Вы находитесь на странице: 1из 52

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

KAJIAN ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI BENGAWAN


SOLO (SERENAN-JURUG)

STUDY OF SEDIMENT TRANSPORT IN BENGAWAN SOLO


RIVER (SERENAN-JURUG)

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik


Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta

HALAMAN JUDUL

Disusun oleh:
NUR HIDAYAH Y.N,
NIM I0108125

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya (QS.2:286).

You know what? This is not over. We will play you again, and we will
win, and you will lose, and you will beg, and we will laugh, and we will
take every last dime you have, and you will hate yourselves forever
(monica geller, friends).

Jangan bekerja setengah-setengah, bekerjalah sepenuh hati

Waktu anda terbatas, jadi jangan sia siakan dengan hidup dalam
kehidupan orang lain. Jangan terperangkap oleh dogma – dimana anda
hidup dengan apa yang orang lain pikirkan. Jangan biarkan suara dari
pendapat orang lain menenggelamkan suara batin anda sendiri. Dan
yang terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti hati dan intuisimu.
Mereka terkadang sudah tahu akan menjadi apa anda sebenarnya. Yang
lainnya hanyalah tambahan (Steve Jobs).

Semua mimpi kita akan menjadi nyata – jika kita punya keberanian
untuk mengejarnya (Walt Disney).

Tabi no haji wa kakisute


(Buang rasa malumu saat dalam perjalanan, pepatah Jepang).

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk semua


pejuang yang tidah pernah menyerah untuk
mengapai sesuatu

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Nur Hidayah Y.N. 2013. Kajian Angkutan Sedimen Pada Sungai Bengawan
Solo (Serenan-Jurug). Skripsi. Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Permasalahan sedimen merupakan hal yang esensial bagi suatu sungai. Sebagian
besar permasalahan sedimen merupakan hasil campur tangan manusia. Sedimen
mempunyai karakteristik yang berbeda tergantung dengan letak sungainya.
Banyak teori yang dapat digunakan untuk memperkirakan angkutan sedimen
tetapi pemilihan teori atau pendekatan yang tepat untuk angkutan sedimen di
sungai masih cukup sulit.

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data debit dan sedimen secara
langsung pada Serenan dan Jurug di Bengawan Solo. Sedimen kemudian diuji di
laboratorium dan hasil akhir mendapatkan parameter angkutan sedimen dan
gradasi butiran. Angkutan sedimen dari laboratorium kemudian dibandingkan
dengan hasil hitungan menggunakan metode angkutan sedimen yaitu Ackers-
White, Englund-Hansen, Laursen, Meyer-Peter Muller, Toffaleti dan Yang.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa sedimen yang diuji di Serenan mempunyai


kelas ukuran Coarse Silt dengan range butiran 0,032-0,0625 sedangkan di Jurug
mempunyai kelas ukuran Very Fine Sand dengan range butiran 0,0625-0,125.
Dari banyak metode yang diujikan metode Meyer Peter Muller dapat digunakan
untuk memperkirakan besarnya debit angkutan sedimen pada sungai Bengawan
Solo tepatnya pada Serenan sedangkan pada Jurug belum ada metode yang dapat
digunakan untuk memperkirakan besarnya debit angkutan sedimen. Pada metode
Meyer Peter Muller terjadi tingkat kesalahan 4,12 %.

Kata Kunci : Angkutan Sedimen, commit to user


Bengawan Solo, Serenean, Jurug.

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Nur Hidayah Y.N. 2013. Study Of Sediment Transport Discharge In Bengawan


Solo River (Serenan-Jurug). Thesis. Departement Of Civil Engineering.
Engineering Faculty. Sebelas Maret University. Surakarta.
Sediment problem is essential to a river. Most of the sediment problem is the
result of human intervention. Sediment has different characteristics depending on
the location of the river. Many theories that can be used to estimate sediment
transport but selection theory or approach is right for the transport of sediment in
the river is still quite difficult.

This study was done by taking the data flow and sediment directly on Serenan and
Jurug in Bengawan Solo. Sediments were then tested in the laboratory and the
final gain parameter sediment transport grading. Sediment transport from the
laboratory is compared with the results of a calculation using the method of
sediment transport Ackers-White, Englund-Hansen, Laursen, Meyer-Peter Muller,
Toffaleti and Yang.

The test results indicate that the sediments in Serenan is belong to Coarse Silt size
classes with a range from 0,032 to 0,0625 grains while sediments in Serenan is
belong to Very Fine Sand size classes with a range from 0,0625 to 0,125 grains.
Of the many methods being tested, Meyer Peter Muller method can be used to
estimate the discharge of sediment transport on the river Bengawan Solo
precisely on Serenan while in Jurug there is no method that can be used to
estimate the discharge of sediment transport. The method of Meyer Peter Muller
occurred error rate of 4.12%.

commit to user
Keyword : sediment transport, Bengawan Solo, Serenan, Jurug.

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan
judul ” Kajian Angkutan Sedimen Pada Sungai Bengawan Solo (Serenan-
Jurug)” guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

Penyusunan tugas akhir ini dapat berjalan lancar tidak lepas dari bimbingan,
dukungan, dan motivasi dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Segenap Pimpinan serta karyawan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Dr.Ir. Mamok Suprapto, M.Eng selaku dosen pembimbing I.
3. Ir. Suyanto, MM selaku dosen pembimbing II.
4. Ir. JB Sunardi Widjaja, Msi selaku dosen pembimbing akademik.
5. Ir. Susilowati, M.Si dan Ir. Siti Qomariyah, M.Sc selaku dosen penguji skripsi.
6. Segenap bapak dan ibu yang ada di Balai Besar Wilayah Sungai yang telah
memberikan data sekunder sehingga terlaksananya penulisan skripsi ini.
7. Rekan 1 tim skripsi serta Rekan-rekan mahasiswa jurusan Teknik Sipil
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis
secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan
di masa mendatang dan semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Maret 2013

Penulis
commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN ............................ Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN .............................. Error! Bookmark not defined.
MOTTO ................................................................................................................ iv
PERSEMBAHAN...................................................................................................v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
PRAKATA .......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL .................................................................. xiv
GLOSSARY ........................................................................................................ xvi
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ...........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................2
1.3 Batasan Masalah........................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI .................................4
2.1 Tinjauan Pustaka .......................................................................................4
2.1.1 Aliran............................................................................................4
2.1.2 Sedimen ........................................................................................5
2.1.3 Pengujian Butiran Sedimen ..........................................................5
2.1.4 Perhitungan Angkutan Sedimen ...................................................5
2.2 Landasan Teori ..........................................................................................7
2.2.1 Aliran Sungai ...............................................................................7
2.2.2 Sedimen ......................................................................................11
2.2.3 Pengujian Butiran Sedimen ........................................................11
2.2.4 Perhitungan Angkutan commitSedimento user .................................................13

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 3 METODE PENELITIAN...........................................................................19


3.1 Lokasi Pengambilan Sampel ...................................................................19
3.2 Data yang Diperlukan .............................................................................20
3.2.1 Data Primer ................................................................................20
3.2.2 Data Sekunder ............................................................................21
3.3 Alat yang digunakan ...............................................................................22
3.3.1 Alat Survey ................................................................................22
3.3.2 Alat Pengujian Sampel ...............................................................23
3.4 Pengujian .................................................................................................25
3.4.1 Pengujian di Laboratorium.........................................................25
3.4.2 Perhitungan Angkutan Sedimen .................................................27
3.5 Tahapan Penelitian ..................................................................................28
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...........................................................29
4.1 Pengambilan Sampel ...............................................................................29
4.2 Analisis Butiran Sedimen........................................................................29
4.2.1 Konsentrasi Sedimen ..................................................................30
4.2.2 Debit Sedimen Melayang ...........................................................30
4.2.3 Berat Jenis Sedimen ...................................................................30
4.3 Analisis Hidrometer ................................................................................31
4.4 Analisis Angkutan Sedimen ....................................................................31
4.4.1 Analisis Steady Flow ..................................................................32
4.5 Pembahasan .............................................................................................34
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................36
5.1 Kesimpulan .............................................................................................36
5.2 Saran ........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................37
LAMPIRAN ..........................................................................................................38

