Вы находитесь на странице: 1из 20

MAKALAH

KERAJAAN TERNATE TIDORE

Digunakan Untuk Memenuhi Tugas


Pelajaran Sejarah Semester Genap
Tahun Ajaran 2018-2019

Disusun oleh :
PINGKI NUR RAHAYU
X MIPA 2
NO ABSEN 28

SMA NEGERI 1 ROGOJAMPI


Jalan. Ali Sakti Nomer.2 Rogojampi Telp. (0333) 631459 Banyuwangi
Website : http://sman1rogojampi.sch.id e-mail : smanrogojampi@yahoo.co.id
Rogojampi, Banyuwangi.
Mei 2019
HALAMAN PENGESAHAN

KERAJAAN TERNATE TIDORE

Setelah di teliti dan di telaah makalah tentang Kerajaan Kediri, maka saya
sepakat menyetujui dan mengesahkan laporan penelitian ini pada :

Hari : ……………………………
Tempat : ……………………………
Tanggal : ……………………………

Rogojampi, Mei 2019


Mengesahkan, Menyetujui
Kepala Sekolah Guru Bidang Studi

( …………………………..) (…………………………)

i
MOTTO

 Kesempatan bukanlah hal yang kebetulan. Kau harus menciptakannya.


Chris Grosser
 Sukses adalah saat persiapan dan kesempatan bertemu.
Bobby Unser
 Rahasia kesuksesan adalah mengetahui yang orang lain tidak ketahui.
Aristotle Onassis

ii
ABSTRAKSI

Sejarah menempati urutan terpenting terhormatnya suatu bangsa oleh


penduduknya sendiri, suatu bangsa yang bermartabat tinggi penduduknya
dipastikan harus mengetahui paling tidak sejarah sejarah nasional pokok bangsanya
sendiri , sehingga berdiri seperti sekarang ini.
Jatuh bangun politik kerajaan Kediri memiliki yang tercantum dalam
kondisi politik kerajaan Kediri akan dibahas serinci mungkin pada sub bab ini.
Masa Politik Kerajaan Kediri yang digantungkan pada Raja yang Berkuasa pada
saat itu cukup membuat kemajuan pesat pada bidang bidang kehidupan Indonesia.
Dalam bidang spiritual di kerajaan Kediri juga sangat maju (Pigeaud,
1924:67). Tempat ibadah dibangun di mana-mana. Para guru kebatinan mendapat
tempat yang terhormat. Bahkan Sang Prabu sendiri kerap melakukan tirakat, tapa
brata dan semedi. Beliau suka bermeditasi di tengah hutan yang sepi. Laku prihatin
dengan cegah dhahar lawan guling, mengurangi makan tidur. Hal ini menjadi
aktifitas ritual sehari-hari.
Keterangan Kerajaan Kediri diperoleh dari berbagai sumber seperti prasati-
prasati yang telah ditemukan.selain prasasti ada juga arca-arca yang telah
diketemukan. Walaupun ada beberapa pernyataan tentang kediri belum berdasarkan
bukti namun sumber-sumber yang ada sudah cukup membuktikan adanya kerajaan
kediri yang awalnya memiliki sejarah yang cukup rumit.

iii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Banyuwangi, Mei 219

Penyusun

iv
DAFTAR ISI
Hal
Halaman Sampul …………………………………………………………
Lembar Pengesahan ……………………………………………………… i
Lembar Motto ……………………………………………………………. ii
Abstraksi ………………………………………………………………….. iii
Kata Pengantar ………………………………………………………….. iv
Dasftar Isi ………………………………………………………………… v
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………….. 1
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………… 1
Bab II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah berdirinya Kerajaan Kediri ..................................... 3
2.2 Perkembangan Kerajaan Kediri ........................................... 4
2.3 Aspek Kehidupan Kerajaan Kediri ...................................... 5
2.4 Raja-Raja yang Pernah Memerintah .................................... 8
2.5 Sumber Sejarah Kerajaan Kediri ......................................... 10
2.6 Runtuhnya Kerajaan Kediri ................................................. 11
Bab III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………. 13
3.2 Saran ……………………………………………………… 13
DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


