Вы находитесь на странице: 1из 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya manusia adalah sebagai makhluk individu yang unik, berbeda
antara yang satu dengan lainnya. Secara individu juga, manusia ingin memenuhi
kebutuhannya masing-masing, ingin merealisasikan diri atau ingin dan mampu
mengembangkan potensi-potensinya masing-masing. Hal ini merupakan gambaran bahwa
setiap individu akan berusaha untuk menemukan jati dirinya masing-masing, tidak ada
manusia yang ingin menjadi orang lain sehingga dia akan selalu sadar akan
keindividualitasannya.
Adapun hubungannya dengan manusia sebagai mahluk sosial adalah bahwa dalam
mengembangkan potensi-potesinya ini tidak akan terjadi secara alamiah dengan sendirinya,
tetapi membutuhkan bantuan dan bimbingan manusia lain. Selain itu, dalam kenyataannya,
tidak ada manusia yang mampu hidup tanpa adanya bantuan orang lain. Hal ini menunjukan
bahwa manusia hidup saling ketergantungan dan saling membutuhkan antara yang satu
dengan lainnya.
Dari kedua hal diatas, manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial memiliki
fungsi masing-masing dalam menjalankan peranannya dalam kehidupan. Sebagai makhluk
individu manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari kehidupan sosial atau masyarakat
dan sebaliknya sebagai makhluk sosial yang membentuk suatu kehidupan masyarakat,
manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Dalam menjalankan peranannya
masing-masing dari kedua hal tersebut secara seimbang, maka setiap individu harus
mengetahui dari peranannya masing-masing tersebut. Untuk itu, perlu kiranya penulis
menulis sebuah makalah yang mengemukakan manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menginspirasi pembaca.

1.2 Rumusan Masalah

1.Apa yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk individu?


2.Bagaimana proses individu menjadi pribadi?
3.Apa ciri-ciri manusia sebagai makhluk individu?
4.Apa peran manusia sebagai makhluk individu?
5.3. Apa pentingnya sebagai makhluk individu?

1
6.Bagaimana pengembangan manusia sebagai makhluk individu ?
7.Apa yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk sosial?
8.Apa ciri-ciri manusia sebagai makhluk sosial?
9.Apa peran manusia sebagai makhluk sosial?
10. Bagaimana dinamika interaksi sosial menjadi makhluk sosial?
11. Bagaimana bentuk interaksi sosial?
12. Bagaimana pengembangan manusia sebagai makhluk sosial?

1.3 Tujuan

1.Untuk mengetahui manusia sebagai makhluk individu


2.Untuk mengetahui proses individu menjadi pribadi
3.Untuk mengetahui ciri-ciri manusia sebagai makhluk individu
4.Untuk mengetahui peran manusia sebagai makhluk individu
5.3. Untuk mengetahui pentingnya sebagai makhluk individu
6.Untuk mengetahui pengembangan manusia sebagai makhluk individu
7.Untuk mengetahui manusia sebagai makhluk sosial
8.Untuk mengetahui ciri-ciri manusia sebagai makhluk sosial
9.Untuk mengetahui peran manusia sebagai makhluk sosial
10. Untuk mengetahui dinamika interaksi sosial menjadi makhluk sosial
11. Untuk mengetahui bentuk interaksi sosial
12. Untuk mengetahui pengembangan manusia sebagai makhluk sosial

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian manusia sebagai Makhluk Individu

Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak
dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Karena manusia menjalankan
peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan
perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui medium
kehidupan sosial.
Esensi manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran manusia
tentang status dan posisi dirinya adalah kehidupan bersama, serta bagaimana tanggungjawab
dan kewajibannya di dalam kebersamaan.
Manusia sebagai makhluk individu artinya manusia sebagai makhluk hidup atau makhluk
individu maksudnya tiap manusia berhak atas milik pribadinya sendiri dan bisa disesuaikan
dengan lingkungan sekitar. Manusia individu adalah subyek yang mengalami kondisi
manusia. Ini diikatkan dengan lingkungannya melalui indera mereka dan dengan masyarakat
melalui kepribadian mereka, jenis kelamin mereka serta status sosial. Selama kehidupannya,
ia berhasil melalui tahap bayi, kanak-kanak, remaja, kematangan dan usia lanjut. Deklarasi
universal untuk hak asasi diadakan untuk melindungi hak masing-masing individu. Manusia
juga sebagai mahkluk individu memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa yang menurutnya
baik dan sesuai dengan tindakan-tindakan yang akan diambil

a. Manusia Sebagai Makhluk Individu


Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya
mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak
terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang
berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan
suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.

Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik
dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala
unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi
maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani dan
rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.

3
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang
sama persis. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan
tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor
genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan,
dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat
yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi
oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam
pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada
lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya.
Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana eorang individu melakukan interaksi
sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan
kelompok sosial yang lebih besar.

Karakteristik yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap
orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan
genotip)dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.

Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku


individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan
psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada
tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari
lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam
pembentukan karakteristik yang khas dari seeorang.

Proses Individu Menjadi Pribadi

Pembentukan kepribadian sebagai identitas diri diperoleh melalui proses sosialisasi.


Sosialisasi diperoleh seorang individu dari keluarga. Selanjutnya, sosialisasi diperoleh
melalui lingkungan sekitar, sekolah, masyarakat, dan lingkungan kerja.

4
Faktor Pembentukan Kepribadian dan Identitas Individu

1. Faktor Biologis

Faktor biologis dapat mempengaruhi perilaku kompulsif, pengendalian diri, komunikasi, dan
minat seseorang.

