Вы находитесь на странице: 1из 18

KEWIRAUSAHAAN KOPERASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Koperasi


Semester Genap Tahun Akademik 2015-2016

MAKALAH

Kelas : D

Oleh Kelompok 5 :

1. Arief Noviyanto Lot Gayo (130810101160)


2. Fahrur Rozi (130810101161)
3. Achmad Iswantoro (130810101166)
4. Fatchur Rozi (130810101173)
5. Mochammad Fariz Alqodri (130810101178)
6. Wildan Azis Amrullah (130810101187)
7. Dwi Putri Rahmawati (130810101195)

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JEMBER
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME.Karena dengan Rahmat dan Karunia-Nya


sehingga penyusunan Makalah ini telah dapat diselesaikan dengan judul “Kewirausahaan
Koperasi”. Makalah ini disusun bertujuan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
Dosen Ekonomi Koperasi kami.

Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan terima
kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak dan ibu dosen pengampu yang menuntun kami dalam penyelesaian
makalahini.
2. Orang tua yang ikut menyemangati dalam penyelesaian makalah.
3. Teman teman kami yang turut bekerja sama dan membantu dalam pembuatan
makalah.

Kami harap makalah ini dapat membantu atau bermanfaat bagi pembaca terutama
bagi mahsiswa Universitas Jember dalam mempelajari atau memahami tentang
“Kewirausahaan Koperasi”.

Penulis menyadari Makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat kami butuhkan agar makalah kami selanjutnya
dapat lebih baik dan sempurna.

Jember,15 Mei 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN……………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2
1.3 Tujuan.................................................................................................. 2

BAB II. PEMBAHASAN


2.1 Elemen dari Koperasi........................................................................ 3
2.2 Definisi Kewirausahaan Koperasi………………............................. 3
2.3 Alasan Perlu Diadakan Kewirausahaan Koperasi........................... 6

2.4 Klasifikasi Kewirausahaan Koperasi................................................ 7


2.5 Kendala dalam Wirausaha Koperasi……….................................... 9

2.6 Cara Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Koperasi..................... 10

2.6.1 Membangun Kultur Jejaring……………………………….. 11


2.6.1 Kultur dan Struktur Kewirausahaan yang Kompatibel……. 12

BAB III. PENUTUP


3.1 Kesimpulan........................................................................................... 14
3.2 Saran..................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 15

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Koperasi merupakan Badan Usaha yang didirikan dengan asas kekeluargaan dan
memiliki tujuan mensejahterakan masyarakat pada umumnya dan kesejahteraan anggota
pada khususnya. Seiring dengan berdirinya koperasi, memberikan dampak positif
terhadap perekonomian di dunia, termasuk di Indonesia. Bahkan ketika terjadi krisis
ekonomi di Indonesia pada tahun 1998, koperasi ikut mengambil bagian untuk tetap
menjadi Badan Usaha yang mmpertahankan eksistensi tujuannya bagi masyarakat tanpa
tenggelam oleh krisis moneter yang melanda Indonesia.

Koperasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyusun usaha bersama
dari orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas. Dalam rangka usaha
untuk memajukan kedudukan rakyat yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas
tersebut, maka Pemerintah Indonesia memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan
perkumpulan-perkumpulan Koperasi.

Dengan mengacu kepada pemikiran bahwa “entrepreneurs are made not


born”,maka salah satu upaya pengembangan kewirausahaan koperasi dapat ditempuh
melalui berbagai program pelatihan (pembelajaran). Dalam hal ini upaya pelatihan
kewirausahaan Koperasi umumnya telah dilakukan, baik oleh pemerintah, Lembaga
Swadaya Masyarakat maupun gerakan Koperasi sendiri. Namun, jarang kalau tidak
dapat dikatakan tidak sama sekali diselenggarakan berdasarkan model teoritis tertentu,
baik model pelatihannya maupun kewirausahaannya sebagai acuan. Hal ini disebabkan
oleh kenyataan bahwa model kewirausahaan koperasi belum ada. Kalaupun ada baru
ada dua model hipotesis, yang dikembangkan oleh Jochen Ropke (Universitas Malburg,
Jerman) dan Herman Soewardi (Ikopin, Unpad). Langkanya model inilah yang menarik
untuk diteliti agar teori yang ada dapat diperluas, diperdalam dan atau dimodifikasi
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses kewirausahaan
Koperasi, membangun atau memomidifikasi teori yang ada berdasarkan fakta empiris
budaya para praktisi koperasi serta mengembangkan program-program pelatihan sesuai
dengan model kewirausahaan Koperasi yang dimodifikasi.