Kerajaan Kediri merupakan salah satu Kerajaan Hindu yang terletak
di tepi Sungai Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12
ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Raja pertamanya
bernama Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu yang menamakan dirinya
sebagai titisan Wisnu.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan perintah Raja
Airlangga yang membagi kerajaan menjadi dua bagian, yakni Jenggala
(Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi dengan Gunung Kawi dan
Sungai Brantas. Tujuannya supaya tidak ada pertikaian. Kerajaan Janggala
atau Kahuripan terdiri atas Malang dan Delta Sungai Brantas dengan
pelabuhan Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, Ibu Kotanya Kahuripan.
Sedangkan Kerajaan Panjalu (Kediri) meliputi, Kediri, Madiun, dan Ibu
Kotanya Daha.
1.2 Rumusan Masalah
1) Dimana letak lokasi Kerajaan Kediri?
2) Bagaimana perkembangan Kerajaan Kediri?
3) Bagaimana aspek kehidupan Kerajaan Kediri?
4) Siapa saja Raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Kediri?
5) Apa saja sumber sejarah Kerajaan Kediri?
6) Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Kediri?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini
adalah :
1) Mengetahui tentang berdiri Kerajaan Kediri
2) Mengetahui sumber sejarah Kerajaan Kediri
3) Mengetahui aspek kehidupan Kerajaan Kediri
4) Mengetahui Raja-raja yang memerintah Kerajaan Kediri

1
5) Mengetahui perkembangan Kerajaan Kediri
6) Mengetahui sumber sejarah Kerajaan Kediri
7) Mengetahui penyebab runtuhnya Kerajaan Kediri

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah berdirinya Kerajaan Kediri


Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini
sebagai peninggalan Kerajaan Kadiri diharapkan dapat membantu
memberikan lebih banyak informasi tentang kerajaan tersebut. Beberapa
arca kuno peninggalan Kerajaan Kediri. Arca yang ditemukan di desa
Gayam, Kediri itu tergolong langka karena untuk pertama kalinya
ditemukan patung Dewa Syiwa Catur Muka atau bermuka empat.
Pada tahun 1041 atau 963 M Raja Airlangga memerintahkan
membagi kerajaan menjadi dua bagian. Pembagian kerajaan tersebut
dilakukan oleh seorang Brahmana yang terkenal akan kesaktiannya yaitu
Mpu Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal dengan Kahuripan menjadi
Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi oleh gunung Kawi
dan sungai Brantas dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab
Negarakertagama (1365 M), dan kitab Calon Arang (1540 M). Tujuan
pembagian kerajaan menjadi dua agar tidak terjadi pertikaian.
Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas
dengan pelabuhannya Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibu kotanya
Kahuripan, sedangkan Panjalu kemudian dikenal dengan nama Kediri
meliputi Kediri, Madiun, dan ibu kotanya Daha. Berdasarkan prasasti-
prasasti yang ditemukan masing-masing kerajaan saling merasa berhak atas
seluruh tahta Airlangga sehingga terjadilah peperangan.
Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah
kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra
yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama
Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang
bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama
Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan. Panjalu dapat
dikuasai Jenggala dan diabadikanlah nama Raja Mapanji Garasakan (1042