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Koefisien Kekasaran Manning ............................................................... 9


Tabel 2.2. Ukuran Butiran Sedimen Menurut American Geophysical Union ...... 11
Tabel 4.1. Titik Pengambilan Sampel Sedimen .................................................... 29
Tabel 4.2. Konsentrasi Sedimen............................................................................ 30
Tabel 4.3. Debit Sedimen Melayang Hasil Pengukuran ....................................... 30
Tabel 4.4. Berat Jenis Sedimen ............................................................................. 31
Tabel 4.5. Diameter Butiran Dalam Analisis Angkutan Sedimen ........................ 31
Tabel 4.6. Hasil Output Analisis Steady Flow HEC-RAS .................................... 33
Tabel 4.7. Hasil Analisis Debit Angkutan Sedimen Output HEC-RAS ............... 34
Tabel 4.8. Hasil Perbandingan Debit Sedimen Perhitungan Dengan Pengukuran 34

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Metode Point-Integrated Sampling .................................................... 6


Gambar 2.2. Ilustrasi Rumus Persamanaan Energi pada Steady Flow ................... 7
Gambar 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel ............................................................ 19
Gambar 3.2. Current Meter ................................................................................... 22
Gambar 3.3. Sediment Sampling ........................................................................... 22
Gambar 3.4. Alat Uji Konsentrasi Sedimen .......................................................... 23
Gambar 3.5. Alat Uji Berat Jenis Butir Tanah ...................................................... 23
Gambar 3.6. Alat Uji Hidrometer (hydrometer analysis) ..................................... 24
Gambar 3.7. Alat Uji Saringan (sieve analysis) .................................................... 25
Gambar 3.8. Diagram Alir Penelitian ................................................................... 28
Gambar 4.1. Profil Ruas Sungai Bengawan Solo Output HEC-RAS ................... 32

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A - Peta, Letak Pengambilan Sampel, dan Kalibrasi Curentmeter


Lampiran B - Data Hasil Laboratorium
Lampiran C - Long Profile dan Cross Section Sungai Bengawan Solo
Lampiran D - Output HEC-RAS
Lampiran E - Surat-Surat Skripsi

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

 = parameter rasio kecepatan sedimen


 = kecepatan endap (ft/s)
w = berat jenis air (gr/cm3)
µ = koefisien (0,00855)
B = lebar saluran (ft)
C = konsentrasi sedimen (ppm)
CL = konsentrasi sedimen di zona bawah (mg/lt)
D = kedalaman penampang sungai (m)
d = diameter butiran (mm)
d90 = diameter partikel (m)
dm = diameter partikel rata-rata (mm)
dsi = diameter butiran (mm)
g = percepatan grafitasi (m/s2)
G = debit angkutan sedimen (lb/s)
g = percepatan gravitasi (ft/s2)
Ggr = parameter angkutan sedimen
gs = debit angkutan sedimen (ton/hari)
Gs = berat jenis butiran sampel
gsb = angkutan sedimen dasar (ton/hari)
gssL = angkutan sedimen melayang di zona bawah (ton/hari)
gssM = angkutan sedimen melayang di zona tengah (ton/hari)
gssU = angkutan sedimen melayang di zona atas (ton/hari)
he = kehilangan tinggi energi (m)
i = 1, 2, 3, 4, 5,................. x, i tanda adalah bagian penampang
k = faktor yang sama besarnya, tergantung dari satuan setiap unsur
(= 0,0864)
L = panjang pelampung yang berada didalam air dihitung dari titik
berat sampai permukan air (mm)
M = konsentrasi sedimen (ppm)
n = koefisien Manning
nv = koefisien suhu
nx = eksponen transisi tergantung ukuran sedimen
Q = debit aliran sungai (m3/dt)
qi = debit pada setiap sub penampang ke i (m³/s)
qqi = debit tengah pada setiap sub penampang melintang ke i (m³/s)
R = radius hidrolik (m)
Rc = pembacaan hidrometer (mm)
RRP = parameter jari-jari radius
S = energi gradien
Si = kemiringan
Sqi = debit pada seksi ke i (m³/s)
commit to user

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

t = waktu ke-i (menit)


T1 = suhu pada W4 (0C)
T2 = suhu pada W3 (0C)
TFP = parameter tegangan geser
u* = kecepatan geser (ft/s)
V = kecepatan aliran (ft/s)
v = viskositas kinematik (ft2/s)
V1, V2 = kecepatan rata-rata (debit dibagi luas tampang basah) (m²/s)
Vas = volume air sampel (ml)
Vcr = kecepatan kritis (ft/s)
w = kecepatan jatuh partikel (m/s)
W1 = berat piknometer kosong (gram)
W2 = berat piknometer + sampel sedimen kering (gram)
W3 = berat piknometer + sampel sedimen kering + aquades (gram)
W4 = berat piknometer + aquades (gram)
Ws = berat sedimen kering (gr)
x = jumlah vertikal pengambilan di suatu penampang melintang
y = kedalaman pias penampang sungai
Y1, Y2 = kedalaman aliran (m)
z = koefisien hubungan antara sedimen dan karakteristik hidrolis
Z1, Z2 = elevasi dasar saluran (m)
α1, α2 = koefisien bobot kecepatan
γw = berat air (gr/cc)
μMPM = harga ripple faktor untuk MPM
τo = tegangan geser saluran rata-rata (ft/s)

commit to user

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

GLOSSARY

Wash load = angkutan partikel halus yang dapat berupa


lempung (silk) dan debu (dust), yang terbawa
oleh aliran sungai
Suspended load = sedimen bergerak di dalam alur sungai sebagai
sedimen tersuspensi (suspended sediment)
dalam air yang mengalir dan sebagai muatan
dasar (bed load) yang bergeser atau
menggelinding sepanjang dasar saluran
Bed load = pertikel sedimen yang bergerak tidak jauh dari
dasar sungai dan bergerak secara bergeser,
merayap, menggelinding atau meloncat.
Total load = jumlah dari suspended load dan bed load

Point-integrated = metode pengukuran arus pada sungai yang


sampling dilakukan dengan menentukan bebrapa titik
sesuai kedalaman sungai tersebut

commit to user

xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sungai merupakan salah satu sumber air untuk kehidupan makhluk hidup. Disisi
lain, sungai memiliki karakter dan morfologi yang berbeda. Karakter dan
morfologi sungai akan stabil bila di sepanjang alur dan diseluruh DAS tidak
mengalami perubahan, termasuk hujan yang jatuh di permukaan DAS. Akan tetapi
kondisi stabil tersebut tidak akan bisa dipertahankan bila aktivitas manusia
disepanjang sungai maupun alur sungai masih terus berlangsung. Contohnya
adalah penyempitan sungai yang terjadi di sungai Brantas diakibatkan adanya
endapan tanah longsor. Peristiwa itu terjadi karena adanya bangunan yang berada
di sekitar bantaran sungai (http://surabaya.okezone.com,2007).

Aktivitas manusia dapat menyebabkan erosi permukaan yang akan terbawa aliran,
dalam bentuk sedimen. Sedimen tersebut akhirnya akan diendapkan pada tempat–
tempat tertentu ketika aliran tidak mampu mengangkut sedimen. Sedimen akan
mengurangi fungsi infrastruktur air yang telah terbangun.

Gary W. Brunner (2003) menyatakan bahwa banyak teori maupun pendekatan


empiris yang dapat digunakan untuk mengetahui angkutan sedimen. Beberapa
diantaranya adalah Ackers-White, Englund-Hansen, Laursen, Meyer-Peter Muller,
Toffaleti dan Yang. Pemilihan teori atau pendekatan yang tepat untuk angkutan
sedimen di sungai masih cukup sulit. Oleh sebab itu masalah sedimen menarik
untuk diteliti.