1
Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki banyak koperasi yang tersebar
hampir di seluruh bagian Indonesia, yang semuanya tersebar di berbagai daerah. Karena
adanya koperasi yang turut serta menyokong perputaran roda perekonomian negara
tanpa bertujuan menarik keuntungan dari anggotanya maupun masyarakat, tak heran
apabila koperasi inilah yang banyak dipilih dan digunakan oleh masyarakat untuk
mendukung kegiatan ekonomi di Indonesia.

Koperasi memiliki kendala dan resiko yang lebih kecil, dibanding dengan
bentuk badan usaha lainnya yang berkecenderungan untuk mencari laba. Jadi banyak
dikembangkan sebagai kekuatan ekonomi rakyat yang mudah tetapi dapat menjadi
pondasi yang kuat dalam pembangunan. Seiring berjalannya waktu, di era globalisasi ini
persaingan dalam perekonomian makin ketat, sehingga diperlukan jiwa – jiwa
wirausaha dalam pembangunan koperasi agar tetap lestari dan utuh.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja Elemen Dalam Koperasi ?
2. Bagaimana Definisi Kewirausahaan Koperasi ?
3. Mengapa Perlu Diadakan Kewirausahaan Koperasi ?
4. Bagaimana Klasifikasi Kewirausahaan Dalam Koperasi ?
5. Apa Saja Kendala Dalam Wirausaha Koperasi ?
6. Bagaimana Cara Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Dalam Koperasi ?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Elemen-Elemen Dalam Koperasi
2. Untuk Mendefinisikan Kewirausahaan Koperasi
3. Untuk Menjabarkan Perlunya Kewirausahaan Koperasi
4. Untuk Menjelaskan Klasifikasi Kewirausahaan Dalam Koperasi
5. Untuk Mengetahui Kendala-Kendala Dalam Wirausaha Koperasi
6. Untuk Mengetahui Cara-Cara Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Dalam Koperasi

2
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Elemen dalam Koperasi

Enam elemen yang dikandung koperasi Menurut ILO (International Labour


Organization) sebagai berikut :

1. Koperasi adalah perkumpulan orang – orang (Association of persons).


2. Penggabungan orang – orang tersebut berdasar kesukarelaan (Voluntarily joined
together).
3. Terdapat tujuan ekonomi yang ingin dicapai (to achieve a common economic
end)
4. Koperasi yang dibentuk adalah satu organisasi bisnis (badan usaha) yang
diawasi dan dikendalikan secara demokratis (formation of a democratically
controlled business organization)
5. Terdapat kontribusi yang adil terhadap modal yang dibutuhkan (making
equitable contribution to the capital required)
6. Anggota koperasi menerima resiko dan manfaat secara seimbang (Accepting a
fair share of the risk and benefits of the undertaking).

2.2 Definisi Kewirausahaan Koperasi

Secara definitif seorang wirausaha termasuk wirausaha koperasi adalah


orangyang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis,
mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan
darinya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses (Meredith, et
al,1984).
Para wirausaha koperasi adalah orang yang mempunyai sikap mental positif
yang berorientasi pada tindakan dan mempunyai motivasi tinggi dalam mengambil
risiko pada saat mengejar tujuannya. Tetapi mereka juga orang-orang yang cermat dan
penuh perhitungan dalam mengambil keputusan tentang sesuatu yang hendak
dikerjakan, Setiap mengambil keputusan tidak didasarkan pada metode coba-coba,

3
melainkan dipelajari setiap peluang bisnis dengan mengumpulkan informasi-informasi
yang berharga bagi keputusan yang hendak dibuat.
Sedangkan kewirakoperasian adalah suatu sikap mental positif dalam usaha
komperatif dengan mengambil prakasa inovatif serta keberanian mengambil resiko dan
berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi dalam mewujudkan terpenuhinya
kebutuhan nyata,serta peningkatan kesejahteraan bersama.
Dari definisi tersebut terkandung beberapa unsur yang patut diperhatikan.