Sebagai contoh, adanya perilaku negatif terhadap orang-orang secara fisik memiliki
kekurangan. Orang-orang yang memiliki kekurangan fisik terkadang juga mengalami
diskriminasi, misalnya sulit mendapatkan pekerjaan di suatu instansi atau lembaga.

2. Faktor Kelompok

Kehidupan manusia dipengaruhi oleh kelompoknya. Jika individu bergabung dengan


kelompok tertentu, berarti individu mulai percaya dengan kelompok tersebut untuk
memberikan pengaruh positif atau negatif pada dirinya.

Pengaruh Kelompok dibedakan Menjadi dua bentuk

1.Kelompok Acuan

Kelompok acuan merupakan kelompok yang menjadi refrensi individu untuk


mempertimbangkan semua bentuk perbuatan yang akan dilakukan.

2.Kelompok Majemuk

Kelompok majemuk menunjukan adanya keragaman masyarakat.

Faktor Geografis

Faktor geografis atau alam dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Iklim, topografi, dan
sumber daya alam menyebabkan seseorang harus menyesuaikan diri terhadap kondisi alam.

Faktor Kebudayaan

Kebudayaan merupakan pengetahuan yang diwariskan secara turun-temurun dari satu


generasi ke generasi berikutnya. Pengetahuan tersebut berkaitan dengan niali dan norma
sosial masyarakat.

5
Selanjutnya, kebudayaan berkembang menjadi cara/jalan hidup masyarakat.

Faktor Pengalaman

Pengalaman memiliki pengaruh besar untuk membentuk kepribadian individu. Menutut paul
B. Horton, pengalaman tidak sekadar bertambah, tetapi menyatu dengan kepribadian
individu.

Teori Pembentukan Kepribadian

1. Teori Peran

George Herbert merupakan tokoh yang memperkenalkan Role Theory (teori megenai
peranan). Adapun tahapan sosialisasi yang dilakukan manusia hingga terbentuk kepribadian
sebagai berikut.

a) Tahapan Persiapan (preparatory Stage)

Tahap persiapan dialami individu sejak lahir ke dunia. Tahap persiapan merupakan tahap
pemahaman tentang diri sendiri. Pada tahap ini anak mulai melakukan tindakan meniru dari
proses sosialisasi secara perlahan.

b) Tahap Meniru (Play Stage)

Pada tahap ini anak mulai meniru perilaku orang dewasa. Anak mulai mengenal lingungan
keluarga dan masyarakat sekitar.

c) Tahap Siap Bertindak (Game Stage)


Pada tahap ini anak mulai meningkatkan imitasi. Anak mulai berinteraksi dengan teman
sebaya untuk saling bersosialisasi. Pada tahap ini anak sudah mencapai sosialisasi ekualitas
meskipun dilakukan tidak sadar. Anak juga sudah mampu membentuk peraturan-peraturan
yang dibuat untk mencapai keteraturan sistem dalam interaksi dengan teman sebaya melalui
permainan.

d) Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Stage)


Pada tahap ini anak sudah mencapai pendewasaan. Anak mampu memahami peran yang
seharusnya dilakukan dalam masyarakat.

6
Teori Cermin Diri

Charles Horton Cooley mengemukakan teori cermin diri (looking glass-self). Pembentukan
kepribadian seseorang dipengaruhi oleh persepsi yang dikemukakan orang lain.

Menurut Charles Horton Cooley, proses perkembangan kepribadian individu terjadi melalui
tiga tahap berikut.

1) Seseorang menbayangkan pandangan orang lain terhadap dirinya.


2) Seseorang membayangkan cara orang lain menilai penampilan dan kepribadian yang
ditamoilkannya.
3) Seseorang melakukan penilaian dan mengambil keputusan atas perasaan dan penilaian
orang lain terhadapnya.

Pembentukan Identitas Kelompok

Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, kelompok merupakan kumpulan orang yang
mamiliki kesadaran bersama akan anggotaan dan saling berinteraksi.

Dalam pembentukan identitas kelompok terdapat peroses pembentukan yang didasari oleh
identitas sosial anggotanya. Menurut Tjafel dan Turner, proses pembentukan identitas sosial
anggota kelompok terjadi melalui tiga tahapan yaitu

A) Kategorisasi (Categorization)

Pada tahap kategorisasi, individu mengenali dan mengelompokan identitas-identitas


berdasarkan kategori sosial seperti etnik, ras, religi, pekerjaan, dan status sosial.

B) Identifikasi (Identification)

Pada tahap identifikasi, individu mulai mengidentifikasikan dirinya sebagai anggota suatu
kelompok. Dalam tahap identifikasi, individu memiliki dua posisi. Pertama, individu
dibangun berdasarkan keanggotaan dalam suatu kelompok (social identity). Kedua, individu
memandang dirinya sebagai individu yang unik (personality identity).

C) Perbandingan sosial

7
Pada tahap perbandingan sosial, individu membuat perbandingan antara dirinya dengan
anggota lain dalam rangka mengevaluasi dirinya.

Melalui tahapan tersebut dapat disimpulkan bahwa identitas sosial kelompok merupakan ciri
khas dari sebuah kelompok yang dibentuk melalui beberapa tahap.

Proses Individu Menjadi Pribadi

Pembentukan kepribadian sebagai identitas diri diperoleh melalui proses sosialisasi.


Sosialisasi diperoleh seorang individu dari keluarga. Selanjutnya, sosialisasi diperoleh
melalui lingkungan sekitar, sekolah, masyarakat, dan lingkungan kerja.

Faktor Pembentukan Kepribadian dan Identitas Individu

2. Faktor Biologis

Faktor biologis dapat mempengaruhi perilaku kompulsif, pengendalian diri, komunikasi, dan
minat seseorang.

