar saat memasuki rumah dalam hitungan genap agar terhindar dari
malapetaka serta filosofi suku Dayak itu sendiri yaitu, manusia di bagi menjadi 3 tingkatan usia
yaitu anak-anak,remaja,dan dewasa dimana masing-masing mempunyai jangkauan yang
berbeda.Yang membedakan tangga yang dulu dan yang sekarang adalah konsepnya dengan adat
istiadat yang jaman dulu,dan dengan perhitungan logika untuk jaman sekarang.

1.10. Dinding
Dinding Rumah Betang terdiri dari dua lapis yaitu bagian dalam dengan kayu ulin dan bagian luar
menggunakan kulit kayu.Jaman dahulu pun dinding tidak tertutup seluruhnya yaitu hanya
setengah tinggi dinding kurang lebih sekitar 280 cm itu karena wanita menjadi tolak ukuran Suku
Dayak dengan wanita berdiri diatas Luntung(keranjang besar dengan tinggi kurang lebih 80
cm)sehingga di dapat tinggi dinding dengan tinggi keseluruhan yaitu mencapai 6 m(sampai
plafond).

1.11. Pintu dan Jendela

Penempatan pintu masuk :

Pintu diletakkan di tengah-tengah bangunan seakan akan membelah bangunan menjadi 2,lalu
harus diletakkan pada sisi panjang bangunan ,dan pintu harus berada di depan Los(ruang kosong).

Ukuran pintu:

Ukuran ini merujuk pada penggunaan ukuran tubuh wanita dengan carawanita duduk bersandar
dan kaki diselonjorkan maka didapat bukaan pintu sedangkan untuk tinggi, wanita berdiri dan
sbelah tangan nya menggapai keatas.Untuk itu tidak ada ukuran baku untuk pintu.

1.12. Dinding

Dinding Rumah Betang terdiri dari dua lapis yaitu bagian dalam dengan kayu ulin dan bagian luar
menggunakan kulit kayu.Jaman dahulu pun dinding tidak tertutup seluruhnya yaitu hanya
setengah tinggi dinding kurang lebih sekitar 280 cm itu karena wanita menjadi tolak ukuran Suku
Dayak dengan wanita berdiri diatas Luntung(keranjang besar dengan tinggi kurang lebih 80
cm)sehingga di dapat tinggi dinding dengan tinggi keseluruhan yaitu mencapai 6 m(sampai
plafond).

1.13. Pintu dan Jendela

Penempatan pintu masuk :

Pintu diletakkan di tengah-tengah bangunan seakan akan membelah bangunan menjadi 2,lalu
harus diletakkan pada sisi panjang bangunan ,dan pintu harus berada di depan Los(ruang kosong)

Ukuran pintu:

Ukuran ini merujuk pada penggunaan ukuran tubuh wanita dengan carawanita duduk bersandar
dan kaki diselonjorkan maka didapat bukaan pintu sedangkan untuk tinggi, wanita berdiri dan
sbelah tangan nya menggapai keatas.Untuk itu tidak ada ukuran baku untuk pintu

Model :

Baik pintu masuk maupun bilik bentuknya polos.Tetapi untuk jaman sekarang,ada beberapa yang
diukir untuk memperlihatkan status sosialnya. Adapun tata cara juga dalam membuka pintu yaitu
membuka dengan tangan kiri,karena apabila tamu bermaksud baik maka tangan kanan di gunakan
untuk mempersilahkan mask,dan apabila tamu bermaksud buruk, maka tangan kanan bisa
digunakan untuk menangkis serangan

Penempatan jendela :

Penempatan hanya berada pada bagian sisi bagunan saja,dimana 1 bilik hanya mempunyai satu
jendela saja dan setiap ruangan di haruskan mempunyai jendela sebagai lubang cahaya dan
pertukaran

Ukuran jendela:

Untuk ukuran yang jaman dahulu berukuran 50 cm x60 cmdan untuk yang jaman sekarang 60 cm
x 90 cm.Cara penentuan jendela ini sama seperti pengukuran pintu dimana pebngukuran
menggunakan ukuran tubuh wanita dengan merapatkan siku dan jadilah untuk bukaannya dan
untuk tingginya setinggi dagu wanita saat berdiri,sedangkan jaman sekarang ukuran bukaan adalah
sepersepuluh dari luas lantai ruangan dan untuk ukuran keatas maksimal 1,92 m

Bahan jendela :

Bahan jendela nya terdiri dari kayu untuk lapisan dalam dan bagian lapisan luar menggunakan
kulit kayu sedangkan sekarang sudah ada yang menggunakan kaca karena semakin maju jaman
sehingga banyak pilihan.