1. Kewirausahan koperasi merupakan sikap mental positif dalam berusaha secara


komperatif. ini berarti kewirakopersian harus mempunyai keinginan untuk
memajukan organisasi koperasi.
2. Tugas utama kewirakoperasian adalah mengambil prakasa inovatif artinya
berusaha mencari ,menemukan dan memanfaatkan peluang yang ada demi
kepentingan bersama.
3. Wirakoperasi harus mempunyai keberanian mengambil resiko karena dunia
penuh dengan kepastian. Oleh karena itu dalam menghadapi situasi semacam itu
diperlukan seorang wirausaha yang mempunyai kemampuan mengambil resiko.
4. Kegiatan wirakoperasi harus berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi
yaitu anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan.
5. Tujuan utama setiap wirakoperasi adalah memenuhi kebutuhan nyata anggota
koperasi dan meningkatkan kesejahteran bersama.

Selanjutnya menurut Meredith (1984) para wirausaha (termasuk wirausaha


koperasi) mempunyai ciri dan watak yang berlainan dengan individu kebanyakan. Ciri-
ciri dan watak tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Mempunyai kepercayaan yang kuat pada diri sendiri.
b. Berorientasi pada tugas dan hasil yang didorong oleh kehutuhan untuk
herprestasi, berorientasi pada keuntungan, mempunyai ketekunan dan
ketabahan, mempunyni tekad kerja keras, dan mempunyai energi inisiatif.
c. Mempunyai kemampuan dalam mengambilrisiko dan mengambil
keputusan- keputusan secara cepat dan cermat.
d. Mempunyai jiwa kepemimpinan, suka bergaul dan suka menanggapi saran-
saran dan kritik.
e. Berjiwa inovatif, kreatif dan tekun.
4
f. Berorientasi ke masa depan.
Kewirausahaan koperasi adalah suatu sikap mental positif dalam berusaha secara
koperatif dengan mengambil prakarsa inovatif serta keberanian mengambil risiko dan
berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi dalam mewujudkan terpenuhinya
kebutuhan nyata serta peni ngkatan kesejahteraan bersama (Hendar dan Kusnadi,
1999).
Dan definisi tersebut terkandung beberapa unsur yang patut diperhatikan seperti
penjelasan di bawah ini. Kewirausahaan koperasi merupakan sikap mental positif dalam
berusaha secara koperatif. Ini berarti wirausaha koperasi (orang yang melaksanakan
kewirausahaan koperasi) harus mempunyai keinginan untuk memajukan organisasi
koperasi, baik itu usaha koperasi maupun usaha anggotanya. Usaha itu harus dilakukan
secara koperatif dalam arti setiap kegiatan usaha koperasi harus mementingkan
kebutuhan anggotanya.
Tugas utama wirausaha koperasi adalah mengambil prakarsa inovatif, artinya
berusaha mencari, menemukan dan memanfaatkan peluang yang ada demi kepentingan
bersama (Drucker, 1988). Bertindak inovatif tidak hanya dilakukan pada saat memulai
usaha tetapi juga pada saat usaha itu berjalan, bahkan pada saat usaha koperasi berada
dalam kemunduran. Pada saat memulai usaha agar koperasi dapat tumbuh dengan cepat
dan menghasilkan.
Kemudian pada saat usaha koperasi berjalan, agar koperasi paling tidak dapat