Sebagai contoh, adanya perilaku negatif terhadap orang-orang secara fisik memiliki
kekurangan. Orang-orang yang memiliki kekurangan fisik terkadang juga mengalami
diskriminasi, misalnya sulit mendapatkan pekerjaan di suatu instansi atau lembaga.

3. Faktor Kelompok

Kehidupan manusia dipengaruhi oleh kelompoknya. Jika individu bergabung dengan


kelompok tertentu, berarti individu mulai percaya dengan kelompok tersebut untuk
memberikan pengaruh positif atau negatif pada dirinya.

Pengaruh Kelompok dibedakan Menjadi dua bentuk

1.Kelompok Acuan

Kelompok acuan merupakan kelompok yang menjadi refrensi individu untuk


mempertimbangkan semua bentuk perbuatan yang akan dilakukan.

2.Kelompok Majemuk

8
Kelompok majemuk menunjukan adanya keragaman masyarakat.

Faktor Geografis

Faktor geografis atau alam dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Iklim, topografi, dan
sumber daya alam menyebabkan seseorang harus menyesuaikan diri terhadap kondisi alam.

Faktor Kebudayaan

Kebudayaan merupakan pengetahuan yang diwariskan secara turun-temurun dari satu


generasi ke generasi berikutnya. Pengetahuan tersebut berkaitan dengan niali dan norma
sosial masyarakat.

Selanjutnya, kebudayaan berkembang menjadi cara/jalan hidup masyarakat.

Faktor Pengalaman

Pengalaman memiliki pengaruh besar untuk membentuk kepribadian individu. Menutut paul
B. Horton, pengalaman tidak sekadar bertambah, tetapi menyatu dengan kepribadian
individu.

Teori Pembentukan Kepribadian

1. Teori Peran

George Herbert merupakan tokoh yang memperkenalkan Role Theory (teori megenai
peranan). Adapun tahapan sosialisasi yang dilakukan manusia hingga terbentuk kepribadian
sebagai berikut.

a) Tahapan Persiapan (preparatory Stage)

Tahap persiapan dialami individu sejak lahir ke dunia. Tahap persiapan merupakan tahap
pemahaman tentang diri sendiri. Pada tahap ini anak mulai melakukan tindakan meniru dari
proses sosialisasi secara perlahan.

9
b) Tahap Meniru (Play Stage)

Pada tahap ini anak mulai meniru perilaku orang dewasa. Anak mulai mengenal lingungan
keluarga dan masyarakat sekitar.

c) Tahap Siap Bertindak (Game Stage)


Pada tahap ini anak mulai meningkatkan imitasi. Anak mulai berinteraksi dengan teman
sebaya untuk saling bersosialisasi. Pada tahap ini anak sudah mencapai sosialisasi ekualitas
meskipun dilakukan tidak sadar. Anak juga sudah mampu membentuk peraturan-peraturan
yang dibuat untk mencapai keteraturan sistem dalam interaksi dengan teman sebaya melalui
permainan.

d) Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Stage)


Pada tahap ini anak sudah mencapai pendewasaan. Anak mampu memahami peran yang
seharusnya dilakukan dalam masyarakat.

Teori Cermin Diri

Charles Horton Cooley mengemukakan teori cermin diri (looking glass-self). Pembentukan
kepribadian seseorang dipengaruhi oleh persepsi yang dikemukakan orang lain.

Menurut Charles Horton Cooley, proses perkembangan kepribadian individu terjadi melalui
tiga tahap berikut.

4) Seseorang menbayangkan pandangan orang lain terhadap dirinya.


5) Seseorang membayangkan cara orang lain menilai penampilan dan kepribadian yang
ditamoilkannya.
6) Seseorang melakukan penilaian dan mengambil keputusan atas perasaan dan penilaian
orang lain terhadapnya.

Pembentukan Identitas Kelompok

Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, kelompok merupakan kumpulan orang yang
mamiliki kesadaran bersama akan anggotaan dan saling berinteraksi.

10
Dalam pembentukan identitas kelompok terdapat peroses pembentukan yang didasari oleh
identitas sosial anggotanya. Menurut Tjafel dan Turner, proses pembentukan identitas sosial
anggota kelompok terjadi melalui tiga tahapan yaitu

A) Kategorisasi (Categorization)

Pada tahap kategorisasi, individu mengenali dan mengelompokan identitas-identitas


berdasarkan kategori sosial seperti etnik, ras, religi, pekerjaan, dan status sosial.

B) Identifikasi (Identification)

Pada tahap identifikasi, individu mulai mengidentifikasikan dirinya sebagai anggota suatu
kelompok. Dalam tahap identifikasi, individu memiliki dua posisi. Pertama, individu
dibangun berdasarkan keanggotaan dalam suatu kelompok (social identity). Kedua, individu
memandang dirinya sebagai individu yang unik (personality identity).

C) Perbandingan sosial

Pada tahap perbandingan sosial, individu membuat perbandingan antara dirinya dengan
anggota lain dalam rangka mengevaluasi dirinya.

Melalui tahapan tersebut dapat disimpulkan bahwa identitas sosial kelompok merupakan ciri
khas dari sebuah kelompok yang dibentuk melalui beberapa tahap.