3
– 1052 M) dalam prasasti Malenga. Ia tetap memakai lambang Kerajaan
Airlangga, yaitu Garuda Mukha.
Pada awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala
tetapi pada perkembangan selanjutnya Panjalu/Kediri yang memenangkan
peperangan dan menguasai seluruh tahta Airlangga. Dengan demikian di
Jawa Timur berdirilah kerajaan Kediri dimana bukti-bukti yang
menjelaskan kerajaan tersebut, selain ditemukannya prasasti-prasasti juga
melalui kitab-kitab sastra. Dan yang banyak menjelaskan tentang kerajaan
Kediri adalah hasil karya berupa kitab sastra. Hasil karya sastra tersebut
adalah kitab Kakawin Bharatayudha yang ditulis Mpu Sedah dan Mpu
Panuluh yang menceritakan tentang kemenangan Kediri/Panjalu atas
Jenggala.
2.2 Perkembangan Kerajaan Kediri
Dalam perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota Daha
tumbuh menjadi besar, sedangkan Kerajaan Jenggala semakin tenggelam.
Diduga Kerajaan Jenggala ditaklukkan oleh Kediri. Akan tetapi hilangnya
jejak Jenggala mungkin juga disebabkan oleh tidak adanya prasasti yang
ditinggalkan atau belum ditemukannya prasasti yang ditinggalkan Kerajaan
Jenggala. Kejayaan Kerajaan Kediri sempat jatuh ketika Raja Kertajaya
(1185-1222) berselisih dengan golongan pendeta. Keadaan ini
dimanfaatkan oleh Akuwu Tumapel Tunggul Ametung.
Namun kemudian kedudukannya direbut oleh Ken Arok. Diatas
bekas Kerajaan Kediri inilah Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan
Singasari, dan Kediri berada di bawah kekuasaan Singasari. Ketika
Singasari berada di bawah pemerintahan Kertanegara (1268 1292),
terjadilah pergolakan di dalam kerajaan. Jayakatwang, raja Kediri yang
selama ini tunduk kepada Singasari bergabung dengan Bupati Sumenep
(Madura) untuk menjatuhkan Kertanegara. Akhirnya pada tahun 1292
Jayakatwang berhasil mengalahkan Kertanegara dan membangun kembali
kejayaan Kerajaan Kediri.

4
2.3 Aspek Kehidupan Kerajaan Kediri
Adapun kehidupan politik, agama, ekonomi, sosial dan budaya
pada masa Kerajaan Kediri adalah sebagai berikut :
a. Kehidupan Politik
Raja pertama Kediri adalah Samarawijaya. Selama menjadi Raja
Kediri, Samarawijaya selalu berrselisih paham dengan saudaranya, Mapanji
Garasakan yag berkuasa di Jenggala. Keduanya merasa berhak atas seluruh
takhta Raja Airlangga (Kerajaan Medang Kamulan) yang meliputi hampir
seluruh wilayah Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah. Akhirnya
perselisihan tersebut menimbulkan perang saudara yang berlangsung
hingga tahun 1052. Peperangan tersebut dimenangkan oleh Samarawijaya
dan berhasil menaklukan Jenggala.
Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya pada masa
pemerintahan Jayabaya. Saat itu wilayah kekuasaan Kediri meliputi
seluruh bekas wilayah Kerajaan Medang Kamulan. Selama menjadi Raja
Kediri, Jayabaya berhasil kembali menaklukan Jenggala yanga
sempat memberontak ingin memisahkan diri dari Kediri. Keberhasilannya
tersebut diberitakan dalam prasasti Hantang yang beraangka tahun 1135.
Prasasti ini memuat tulisan yang berbunyi Panjalu jayati yang
artinya Panjalu menang. Prasasti tersebut dikeluarkan sebagai piagam
pengesahan anugerah dari Jayabaya untuk penduduk Desa Hantang yang
setia pada Kediri selam perang melawan Jenggala.
Sebagai kemenangan atas Jenggala, nama Jayabaya diabadikan
dalam kitab Bharatayuda. Kitab ini merupakn kitab yang digubah oleh Mpu
Sedah dan Mpu Panuluh. Bharatayuda memuat kisah perang perbutan takhta
Hastinapura antara keluarga Pandhawa daan Kurawa. Sejarah pertikaian
anatar Panjalu dan Jenggala mirip dengan kisah tersebut sehingga kitab
Bharatayuda dianggap sebagai legitimasi (klaim) Jayabaya untuk
memperkuat kekuasaannya atas seluruh wilayah bekas Kerajaan Medang
Kamulan.