mempertahankan eksistensi usaha koperasi yang sudah berjalan dengan lancar. Perihal
yang lehih penting adalah tindakan inovatif pada saat usaha koperasi berada dalam
kemunduran (stagnasi). Pada saat itu wirausaha koperasi diperlukan agar koperasi
berada pada siklus hidup yang baru.Wirausaha koperasi harus mempunyai keberanian
mengambil risiko. Karena dunia penuh dengan ketidakpastian, sehingga hal-hal yang
diharapkan kadang-kadang tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.
Oleh karena itu dalam menghadapi situasi semacam itu diperlukan seorang wirausaha
yang mempunyai kemampuan mengambil risiko. Tentu saja pengambilan risiko ini
dilakukan dengan perhitungan-perhitungan yang cermat.
Pada koperasi risiko-risiko yang ditimbulkan oleh ketidakpastian sedikit
terkurangi oleh orientasi usahanya yang lebih banyak di pasar internal. Pasar internal
memungkinkan setiap usaha menjadi beban koperasi dan anggotanya karena koperasi
adalah milik anggota. Oleh karena itu secara nalar tidak mungkin anggota merugikan
5
koperasinya. Kalaupun terjadi kerugian dalam kegiatan operasional, maka risiko
tersebut akan ditanggung bersama-sama, sehingga risiko per-anggota menjadi relative
kecil. Tetapi bila orientasi usaha koperasi lebih banyak ke pasar eksternal seperti KUD,
maka risiko yang ditimbulkan oleh ketidakpastian akan mempunyai bobot yang
samadengan risiko yang dihadapi oleh pesaingnya.
Dalam kondisi ini tugas wirausaha koperasi lebih berat dibanding dengan
wirausaha koperasi yang lehih banyak orientasinya di pasar internal. Kegiatan
wirausaha koperasi harus berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi, yaitu anggota
sebagai pemilik dan, sekaligus sebagai pelanggan. Kepentingan anggota harus
diutamakan agar anggota mau berpartisi pasi aktif terhadap koperasi. Karena itu
wirausaha koperasi bertugas meningkatkan pelayanan dengan jalan menyediakan
berbagai kebutuhan anggotanya. Tujuan utama setiap wirausaha koperasi adalah
memenuhi kebutuhan nyata anggota koperasi dan meningkatkan kesejahteraan bersama.
Tugas seorang wirausaha koperasi sebenamya cukup berat karena banyak pihak
yang berkepentingan di lingkungan koperasi, seperti anggota, perusahaan koperasi,
karyawan, masyarakat disekitarnya, dan lain-lain. Seorang wirausaha koperasi
terkadang dihadapkan pada masalah konflik kepentingan di antara masing-masing
pihak. Bila ia lebih mementingkan usaha koperasi, otomatis ia harus berorientasi di
pasar eksternal dan hal ini berarti mengurangi nilai pelayanan terhadap anggota.
Sebaliknya bila orientasinya di pasar internal dengan mengutamakan kepentingan
anggota, maka yang menjadi korban adalah pertumbuhan koperasi.
Kewirausahaan dalam koperasi dapat dilakukan oleh anggota, manajer, birokrat
yang berperan dalam pembangunan koperasi dan katalis, yaitu orang yang peduli
terhadap pengembangan koperasi. Keempat jenis wirausaha koperasi ini tentunya
mempunyai kebebasan bertindak dan insentif yang berbeda-beda yang selanjutnya
menentukan tingkat efektivitas yang berbeda-beda pula.