Model jendela :

Sama seperti pintu ,karena fungsi nya hanya sebagai pengaman maka dibuat polos, tetapi seiring
perkembangan jaman sama halnya seperti pintu penambahan ukiran-ukiran pada jendelamampu
memberi status sosial dalam masyarakat tersebut.

1.14. Atap

Bagian atap Rumah betang biasanya di ekspos tanpa adanya plafond,dan berguna untuk sistem
cross ventilation dan pengcahayaan pada rumah kerangka atap yang tinggi juga memungkinkan
sirkulasi udara yang baik,penutup atap menggunakan sirap kayu.
Gambar 1.5 Konstruksi Rumah Betang

(Sumber : http://danikamalia.blogspot.com/2014/01/rumah-betang-kalimantan-
tengahbag2end.html )

1.15. Ornamen

Ornamen sendiri biasanya terdapat pada lisplang atap,di atas ambang daun pintu, dan di daun
pintu ataupun jendela,biasanya terdiri dari motif burung enggan,ular,balangga,dan motif tumbuh-
tumbuhan ,selain itu adapula anyaman dan seni patung berupa manusia dan binatang.Ornamen-
ornamen tersebut semata-mata untuk perlindungan terhadap roh-roh jahat. Seperti :

-Ukiran Asun Bulan,dimana terdapat dua orang bersalaman dengan makna orang rumah harus
ramah terhadap tamu .( ukiran di atas ambang pintu)

-Ukiran Tambarirang Maning Singkap Langit, dimana ukiran menyerupai anjing yang
melambangkan Tatun Hatuen (Raja Palasit),agar Hatuen tidak mengganggu penghuni.( ukiran di
atas ambang pintu)

–Patung berbentuk manusia yang ada pada railing tangga,merupakan simbol penjaga Rumah
Betang,agar roh-roh jahat tidak masuk ke rumah.

–Anyaman rotan yang bermotif batang garing pada tiang agung yang melambangkan
kesejahteraan.

Selain ada maksud didalam ukirannya tetapi ada juga yang hanya sebagai ornamen seperti :

-Ukiran Naga Pasai ,perlambangn Bawi Jata atau Dewa Penguasa Alam Bawah pada daun jendela
dan pintu

-Ukiran Lamantek,perlambangan kesehatan.

1.16. Betang sebagai tempat pertahanan

Dimensi betang yang umumnya tinngigi mempunyai makna yang strategis. Umumnya suku Dayak
membangun rumah disepanjang sungai dengan arah menhadap ke sungai. Kondisi ini seperti ini
tentunya potensial untuk mengalami banjir. Dalam hal ini, maka salah satu tujuan tiang-tiang
yang tinggi tersebut yaitu menghindari banjir yang mungkin terjadi. Selain itu, dengan kondisi
yang tinggi tersebut juga dapat berfungsi tempat pertahanan dari musuh yang datang menyerang
tiba-tiba atau dari serangan binatang buas.
Perlu diketahui bahwa dalam tradisi suku Dayak, penyerangan musuh dengan cara membakar
rumah pada zaman dahulu tidak ada atau pantang dilakukan sehingga serangan musuh dengan cara
membakar rumah tdak akan terjadi. Satu hal yang menarik yaitu bahwa dalam pembuatan daun
pintu, dibuat sedemikian rupa sehingga untuk membuka dan menutup digunakan tangan kiri. hali
ini dimaksudkan yaitu apabila ada tamu dengan maksud baik maka tangan kanan digunakan untuk
mempersilahkan masuk tetapi apabila ada tamu dengan maksud jahat langsung menyerang maka
tangan kanan dapat dengan lincah digunakan untuk menangkis serangan tersebut.