Dalam penelitian ini dikaji teori Ackers-White, Englund-Hansen, Laursen, Meyer-


Peter Muller, Toffaleti dan Yang untuk mengetahui sedimen yang terjadi di
Sungai Bengawan Solo. commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kriteria sedimen pada ruas sungai Bengawan Solo dari jembatan
Serenan sampai jembatan Jurug ?
2. Apa metode analisis angkutan sedimen yang paling cocok untuk analisis
angkutan sedimen pada ruas sungai Bengawan Solo dari jembatan Serenan
sampai jembatan Jurug?

1.3 Batasan Masalah

Untuk membatasi permasalahan agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas,
maka perlu adanya pembatasan sebagai berikut:
1. Sampel sedimen diambil pada musim hujan di bulan Desember, di lokasi
jembatan Serenan dan jembatan Jurug.
2. Menggunakan cross section dan long profile dari Balai Besar Wilayah Sungai
Bengawan Solo.
3. Metode yang digunakan untuk perhitungan sedimen adalah metode Ackers-
White, Englund-Hansen, Laursen, Meyer-Peter Muller, Toffaleti dan Yang.
4. Sampel sedimen yang diteliti berupa sedimen melayang.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:


1. Mengetahui karakteristik sedimen pada ruas sungai Bengawan Solo dari
jembatan Serenan sampai jembatan Jurug
2. Mengetahui metode yang paling cocok untuk analisis sedimen pada ruas
sungai Bengawan Solo dari jembatan Serenan sampai jembatan Jurug.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:


1. Manfaat teoritis, memberi tambahan informasi dalam sedimen
2. Manfaat praktis: memberikan tambahan informasi mengenai kriteria sedimen
yang ada di sungai Bengawan Solo antara jembatan Serenan sampai jembatan
Jurug.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Aliran

Aliran air dikatakan steady flow apabila besarnya debit aliran yang melewati suatu
cross section konstan terhadap waktu. Jika perubahan debit aliran berubah sesuai
dengan waktu, maka aliran tersebut dikatakan unsteady flow. Aliran steady flow
membutuhkan besaran debit inflow dan outflow yang konstan dan sama.

Steady flow masih dibagi lagi menjadi 2 macam yaitu non-uniform flow dan
uniform flow. Non-uniform flow adalah aliran air dimana kecepatan dan
kedalaman bervariasi dalam jarak lintasan air, sementara ketika konstan disebut
uniform flow. Uniform flow hanya terjadi pada suatu saluran berpenampang tetap
yang mempunyai kekasaran, kemiringan dan arah alirannya yang konstan. Adapun
non-uniform flow hanya terjadi di saluran alami dengan variabel yang bervariasi
(Nhartman, 2008).

Berdasarkan uraian tersebut maka disimpulkan bahwa aliran sungai Bengawan


Solo termasuk jenis steady flow non-uniform flow karena sungai Bengawan Solo
merupakan saluran alami.

2.1.1.1 Pengukuran Debit

Metode Equal Discharge Increment (EDI) adalah metode pengambilan contoh


sedimen yang dilakukan pada titik tengah pada sub penampang melintang sungai/
saluran yang memiliki besaran debit yang sama (Anonim, 2008).

commit to user

4
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

2.1.2 Sedimen

Sedimen merupakan bagian integral, esensial, dan dinamis dari daerah aliran
sungai. Sedimen berasal dari pelapukan erosi material organik mineral dan tanah
di daerah hulu serta erosi di tepi sungai (Jos Brils, 2004).

Menurut Mulyanto (2007), ada tiga macam angkutan sedimen yang terjadi di
dalam alur sungai yaitu wash load, suspended load, dan bed load. Dari ketiga
jenis angkutan sedimen, jenis suspended load dan bed load sangat berpengaruh
terhadap jumlah sedimen yang ada di dasar sungai.

2.1.3 Pengujian Butiran Sedimen

Untuk mengetahui karakter butiran sedimen yang terdapat pada aliran sungai
diperlukan sampel sedimen. Sampel yang diperoleh dari lapangan diuji di
laboratorium, meliputi konsentrasi sedimen melayang, berat jenis sedimen
(specify gravity), hidrometer, dan saringan.

2.1.4 Perhitungan Angkutan Sedimen

Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk memperkirakan besarnya angkutan


sedimen melayang yang terjadi di suatu sungai.

Robin Major, dkk. (2008) melakukan penelitian tentang sedimen melayang yang
ada di sungai St. Croix dengan menentukan 4 titik pengambilan menggunakan
metode filter. Hasilnya menunjukkan bahwa pada besaran debit 5600 cfs,
konsentrasi sedimen melayang mencapai puncaknya.

Hikmet Kerem (2002) memprediksi besarnya sedimen melayang dengan


menggunakan Artificial Neural Networks yaitu dengan memperkirakan
konsentrasi sedimen melayang yang akan datang dengan dasar data sedimen
melayang terdahulu. Hasil menunjukkan tingkat kecocokan kesalahan hasil dari
Artificial Neural Networks dengan data aktual kurang dari 10 %.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

David H. Schoellhamer (2002) memprediksi besarnya sedimen melayang secara


kontinue menggunakan alat optical backscatterance sensors. Hasil menunjukkan
bahwa alat tersebut dapat digunakan untuk menghitung sedimen tersuspensi
secara jam-jaman.

Bambang Agus Kironoto (2008) memprediksi besarnya sedimen melayang


dengan metode point-integrated sampling. Hasilnya menunjukkan bahwa
konsentrasi sedimen suspensi rerata dapat ditentukan berdasarkan konsentrasi
sedimen suspensi rerata titik pada posisi y = 0,4 D dari dasar saluran (untuk
pengukuran 1 titik), pada y = 0,2 D dan 0,8 D (2 titik), atau pada y = 0,2 D; 0,4 D;
dan 0,8 D (3 titik). Skema pengambilan konsentrasi sedimen ditampilkan dalam
Gambar 2.1.

Keterangan:
D = kedalaman penampang sungai
y = kedalaman pias penampang sungai

Gambar 2.1. Metode Point-Integrated Sampling

Dalam penelitian ini laju sedimen melayang di salah satu ruas sungai Bengawan
Solo diprediksi dengan metode Ackers-White, Englund-Hansen, Laursen, Meyer-
Peter Muller, Toffaleti dan Yang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Aliran Sungai

2.2.1.1 Jenis Aliran

Keadaan steady flow dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

 2V22  1V12
Y2  Z 2   Y1  Z 1   he (2.1)
2g 2g
dengan,
Y1, Y2 = kedalaman aliran (m)
Z1, Z2 = elevasi dasar saluran (m)
V1, V2 = kecepatan rata-rata (debit dibagi luas tampang basah) (m²/s)
α1, α2 = koefisien bobot kecepatan
g = percepatan gravitasi (m/s2)
he = kehilangan tinggi energi (m)

Rumus persamaan energi digambarkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Ilustrasi Rumus Persamanaan Energi pada Steady Flow

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

2.2.1.2 Metode Equal-Discharge-Increment

Rumus yang digunakan:

Q
qi  (2.2)
x
qi
qqi  (2.3)
2
x
S qi   qi  q qi (2.4)
i 1

dengan,
Q = debit di suatu penampang melintang sungai (m³/s)
qi = debit pada setiap sub penampang ke i (m³/s)
qqi = debit tengah pada setiap sub penampang melintang ke i (m³/s)
Sqi = debit pada seksi ke i (m³/s)
i = 1, 2, 3, 4, 5,................. x, i tanda adalah bagian penampang
x = jumlah vertikal pengambilan di suatu penampang melintang

2.2.1.3 Debit Angkutan Sedimen

Untuk menetukan debit sedimen pada saat pengukuran menggunakan persamaan


sebagai berikut:

gs = k.C.Q (2.6)

dengan,
gs = debit angkutan sedimen (ton/hari)
k = faktor yang sama besarnya, tergantung dari satuan setiap unsur (= 0,0864)
C = konsentrasi sedimen (mg/l)
Q = debit aliran sungai (m3/dt)