5
Selain itu, untuk menunjukkan kebesaran dan kewibawaan sebagai
Raja Kediri, Jayabaya menyatakan dirinya sebagai keturunan Airlangga dan
titisan Dewa Wisnu. Selanjutnya ia mengenakan lencana narasinga sebagai
lambang Kerajaan Kediri.
Pada masa pemerintahan Ketajaya Kerajaan Kediri mulai
mengalami kemunduran. Raja Kertajaya membuat kebijakan yang tidak
populer dengan mengurangi hak-hak brahmana. Kondisi ini menyebabkan
banyak brahmana yang mengungsi ke wilayah Tumapel yang dkuasai oleh
Ken Arok. Melihat kejadian ini Kertajaya memutuskan untuk menyerang
Tumapel. Akan tetapi pertempuran di Desa Ganter, pasukan Kediri
mengalami kekalahan dan Kertajaya terbunuh. Sejak saat itu Kerajaan
Kediri berakhir dan kedudukannya digantikan oleh Singasari.
b. Kehidupan Agama
Masyarakat Kediri memiliki kehidupan agama yang sangat religius.
Mereka menganut ajaran agama Hindu Syiwa. Hal ini terlihat dari berbagai
peninggalan arkeolog yang ditemukan di wilayah Kediri yakni berupa arca-
arca di candi Gurah dan Candi Tondowongso. Arca-arca tersebut
menunjukkan latar belakang agama Hindu Syiwa. Para penganut agama
Hindu Syiwa menyembah Dewa Syiwa, karena merekaa mempercayai
bahwa Dewa Syiwa dapat menjelma menjadi Syiwa Maha Dewa
(Maheswara), Dewa Maha Guru, dan Makala. Salah satu pemujaan yang
dilakukan pendeta adalah dengan mengucapkan mantra yang disebut
Mantra Catur Dasa Syiwa atau empat belas wujud Syiwa.
c. Kehidupan Ekonomi
Perekonomian di Kediri bertumpu pada sektor pertanian dan
perdagangan. Sebagai kerajaan agraris, Kediri memiliki lahan pertanian
yang baik di sekitar Sungai Brantas. Pertanian menghasilkan banyak beras
dan menjadikannya komoditas utama perdagangan. Sektor perdagangan
Kediri dikembangkan melalui jalur pelayaran Sungai Brantas. Selain beras,
barang-barang yang diperdagangkan di Kediri antara lian emas, perak, kayu
cendana, rempah-rempah, dan pinang.

6
Pedagang Kediri memiliki peran penting dalam perdagangan di
wilyah Asia. Mereka memperkenalkan rempah-rempah diperdagangan
dunia. Mereka membawa rempah-rempah ke sejumlah Bandar di Indonesia
bagian barat, yaitu Sriwijay daan Ligor. Selanjutnya rempah-rempah
dibawa ke India, Teluk Persia, Luat Merah. Komoditas ini kemudian
diangkut oleh kapal-kapal Venesia menuju Eropa. Dengan demikian,
melalui Kediri wilayah Maluku mulai dikenal dalam lalu lintas perdagangan
dunia.
d. Kehidupan Sosial Budaya
Pada masa pemerintahan Raja Jayabaya, struktur pemerintahan ‘
Kerajaan Kediri sudah teratur. Berdasarkan kedudukannya dalam
pemerintahan, masyarakat Kedri dibedakan menjadi tiga golongan sebagai
berikut :
1) Golongan masyarakat pusat (kerajaan), yaitu masyarakat yang
terdapat dalam lingkungan raja dan beberapa kaum kerabatnya serta
kelompok pelayannya.
2) Golongan masyarakat thani (daerah), yaitu golongan masyarakat yang
terdiri atas para pejabat atau petugas pemerintahan di wilyah thani
(daerah).
3) Golongan masyarakat nonpemerintah, yaitu golongan masyarakat
yang tidak mempunyai kedudukan dan hubungan dengan pemerintah
secara resmi.
Kehidupan budaya Kerajaan Kediri terutama dalam bidang sastra
berkembang pesat. Pada masa pemerintahan Jayabaya kitab Bharatayuda
berhasil digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Selain itu Mpu Panuluh
menulis kitab Hariwangsa dan Gatotkacasrayaa. Selanjutnya pada masa
pemerintahan Kameswara muncul kitab Smaradhahana yang ditulis oleh
Mpu Dharmaja serta kirab Lubdaka dan Wertasancaya yang ditulis oleh
Mpu Tanakung. Pada masa pemerintahan Kertajaya terdapat Pujangga
bernama Mpu Monaguna yang menulis kitab Sumansantaka dan Mpu
Triguna yang menulis kitab Kresnayana.

