Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstract
The theoritical analysis is inspired by the labor riot occurred in Drydocks World Graha
Shipyards Company in Batam April 22, 2010. This case has reminded us to consider the
importance of diversity management for business organization. Such organization has
a reality of cultural diversity in its employees and usually it is a multinational company.
Such company has grown and expanded in accordance with the development of the
global economic order.The reality of cultural diversity actually can be positive forces
to sustain the dynamics of the organization, but if not properly managed it can make
the negative impact of disadvantageous communication climate. It can enrich the
communication climate practices of racism and discrimination. The goal of diversity
management is to maximize the positive forces of cultural diversity and to minimize its
negative impacts. Management of diversity is itself a way of managing an organization
that requires the multicultural paradigm. Inter-group conflict management is an integral
part of the management of diversity. At the group level, it is necessary to understand the
factors of inter-group conflict . When the conflict as the adverse effect of cultural diversity
occurs, that is needed is a constructive management. Parties who have a burden of
adaptation should be accommodative to other parties. Accomodation is conducted in
the way of viewing the conflict, attitudes, and management style. It is also needs to be
developed a communication climate that may reduce the prejudices which is the source
of the practices of racism and discrimination.
sering mendapatkan makian dari pihak tertentu. Bias dalam konteks sikap ini
manajemen jika mereka salah dalam dapat memunculkan bias perilaku, yaitu
bekerja. menilai orang lain berdasarkan pada
Di tingkat kelompok, ada tiga faktor, identitas kelompok orang itu.
yaitu perbedaan budaya; etnosentrisme, Prasangka dan diskriminasi
dan konflik antarkelompok. Faktor bersumber pada faktor-faktor intra
pertama berbicara tentang perbedaan pribadi, faktor-faktor antar pribadi,
budaya, artinya persoalan ini lebih dan faktor-faktor penguatan sosial.
banyak melibatkan kelompok, ketimbang Sementara itu, stereotyping adalah
individu. Sebagai contoh adalah masalah suatu proses kognitif dan perseptual.
yang terjadi di level individu, seperti yang Dalam kerangka ini, karakter individu
terjadi di PT Drydocks World Graha dianggap berdasar pada keanggotaan
dapat menggalang solidaritas kelompok mereka dalam kelompok. Oleh karena
dan akhirnya yang muncul adalah konflik itu stereotyping dapat pula memiliki
antarkelompok. Etnosentrisme juga perlu pengertian sebagai proses yang dilalui
dicermati di tingkat kelompok. Hal ini individu, sehingga ia dapat dipandang
seperti definisi dari etnosentrisme, yaitu sebagai anggota kelompok. Stereotyping
kecenderungan untuk memandang orang juga memuat informasi tentang kelompok
lain (outgroup) secara tidak sadar dengan asal individu yang telah tersimpan dalam
menggunakan nilai/norma kelompok benak seseorang.
dan kebiasaan diri sendiri (ingroup) Di level kelompok, faktor-faktor
sebagai kriteria penilaian. Sementara kelompok dan konflik antarkelompok
itu, empat faktor konteks organisasional berpengaruh terhadap organisasi
adalah budaya organisasi dan proses karena dapat memberikan sistem norma
akulturasi; integrasi struktural; integrasi alternatif untuk memandu perilaku
informal dan bias institusional. individu. Oleh karena itu diperlukan
Kerangka berpikir yang mendasari pengetahuan tentang perbedaan budaya
pemahaman di masing-masing antarkelompok guna memahami
kelompok itu adalah sebagai berikut, diversitas kultural dalam organisasi.
identitas pribadi yang ada dalam Demikian pula dengan etnosentrisme.
tataran individu ada kaitannya dengan Etnosentrisme didefinisikan sebagai
identitas kelompok. Hal ini karena suatu kecenderungan untuk memandang
identitas kelompok merupakan bentuk para anggota kelompok sendiri sebagai
afiliasi seorang individu dengan pusatnya. Dalam menginterpretasikan
individu lainnya. Mereka secara kelompok sosial lain (outgroup), akan
kolektif menggunakan benda-benda bertolak dari perspektif pusat. Artinya
atau simbol-simbol tertentu. Identitas bahwa keyakinan, perilaku, dan nilai-
ini menentukan perilaku individu. Di nilai kelompok sendiri lebih positif
tingkat individu, dapat terjadi prasangka daripada outgroup.