2.3 Alasan Perlu diadakan Kewirausahaan Koperasi

Suatu bangsa yang memiliki wirausaha yang besar akan lebih mudah untuk maju
dan lebih tahan terhadap gangguan krisis. Soko Guru perekonomian Indonesia adalah
koperasi, maka kebutuhan akan wirausaha koperasi menjadi penting, antara lain :

6
a. Pembangunan koperasi diarahkan agar makin memiliki kemampuan menjadi
badan usaha yang semakin efisien dan menjadi gerakan ekonomi rakyat yang
tangguh dan berakar pada masyarakat.
b. Pelaksanaan fungsi dan peranan koperasi ditingkatkan melalui upaya
peningkatan kebersamaan dan manajemen yang lebih profesional
c. Pemberian kemampuan yang seluas – luasnya disegala sektor kegiatan ekonomi
dan penciptaan iklim usaha yang mendukung dengan kemudahan memperoleh
permodalan
d. Kerjasama antar koperasi, usaha negara dan usaha swasta sebagai mitra usaha
dikembangkan secara lebih nyata.

2.4 Klasifikasi Kewirausahaan dalam Koperasi

Secara umum, berdasar jenis usaha, koperasi terdiri atas Koperasi Simpan
Pinjam (KSP), Koperasi Serba Usaha (KSU), Koperasi Konsumsi, dan Koperasi
Produksi.

a. Koperasi Simpan Pinjam (KSP)


KSP adalah koperasi yang memiliki usaha tunggal yaitu menampung simpanan
anggota dan melayani peminjaman. Anggota yang menabung (menyimpan) akan
mendapatkan imbalan jasa dan bagi peminjam dikenakan jasa. Besarnya jasa
bagi penabung dan peminjam ditentukan melalui rapat anggota. Dari sinilah,
kegiatan usaha koperasi dapat dikatakan “dari, oleh, dan untuk anggota.”
b. Koperasi Serba Usaha (KSU)
KSU adalah koperasi yang bidang usahanya bermacam-macam. Misalnya, unit
usaha simpan pinjam, unit pertokoan untuk melayani kebutuhan sehari-hari
anggota juga masyarakat, unit produksi, unit wartel.
c. Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang bidang usahanya menyediakan
kebutuhan sehari-hari anggota. Kebutuhan yang dimaksud misalnya kebutuhan
bahan makanan, pakaian, perabot rumah tangga.
d. Koperasi Produksi
Koperasi produksi adalah koperasi yang bidang usahanya membuat barang
(memproduksi) dan menjual secara bersama-sama. Anggota koperasi ini pada

7
umumnya sudah memiliki usaha dan melalui koperasi para anggota
mendapatkan bantuan modal dan pemasaran.

Koperasi Berdasarkan Keanggotaannya

a. Koperasi Unit Desa (KUD)


Koperasi Unit Desa adalah koperasi yang beranggotakan masyarakat pedesaan..
Koperasi ini melakukan kegiatan usaha ekonomi pedesaan, terutama pertanian.
Untuk itu, kegiatan yang dilakukan KUD antara lain menyediakan pupuk, obat
pemberantas hama tanaman, benih, alat pertanian, dan memberi penyuluhan
teknis pertanian.
b. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)
Koperasi ini beranggotakan para pegawai negeri. Sebelum KPRI, koperasi ini
bernama Koperasi Pegawai Negeri (KPN). KPRI bertujuan terutama
meningkatkan kesejateraan para pegawai negeri (anggota). KPRI dapat didirikan
di lingkup departemen atau instansi.
c. Koperasi Sekolah
Koperasi Sekolah meiliki anggota dari warga sekolah, yaitu guru, karyawan, dan
siswa. Koperasi sekolah memiliki kegiatan usaha menyediakan kebutuhan warga
sekolah, seperti buku pelajaran, alat tulis, makanan, dan lain-lain. Keberadaan
koperasi sekolah bukan semata-mata sebagai kegiatan ekonomi, melainkan
sebagai media pendidikan bagi siswa antara lain berorganisasi, kepemimpinan,
tanggung jawab, dan kejujuran.

Selain tiga jenis koperasi tersebut, sesuai keanggotaannya masih banyak jenis
lainnya. Misalnya koperasi yang anggotanya para pedagang di pasar dinamakan
Koperasi Pasar, koperasi yang anggotanya para nelayan dinamakan Koperasi Nelayan.

Sedangkan kewirakoperasian dibagi menjadi 4 tipe, yaitu :

1. Kewirakoperasian anggota
Dalam kewirakoperasian anggota, anggota itu sendiri merupakan pemilik
koperasi. Tetapi tipe ini masih sangat lemah mengingat kebanyakan kemampuan
anggota dalam inovasi masih sangat rendah, karena dalam bertindak harus
memperhatikan anggota lainnya.

8
2. Kewirakoperasian manajer
Dalam kewirakoperasian manajer, manajer diangkat sebagai pelaksana dan
penanggung jawab kegiatan operasional. Tetap dalam tipe ini kendala yang
dihadapi oleh manajer adalah keterbatasan untuk bertindak.
3. Kewirakoperasian birokrat
Dalam kewirakoperasian birokrat melibatkan birokrat, birokrat adalah pihak
yang secara tidak langsung berhubungan dengan pengembangan gerakan
koperasi.
4. Kewirakoperasian katalis
Dalam kewirakoperasian katalis, katalis diartikan sebagai pihak yang
berkompeten terhadap pengembangan koperasi kendatipun ia tidak mempunyai
hubungan langsung dengan organisasi koperasi. Para katalis mempunyai
kemampuan yang tinggi dan motivasi yang tinggi, ia juga mempunyai kebebasan
bertindak karena berada diluar organisasi koperasi dan tidak terikat oleh aturan-
aturan koperasi tersebut.