7
2.4 Raja-Raja yang Pernah Memerintah
Kerajaan Kediri yang termasyhur pernah diperintah 8 raja dari awal
berdirinya sampai masa keruntuhan kerajaan ini. Dari kedelapan raja yang
pernah memerintah kerajaan ini yang sanggup membawa Kerajaan Kediri
kepada masa keemasan adalah Prabu Jayabaya, yang sangat terkenal hingga
saat ini.
Adapun 8 raja Kediri tersebut urutannya sebagai berikut :
1. Sri Jayawarsa
Sejarah tentang raja Sri Jayawarsa ini hanya dapat diketahui dari prasasti
Sirah Keting (1104 M). Pada masa pemerintahannya Jayawarsa
memberikan hadiah kepada rakyat desa sebagai tanda penghargaan, karena
rakyat telah berjasa kepada raja. Dari prasasti itu diketahui bahwa Raja
Jayawarsa sangat besar perhatiannya terhadap masyarakat dan berupaya
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
2. Sri Bameswara
Raja Bameswara banyak meninggalkan prasasti seperti yang ditemukan di
daerah Tulung Agung dan Kertosono. Prasasti seperti yang ditemukan itu
lebih banyak memuat masalah-masalah keagamaan, sehingga sangat baik
diketahui keadaan pemerintahannya.
3. Prabu Jayabaya
Kerajaan Kediri mengalami masa keemasan ketika diperintah oleh Prabu
Jayabaya. Strategi kepemimpinan Prabu Jayabaya dalam memakmurkan
rakyatnya memang sangat mengagumkan. Kerajaan yang beribu kota di
Dahono Puro, bawah kaki Gunung Kelud, ini tanahnya amat subur,
sehingga segala macam tanaman tumbuh menghijau.
Hasil pertanian dan perkebunan berlimpah ruah. Di tengah kota membelah
aliran sungai Brantas. Airnya bening dan banyak hidup aneka ragam ikan,
sehingga makanan berprotein dan bergizi selalu tercukupi.
Hasil bumi itu kemudian diangkut ke kota Jenggala, dekat Surabaya, dengan
naik perahu menelusuri sungai. Roda perekonomian berjalan lancar,

8
sehingga Kerajaan Kediri benar-benar dapat disebut sebagai negara yang
“Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Karta Raharja”.
Prabu Jayabaya memerintah antara tahun 1130 sampai 1157 Masehi.
Dukungan spiritual dan material dari Prabu Jayabaya dalam hal hukum dan
pemerintahan tidak tanggung-tanggung. Sikap merakyat dan visinya yang
jauh ke depan menjadikan Prabu Jayabaya layak dikenang sepanjang masa.
Jika rakyat kecil hingga saat ini ingat kepada beliau, hal itu menunjukkan
bahwa pada masanya berkuasa tindakan beliau yang selalu bijaksana dan adil
terhadap rakyat.
4. Sri Sarwaswera
Sejarah tentang raja ini didasarkan pada prasasti Padelegan II (1159) dan
prasasti Kahyunan (1161). Sebagai raja yang taat beragama dan berbudaya,
Sri Sarwaswera memegang teguh prinsip “tat wam asi”, yang berarti
“dikaulah itu, dikaulah (semua) itu, semua makhluk adalah engkau”.
Menurut Prabu Sri Sarwaswera, tujuan hidup manusia yang terakhir adalah
moksa, yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan yang benar
adalah sesuatu yang menuju arah kesatuan, sehingga segala sesuatu yang
menghalangi kesatuan adalah tidak benar.
5. Sri Aryeswara
Berdasarkan prasasti Angin (1171), Sri Aryeswara adalah raja Kediri yang
memerintah sekitar tahun 1171. Nama gelar abhisekanya ialah Sri Maharaja
Rake Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara Arijamuka.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Sri Aryeswara naik tahta. peninggalan
sejarahnya berupa prasasti Angin, 23 Maret 1171. Lambang Kerajaan Kediri
pada saat itu Ganesha. Tidak diketahui pula kapan pemerintahannya
berakhir. Raja Kediri selanjutnya berdasarkan prasasti Jaring adalah Sri
Gandra.
6. Sri Gandra
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra (1181 M) dapat diketahui dari prasasti
Jaring, yaitu tentang penggunaan nama hewan dalam kepangkatan seperti