Ciri-ciri manusia sebagai makhluk individu


1. Mahluk Individu adalah seorang manusia / pribadi yang merupakan kesatuan antara
jasmani dan rohani. Dimana setiap individu memiliki ciri yang berbeda :
2. Ingin mempertahankan hidup
3. Mempertahankan keturunan
4. Ingin tahu dan dan mempunyai pemikiran tersendiri
5. Memiliki Hak-hak yang berbeda
6. Memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda
7. Menjaga dan mempertahankan harkat dan martabatnya
8. Mengupayakan tentang terpenuhinya hak-hak dasar sebagai manusia
9. Merealisasikan segenap potensi diri baik dari sisi rohani maupun jasmani
10. Memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri demi kesejahteraan hidupnya

11
Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu

Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu organisasi atau
kelompok, manusia harus memiliki kesadaran diri yang dimulai dari kesadaran pribadi di
antara segala kesadaran terhadap segala sesuatu. Kesadaran diri tersebut meliputi kesadaran
diri di antara realita, self-respect, self-narcisme, egoisme, martabat kepribadian, perbedaan
dan persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran akan potensi-potensi pribadi yang
menjadi dasar bagi self-realisation.

Sebagai makhluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan
tindakan instingtif belaka. Manusia yang biasa dikenal dengan Homo sapiens memiliki akal
pikiran yang dapat digunakan untuk berpikir dan berlaku bijaksana. Dengan akal tersebut,
manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya seperti, karya,
cipta, dan karsa. Dengan pengembangan potensi-potensi yang ada, manusia mampu
mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang
paling sempurna.

Perkembangan manusia secara perorangan pun melalui tahap-tahap yang memakan waktu
puluhan atau bahakan belasan tahun untuk menjadi dewasa. Upaya pendidikan dalam
menjadikan manusia semakin berkembang. Perkembangan keindividualan memungkinkan
seseorang untuk mengmbangkan setiap potensi yang ada pada dirinya secara optimal.

Sebagai makhluk individu manusia mempunyai suatu potensi yang akan berkembang jika
disertai dengan pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat menggali dan
mengoptimalkan segala potensi yang ada pada dirinya. Melalui pendidikan pula manusia
dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya dan menerapkannya dalam
kehidupannya sehari-hari yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri.

12
B.Pengertian Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia membutuhkan orang lain dan
lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Bersosialisasi disini berarti
membutuhkan lingkungan sosial sebagai salah satu habitatnya maksudnya tiap manusia saling
membutuhkan satu sama lainnya untuk bersosialisasi dan berinteraksi. Manusia pun berlaku
sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan
tempat tinggalnya.Manusia bertindak sosial dengan cara memanfaatkan alam dan lingkungan
untuk menyempurnakan serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya demi kelangsungan
hidup sejenisnya.

Menurut kodratnya manusia selain sebagai makhluk individu, mereka juga merupakan
makhluk sosial. Adapun yang dimaksud dengan Istilah sosial adalah ”Sosial” berasal dari
akar kata bahasa Latin Socius, yang artinya berkawan atau masyarakat. Sosial memiliki arti
umum yaitu kemasyarakatan dan dalam arti sempit mendahulukan kepentingan bersama atau
masyarakat. Adapun dalam hal ini yang dimaksud manusia sebagai makhluk sosial adalah
makhluk yang hidup bermasyarakat, dan pada dasarnya setiap hidup individu tidak dapat
lepas dari manusia lain. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial,
manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina
sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan
sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.Seperti kita ketahui
bahwa sejak bayi lahir sampa iusia tertentu manusia adalah mahkluk yang tidak berdaya,
tanpa bantuan orang orang disekitar iatidak dapat berbuat apa-apa dan untuk segala
kebutuhan hidup bayi sangat tergantung pada luar dirinya sepert iorang tuanya khususnya
ibunya. Bagisi bayi keluarga merupakan segitiga abadi yang menjadi kelompok sosial
pertama dikenalnya. Pada perjalanan hidup yang selanjutnya keluarga akan tetap menjadi
kelompok pertama tempat meletakan dasakepribadian dan proses pendewasaan yang
didalamnya selalu terjadi “sosialisi” untuk menjadi manusia yang mengetahui pengetahuan
dasar, nilai-nilai, normasosial dan etika-etika pergaulan.
Manusia dapat di katakan makluk sosial karena pada dirinya terdapat dorongan untuk
berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain, dimana terdapat kebutuhan untuk mencari
berteman dengan orang lain yang sering di dasari atas kesamaan ciri atau kepentingan
masing-masing. Manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di
tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa

13
berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa
berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Makhluk sosial adalah makluk yang terdapat dalam beragam aktivitas dan lingkungan sosial.

1. Makhluk Sosial

Manusia selain sebagai makhluk individu, juga berperan sebagai makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu bekerjasama dengan orang lain
sehingga terciptalah sebuah kehidupan yang damai. Menurut Aristoteles, makhluk sosial
merupakan zoon politicon, yang berarti manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan
berinteraksi satu sama lain. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manusia tidak
akan sanggup hidup sendiri karena antara satu manusia dengan manusia yang lain saling
bergantungan atau saling membutuhkan. Dalam struktur sosial, salah satu bagian yang sangat
penting adalah sistem kekerabatan. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan
suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat
yang bersangkutan. Sistem kekerabatan inilah yang menjadi awal dari tumbuhnya budaya.

2. Budaya atau kebudayaan

Berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak
dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia.

3. Manusia Sebagai Makhluk Sosial Yang Berbudaya

Dalam kehidupan sebagai makhluk sosial yang berbudaya, manusia hidup bermasyarakat dan
berinteraksi satu sama lain haruslah didasari dengan budi dan akal yang dimiliki. Aspek ini
turut menentukan perilaku komunikatif diantara keduanya.

