PENGORGANISASIAN INFORMASI/PENGETAHUAN DALAM INGATAN MANUSIA
OLEH: MUHAMAD HARFI
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
(PPG-DJ)ANGKATAN II TAHUN 2019 LPTK UNIVERSITAS NEGERI MANADO (UNIMA) 2019 A. Pendahuluan Manusia adalah makhluk berakal. Salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk Allah swt. yang lain adalah manusia memiliki kemampuan untuk mengingat sesuatu. Pada bagian otak manusia ada yang dinamakan lobus frontal terletak tepat dibelakang dahi manusia. Salah satu lobus otak ini berkaitan erat dengan memori atau ingatan yang memiliki kemampuan secara alamiah untuk menyimpan informasi yang tidak terbatas jumlahnya. Memori atau ingatan yang kemudian identik dengan kemampuan manusia untuk mengingat sesuatu. Kemampuan mengingat setiap manusia berbeda-beda dan tidak semua manusia dapat memanfaatkan kemampuan mengingatnya secara optimal. Kemampuan mengingat memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan manusia untuk memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari, terutama untuk menunjang keberhasilan proses belajar seorang individu. Sebagai contoh, guru berusaha merancang aktifitas pembelajaran sedemikian rupa untuk membantu siswanya mengingat dan memahami materi-materi yang diberikan di kelas. Pada siswa, mereka menggunakan berbagai upaya untuk memaksimalkan ingatan seperti mencatat sesegera mungkin materi pelajaran yang diterangkan guru pada catatan, menggunakan penanda warna pada buku teks, dan lain-lain. Usaha-usaha ini ada yang berhasil dan ada juga yang gagal. Beberapa di antaranya berhasil karena usaha yang diterapkan efektif untuk memaksimalkan ingatan dan beberapa di antaranya gagal. Kegagalan dalam usaha untuk memaksimalkan ingatan, baik dari pihak tenaga pendidik maupun siswa, memunculkan masalah dalam proses pembelajaran. Ternyata, masalah mengingat juga dirasakan oleh para siswa di SMA Muhammadiyah 1 Pulau Morotai. Berdasarkan data laporan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika kelas X-IPA SMA Muhammadiyah 1 Pulau Morotai semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019, kemampuan mengingat siswa-siswa kelas X-IPA masih sangat rendah. Mereka mengaku mengalami kesulitan untuk fokus pada materi, mengorganisasikan materi serta mengingat dan memahami materi pelajaran terutama pada konsep- konsep dasar aljabar. Cara belajar mereka rata-rata belum memahami operasi bilangan (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian). Kesulitan dalam mengingat dapat mempengaruhi dorongan siswa untuk belajar. Oleh karenanya mereka menjadi kurang bersemangat untuk belajar. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadan alam, benda- benda atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar dari suatu hal tersebut nampak sebagai perilaku belajar yang nampak dari luar. Dari zaman dahulu, para ilmuwan terus mengembangkan teori-teori belajar sebagai temuan mereka untuk mengembangkan pemikiran belajar mereka. Era globalisasi telah membawa berbagai perubahan yang memunculkan adanya teori-teori belajar yang baru guna menyempurnakan teori-teori yang telah ada sebelumnya. Akan tetapi, kita sebagai manusia tak bisa menolak teori belajar yang telah ada sebelumnya. Teori belajar selalu bertolak dari sudut pandang psikologi belajar tertentu, sehingga psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang sangat pesat. Dengan bermunculnya teori-teori yang baru akan menyempurnakan teori-teori sebelumnya. Tentunya setiap teori belajar memiliki keistimewaan tersendiri. Bahkan, tak jarang dalam setiap teori belajar juga terdapat kritikan-kritikan untuk penyempurnaan teori tersebut. Hal inilah yang mendorong penulis ingin mengkaji pengorganisasian informasi/pengetahuan dalam ingatan manusia. B. Pembahasan 1. Teori pengolahan informasi Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima dari lingkungan. Dapat pula dikatakan bahwa penggolahan informasi berkaitan dengan bagaimana respon individu terhadap informasi yang di berikan oleh lingkungan di sekitarnya. Pengolahan informasi merupakan perluasan dari bidang kajian ranah psikologi kognitif. Dimana dalam ranah psikologi kognitif ini berupaya untuk memahami mekanisme dasar yang mengatur cara berpikir orang (Anderson, 1980). Teori pengolahan informasi memiliki satu perbedaan dengan teori belajar yaitu pada derajat penekanan belajar. Teori pengolahan informasi tidak memberlakukan belajar sebagai titik pusat penelitian yang utama melainkan juga melihat sisi lainnya, seperti pada informasi yang diperoleh ataupun kemampuan memori seorang individu. Menurut Anderson, belajar itu hanyalah merupakan salah satu proses yang diselidiki dan antara kegiatan belajar dan sub-sub ranah lain dari psikologi kognitif tetap tidak jelas. Namun demikian, penelitian pengolahan informasi memberikan sumbangan atas pengertian proses belajar. Dari pernyataan Anderson tersebut dapat kita simpulkan bahwa antara belajar dan pengolahan informasi adalah dua aspek yang saling melengkapi. Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Pusat kajiannya pada proses belajar dan cara individu memanipulasi simbol dan memproses informasi. Anita E. Woolfolk (Parkay & Stanford, 1992) menyajikan model belajar pemrosesan informasi atau yang ia sebut sebagai model kognitif information processing ke dalam tiga taraf struktural sistem informasi, yaitu: a. Sensory atau intake register: informasi masuk ke sistem melalui sensory register, tetapi hanya disimpan untuk periode waktu terbatas. Agar tetap dalam sistem, informasi masuk ke working memory yang digabungkan dengan informasi di long-term memory. b. Working memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory, dan di sini berlangsung berpikir yang sadar. Kelemahan working memory sangat terbatas kapasitas isinya dan memperhatikan sejumlah kecil informasi secara serempak. c. Long-term memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga mampu menampung seluruh informasi yang sudah dimiliki peserta didik. Kelemahannya adalah betapa sulit mengakses informasi yang tersimpan di dalamnya. Tokoh lain yang menjelaskan teori ini adalah Robert M. Gagne. Menurut Gagne dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi- kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses belajar yang dijalankan oleh individu atau siswa. Pembelajaran di kelas merupakan teori proses informasi yang berkaitan secaara langsung dengan proses kognitif. Teori informasi memberikan persfektif baru pada pengolahan pembelajaran yang akan menghasilkan belajar yang efektif. Dalam teori pengolahan informasi terdapat persepsi, pengkodean, dan penyimpanan di dalam memori jangka panjang. Teori ini mengajarkan kepada siswa untuk memecahkan masalah. 2. Teori Memori Manusia Memori dikenal oleh masyarakat umum sebagai ingatan. Banyak ahli yang telah memberikan definisi memori. Berikut ini beberapa definisi memori menurut para ahli: (Slameto, 2010) mengatakan ingatan adalah penarikan kembali informasi yang pernah diperoleh sebelumnya. Definisi ini masih sangat sederhana karena hanya menekankan pada kemampuan seseorang untuk memunculkan kembali informasi yang telah diperolehnya di masa lalu, dengan kata lain ingatan adalah memunculkan kembali pengalaman masa lalu. Misal, seorang siswa yang telah belajar tentang nama-nama malaikat Allah, suatu saat siswa tersebut mendengar seseorang menyebut nama Jibril, kemudian siswa tersebut ingat bahwa Jibril merupakan nama salah satu malaikat Allah. Memory (ingatan, daya ingatan) adalah: (1) fungsi yang terlibat dalam mengenang atau mengalami lagi pengalaman masa lalu; (2) keseluruhan pengalaman masa lampau yang dapat diingat kembali; dan (3) Satu pengalaman masa lalu yang khas (Chaplin, 2002). Ada tiga ciri yang terkandung dalam memori, yaitu: fungsi, pengalaman/informasi, dan spesifikasi. Memori melibatkan fungsi dari suatu sistem yang dapat difungsikan sehingga memerlukan alat atau tempat untuk melaksanakan fungsi untuk merekam. Memori juga melibatkan informasi yang diperoleh melalui suatu aktivitas, sehingga informasi yang didapat akan menjadi suatu pengalaman yang disimpan pada suatu tempat. Tidak semua informasi atau pengalaman yang akan dapat direkam dengan baik, hanya informasi- informasi yang memiliki kekhususan (kesan tertentu) yang dapat disimpan. Jadi, memori merupakan suatu proses kerja yang melibatkan alat-alat atau tempat untuk menerima, menyimpan, dan mengingat kembali informasi- informasi yang memiliki kekhususan. Syah (2004) mengatakan memori yang biasanya kita artikan sebagai ingatan itu sesungguhnya adalah fungsi mental yang menangkap informasi dari stimulus, dan ia merupakan storage system, yakni sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan yang terdapat di dalam otak manusia. Di sini, memori merupakan sistem kerja otak manusia untuk menangkap dan menyimpan pengetahuan. Memori ialah proses mental yang meliputi pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan yang semuanya terpusat dalam otak. (Bruno dalam Syah, 2004). Semua aktivitas memori berpusat di otak dan ada tiga kegiatan dalam memori, yaitu: a. Pengkodean (encoding). Pada tahap awal informasi-informasi yang diterima terlebih dahulu diberi kode atau tanda atau pengelompokkan. b. Penyimpanan (storage). Setelah informasi tersebut diberi kode, kemudian diteruskan ke tempat penyimpanan. Di tempat penyimpanan informasi akan bertahan di dalamnya sampai suatu saat dibutuhkan untuk dimunculkan kembali. Tidak semua informasi yang diterima dapat disimpan. Waktu penyimpanan tergantung pada kualitas dan kapasitas tempat yang dimiliki otak masing-masing individu. c. Pemanggilan kembali (retrieval). Pada tahap ini, informasi-informasi yang telah disimpan tadi dipanggil sesuai dengan kebutuhan, walaupun tidak semua informasi yang diterima dan disimpan dapat dipanggil kembali, karena sebagian atau bahkan semua informasi yang disimpan dapat hilang atau tertutup oleh informasi yang lainnya. 3. Aplikasi Teori Pengolahan Informasi dalam Belajar Aplikasi atau penerapan teori pengolahan informasi dalam belajar berasumsi bahwa individu merupakan suatu objek yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan suatu penyeleksian, pengorganisasian dan pengubahan informasi yang didapat menjadi suatu sandi-sandi yang berguna untuk memudahkan dalam proses belajar yang akan dijalaninya. Mengenai hal di atas, para ahli kognitif juga berasumsi bahwa belajar yang berhasil sangat bergantung pada tindakan belajar terhadap hal-hal yang ada di lingkungannya. Ini menunjukan bahwa dalam proses belajar tindakan siswa menjadi hal utama yang mempengaruhi hasil belajar yang akan ia capai menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Komponen belajar menurut teori pengolahan informasi adalah perhatian yang ditujukan pada stimulus, pengkodean stimulus, dan penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival). Atas dasar komponen dasar tersebut, selanjutnya hal yang esensial dari pembelajaran menyangkut tiga hal sebagai berikut. a. Membimbing peserta didik dalam penerimaan stimulus Sistem memori dapat melakukan proses seleksi dan filtrasi atas stimulus- stimulus yang akan diperhatikannya. Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan dalam membimbing siswa dalam menerima stimulus antara lain: 1) Memusatkan perhatian ke stimulus-stimulus tertentu yang dipilih. 2) Mengenali secara awal stimulus dengan kode-kode tertentu. b. Memperlancar pengkodean Pengkodean berfungsi untuk menyiapkan informasi baru untuk di simpan kedalam memori jangka panjang.proses ini menghendaki adanya tranformasi informasi menjadi kode ringkasan guna memudahkan dan mengingat kembali di waktu kemudian mengenai informasi tersebut. Ada dua rancangan yang berbeda yang dapat memudahkan pengkodean yaitu: 1) Memberikan pengisyaratan, elaborasi, dan cara titian ingatan sebagai pembantu untuk menyusun sandi atau kode-kode guna memudahkan dalam proses penyimpanan pada memori kerja siswa. 2) Memberikan kesempatan bagi terjadinya elaborasi (pengubahan) yang dihasilkan siswa. c. Memperlancar penyimpanan dan retrival Suatu taktik atau siasat pengkodean sangat penting karena hal ini dapat meningkatkan kemampuan mengingat kembali pada waktu yang akan datang. Hal ini dapat berupa: irama bunyi, sajak, kata-kata pokok, citra visual dan sebagainya, yang semuanya memberikan pengisyaratan untuk maksud retrival bagi siswa dalam proses belajar. Elaborasi berbasis pembelajaran dan siswa juga memberikan sumbangan yang besar dalam proses mengingat kembali informasi yang sudah tersimpan dalam memori manusia. Proses pemunculan kembali apa yang telah tersimpan dalam memori manusia dianalogikan dengan mekanisme penelusuran. Menanggapi penjelasan di atas Norman dan Bobrow (2001) mengemukakan dua tahapan dalam melaksanakan penelusuran, yaitu: 1) Tahap pertama: menetapkan informasi yang diinginkan atau yang ingin dimunculkan dari dalam ingatan (retrival). 2) Tahap kedua: peninjauan kembali struktur ingatan dan informasi informasi yang terkait di dalamnya sampai informasi yang diinginkan didapatkan atau dimunculkan kembali. C. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu dari lingkungan. 2. Terdapat tiga unsur struktur memori yaitu: pencatatan penginderaan (sensoric memori), penyimpanan jangka pendek (working memory), dan penyimpanan jangka panjang (long term memory). 3. Terdapat tiga kegiatan dalam memori yaitu: pengkodean (encoding), penyimpanan (storage), dan pemanggilan kembali (retrieval). 4. Terdapat tiga tahapan belajar dalam teori pengolahan informasi yaitu; perhatian ke stimulus, mengkode stimulus, dan memperlancar penyimpanan dan retrival.