1.17. Nilai estetika

Nilai estetika betang selain pada tampilan luar, juga pada ukiran-ukiran yang ada pada setiap
bagunan. Ukiran-ukiran ini diletakkan pada tempat-tempat yang dilihat seperti pada bumbungan
rumah, depan rumah, atas jendela, di daun pintu, di ruang tamu dan lain-lain. Selain itu, nilai
estetika juga dapat dengan mudah dilihat pada sapundu dan sandung yang biasanya terdapat di
halaman depan rumah.

Sedangkan nilai estetika atau tingkah laku dapat dilihat dari bahan-bahan tertentu yang digunakan
dalam membuat bangunan. Untuk membangun tiang, sedapat-dapatnya dicari pohon kayu ulin
yang telah berumur tua. Hal ini melambangkan kekuatan dan kesehatan sehingga diharapkan
bagunan dapat bertahan lama dan jika sudah ditempati, penghuninya diharapkan senantiasa
mendapat kesehatan baik. Ukiran pada bangunan umumnya melambangkan penguasa bumi,
penguasa dunia atas dan dunia bawah, yang dilambang dengan ukiran burung tingang dan kepala
naga, yang masing-masing kepala harus horizontal yang dalam bahasa Dayak Nganju disebut
tanggar, tidak boleh menegadah sebab saat itu berrti naga atau burung tingang hanya mencari
rezekinya untuk dirinya sendiri, tidak mendatangkan rezeki kepada bagi penghuni rumah tersebut.
Sebaliknya ukiran kepala tingang dan kepala naga tidak boleh tunduk sebab itu berarti akan
membawa sial bagi penghuninya.

1.18. Bahan Bangunan Rumah Betang

Betang di bangun menggunakan bahan kayu yang berkualitas tinggi, yaitu kayu ulin
(Eusideroxylon zwageri T et B), selain memiliki kekuatan yang bisa berdiri sampai dengan ratusan
tahun serta anti rayap.

1.19. Rumah Betang Saat Ini

Kini, rumah betang yang menjadi hunian orang Dayak berangsur-angsur menghilang di
Kalimantan. Kalaupun masih bisa ditemukan penghuninya tidak lagi menjadikannya sebagai
rumah utama, tempat keluarga bernaung, tumbuh dan berbagi cerita bersama komunitas. Rumah
Betang tinggal menjadi kenangan bagi sebagian besar orang Dayak. Di beberapa tempat yang
terpencar, rumah Betang dipertahankan sebagai tempat untuk para wisatawan. Sebut saja,
misalnya di Palangkaraya terdapat sebuah rumah Betang yang dibangun pada tahun 1990-an tetapi
lebih terlihat sebagai monumen yang tidak dihuni. Generasi muda dari orang Dayak sekarang
tidak lagi hidup dan dibesarkan di rumah Betang. Rumah Betang konon hanya bisa ditemukan di
pelosok, pedalaman Kalimantan tanpa mengetahui persis lokasinya. Pernyataan tersebut tentu saja
mengisyaratkan bahwa rumah Betang hanya tinggal cerita dari tradisi yang berasosiasi dengan
keterbelakangan dan ketertinggalan dari gaya hidup modern.

Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, rumah betang sudah tidak ada yang asli lagi, yang ada
adalah yang sudah dibangun ulang. Di bagian paling hulu, rumah betang yang dibangun kembali
ada di Desa Tumbang Bukoi, Kecamatan Mandau Talawang. Di bagian hilir, rumah betang yang
dibangun kembali ada di Desa Sei Pasah, Kecamatan Kapuas Hilir. Bangunan ini dibangun tidak
jauh dari rumah betang asli yang sudah runtuh, tapi masih ada sisa-sisa tiangnya. Dahulu rumah
betang ada pula yang dindingnya dari kulit kayu.

Di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah ada rumah betang asli yang dibangun sejak tahun
1870. Letaknya di Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir. Rumah ini menghadap Sungai
Kahayan dan memiliki pelabuhan yang siap menyambut kedatangan wisatawan melalui sungai.