Tujuan Tuhan Menciptakan Manusia

Menurut saya, tujuan Tuhan menciptakan manusia adalah supaya manusia dapat lebih
memaknai hidup yang diberikan oleh-Nya. Memaknai hidup yang dimaksud disini adalah
dengan menjadi makhluk sosial yang saling membantu satu sama lain melalui budi dan akal
manusia itu sendiri. Interaksi yang terjadi akan membuat kita bersyukur atas semua
pemberian-Nya. Dari nteraksi-interaksi yang terjadi timbullah sebuah perilaku sosial.

14
Perilaku Sosial dan Berperilaku Sosial

Perilaku sosial adalah aktifitas fisik dan psikis seseorang terhadap orang lain atau sebaliknya
dalam rangka memenuhi diri atau orang lain yang sesuai dengan tuntutan sosial. Sebagai
makhluk sosial, kita haruslah berperilaku sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan
adanya perilaku tersebut berbagai keuntungan dapat dirasa.

Sebagai contoh manusia yang sukses dengan sifat sosial adalah Oprah Winfrey. Ia berhasil
memandu sebuah acara talkshow dengan nama yang sama dengan namanya. Tayangan
acaranya ini selalu sarat dengan nilai kemanusiaan, moralitas dan pendidikan. Oprah juga
dikenal dengan kedermawanannya. Berbagai yayasan telah disantuni, antara lain, rumah sakit
dan lembaga riset penderita AIDs, berbagai sekolah, penderita ketergantungan, penderita
cacat dan banyak lagi.

Tidak hanya acara talkshow yang ia pandu berakhir dengan sukses, namun dirinya pun telah
berhasil sukses menjadi manusia yang dapat menginspirasi banyak orang untuk melakukan
kegiatan sosial.

Pada kehidupan masyarakat berperilaku sosial yang baik saja dirasa tidak cukup. Berperilaku
sosial juga harus didasari dengan perlu adanya pengalaman sosial yang menjadi dasar
pergaulan.

Manusia Berbudaya

Dari uraian diatas, kita dapat menyimpulkan tentang manusia berbudaya. Manusia dinilai
berbudaya jika manusia tersebut memiliki akal dan pikiran yang selalu aktual dalam mengisi
kehidupannya dengan tidak lelah mencari ilmu pengetahuan apapun untuk mengembangkan
kepribadiannya. Dengan berbekal akal dan pikiran yang terus-menerus diasah, diharapkan
manusia tersebut dapat mencapai tujuan-tujuan hidup mereka dengan baik. Sehingga dari hal
tersebut, manusia dapat membagi apa yang telah mereka dapatkan dengan manusia-manusia
lainnya yang membutuhkan

Ciri-ciri manusia sebagai makhluk sosial

1. Berusaha mengendalikan diri


Manusia bertindak dan bersikap sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat. Supaya tidak terjadi pelanggaran nilai dan norma di dalam masyarakat
15
terdapat pengawasan sosial dan tekanan sosial. Karena dengan adanya pengawasan
dan tekanan sosial, setiap manusia berusaha melaksanakan pengendalian diri.
2. Senang bekerja sama dan saling menolong dengan sesama anggota masyarakat lainya.
Sebagai makhluk sosial yang bermoral manusia memerlukan kerjasama dan saling
menolong dengan sesama anggota masyarakat lainya. Manusia dalam mencapai
tujuan hidupnya, tak mungkin tanpa bekerja sama dengan orang lain.
a. Hidup Bermasyarakat
b. Bermusyawarah
c. Bergotong Royong

Peranan Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Individu dalam hal ini adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-
peranan yang khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian
serta pola tingkah laku spesifik tentang dirinya. Akan tetapi dalam banyak hal banyak pula
persamaan disamping hal-hal yang spesifik tentang dirinya dengan orang lain. Disini jelas
bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas didalam
lingkungan sosaialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian, serta pola tingkah laku
spesifik dirinya. Persepsi terhadap individu atau hasil pengamatan manusia dengan segala
maknanya merupakan suatu keutuhan ciptaan Tuhan yang mempunyai tiga aspek yang
melekat pada dirinya, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis rohaniah, dan aspek sosial.
Apabila terjadi kegoncangan pada salah satu aspek, maka akan membawa akibat pada aspek
yang lainnya.

Manusia mempunyai pengaruh penting dalam kelangsungan ekosistem serta habitat


manusia itu sendiri, tindakan-tindakan yang diambil atau kebijakan-kebijakan tentang
hubungan dengan lingkungan akan berpengaruh bagi lingkungan dan manusia itu sendiri.
Kemampuan kita untuk menyadari hal tersebut akan menentukan bagaimana hubungan kita
sebagai manusia dan lingkungan kita. Hal ini memerlukan pembiasaan diri yang dapat
membuat kita menyadari hubungan manusia dengan lingkungan. Manusia memiliki tugas
untuk menjaga lingkungan demi menjaga kelansungan hidup manusia itu sendiri di masa
akan datang.

16
Dinamika Interaksi Sosial Menjadi Makhluk Sosial

Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis.


Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan
individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara
kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana symbol diartikan
sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang
menggunakannya.

Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial
dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial.
Komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi dan pemberian tafsiran dan reaksi
terhadap informasi yang disampaikan. Karp dan Yoels menunjukkan beberapa hal yang dapat
menjadi sumber informasi bagi dimulainya komunikasi atau interaksi sosial. Sumber
Informasi tersebut dapat terbagi dua, yaitu Ciri Fisik dan Penampilan. Ciri Fisik, adalah
segala sesuatu yang dimiliki seorang individu sejak lahir yang meliputi jenis kelamin, usia,
dan ras. Penampilan di sini dapat meliputi daya tarik fisik, bentuk tubuh, penampilan
berbusana, dan wacana.