yang dalam bentuk sikap yang bias. Ada
Dalam pada itu, konflik antar-
kecenderungan individu untuk menilai
kelompok memiliki dua gambaran
individu lain berdasar karakteristik
selalu membela kepentingan para buruh. mindful bukan automatic pilot. Agar
Bentuk konkritnya, pengelolaan mencapai kondisi ini maka perlu
konflik antar kelompok dapat dilakukan diarahkan untuk menjadi konstruktif
melalui pertama, kontak antar kelompok. tanpa syarat. Konstruksi tanpa
Kontak yang baik, yang antara lain syarat dilakukan dengan rasionalitas,
dicirikan oleh keharmonisan, status pemahaman, komunikasi, reliabilitas,
setara, dan keintiman. Hal ini akan nonkoersif, dan penerimaan (Fisher
membawa pada penurunan prasangka, & Brown dalam Gudykunst & Kim,
sehingga dapat mengurangi permusuhan 1997:289).
antarkelompok. Ketiga, menciptakan iklim
Kedua, manajemen konstruktif. komunikasi yang mendukung. Ciri iklim
Tujuan manajemen ini adalah untuk komunikasi yang mendukung adalah
mencapai persetujuan dan meningkatkan deskriptif (tidak evaluatif), mengambil
hubungan. Menurut Johnson dan Johnson orientasi masalah, spontanitas (tidak
(Gudykunst & Kim, 1997:288) penekanan strategik), empati, kesetaraan, dan
dalam manajemen konstruktif adalah kesementaraan. Ada tiga pilihan untuk
pada proses dan juga keluarannya. Proses negosiasi solusi (Hocker dan Wilmot
dalam manajemen konstruktif adalah dalam Gudykunst dan Kim, 1997:296),
sebagai berikut, konflik didefinisikan yaitu mencoba untuk merubah pihak lain,
sebagai masalah bersama, dan sebagai mencoba untuk memilah kondisi yang
situasi menang-menang yang akan mendasari konflik, dan pilihan terakhir
dicapai dua pihak. adalah dengan merubah orientasi diri
sendiri. Sebagai contoh adalah dengan
Dua pihak perlu memandang
melakukan listening bukan hearing.
setara satu sama lain, dengan posisi
yang dipandang serius, dinilai, dan Menurut Roach dan Wyatt
dihormati. Para partisipan dalam (Gudykunst & Kim, 1997:297), listening
manajemen ini juga perlu menggunakan merupakan aktivitas bertujuan (tidak
ketrampilan komuniksi efektif natural dan pasif), yaitu mendengarkan
dengan mengungkapkan asumsi dan dengan mengambil informasi baru dan
perspektifnya untuk mencapai solusi memeriksanya berlawanan dengan hal-
yang memuaskan, sementara itu keluaran hal yang sudah diketahui, memilah ide-
yang perlu diperhatikan adalah para ide penting, mencari atau menciptakan
partisipan memahami dan berpikir bahwa kategori guna menyimpan informasi,
mereka memiliki pengaruh satu sama dan memperediksikan sesuatu yang
lain. Selain itu juga sepakat pada solusi, akan terjadi untuk mempersiapkannya.
puas dengan keputusan, merasa diterima Sementara itu hearing adalah aktivitas
pihak lain, serta dapat meningkatkan yang natural, proses yang otomatis. Oleh
kecakapan untuk mengelola konflik yang karena itu, pihak manajemen diharapkan
mendatang. mau mendengarkan aspirasi para buruh
terutama yang terkait dengan masalah
Komunikasi dalam pengelolaan
distribusi. Artinya bahwa diperlukan
konstruktif harus dilakukan dengan
pembenahan dalam alokasi sumberdaya,