2.2.1.4 Koefisien Kekasaran Manning

Koefisien kekasaran manning menurut Garry W. Burner (2008) ditampilkan


dalam Tabel 2.1.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.1. Koefisien Kekasaran Manning

Kekasaran Manning
Kondisi dan tipe alur
Min Normal Maks

A. Sungai Kecil (Lebat muka air < 30 m)

I. Mengalir pada Dataran rendah

1. Alur Bersih, lurus, elevasi muka air


penuh, tidak ada celah atau bagian yang 0,025 0,030 0,033
dalam

2. Sama poin 1 tetapi lebih banyak batu dan


0,030 0,035 0,040
rumput tanaman

3. Alur Bersih, melingkar, dengan bagian


0,033 0,040 0,045
dalam dan dangkal

4. Sama poin 3 tetapi lebih banyak batu dan


0,035 0,045 0,050
rumput tanaman

5. Sama poin 4 tetapi elevasi muka air lebih


rendah dan lebih banyak perubahan 0,040 0,048 0,055
kemiringan dan lebar

6. sama poin 5 tetapi lebih banyak batu 0,045 0,050 0,060

7. Penggal sugai dengan aliran pelan, penuh


0,050 0,070 0,080
rumput, dengan kolam yang dalam

8. Alur banyak rumput, alur-alur yang


dalam atau lintasan banjirdengan tegakan 0,075 0,100 0,150
pohon dan semak

II. Sungai pengunungan, pada alur tidak ada


vegetasi, tebing sungai curam, pohonan
semak pada tebing tenggelam saat muka air
tinggi

1. Dasar sungai ; Krikil, Krakal, dengan


0,030 0,040 0,050
beberapa batu-batu besar

2. dasar sungai ; Krakal dengan batu-batu


0,040 0,050 0,070
besar

B. Bantaran Banjir

I. Bantaran untuk padang gembalaan (padang


rumput), tanpa semak belukar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

Kekasaran Manning
Kondisi dan tipe alur
Min Normal Max

B. 1. Rumput rendah 0,025 0,030 0,035

2. Rumput Tinggi 0,030 0,035 0,050

II. Bantaran untuk tegalan

1. Tidak ada tanaman 0,020 0,030 0,040

2. Tanaman dewasa ditanam berderet 0,025 0,035 0,045

3. Tanaman dewasa ditanam tidak berderet 0,030 0,040 0,050

III. Bantaran ditumbuhi semak belukar

1. Semak jarang, rumput lebat 0,035 0,050 0,070

2. Semak dan pohon jarang 0,040 0,060 0,080

3. Semak sedang sampai lebat 0,070 0,100 0,160

IV. Bantaran dengan pohon-pohon

1. Pohon ditanam rapat, pohon lurus 0,110 0,150 0,200

2. Tanah tang dibersihkan dengan tunggul


0,030 0,040 0,050
tanaman, yang tidak tumbuh

3. Sama seperti diatas, tetapi tunggul kayu


0,050 0,060 0,080
ditumbuhi daun lebat

4. Tagekan pohon rapat, pohon yang rendah


sedikit, sedikit semak belukar, tinggi 0,080 0,100 0,120
muka air dibawah ranting pohon

5. Sama Seperti diatas, tetapi tinggi muka


0,100 0,120 0,160
air banjir mencapai ranting pohon

C. Sungai besar (lebar muka air banjir > 30 m) Nilai n


lebih rendah dari sungai kecil pada kondisi yang
sama, sebab tebing sungai relatif lebih kecil dari
luas tampang basah, tahanan geser lebih kecil
I. Mengalir pada Dataran rendah

1. Bagian yang teratur tanpa batu-batu besar


0,025 - 0,060
dan semak

2. bagian yang tidak teratur dan kasar 0,035 - 0,100


commit to user
Sumber: Garry W. Burner, 2008
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

2.2.2 Sedimen

2.2.2.1 Ukuran Butiran

Ukuran kelas angka standar berdasarkan pada skala klasifikasi American


Geophysical Union (AGU) yang ditunjukkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Ukuran Butiran Sedimen Menurut American Geophysical Union

Nilai Tengah Diameter


Rentang Diameter Butiran
No Jenis Sedimen Butiran
(mm)
(mm)
1 Clay 0,002 – 0,004 0,003
2 Very Fine Silt 0,004 – 0,008 0,006
3 Fine Silt 0,008 – 0,016 0,011
4 Medium Silt 0,016 – 0,032 0,023
5 Coarse Silt 0,032 – 0,0625 0,045
6 Very Fine Sand 0,0625 – 0,125 0,088
7 Fine Sand 0,125 – 0,25 0,177
8 Medium Sand 0,25 – 0,5 0,354
9 Coarse Sand 0,5 – 1 0,707
10 Very Coarse Sand 1–2 1,41
11 Very Fine Gravel 2–4 2,83
12 Fine Gravel 4–8 5,66
13 Medium Gravel 8 – 16 11,3
14 Coarse Gravel 16 – 32 22,6
15 Very Coarse Gravel 32 – 64 45,3
16 Small Cobbles 64 – 128 90,5
17 Large Cobbles 128 – 256 181
18 Small Boulders 256 – 512 362
19 Medium Boulders 512 – 1024 724
20 Large Boulders 1024 – 2048 1448
Sumber: Garry W. Burner, 2008

2.2.3 Pengujian Butiran Sedimen

2.2.3.1 Konsentrasi Sedimen Melayang

Untuk menentukan besarnya konsentrasi sedimen melayang menggunakan


persamaan sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

Ws
C x10 6 (2.7)
Vas

dengan,
C = konsentrasi sedimen (mg/lt)
Ws = berat sedimen kering (gr)
Vas = volume air sampel (ml)

2.2.3.2 Berat Jenis Sedimen (Specify Gravity)

Untuk mendapatkan besarnya berat jenis butiran sedimen, digunakan rumus


sebagai berikut:
(W2  W1 )
Gs  (2.8)
(W4  W1 )T1  (W3  W2 )T2

dengan,
Gs = berat jenis butiran sampel
W1 = berat piknometer kosong (gram)
W2 = berat piknometer + sampel sedimen kering (gram)
W3 = berat piknometer + sampel sedimen kering + aquades (gram)
W4 = berat piknometer + aquades (gram)
T1 = suhu pada W4 (0C)
T2 = suhu pada W3 (0C)

2.2.3.3 Hidrometer

Pengujian ini untuk menentukan distribusi ukuran butir tanah yang memiliki
diameter kurang dari 0,075 mm (lolos saringan no 200 ASTM) dengan cara
pengendapan. Rumus yang digunakan:

L 30.
d x (2.9)
t 980(Gs -  w )

Harga L diperoleh dari rumus:

L  15,82  0,167 xRc (2.10)

dengan,
d = diameter butiran (mm)
L = panjang pelampung yang berada didalam air dihitung dari titik berat
sampai permukan air (mm)
commit to user
t = waktu ke-i (menit)
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Gs = berat jenis sedimen


µ = koefisien (0,00855)
w = berat jenis air (gr/cm3)
Rc = pembacaan hidrometer (mm)

2.2.3.4 Saringan

Wtertahan
prosentase tanah tertahan (% tertahan) = x 100 % (2.10)
Wtotal
prosentase tanah lolos (% lolos) =100% - % tertahan (2.11)

2.2.4 Perhitungan Angkutan Sedimen

2.2.4.1 Fungsi Angkutan Sedimen

2.2.4.1.1 Ackers-White

Ackers-White mengembangkan teori untuk angkutan sedimen beban total.