9
seperti nama gajah, kebo, dan tikus. Nama-nama tersebut menunjukkan
tinggi rendahnya pangkat seseorang dalam istana.
7. Sri Kameswara
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra dapat diketahui dari Prasasti Ceker
(1182) dan Kakawin Smaradhana. Pada masa pemerintahannya dari tahun
1182 sampai 1185 Masehi, seni sastra mengalami perkembangan sangat
pesat, diantaranya Empu Dharmaja mengarang kitab Smaradhana. Bahkan
pada masa pemerintahannya juga dikeal cerita-cerita panji seperti cerita
Panji Semirang.
8. Sri Kertajaya
Berdasarkan prasasti Galunggung (1194), prasasti Kamulan (1194), prasasti
Palah (1197), prasasti Wates Kulon (1205), Nagarakretagama, dan
Pararaton, pemerintahan Sri Kertajaya berlangsung pada tahun 1190 hingga
1222 Masehi.
Raja Kertajaya juga dikenal dengan sebutan “Dandang Gendis”. Selama
masa pemerintahannya, kestabilan kerajaan menurun. Hal ini disebabkan
Kertajaya ingin mengurangi hak-hak kaum Brahmana.
Keadaan ini ditentang oleh kaum Brahmana. Kedudukan kaum Brahmana di
Kerajaan Kediri waktu itu semakin tidak aman. Kaum Brahmana banyak
yang lari dan minta bantuan ke Tumapel yang saat itu diperintah oleh Ken
Arok.
Mengetahui hal ini Raja Kertajaya kemudian mempersiapkan pasukan untuk
menyerang Tumapel. Sementara itu Ken Arok dengan dukungan kaum
Brahmana melakukan serangan ke Kerajaan Kediri. Kedua pasukan itu
bertemu di dekat Ganter (1222 M)
2.5 Sumber Sejarah Kerajaan Kediri
Adapun sumber sejarah Kerajaan Kediri berasal dari beberapa
prasasti dan berita asing sebagai berikut :
1. Prasasti Sirah Keting (1104 M), yang memuat tentang pemberian hadiah
tanah kepada rakyat desa oleh Raja Jayawarsa.