2.5 Kendala dalam Wirausaha Koperasi

Dalam melaksanakan fungsi-fungsi tersebut,seorang wirausaha kopersi dihadapi


pada kendala sebagai berikut:
1. Kemungkinan bertindak inovatif tidak selalu merupakan kemungkinan yang
diizinkan menurut hukum, jadi innovator tidak mempunyai hak untuk menerapkan
tindakan inovatif.
2. Kemungkinan inovatif yang diperoleh harus ditemukan dan dilaksanakan
penerapannya, untuk itu diperbolehkan kemampuan baik persenat maupun
organisatoris.
3. Kalaupun kemungkinan inovatif tertentu tidak terlarang dan masih dalam rangka
kesanggupan seorang atau kelompok, maka perseorangan atau kelompok perlu
memiliki motivasi untuk menerapkan inovasi itu.

9
2.6 Cara Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan dalam Koperasi

Dalam peta perekonomian, koperasi merupakan entitas ekonomi dengan unikum


tersendiri. Dalam koperasi, pemilik dan pelanggan berada di satu genggaman. Segenap
sumberdaya difokuskan untuk melayani kepentingan anggota dan bukan untuk pengurus
atau manajer Anggotalah yang menjadi target utama dalam setiap keputusan organisasi
dan usaha koperasi. Kesejahteraan anggota terefleksikan melalui pelayanan dan akses
optimal terhadap segenap sumber daya organisasi dan ekonomi koperasi. Untuk
mempertahankan formasi itu, perlu dibangun sebuah system yang mampu mendorong
usaha koperasi berkembang.

Pertama, perlu terlebih dahulu disadari bahwa dalam koperasi, pengurus bukan
pengusaha. Kalaupun pengusaha, layaknya adalah di bidang yang tak terkait dengan
bidang yang ditangani koperasinya. Koperasi konsumen, koperasi produsen, atau
koperasi kredit, memiliki mekanisme usaha spesifik yang harus dikelola secara
profesional agar berkembang.

Pengembangan usaha harus diwadahi secara independen dimana unit-unit usaha


yang ditangani koperasi harus dikemas dan dikelola secara mandiri. Kondisi demikian
meniscayakan pengurus koperasi untuk tidak banyak campur tangan. Pengalaman-
pengalaman di masa lalu harus dijadikan peringatan, bahwa banyak unit usaha koperasi
gagal justru akibat pengurus terlalu turut campur.

Independensi pengelolaan usaha dalam konteks relasi antara pengurus koperasi


dengan manajemen, merupakan refleksi kultur usaha koperasi yang fleksibel.
Fleksibilitas usaha mencerminkan kesiapan koperasi untuk menangkap peluang yang
ada, sekaligus merupakan keterbukaan untuk mengembangkan daya saing. Karena itu,
konsep dari-oleh dan untuk anggota akhirnya memang bukan dogma yang tertutup bagi
penafsiran kreatif. Bukan harga mati dan karenanya terbuka dan layak untuk dievisi
secara konstruktif sesuai kebutuhan. Beberapa cara yang dapat ditempuh untuk
menumbuhakan jiwa kewirausahaan koperasi adalah dengan melakukan dan
menerapkan beberapa langkah dibawah ini yaitu:

10
2.6.1 Membangun Kultur Jejaring
Untuk berkembang dengan daya saing memadai, wawasan global
dibutuhkan oleh segenap elemen pembentuk koperasi. Trend pola usaha global
yang terkoneksi dengan system bisnis dan ekonomi yang lebih luas
mengharuskan koperasi untuk mengembangkan kerjasama, baik dengan sesame
koperasi maupun nonkoperasi sepanjang memiliki visi yang sesuai.
Konsekuensinya, dibutuhkannya kemampuan dan kultur manajemen jejaring
yang akan menjadikan unit usaha koperasi menjadi fleksibel. Semakin disadari
bahwa perencanaan bisnis yang terpusat di puncak manajemen kian menjadi
tidak efektif. Sebagai gantinya, perencananan strategis yang mencakup proses-
proses yang melibatkan semua anggota yang memberi masukan pemikiran
sehingga merupakan perspektif bersama (shared) semakin diminati.
Melalui kebersamaan dalam kerjasama tim berjaringan kerja dapat
digalang daya juang dan daya saing yang dapat diandalkan. Jaringan kerja yang
ditata dari bawah membuat koperasi dapat memacu sumber dana yang berasal
dari anggota-ang-gota secara lebih baik. Tanpa adanya pengaturan sumber dana,
terutama yang datang dari para anggota, bangunan cooperative network
cenderung rapuh. Karena itu ditekankan, bahwa sumber dana dari yang berasal
dari luar, hanya sebagai pelengkap dan jumlahnya tak melebihi 30% dari seluruh
dana-dana yang berasal dari para anggotanya.
Pemekaran jaringan koperasi diupayakan untuk membentuk sinergi
untuk secara kolektif mengantisipasipengaruh dari asosiasi pengusaha setempat
yang biasanya melindungi kepentingan pengusaha-pengusaha yang hanya
bermotif mencari keuntungan, di samping itu tersedianya jaringan koperasi yang
memadai secara vertikal maupun horizontal akan membantu meningkatkan
bargain position koperasi terhadap institusi dan lembaga keuangan swasta
maupun pemerintah yang dapat menentukan kebijakan yang berdampak bagi
kelangsungan usaha koperasi.
Memacu perkembangan gerakan koperasi tanpa membangun jaringan
koperasi yang memadai, akan menyebabkan gerakan koperasi tetap tumbuh, tapi
kerdil. Memadainya jaringan koperasi merupakan permulaan bisnis yang efisien,
agar menghasilkan sinergi yang memadai dalam lingkup keterkaitan bisnis

11
antara koperasi-koperasi primer dan sekunder serta koperasi tingkat atas dalam
jaringan koperasi.
Fleksibilitas diperlukan untuk menyambut tantangan bahwa tidak ada
koperasi primer, sekunder, dan tersiernya yang persis kongruen satu dengan
yang lain. Ada beragam faktor yang membedakan satu dengan yang lain. Hal ini
dikarenakan fakta keragaman dalam hal sumberdaya dan keahlian, pengalaman,
daya dukung dan kondisi eksternal, latar belakang kebiasaan dan kultur
organisasi setempat, faktor geografis, akses komunikasi dan transportasi,serta
kapasitas permodalan. Karena itu melalui simbiosis interdependen dalam
interaksi organisasi dapat dicarikan harmoni. Harmoni itu bisa diukur dalam
beberapa hal, seperti penghematan biaya, pemanfaatan sumberdaya modal dan
tenaga kerja, serta kesempatan ber usaha yang lebih baik. Melalui jaringan
koperasi sangat dimungkinkan terjadinya transfer sumber daya, sumber dana,
pengalaman, serta keterampilan teknis terkait.

2.6.2 Kultur dan Struktur Kewirausahaan yang Kompatibel


Bahwa koperasi bukanlah organisasi sosial, melainkan merupakan
wahana bagi perjuangan ekonomi. Hasil dari perjuangan itulah yang pada
gilirannya digunakan bagi anggota perorangan,sehingga kesejahteraannya
meningkat. Pengelolaan koperasi harus profesionaldan megikuti kaidah-kaidah
ekonomi. Jika koperasi bergerak di bidang industri maka harus mengikuti kaidah
industri, demikian pula jika bergerak di bidang perbankan, harus dikelola
dengan kaidah perbankan.
Sebagai contoh, keberadaaan koperasi di Skandinavia sangat
mengesankan. Ekonomi masyarakat Negara itu praktis dikuasai koperasi. Lihat
juga bank-bank besar yang jaringannya telah mendunia yang justru dimiliki oleh
koperasi. Rabo Bank (Raiffeisen Boerenleen Bank), misalnya, basisnya adalah
milik koperasi petani yang didirikan lebih dari 100 tahun silam. Bank terkuat
dan paling likuid di dunia, khususnya di Eropa, adalah Credit Agricole, yakni
bank agraria di Perancis yang dimiliki oleh koperasi para petani negeri itu. Para
koperasiwan setempat berhasil mengartikulasikan koperasi sebagai wahana
perjuangan ekonomi secara mengagumkan.