Interaksi sosial memiliki aturan, dan aturan itu dapat dilihat melalui dimensi ruang dan
dimensi waktu dari Robert T Hall dan Definisi Situasi dari W.I. Thomas. Hall membagi
ruangan dalam interaksi sosial menjadi 4 batasan jarak, yaitu jarak intim, jarak pribadi, jarak
sosial, dan jarak publik. Selain aturan mengenai ruang Hall juga menjelaskan aturan
mengenai Waktu. Pada dimensi waktu ini terlihat adanya batasan toleransi waktu yang dapat
mempengaruhi bentuk interaksi. Aturan yang terakhir adalah dimensi situasi yang
dikemukakan oleh W.I. Thomas. Definisi situasi merupakan penafsiran seseorang sebelum
memberikan reaksi. Definisi situasi ini dibuat oleh individu dan masyarakat.

17
Bentuk Interaksi Sosial

Ada beberapa bentuk interaksi sosial yaitu:

1. Kerjasama (cooperation),
2. Persaingan (competition), dan
3. Pertentangan (conflict).

Menurut Gillin dan Gillin bentuk kerjasama dibagi dalam dua proses yang didalamnya
terdapat bentuk bentuk khusus. Yang pertama yaitu proses Asosiatif terdiri dari 2 bentuk
khusus yaitu akomodasi dan asimilasi. Yang kedua yaitu proses Disosiatif, disosiatif terdiri
dari tiga bentuk khusus yaitu Persaingan (competition), Kontravnersi (contravention), dan
Pertentangan (conflict).

1. Bentuk Interaksi Asosiatif


A. Kerjasama (cooperation)

Kerjasama merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang sering terjadi dimasyarakat
pada umumnya. Kerjasama menggambarkan sebagian besar bentuk interaksi sosial. Dan
setiap bentuk interaksi sosial dapat ditemukan pada setiap kelompok manusia. Kerjasama
timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya atau kelompok yang
lainnya.

Ada tiga bentuk kerjasama yang biasa dilaksanakan yaitu:

Bargaining, yaitu pelaksanaan kerjasama atau perjanjian antara dua organisasi atau lebih
mengenai pertukaran barang dan jasa.

Cooperation, yaitu penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan atau dalam pelaksanaan
politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari kegoncangan dalam
stabilitas organisasi tersebut.

Coalition, yaitu kombinasi antar dua organisasi atau lebih yang mempunyai pandangan dan
tujuan yang sama.

B. Akomodasi (accomodation)

18
Dalam interaksi sosial, istilah akomodasi berarti suatu kenyataan adanya keseimbangan
dalam interaksi orang perorangan dan kelompok manusia sehubungan dengan nilai dan
norma yang berlaku dimasyarakat.

Ada beberapa bentuk akomodasi, diantaranya:

Coertion adalah bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya suatu
paksaan.

Compromise adalah salah satu bentukakomodasi dimana pihak yang terlibat perselisihan
mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan tersebut.

Arbitration adalah suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang berselisih tidak
sanggup untuk mencapainya sendiri.

Mediation cara untuk mencapai penyelesaina dalam perselisihan dengan cara menghadirkan
orang ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada.

Concilitation adalah usaha untuk mengabulkan atau mempertemukan keinginan pihak yang
berselisih agar tercapainya suatu persetujuan bersama.

Tolerantion adalah bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal. Contohnya toleransi
dalam beribadah.

Stelemate adalah suatu akomodasi dimana pihak pihak yang berkepentingan mempunyai
yang seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.

Adjudication adalah perselisihan perkara atau sengketa dipengadilan.

2. Bentuk Interaksi Disosiatif


a. Persaingan (competition)

Persaingan merupakan bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh individu atau kelompok
untuk memperoleh keuntungan tertentu baik bagi dirinya maupun kelompoknya dengan cara
menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan kekersan.

b. Kontravensi (contravention)

Kontraversi adalah rperasaaan yang menggejolak yang ada pada diri seseorang yag ditandai
oleh adanya ketidakpastian dalam diri seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikan

19
dan kebencian terhadap orang lain. Tapi gejala-gejala tersebut tidak sampai menimbulkan
pertentangan atau pertikaian.

c. Pertentangan (conflict)

Pertentangan merupakan suatu bentuk interaksi individu atau kelompok sosial yang berusaha
utuk mencapai tujuannya dengan cara menentang pihak yang lain atau pihak yang
menghalangi dengan ancaman atau tindak kekerasan.

C. Sosialisasi

Sosialisasi sangat erat kaitannya terhadap manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk
sosial kita harus senantiasa hidup bersosial dengan orang lain agar dapat saling membantu,
melengkapi, dan mencapai tujuan hidup kita. Menurut Berger (Effendi, 2010:49)
mendefinisika sosialisasi sebagai “a process by which a child learns to be a participant
member of society” yaitu suatu proses dimana seorang anak belajar menjadi seorang anggota
yang berpartisipasi dalam masyarakat. Dalam hal ini jelas dikatakan bahwa proses sosialisasi
dimulai dari sejak anak usia dini hingga usia seseorang berakhir. Proses sosialisasi terus
dilakukan selama kita masih hidup dan masih membutuhkan orang lain.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah proses dimana seseorang dapat berinteraksi
dan berpartisipasi dengan masyarakat yang ada disekitarnya.