Dan sekarang, dalam menghadapi kehidupan modern yang sangat individualis, masihkan budaya
rumah Betang menjadi tatanan hidup bersama di Kalimantan ataukah budaya ini akan ikut
menghilang seperti menghilangnya bangunan rumah Betang di Kalimantan. Perlu sekali untuk kita
melestarikan budaya dan mempertahankan ragam arsitektur di Indonesia.

1.20. Kebudayaan Suku Dayak

Salah satu kebiasaan suku Dayak adalah memelihara hewan, seperti anjing, burung, kucing, babi,
atau sapi. Selain karena ingin merawat anjing, suku Dayak juga sangat membutuhkan peran anjing
sebagai ‘teman’ yang setia pada saat berburu di hutan belantara. Pada zaman yang telah lalu suku
Dayak tidak pernah mau memakan daging anjing, karena suku Dayak sudah menganggap anjing
sebagai pendamping setia yang selalu menemani khususnya ketika berada di hutan. Karena sudah
menganggap anjing sebagai bagian dari suku Dayak, anjing juga diberi nama layaknya manusia.

Berdasarkan kepercayaan suku Dayak ada ketentuan khusus dalam peletakan ruang pada Rumah
Betang yaitu:[2]

Pusat atau poros bangunan di mana tempat orang berkumpul melakukan berbagai macam kegiatan
baik itu kegiatan keagaman, sosial masyarakat dan lain-lain maka ruang los, harus berada ditengah
bangunan.[2]
Ruang tidur, harus disusun berjajar sepanjang bangunan Betang.[2] Peletakan ruang tidur anak dan
orang tua ada ketentuan tertentu di mana ruang tidur orang tua harus berada paling ujung dari
aliran sungai dan ruang tidur anak bungsu harus berada pada paling ujung hilir aliran sungai, jadi
ruang tidur orang tua dan anak bungsu tidak boleh diapit dan apabila itu dilanggar akan mendapat
petaka bagi seisi rumah.[2]
Bagian dapur harus menghadap aliran sungai, menurut mitos supaya mendapat rezeki.[2]
Tangga. Tangga dalam ruangan rumah adat Betang harus berjumlah ganjil, tetapi umumnya
berjumlah 3 yaitu berada di ujung kiri dan kanan, satu lagi di depan sebagai penanda atau
ungkapan rasa solidaritas menurut mitos tergantung ukuran rumah, semakin besar ukuran rumah
maka semakin banyak tangga.[2]
Pante adalah lantai tempat menjemur padi, pakaian, untuk mengadakan upacara adat lainnya.[2]
Posisinya berada didepan bagian luar atap yeng menjorok ke luar.[2] Lantai pante terbuat dari
bahan bambu, belahan batang pinang, kayu bulatan sebesar pergelangan tangan atau dari batang
papan.[2]
Serambi adalah pintu masuk rumah setelah melewati pante yang jumlahnya sesuai dengan jumlah
kepala keluarga.[2] Di depan serambi ini apabila ada upacara adat kampung dipasang tanda
khusus seperti sebatang bambu yang kulitnya diarit halus menyerupai jumbai-jumbai ruas demi
ruas.[2]
Sami berfungsi ruang tamu sebagai tempat menyelenggarakan kegiatan warga yang memerlukan.
[2]
Jungkar. Tidak seperti raungan yang pada umumnya harus ada.[2] Sementara Jungkar sebagai ruan
tambahan di bagian belakang bilik keluarga masing-masing yang atapnya menyambung atap
rumah panjang atau adakalanya bumbung atap berdiri sendiri tapi masih merupakan bagian dari
rumah panjang.[2] Jungkar ditempatkan di tangga masuk atau keluar bagi satu keluarga, agar tidak
mengganggu tamu yang sedang bertandang.[2] Jungkar yang atapnya menyambung pada atap
rumah panjang dibuatkan ventilasi pada atap yang terbuka dengan ditopang/disanggah kayu yang
sewaktu hujan atau malam hari dapat ditutup kembali.[2]

Вам также может понравиться