Persamaan ini dikembangkan berdasarkan ukuran partikel sedimen, mobilitas
sedimen dan transport sedimen. Parameter ukuran yang tidak berdimensi
digunakan untuk membedakan antara ukuran sedimen halus, transisi dan kasar.
Pada kondisi tertentu, sedimen halus berupa lempung yang ukurannya <0,04 mm
dan sedimen kasar berupa pasir yang ukurannya >2,5 mm. Berdasarkan lebih dari
1000 percobaan saluran, maka rumus umum angkutan sedimen dengan metode
Ackers-White sebagai berikut (Gary W Brunner, 2008):
86400
gs  .G (2.12)
2000
G   w .Q.Cm (2.13)
G gr .G s .d s
C  nx
u  (2.14)
D. * 
V

dengan,
gs = debit angkutan sedimen (ton/hari)
G = debit angkutan sedimen (lb/s)
w = berat jenis air (lb/ft3)
Q = debit aliran sungai (ft3/s)
C = konsentrasi sedimen (ppm)commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Ggr = parameter angkutan sedimen


Gs = berat jenis sedimen
dsi = diameter butiran (mm)
D = kedalaman efektif (ft)
u* = kecepatan geser (ft/s)
V = kecepatan aliran rata-rata untuk saluran (ft/s)
nx = eksponen transisi tergantung ukuran sedimen

2.2.4.1.2 Englund-Hansen

Persamaan Englund-Hansen merupakan persamaan sedimen total load yang


memberi hasil cukup akurat untuk jenis tanah berpasir dengan substansi sedimen
tersuspensi. Persamaan ini berdasarkan data saluran dengan ukuran sedimen
antara 0,19-0,93 mm dan sudah diuji berdasarkan data lapangan. Rumus umum
Engelund-Hansen sebagai berikut:
86400
gs  .G (2.15)
2000
3/ 2
d 50  0 
G  0,05 sV 2
 
 s    s   d 50  (2.16)
g   1
 

dengan,
gs = debit angkutan sedimen (ton/hari)
G = debit angkutan sedimen (lb/s)
w = berat jenis air (lb/ft3)
Gs = berat jenis sedimen
V = kecepatan aliran rata-rata untuk saluran (ft/s)
g = percepatan gravitasi (ft/s2)
τo = tegangan geser saluran rata-rata (ft/s)
dsi = diameter butiran (mm)
B = lebar saluran (ft)

2.2.4.1.3 Laursen (Coupeland)

Metode ini digunakan untuk memprediksi sedimen total, berasal dari kombinasi
analisis kualitatif, percobaan asli, dan data tambahan. Transportasi sedimen
berdasarkan karakteristik hidrolik kecepatan rata-rata saluran, kedalaman aliran,
gradien energi, dan pada karakteristik gradasi sedimen dan kecepatan jatuh.
Coupeland memperluas jangkauan penerapan
commit to useruntuk kerikil berukuran sedimen.
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

Kisaran penerapan diameter partikel rata-rataadalah 0,011-29 mm. Rumus yang


digunakan sebagai berikut:

g s  0,432. w .Q.RRP.TFP. (2.17)

dengan,
gs = debit angkutan sedimen (ton/hari)
w = berat jenis air (lb/ft3)
Q = debit aliran sungai (ft3/s)
RRP = parameter jari-jari radius
TFP = parameter tegangan geser
 = parameter rasio kecepatan sedimen

2.2.4.1.4 Toffaleti

Metode Toffaleti adalah hasil modifikasi dari fungsi sedimen total Einstein yang
mememacahkan sedimen melayang menjadi zona vertkal, menggandakan 2
dimensi gerakan sedimen. Empat zona yang digunakan untuk distribusi sedimen
adalah zona atas, zona tengah, zona bawah, dan zona dasar. Transportasi sedimen
dihitung secara independen untuk setiap zona dan dijumlahkan untuk sampai pada
angkutan sedimen total.

Metode ini dikembangkan dengan menggunakan data lengkap dari data saluran
dan data lapangan. Percobaan saluran menggunakan partikel sedimen dengan
diameter rata-rata berkisar 0,3-0,93 mm, namun kesuksesan aplikasi dari metode
Toffaleti menunjukkan bahwa diameter partikel rata-rata serendah 0,095 mm
dapat diterima. Persamaan transportasi umum untuk fungsi Toffaleti untuk ukuran
butiran diwakili oleh:

1 nv  0, 756z
 R 
 2d m 
1 nv  0, 756z
 
 11,24  (2.16)
g ssL C
1  nv  0,765 z

 R 
0, 244z
 R 1 nv  z  R 1 nv  z 
      
 11,24   2,5   11, 24   (2.17)
g ssM  C
1  nv  z
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

 R 
0.244z
 R   1 n 1,5 z  R 1 nv 1,5 z 
0,5 z

    R v   
 11,24   2,5    2,5   (2.18)
g ssU  C
1  nv  1,5z

g sb  C2d m 
1 nv 0, 756z
(2.19)

C  43,2C L 1  nv VR 0,765z nv (2.20)

g s  g ssL  g ssM  g ssU  g sb (2.21)

dengan,
gssL = debit angkutan sedimen melayang di zona bawah (ton/hari)
gssM = debit angkutan sedimen melayang di zona tengah (ton/hari)
gssU = debit angkutan sedimen melayang di zona atas (ton/hari)
gsb = debit angkutan sedimen dasar (ton/hari)
gs = debit angkutan sedimen total (ton/hari)
C = konsentrasi sedimen (mg/lt)
CL = konsentrasi sedimen di zona bawah (mg/lt)
R = jari-jari hidrolis (m)
dm = diameter rerata butiran (mm)
z = koefisien hubungan antara sedimen dan karakteristik hidrolis
nv = koefisien suhu

2.2.4.1.5 Meyer Peter Muller

Fungsi angkutan sedimen yang digunakan dalam analisis ini adalah fungsi Meyer-
Peter Müller. Fungsi angkutan bed load Meyer-Peter Müller didasarkan pada
data eksperimen telah diuji secara luas dan digunakan untuk sungai dengan
sedimen yang relatif kasar. Tingkat angkutan adalah sebanding dengan perbedaan
antara tegangan geser rerata yang bekerja pada butiran dan tegangan geser kritis.
Ukuran partikel yang berlaku berkisar 0,4-29 mm dengan berbagai berat jenis
sedimen 1,25 gram/cc sampai lebih dari 4.0 gram/cc. Persamaan angkutan umum
untuk fungsi Meyer-Peter Müller adalah:
1/3 2/3
 Gs -  w  2/3
 MPM  DS = 0.047(Gs -  w ) d m + 0.25      g s (2.22)
g  Gs 


[ ] (2.23)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

dengan,
gs = debit angkutan sedimen (ton/hari)
γw = berat air (gr/cc)
Gs = berat jenis sedimen
g = percepatan grafitasi (m/s2)
dm = diameter partikel rata-rata (mm)
R = radius hidrolik (m)
S = energi gradien
D = kedalaman sungai (m)
μMPM = harga ripple faktor untuk MPM
d90 = diameter partikel (m)
n = koefisien Manning

2.2.4.1.6 Yang

Yang mengusulkan konsentrasi sedimen dengan ukuran butiran kurang dari 2 mm


dapat dihitung dengan persamaan:
  .d si  u  
5,435  0,286. log   0,457. log * ........
     
       
.d si  u
log C   1,799  0,409. log   0,314. log *   
         (2.26)
 
. log V .S  Vcr .S  
     

Untuk butiran yang lebih dari 2 mm bisa dihitung dengan rumus:

  .d si  u  
6,681  0,633. log   4,816. log * ........
     
   .d si   u 
log C    2,784  0,305. log   0,282. log *    (2.27)
       
 
. log V .S i  Vcr .S i  
     
Rumus angkutan sedimen metode Yang’s sebagai berikut:

 w .Q.C
G (2.28)
1000000
86400
gs  .G (2.29)
2000

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

dengan,
gs = debit angkutan sedimen (ton/hari)
G = debit angkutan sedimen (lb/s)
C = konsentrasi sedimen (ppm)
 = kecepatan endap (ft/s)
dsi = diameter butiran (mm)
v = viskositas kinematik (ft2/s)
u* = kecepatan geser (ft/s)
Si = kemiringan
V = kecepatan aliran (ft/s)
Vcr = kecepatan kritis (ft/s)

2.2.4.2 Kecepatan jatuh

Van Rijn memperkirakan US Inter-agency Committee on Water Resources’


(IACWR) curves untuk kecepatan jatuh menggunakan non-spherical particles
dengan faktor bentuk 0,7 dalam suhu air 200 C. Tiga persamaan yang digunakan,
tergantung pada ukuran partikel (Van Rijn, 1993).