Setiap makhluk hidup pasti sangat membutuhkan proses sosialisasi, baik itu dimulai dari anak
usia dini sampai dewasa bahkan sosialisasi berjalan seumur hidup.apa yang terjadi jika sejak
usia dini anak tidak mengalami sosialisasi ? pasti anak tidak akan menjadi manusia
seutuhnya, karenan kemampuan seseorang untuk berperan sebagai anggota masyarakat sangat
tergantung pada proses sosialisasi. Ketika seseorang tidak mengalami sosialisasi maka yang
terjadi adalah orang itu tidak dapat berinteraksi dengan orang lain. Contohnya banyak
ditemuakan anak anak yang terlantar dihutan dan dibesarkan oleh hewan atau yang disekap
oleh orang tuanya sejak kecil. Mereka tidak bisa bersosialisasi dengan baik.

Mereka cenderung bagaimana berprilaku seperti hewan, mereka tidak dapat berbicara, tidak
dapat berpakaian bahkan tidak dapat tertawa atau menangis. Ketika anak-anak itu
diselamatkan dan diberi terapi seperti manusia umumnya, mereka mungkin bisa menerima
sedikit demi sedikit perubahan pada diri mereka untuk menjadi manusia seutuhnya namun
kemampuan mereka tidak akan mampu menyamai kemampuan anak lain yang sebaya

20
dengannya, karena kemampuan kemampuan tertentu hanya dapat diajarkan pada periode
tertentu dikehidupan anak. Bila proses sosialisasinya terlambat, maka proses tersebut tidak
akan berhasil atau hanya berhasil untuk sebagian kecil saja. Mereka juga tidak akan menjadi
manusia seutuhnya karena mereka tidak pernah tersosialisasi secara wajar dan mereka
cenderung meninggal dengan usia muda.

Sosialisasi dilakukan oleh semua individu yang bersosial. Ada beberapa pihak yang
membantu melaksanakan sosialisasi yaitu keluarga, kelompok bermain media massa dan
sistem pendidikan. Peran agen utama yaitu orangtua merupakan peran penting bagi anak
untuk bersosialisasi. Orang tua merupaka awal dimana kita melakukan interaksi dengan dunia
pertama kita. Keluarga merupakan pendidik yang pertama dan yang paling utama dalam hal
pertumbuhan dan perkembangan anak begitupun dengan perkembangan sosialisasi mereka.
Maka orang tua hendaknya mengoptimalkan proses sosialisasi pertama untuk anak.
Kelompok bermain juga tidak kalah pentingnya dengan orang tua.

Melalui kelompok bermain anak mulai bisa belajar bersosialisasi secara umum. Bagaimana ia
berinteraksi dengan teman sebayanya, bagaimana ia menyelesaikan suatu permasalahan
dalam berinteraksi dengan temannya dan juga bagaimana ia bisa memilih teman yang sejalan
dengannya. Agen yang ketiga yaitu media massa. Media masa sangat erat kaitannya dengan
teknologi yang makin maju dan berkembang. Media masa pun sangat penting untuk
sosialisasi dengan hal-hal yang terjadi disekitar kita.

Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki


keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia
adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang
interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga
suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi
dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif
maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus
watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap
pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka
ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana

21
kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia
memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri.

Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional
yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang
lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri pengakuan, dan berbagai
rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila
manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan
bermasyarakat.

Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat
menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang
dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia
karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia
dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian
terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan
kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.

Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup
bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam
memenuhi kebutuhan rohani.

Pengembangan manusia sebagai makhluk Susila

Aspek kehidupan susila adalah aspek ketiga setelah aspek individu dan sosial. Manusia dapat
menetapkan tingkah laku yang baik dan yang buruk karena hanya manusia yang dapat
menghayati norma-norma dalam kehidupannya.

Dalam proses antar hubungan dan antaraksi itu, tiap-tiap pribadi membawa identitas dan
kepribadian masing-masing. Oleh karena itu, keadaan yang yang cukup bermacam-macam
akan terjadi berbagai konsekuensi tindakan-tindakan masing-masing pribadi.

Kehidupan manusia yang tidak dapat lepas dari orang lain, membuat orang harus memiliki
aturan-aturan norma. Aturan-aturantersebut dibuat untuk menjadikan manusia menjadi lebih
beradab. Menusia akan lebih menghargai nilai-nilai moral yang akan membawa mereka
menjadi lebih baik.

22
Selain aturan-aturan norma, manusia juga memerlukan pendidikan yang dapat digunakan
sebagai sarana mencapai kemakmuran dan kenyamanan hidup. Pendidikan dapat menjadikan
manusia seutuhnya. Dengan pendidikan, manusia dapat mengerti dan memahami makna
hidup dan penerapannya.

Melalui pendidikan kita harus mampu menciptakan manusia yang bersusila, karena hanya
dengan pendidikan kita dapat memanusiakan manusia. Melalui pendidikan pula manusia
dapat menjadi lebih baik daripada keadaan sebelumnya. Dengan pendidikan ini, manusia juga
dapat melaksanakan dengan baik norma-norma yang ada dalam suatu masyarakat. Manusia
akan mematuhi norma-norma yang ada dalam masyarakat jika diberikan pendidikan yang
tepat.

Dengan demikian, kelangsungan kehidupan masyarakat tersebut sangat tergantung pada tepat
tidaknya suatu pendidikan mendidik seorang manusia mentaati norma, nilai dan kaidah
masyarakat. Jika tidak maka manusia akan melakukan penyimpangan terhadap norma-norma
yang telah disepakati bersama oleh masyarakat.

Pengembangan Manusia Sebagai Mahluk Religius

Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling
sempurna dibandingkan dengan makhluk lain. Melalui kesempurnaannya itu manusia bisa
berpikir, bertindak, berusaha, dan bisa menentukan mana yang benar dan baik. Di sisi lain,
manusia meyakini bahwa dia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada
kekuatan lain, yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi
fitrah manusia jika manusia mempercayai adanya Sang Maha Pencipta yang mengatur
seluruh sistem kehidupan di muka bumi.