12
Kesadaran bahwa perkembangan yang cepat dalam intensitas
ketersediaan informasi (informasi pasar, pesaing dan lingkungan berbisnis)
merupakan stimulans bagi koperasi untuk semakin profesional, berjiwa
kewirausahaan, dan tidak statis dalam proses kegiatan manajerial. Sumberdaya
manusia sebagai pelaksana inti budaya dalam organisasi, yakni manifestasi dan
nilai-nilai dalam organisasi. Siap atau atak siap, bahwa budaya berpengaruh
dalam cara orang berhubungan dengan orang lain baik dalam internal maupun
keluar organisasi.
Secara sederhana budaya organisasi (organizational culture) adalah
norma-norma dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku anggota organisasi dan
lebih spesifik sebagai suatu kerangka kerja yang meliputi sikap, nilai-nilai
norma perilaku, dan ekspektasi yang disumbangkan anggota organisasi secara
keseluruhan. Koperasi tak perlu dibebani dengan misi-misi yang berada di luar
jangkauannya.Kewirausahaan dikembangkan melalui unit yang independen
dengan manajemen yang khusus difungsikan untuk itu dan dengan fokus tetap
untuk kepentingan anggota.

13
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Koperasi memiliki dua nilai, kekeluargaan dan kewirausahaan. Dalam
praktiknya, keduanya tak mudah untuk diharmonisasikan. Tanpa etos
kekeluargaan yang meniscayakan dimensi sosial, koperasi kehilangan spiritnya.
Tanpa kultur wirausaha yang kuat, koperasi lumpuh. Menempatkan usaha secara
independen, merupakan salah satu langkah yang perlu ditempuh agar koperasi
fokus pada profesionalitas kinerja. Untuk itu, diperlukan pemisahan antara kultur
kekeluargaan dan kewirausahaan di tangan yang berbeda, dengan tetap melayani
sebuah visi yang sama dan sebangun yakni melayani kepentingan anggota pada
khususnya agart tercipta suatu peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat
secara luas.

3.2 Saran
Demi terciptanya suatu organisasi yang mandiri dalam berbagai aspek
maka koperasi juga perlu menerapkan suatu konsep kewirausahaan. Konsep
kewirausahaan dalam koperasi yang terarah dan terorganisir dalam
pelaksanaannya akan memungkinkan terciptanya suatu ide dan inovasi yang dapat
menjadikan koperasi lebih bias bersaing dengan badan usaha lainnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Panji dan Widiyanti, Ninik. 1992. Dinamika Koperasi. Rineka Cipta:
Jakarta.

Arief, Sritua. 1997. Koperasi Sebagai Organisasi Ekonomi Rakyat, dalam


Pembangunanisme dan Ekonomi Indonesia. Pemberdayaan Rakyat dalam Arus
Globalisasi. CSPM dan Zaman: Jakarta.

Drucker, Peter F. 1988. Inovasi dan Kewiraswastaan, Praktek dan Dasar-Dasar.


Erlangga. Jakarta, dalam Hendar dan Kusnadi. 1999. Ekonomi Koperasi untuk
Perguruan Tinggi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia:
Jakarta.

Entangsastra A. 1984. Pembangunan Koperasi (Teori dan Kenyataan). Alumni:


Bandung.

Haeruman, H. 2000. ”Peningkatan Daya Saing Industri Kecil untuk Mendukung


Program PEL”. Makalah Seminar Peningkatan Daya Saing. Graha Sucofindo:
Jakarta.

Hendrojogi. 2002. Koperasi (Asas-asas, Teori dan Praktek. PT Raja Grafindo Persada:
Jakarta.

Koermen. 2002. Manajemen Koperasi Terapan. Prestasi Pustaka Publisher:Jakarta.

Sitio, Arifin dan Halomoan Tamba. 2001. Koperasi Teori dan Praktik. Erlangga:
Jakarta.

Undang-Undang No. 25 Tahun 1992. Tentang Perkoperasian Indonesia.

15

Вам также может понравиться