( s  1) gd
 0,001  d  0,1mm (2.15)
18V

10V  0,01( s  1) gd 3 
0,5

 1    1 0,1  d  1mm (2.16)
d  V2  

  1,1Gs 1gd 0,5 d  1mm (2.17)

dengan,
w = kecepatan jatuh partikel(m/s)
V = kecepatan kinematik (m/s)
Gs = berat jenis partikel (gram/cc)
d = diameter partikel (mm)
g = percepatan grafitasi (m/s2)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Pengambilan Sampel

Lokasi pengambilan sampel pada ruas tengah sungai Bengawan Solo tepatnya
antara jembatan Serenan sampai jembatan Jurug. Lebar ruas sungai sebesar 78,82
m dan panjangnya sebesar 16,203 km. Pemilihan ruas sungai Bengawan Solo
dilakukan untuk mengetahui karakteristik sedimen yang mewakili sungai
Bengawan Solo hulu. Pengambilan sampel sedimen dilakukan pada 2 titik yaitu
pada AWLR di Serenan dan AWLR Jurug ditampilkan pada Gambar 3.1.

Keterangan :
A= Lokasi Pengambilan Sampel
Serenan
B= Lokasi Pengambilan Sampel
Jurug

Gambar 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel

commit to user

19
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

3.2 Data yang Diperlukan

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder

3.2.1 Data Primer

3.2.1.1 Debit Sesaat

Tahap pengukuran debit:


1. Memilih penampang melintang sungai di lokasi yang telah ditentukan.
2. Membentangkan tambang pada penampang melintang sungai di lokasi yang
telah ditentukan.
3. Mengukur lebar penampang basah.
4. Menentukan jumlah vertikal kedalaman dan jarak antara dua vertikal
disesuaikan dengan keadaan.
5. Memeriksa dan merakit alat ukur.
6. Menghitung lama putaran propeler sebelum pengukuran pada tempat yang
bebas pengaruh angin.
7. Menyiapkan kartu pengukuran.
8. Mengukur kedalaman jalur vertikal yang akan diukur kecepatan alirannya,
kemudian menentukan titik kedalaman pengukuran.
9. Mencatat pada kartu pengukuran jumlah putaran propeler pada setiap titik
pengukuran.
10. Menghitung kecepatan aliran pada titik-titik pengukuran dalam satu jalur
vertikal dengan rumus current meter.
11. Menghitung luas bagian penampang melintang untuk setiap jalur vertikal
kedalaman.
12. Menghitung debit bagian untuk setiap jalur vertikal.
13. Mengulangi langkah (h) sampai langkah (l) untuk setiap jalur vertikal pada
seluruh penampang melintang.
14. Mencatat tinggi muka air tiap 10 menit apabila fluktuasi muka air selama
pengukuran cukup mencolok.
15. Menjumlahkan debit bagian dari seluruh jalur vertikal.
16. Menjumlahkan seluruh luas penampang bagian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

17. Menentukan kecepatan rerata seluruh penampang dengan cara membagi debit
seluruh penampang dengan luas penampang.
18. Menentukan tinggi muka air rerata dengan cara rerata hitung atau rerata
timbang.
19. Menghitung lamanya putaran propeler sesudah pengukuran di tempat yang
bebas dari pengaruh angin.

3.2.1.2 Sampel Sedimen

Tahap pengambilan sedimen:


1. Menentukan lokasi pengambilan dengan cara mencari titik pada kartu
pengukuran dengan besaran debit yang paling dekat.
2. Menentukan jarak lokasi titik pengambilan dari sisi sungai.
3. Menentukan lama waktu pengambilan pada grafik sesuai dengan diameter
lubang alat (nozzle) pengambil yang digunakan.
4. Melakukan pengambilan contoh muatan sedimen melayang.
5. Memasukkan contoh muatan sedimen melayang ke dalam botol yang telah
disediakan.
6. Botol tersebut diberi tanda label.
7. Menyiapkan contoh muatan sedimen melayang untuk dianalisis di
laboratorium.
8. Mengulangi kegiatan ke-3 sampai ke-9 untuk lokasi titik pengambilan yang
lainnya hingga semuanya selesai dikerjakan.

3.2.2 Data Sekunder

Data Sekunder yang digunakan adalah:


1. Data geometri berupa cross section dan long profile di ruas sungai Bengawan
Solo dari jembatan Serenan sampai jembatan Jurug diperoleh dari Balai Besar
Wilayah Sungai Bengawan Solo.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

3.3 Alat yang digunakan

3.3.1 Alat Survey

Alat survey yang digunakan adalah sebagai berikut


1. Kamera digital
2. Satu set alat ukur arus (current meter) yang ditampilkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Current Meter

3. Alat ukur lebar (meteran)


4. Alat ukur waktu (stop watch)
5. Alat ukur tinggi muka air jenis otomatik (AWLR)
6. 6 Botol sampel isi 500 ml
7. Sediment sampling jenis USDH yang ditampilkan pada Gambar 3.3.

Keterangan:
1. Nouzel
2. Lubang udara
3. Tongkat pemegang
4. Botol sampel
5. Pengunci/pengait botol sampel
6. Lubang penempatan tongkat pemegang
commit to user
Gambar 3.3. Sediment Sampling
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

3.3.2 Alat Pengujian Sampel

3.3.2.1 Konsentrasi Sedimen

Alat yang digunakan untuk mencari besarnya konsentrasi sedimen adalah sebagai
berikut:
1. Cawan aluminium
2. Neraca dengan ketelitian sekurang-kurangnya 0,01 gram
3. Oven listrik dengan pengatur suhu konstan sampai 110 oC
Gambar alat ditampilkan pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Alat Uji Konsentrasi Sedimen

3.3.2.2 Berat jenis sedimen

Alat yang digunakan adalah sebagai berikut:


1. Piknometer, yaitu botol gelas dengan leher sempit dan bertutup yang
berlubang kapiler, dengan kapasitas 50 cc atau lebih
2. Neraca dengan ketelitian sekurang-kurangnya 0,01 gram
3. Aquades
4. Termometer
5. Oven listrik dengan pengatur suhu konstan sampai 110 oC
Gambar alat ditampilkan pada Gambar 3.5.

commit to user
Gambar 3.5. Alat Uji Berat Jenis Butir Tanah
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

3.3.2.3 Hidrometer

Sampel sedimen yang digunakan telah dioven selama 24 jam pada suhu 110 oC.
Adapun alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Gelas ukur 1000 ml
2. Pelampung hidrometer
3. Aquades
4. Stopwatch
5. Termometer
6. Cairan sodium silikat
7. Corong
8. Kompor pemanas
Gambar alat ditampilkan pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6. Alat Uji Hidrometer (hydrometer analysis)

3.3.2.4 Saringan

Dalam pengujian saringan menggunakan bahan berupa sampel sedimen yang


merupakan bagian dari sampel sedimen pada analisis hidrometer yang tidak lolos
atau tertahan diatas saringan nomor 200 (diameter butirannya > 0,075 mm).
Adapun alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Satu set saringan ( no 4, 8, 16, 20, 40, 80, 100, 120, 200 )
2. Penggetar saringan/ vibrator
3. Neraca dengan ketelitian sekurang-kurangnya 0,01 gram
4. Sikat
5. Oven listrik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

6. Cawan alumunium
7. Sampel tanah yang digunakan pada analisis hidrometer
Gambar alat ditampilkan pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7. Alat Uji Saringan (sieve analysis)

3.4 Pengujian

3.4.1 Pengujian di Laboratorium

Pengujian sampel sedimen dilakukan di laboratorium Mekanika Tanah Jurusan


Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Analisis yang dilakukan
adalah sebagai berikut:

3.4.1.1 Konsentrasi Sedimen

Langkah-langkah untuk menentukan besarnya konsentrasi sedimen adalah:


1. Menyediakan sampel yang akan diuji, misal sampel S-1/6Q.
2. Membersihkan dan menimbang cawan kosong
3. Menentukan berapa volume air sampel yang akan diuji
4. Menuangkan sampel ke dalam cawan, lalu menimbang
5. Memasukkan cawan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 110o C.
6. Setelah 24 jam, mendinginkan cawan, lalu menimbang dalam gram
7. Mengulangi kegiatan 1 sampai 7 untuk mendapatkan nilai konsentrasi
sedimen rerata

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

3.4.1.2 Berat jenis sedimen

Langkah pengerjaan:
1. Membersihkan dan mengeringkan piknometer kosong lalu ditimbang
2. Mengambil sedikit contoh tanah yang telah kering oven dan telah didinginkan
dalam desikator serta telah terurai, kemudian masukkan dalam piknometer
kemudian ditutup dan ditimbang Mengisikan air destilasi ke dalam
piknometer kira-kira sebanyak 10 cc, sehingga tanah terendam seluruhnya
lalu dibiarkan terendam selama 24 jam.
3. Setelah itu, menambahkan aquades sampai penuh lalu ditutup dengan hati-
hati dan bagian luarnya dikeringkan dengan kain. Selanjutnya menimbang
piknometer berisi tanah dan air, lalu mengukur suhunya dengan thermometer.
4. Mengosongkan dan membersihkan piknometer lalu diisi penuh dengan air
destilasi dan ditutup dan keringkan bagian luarnya dengan kain, selanjutnya
menimbang dan mengukur suhunya dengan thermometer.
5. Dari setiap satu tabung sampel diambil 3 (tiga) contoh tanah yang
diperlakukan sama seperti langkah-langkah tersebut di atas untuk
mendapatkan nilai berat jenis rerata.

3.4.1.3 Hidrometer

Langkah pengerjaan:
1. Memberi aquades pada sampel tanah secukupnya dan memanaskan sampai
mendidih.
2. Mencampur sampel tanah dengan sodium silikat 10 ml dan diaduk hingga
merata.
3. Memasukkan campuran ke dalam gelas ukur dan menambahkan aquades
hingga volumenya menjadi 1000 ml dan mendiamkan selama 24 jam.
4. Setelah 24 jam mengocok sampel hingga homogen lalu memasukkan
pelampung hidrometer dan termometer, menghidupkan stopwatch dan
memulai pengukuran.
5. Mencatat hasil pengamatan dalam tabel terhadap pelampung hidrometer serta
mengamati suhu pada termometer dan waktu pengamatan pada menit ke-1, 2,
commit to user
5, 15, 30, 60, 240, dan 1440.
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

6. Penentuan menit ke-0 adalah pada saat tabung gelas ukur tegak lurus pada
meja kerja (saat mulainya proses pengendapan) sebelum pelampung
hidrometer masuk.
7. Mengulangi langkah 1 sampai 6 untuk sampel yang lain.

3.4.1.4 Saringan

Langkah pengerjaan:
1. Mencuci sampel tanah dari percobaan hidrometer dengan saringan no 200
sampai bersih.
2. Meletakkan Sampel tanah yang tertahan dalam saringan no 200 di cawan dan
dioven selama 24 jam pada suhu 110 oC.
3. Menimbang Sampel tanah kering yang telah dioven selama 24 jam bersama
cawannya.
4. Memasukkan sampel tanah ke dalam susunan saringan kemudian digetarkan
dengan alat penggetar.
5. Menimbang sampel tanah yang tertinggal pada setiap saringan.

3.4.2 Perhitungan Angkutan Sedimen

Dalam analisis ini dilakukan simulasi tentang kajian ruas sungai Bengawan Solo
dengan bantuan software HEC-RAS versi 4.1. Fungsi yang digunakan adalah
Ackers-White, Englund-Hansen, Laursen, Meyer-Peter Muller, Toffaleti dan
Yang, serta kecepatan endap dihitung dengan teori Van Rijn (1993).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

3.5 Tahapan Penelitian

Tahapan pada penelitian ini ditampilkan pada Gambar 3.8.

commit to user
Gambar 3.8. Diagram Alir Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel sedimen ditentukan berdasarkan debit total pada setiap


penampang. Debit total yang terjadi untuk Serenan = 67,04 m3/dt dan Jurug =
133,42 m3/dt, sehingga titik pengambilan sampel untuk setiap penampang dapat
dilihat pada Tabel 4.1. Data selengkapnya dapat dilihat di Lampiran B-1 dan B-2.

Tabel 4.1. Titik Pengambilan Sampel Sedimen

Qtotal Nama Qi Letak


No Lokasi Dari
(m3/dt) Sampel (m3/dt) (m)
1. S-1/6Q 11,17 10,82 Kanan sungai
2. SERENAN 67,04 S-3/6Q 33,52 22,75 As Pilar
3. S-5/6Q 55,87 9,79 As Pilar
4. J-1/6Q 22,24 11,8 Kanan sungai
5. JURUG 133,42 J-3/6Q 66,71 10,1 As Pilar
6. J-5/6Q 111,18 25,4 As Pilar

Debit total (Qtotal) dibagi menjadi beberapa pias (Qi) yaitu 1/6Q, 3/6Q, dan 5/6Q
kemudian dicari letak besaran debit tersebut dalam cross section pada Lampiran
B-1 dan B-2. Cross section sungai pada jembatan dipilih menghadap hilir sungai.

4.2 Analisis Butiran Sedimen

Pengujian sampel sedimen dilakukan di laboratorium Mekanika Tanah


Universitas Sebelas Maret Surakarta. Adapun analisis laboratorium yang akan di
uji meliputi analisis konsentrasi sedimen, berat jenis sedimen, analisis hidrometer
dan analisis saringan.

commit to user

29
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

4.2.1 Konsentrasi Sedimen

Besarnya konsentrasi sedimen untuk setiap titik lokasi pengambilan dapat dilihat
pada Tabel 4.2. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B-III.

Tabel 4.2. Konsentrasi Sedimen


Konsentrasi
Konsentrasi Sedimen
No Nama Sampel Sedimen Rerata
(mg/l) (mg/l)
1. S-1/6Q 600
2. S-3/6Q 600 622
3. S-5/6Q 667
4. J-1/6Q 572
5. J-3/6Q 667 657
6. J-5/6Q 733

4.2.2 Debit Sedimen Melayang

Berdasarkan Persamaan 2.6. dengan variabel nilai debit pengukuran tercantum


pada Tabel 4.1. Faktor k sebesar 0,0864 serta konsentrasi sedimen melayang (C)
tercantum pada Tabel 4.2 didapatkan besaran debit sedimen melayang (gs) yang
hasilnya tercantum pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Debit Sedimen Melayang Hasil Pengukuran


gs gs rerata
No Nama Sampel
(ton/hari) (ton/hari)
1. S-1/6Q 579,21
2. S-3/6Q 1737,64 1844,90
3. S-5/6Q 3217,86
4. J-1/6Q 1099,39
5. J-3/6Q 3842,53 3995,52
6. J-5/6Q 7044,64

4.2.3 Berat Jenis Sedimen

Besarnya berat jenis sedimen untuk setiap titik lokasi pengambilan dapat dilihat
pada Tabel 4.4. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B-IV.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.4. Berat Jenis Sedimen

No Nama Sampel Berat Jenis Berat Jenis Rerata


1. S-3/6Q 3,21
3,51
2. S-5/6Q 3,01
3. J-1/6Q 3,01
4. J-3/6Q 3,21 2,74
5. J-5/6Q 2,00

4.3 Analisis Hidrometer

Butiran sedimen melayang pada semua sampel sedimen merupakan butiran yang
lolos saringan 0,075 mm sehingga dilakukan pengujian menggunakan hidrometer.
Hasil pengujian hidrometer selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B-V – B-X.
Setelah analisis hidrometer, kemudian dicari ukuran butiran yang akan digunakan
dalam analisis angkutan sedimen yang disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Diameter Butiran Dalam Analisis Angkutan Sedimen

D90 D84 D50


Sampel
(mm) (mm) (mm)
S-1/6Q 0,108 0,1 0,061
S-3/6Q 0,108 0,099 0,060
S-5/6Q 0,108 0,098 0,059
J-1/6Q 0,111 0,103 0,069
J-3/6Q 0,11 0,102 0,067
J-5/6Q 0,11 0,102 0,067

Dari D50 terlihat bahwa ukuran butiran sedimen di Serenan berkisar antara 0,032 –
0,0625 sedangkan ukuran butiran sedimen di Jurug berkisar antara 0,0625 –
0,125. Menurut American Geophysical Union sedimen di Serenan termasuk
butiran Coarse Silt sedangkan untuk Jurug termasuk butiran Very Fine Sand.