10
2. Prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan Kertosono, yang berisi
masalah keagamaan, diperkirakan berasal dari Raja Bameswara tahun 1117
– 1130 M.
3. Prasasti Ngantang (1135 M), yang menyebutkan tentang Raja Jayabaya
yang memberikan hadiah kepada rakyat Desa Ngantang sebidang tanah
perdikan yang bebas dari pajak. Baca selengkapnya di Siapa sosok Prabu
Jayabaya?
4. Prasasti Jaring (1181 M) dari Raja Gandra yang memuat tentang sejumlah
nama hewan, seperti kebo waruga dan tikus finada.
5. Prasasti Kamulan (1194 M), yang menyatakan bahwa pada masa
pemerintahan Raja Kertajaya, Kerajaan Kediri telah berhasil mengalahkan
musuh yang memusuhi istana di Katang-katang.
6. Berita Asing
Berita asing tentang Kerajaan kediri sebagian besar diperoleh dari berita
Cina. Berita Cina ini merupakan kumpulan cerita dari para pedagang Cina
yang melakukan kegiatan perdagangan di Kerajaan Kediri, seperti Chu Fan
Chi karangan Chu Ju Kua (1220 M).
Buku ini banyak mengambil cerita dari buku Ling Wai Tai Ta (1778 M)
karangan Chu Ik Fei. Kedua buku tersebut menerangkan keadaan Kerajaan
Kediri pada abad ke-12 dan 13 Masehi.
2.6 Runtuhnya Kerajaan Kediri
Kertajaya adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana
Garuda Mukha seperti Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana,
sehingga tidak disukai oleh rakyat terutama kaum Brahmana. Dalam masa
pemerintahannya, terjadi pertentangan antara dirinya dan para Brahmana
hal inilah akhirnya menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri.
Pertentangan itu disebabkan Kertajaya dianggap telah melanggar
adat dan memaksa kaum brahmana menyembahnya sebagai Dewa. Para
Brahmana kemudian meminta perlindungan pada Ken Arok di Singosari.
Kebetulan Ken Arok juga berkeinginan memerdekakan Tumapel
(Singosari) yang dulunya merupakan bawahan Kediri. Tahun 1222 pecahlah

11
pertempuran antara prajurit Kertajaya dan pasukan Ken Arok di desa
Ganter. Dalam peperangan ini, pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan
prajurit Kertajaya. Dengan demikian berakhirlah masa Kerajaan Kediri,
yang sejak saat itu menjadi bawahan Kerajaan Singosari. Runtuhnya kerajan
Panjalu-Kediri pada masa pemerintahan Kertajaya dikisahkan dalam Kitab
Pararaton dan Kitab Negarakertagama.
Setelah Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kediri menjadi suatu
wilayah dibawah kekuasaan Kerajaan Singosari. Ken Arok mengangkat
Jayasabha, putra Kertajaya sebagai Bupati Kediri. Tahun 1258 Jayasabha
digantikan putranya yang bernama Sastrajaya. Pada tahun 1271 Sastrajaya
digantikan oleh putranya , yaitu Jayakatwang. Tahun 1292 Jayakatwang
menjadi bupati geleng-geleng. Selama menjadi bupati, Jayakatwang
memberontak terhadap Singosari yang dipimpin oleh Kertanegara, karena
dendam di masa lalu dimana leluhurnya yaitu Kertajaya dikalahkan oleh
Ken Arok. Setelah berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang
membangun kembali Kerajaan Kediri, namun hanya bertahan satu tahun.
Hal itu terjadi karena adanya serangan gabungan yang dilancarkan oleh
pasukan Mongol dan pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut sumber yang kami peroleh tentang Kerajaan Kediri maka
dapat kami ambil simpulan bahwa Kerajaan Kediri merupakan salah satu
kerajaan Hindu yang terletak di tepi Sungai Brantas, Jawa Timur. Kerajaan
yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram
Kuno. Raja pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu yang
menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu.
Kertajaya adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana
Garuda Mukha seperti Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana,
sehingga tidak disukai oleh rakyat terutama kaum Brahmana. Dalam masa
pemerintahannya, terjadi pertentangan antara dirinya dan para Brahmana
hal inilah akhirnya menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri.
3.2 Saran
Demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan, agar makalah ini dapat menjadikan
suatu pedoman untuk kalangan umum. Kami sebagai penyusun memohon
maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
Atas kritik , saran, dan perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

13
Daftar Pustaka

http://jagosejarah.blogspot.co.id/2015/05/sejarah-kerajaan-kediri.html
http://sule-epol.blogspot.co.id/2015/05/makalah-kerajaan-kediri-dan-
singasari.html
http://juragansejarah.blogspot.co.id/2012/05/sejarah-kerajaan-kediri.html
http://www.sejarah-negara.com/2014/07/8-raja-yang-pernah-memerintah-
kerajaan/

Вам также может понравиться