Dalam kehidupannya, manusia tidak bisa meninggalkan unsur Ketuhanan. Manusia selalu
ingin mencari sesuatu yang sempurna. Dan sesuatu yang sempurna tersebut adalah Tuhan.
Hal itu merupakan fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada
Tuhannya.

Oleh karena fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Tuhan Yang
Maha Esa, untuk beribadah kepada Tuhan pun diperlukan suatu ilmu. Ilmu tersebut diperoleh
melalui pendidikan. Dengan pendidikan, manusia dapat mengenal siapa Tuhannya. Dengan

23
pendidikan pula manusia dapat mengerti bagaimana cara beribadah kepada Tuhan Yang
Maha Esa.

Melalui sebuah pendidikan yang tepat, manusia akan menjadi makhluk yang dapat mengerti
bagaimana seharusnya yang dilakukan sebagai seorang makhluk Tuhan. Manusia dapat
mengembangkan pola pikirnya untuk dapat mempelajari tanda-tanda kebesaran Tuhan baik
yang tersirat ataupu dengan jelas tersurat dalam lingkungan sehari-hari.

Maka dari keseluruhan perkembangan itu menjadi lengkap dan utuh dalam setiap sisinya,
baik dari sisi individu, sosial, susila, maupun religius. Keutuhan dari setiap sisi tersebut dapat
menjadikan manusia menjadi makhluk yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan
makhluk-makhluk Tuhan yang lain

24
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN

Identifikasi diri sendiri


Dari kelompok kami sudah menerapkan hak kami sebagai mahluk individu dan
sosialdimanapun dan kapanpun.

Identifikasi pada lingkungan masyarakat


Sebagai makhluk individu dilingkungan masyarakat mereka sudah memenuhi hak-hak
dasar sebagai manusia dan makhluk sosial

Identifikasi makhluk individu dilingkungan kampus


Menjaga dan mempertahankan harkat dan martabatnya. Jadi, jika dilingkungan
kampus mahasiswa sebagai makhluk individu menjunjung tinggi nama baik kampus
sedangkan sebagai makhluk sosial mahasiswa menjalin kerjasama demi menjaga nama baik
kampus dimanapun dan kapanpun.

25
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia sebagai mahluk individu artinya manusia merupakan satu kesatuan antara jasmani
dan rohani. Seseorang dikatakan sebagai individu apabila kedua unsur tersebut menyatu
dalam dirinya.
Selain sebagai makhluk individu juga, manusia adalah makhluk sosial. Salah satunya
dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan
orang lain yang satu sama lain saling membutuhkan. Untuk menjadi pribadi yang bermakhluk
sosial setiap individu dihadapkan dengan sosialisasi, yaitu suatu proses dimana seseorang
belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
Adapun yang dimaksud masyarakat setempat atau komunitas berbeda dengan masyarakat.
Masyarakat sifatnya lebih umum dan lebih luas, sedang masyarakat setempat lebih terbatas
dan juga dibatasi oleh kawasan tertentu. Namun ditinjau dari aktivitas hubungannya dan
persatuannya lebih erat pada masyarakat setempat dibandingkan dengan masyrakat.
Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu dihadapkan oleh dua
kepentingan yaitu kepentingan individu dan sosial. Persoalan pengutamaan kepentingan
individu atau masyarakat ini memunculkan dua pandangan yang berkembang yaitu

26
pandangan individualisme dan pandangan sosialisme. Sebetulnya kedua kepentingan tersebut
tidak dapat dipisahkan dan bukanlah pilihan.

3.2 Saran
Sejalan dengan kesimpulan diatas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
Setiap individu hendaknya sadar bahwa mereka adalah sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial, sehingga mereka mampu menghargai satu sama lain dalam arti tidak
mengambil hak orang lain ketika bertindak sebagai makhluk sosial dan sebaliknya.
Dalam upaya pendidikan hendaknya para pendidik harus menghormati
keindividualitasan, karakteristik, keunikan dan kepribadian anak. pendidikan tidak boleh
memaksa anak untuk mengikuti dan menuruti segala kehendaknya, karena dalam diri anak
ada suatu prinsip pembentukan dan pengembangan yang ditentukan oleh dirinya sendiri.
Pembentukan proses sosialisasi pada anak dalam interaksi sosial hendaknya harus
didukung oleh semua pihak. Keluarga, lingkungan masyarakat juga tenaga pendidik harus
membantu menstimulasinya.
Kesempatan berinteraksi akan sangat dibutuhkan oleh anak dalam bersosialisasi dengan
orang lain. Hendaknya kita sebagai calon guru dan calon ibu harus sadar bahwa
pemberitahuan, pemberian contoh dan pembiasaan sangat penting dan dibutuhkan dalam
bersosialisasi dengan orang lain dimasyarakat.

27
DAFTAR PUSTAKA

https://adhibarfan.wordpress.com/2015/11/05/manusia-sebagai-makhluk-individu-dan-
sosial/

https://wwwzafik.wordpress.com/2016/09/12/pembentukan-identitas-individu/

https://ditaherdiyanti.wordpress.com/2012/03/18/pentingnya-menjadi-makhluk-sosial-yang-
berbudaya/

http://dianputri1502.blogspot.co.id/2016/05/ciri-ciri-dan-contoh-manusia-sebagai.html

https://azenismail.wordpress.com/2010/05/31/pengembangan-manusia-sebagai-makhluk-
individu-sosial-susila-dan-religius-dalam-bingkai-pendidikan/

28

Вам также может понравиться