4.4 Analisis Angkutan Sedimen

Analisis angkutan sedimen dilakukan dengan menggunakan alat bantu software


HEC-RAS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

4.4.1 Analisis Steady Flow

Data yang diperlukan dalam analisis steady flow berupa data geometri long profile
dari jembatan Serenan sampai jembatan Jurug serta cross section di ruas sungai
tersebut sebanyak 7 buah dengan STA awal (6) merupakan letak jembatan
Serenan sedangkan STA akhir (0) merupakan letak jembatan Jurug. Koefisien
manning yang digunakan adalah 0,08 sesuai dengan Tabel 2.1. pada row C-I-2.
Data debit digunakan data debit pengukuran aktual yaitu di jembatan Serenan
sebesar 67,04 m3/s dan di jembatan Jurug sebesar 133,42 m3/s. Batas hulu
menggunakan tinggi muka air yang telah diketahui sebesar 1,61 m sedangkan
pada batas hilir menggunakan critical depth.
Selanjutnya hasil analisis steady flow ditampilkan dalam Tabel 4.6. dan dapat
dilihat profil dari ruas sungai Bengawan Solo seperti yang ditampilkan pada
Gambar 4.1.

SERENAN-JURUG Plan: Plan 03 01/03/2013


Bengawan Solo 3
88 Legend

EG PF 1
86 WS PF 1
Crit PF 1
Ground
84

82
Elevation (m)

80

78

76

74

72
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000
Main Channel Distance (m)

Gambar 4.1. Profil Ruas Sungai Bengawan Solo Output HEC-RAS

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.6. Hasil Output Analisis Steady Flow HEC-RAS


S

Lebar Atas Saluran


El. Energi Gradien

Kecepatan Aliran
T

Luas Tampang

Angka Froude
A

El. Critical
El. Normal
Muka Air

Muka Air

Muka Air
El. Min

Basah
S
Q Slope
u
n
g
ai
(m3/s) (m) (m) (m) (m) (m/s) (m2) (m)
6 67,04 84,15 86,06 85,12 86,10 0,0043 0,93 71,94 58,83 0,27
5 67,04 81,23 83,80 82,22 83,82 0,00062 0,47 141,38 73,50 0,11
4 67,04 78,14 81,70 79,07 81,71 0,00022 0,34 198,04 78,16 0,07
3 67,04 78,50 81,12 79,11 81,13 0,00030 0,36 189,48 94,94 0,08
2 67,04 77,66 80,71 78,43 80,72 0,00034 0,40 169,21 73,92 0,08
1 67,04 72,94 80,40 74,29 80,40 0,000055 0,27 256,62 59,60 0,04
0 133,4 77,40 79,07 79,07 79,55 0,0640 3,09 43,11 44,37 1,00

4.4.2 Analisis Debit Angkutan Sedimen

Data yang diperlukan dalam analisis debit angkutan sedimen adalah data hasil
analisis steady flow, data analisis butiran sedimen dari analisis hidrometer, berat
jenis butiran sedimen rerata sebesar 3,12, suhu air sebesar 270 C, kecepatan jatuh
menggunakan Van Rijn dan data geometri sungai.

Pada perhitungan debit sedimen diasumsikan dibagi menjadi 2 kondisi


perhitungan yaitu:

1. Kondisi perhitungan pertama dilakukan perhitungan dari stasiun 6 sampai 3


dengan data ukuran butiran dari Serenan dan ukuran butiran diluar rumus
diperhitungkan.
2. Kondisi perhitungan kedua dilakukan perhitungan dari stasiun 2 sampai 0
dengan data ukuran butiran dari Jurug dan ukuran butiran diluar rumus tidak
diperhitungkan.

Sebelum dilakukan perhitungan dilakukan konversi satuan dari sistem SI ke


sistem US.

Pada Tabel 4.7. dapat dilihat hasil analisis debit angkutan sedimen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.7. Hasil Analisis Debit Angkutan Sedimen Output HEC-RAS

STA Debit Sedimen


Profil Metode
Sungai (tons/hari)

Ackers-White 3,319 x 1027


Engelund-Hansen 2685000
6 PF 1 Laursen (Copeland) 1619000000
MPM 1921
Toffaleti 662900
Yang 1,111x1011
Ackers-White 331600000
Engelund-Hansen 0
0 PF 1 Laursen (Copeland) 8929000
MPM 0
Toffaleti 9767
Yang 28980000

4.5 Pembahasan

Dari hasil output analisis debit angkutan sedimen diambil angka yang paling
mendekati dengan hasil perhitungan di Tabel 4.3. pada gs rerata yaitu untuk
Serenan menggunakan metode MPM dan Jurug menggunakan metode Toffaleti.
Perbandingan hasil debit angkutan sedimen perhitungan dengan pengukuran debit
angkutan sedimen dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Hasil Perbandingan Debit Sedimen Perhitungan Dengan Pengukuran


Debit Angkutan Sedimen
Lokasi Perbedaan
(ton/hari)
pengukuran %
Perhitungan Pengukuran
Serenan 1921 1844,90 4,12
Jurug 9767 3995,52 144,45

Data pengukuran debit angkutan sedimen pada Serenan dibandingkan dengan


angkutan sedimen menggunakan metode MPM dan pengukuran debit angkutan
sedimen pada Jurug dibandingkan dengan angkutan sedimen menggunakan
metode Toffaleti karena kemiripan data. Terlihat bahwa untuk Serenan terjadi
perbedaan data sebesar 4,12 % dan untuk Jurug terjadi perbedaan data sebesar
144,45 %. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

Terjadinya perbedaan yang signifikan antara perhitungan dan pengukuran debit


angkutan sedimen di Jurug dikarenakan karena kesalahan dalam pengujian sampel
sedimen di laboratorium.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik beberapa


kesimpulan yaitu:
1. Sedimen melayang yang ada pada sungai Bengawan Solo yaitu pada Serenan
mempunyai kelas ukuran Coarse Silt dengan range butiran 0,032 – 0,0625
sedangkan pada Jurug mempunyai kelas ukuran Very Fine Sand dengan
range butiran 0,0625 – 0,125.
2. Metode Meyer Peter Muller mampu untuk digunakan dalam memperkirakan
besarnya debit angkutan sedimen pada sungai Bengawan Solo tepatnya pada
Serenan sedangkan pada Jurug belum ada metode yang dapat digunakan
untuk memperkirakan besarnya debit angkutan sedimen. Pada metode Meyer
Peter Muller terjadi tingkat kesalahan 4,12 %.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diberikan saran
yang bertujuan untuk mengembangkan penelitian ini lebih lanjut. Adapun saran-
saran untuk penelitian selanjutnya antara lain:

1. Perlu sampel sedimen yang cukup banyak untuk menghindari adanya


kesalahan pengujian di laboratorium.
2. Perlu memperhitungkan sedimen dasar supaya mendapatkan diameter butiran
yang lebih besar untuk perhitungan besarnya debit angkutan sedimen dasar.
3. Pengukuran sedimen perlu dilakukan secara berkala, supaya dapat
memberikan hasil analisis yang lebih akurat.

commit to user

36

Вам также может понравиться