Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
꧋ ꦥꦿꦱꦠ
ꦼ ꦾ ꦲꦸꦭꦃꦱꦏ꧀ꦠꦶꦧꦏ꧀ꦠꦶ ꦥꦿꦗ꧉
Jawa Tengah atau Jateng adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian
tengah Pulau Jawa. Ibu kotanya adalah Semarang. Provinsi ini berbatasan dengan
Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di
sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas wilayahnya
32.548 km², atau sekitar 28,94% dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga
meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat),
serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa. Jawa Tengah dikenal sebagai "jantung" budaya
Jawa.
Jumlah penduduk Provinsi Jawa
Tengah berdasarkan sensus 2015 adalah
35.557.249 jiwa. Kabupaten/kota dengan
jumlah penduduk terbesar adalah Kabupaten
Brebes (2,342 juta jiwa), Kabupaten
Cilacap (2,227 juta jiwa), dan Kabupaten
Banyumas (1,953 juta jiwa).
Mayoritas penduduk Jawa Tengah
adalah Suku Jawa. Jawa Tengah dikenal
sebagai pusat budaya Jawa, di mana di
kota Surakarta danYogyakarta terdapat pusat
istana kerajaan Jawa yang masih berdiri hingga kini.
Meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi, umumnya sebagian besar
menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Jawa Dialek Solo-Jogja atau
Mataram dianggap sebagai Bahasa Jawa Standar.
Di samping itu terdapat sejumlah dialek Bahasa Jawa; namun secara umum terdiri dari
dua, yakni kulonan dan timuran. Kulonan dituturkan di bagian barat Jawa Tengah, terdiri atas
Dialek Banyumasan dan Dialek Tegal; dialek ini memiliki pengucapan yang cukup berbeda
denganBahasa Jawa Standar. Sedang Timuran dituturkan di bagian timur Jawa Tengah, di
antaranya terdiri atas Dialek Mataram (Solo-Jogja), Dialek Semarang, dan Dialek Pati. Di
antara perbatasan kedua dialek tersebut, dituturkan Bahasa Jawa dengan campuran kedua
dialek; daerah tersebut di antaranya adalah Pekalongan dan Kedu.
PERMASALAHAN DI JAWA TENGAH
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Tengah
memetakan sembilan masalah yang perlu segera diatasi tahun ini sesuai dengan usulan dalam
Musyawarah Rencana Pembangunan Wilayah (Musrenbangwil). Kepala Bappeda Provinsi
Jateng Urip Sihabuddin menyampaikan, sembilan masalah yang telah dipetakan adalah belum
berdaulatnya pangan terutama untuk komoditas kedelai, rendahnya kualitas produk garam,
masih adanya masyarakat yang belum terlayani energi listrik, tingginya angka kemiskinan dan
pengangguran.
Selanjutnya adalah rendahnya derajat kesehatan masyarakat, kinerja penyelenggaraan
pendidikan yang belum memuaskan, belum bersaingnya industri pariwisata, masih banyaknya
asset idle, dan infrastruktur yang tidak sepenuhnya didukung oleh sektor lain. Dari kesembilan
peta itu, empat di antaranya menjadi prioritas utama untuk ditangani. Yakni, ketahanan pangan,
ketahanan energi, penanggulangan kemiskinan dan masalah pengangguran.
WAYANG KULIT
Kesenian wayang dalam bentuknya yang asli
timbul sebelum kebudayaan Hindu masuk di
Indonesia dan mulai berkembang pada jaman
Hindu Jawa. Pertunjukan Kesenian wayang
adalah merupakan sisa-sisa upacara keagamaan
orang Jawa yaitu sisa-sisa dari kepercayaan
animisme dan dynamisme. Menurut Kitab
Centini, tentang asal-usul wayang Purwa
disebutkan bahwa kesenian wayang, mula-mula
sekali diciptakan oleh Raja Jayabaya dari Kerajaan Mamenang / Kediri. Sekitar abad ke-
10 Raja Jayabaya berusaha menciptakan gambaran dari roh leluhurnya dan digoreskan di
atas daun lontar. Bentuk gambaran wayang tersebut ditiru dari gambaran relief cerita
Ramayana pada Candi Penataran di Blitar. Cerita Ramayana sangat menarik perhatiannya
karena Jayabaya termasuk penyembah Dewa Wisnu yang setia, bahkan oleh masyarakat
dianggap sebagai penjelmaan atau titisan Batara Wisnu. Figur tokoh yang digambarkan
untuk pertama kali adalah Batara Guru atau Sang Hyang Jagadnata yaitu perwujudan dari
Dewa Wisnu.
TARIAN JAWA
Tarian merupakan bagian yang menyertai
perkembangan pusat baru ini. Ternyata pada
masa kerajaan dulu tari mencapai tingkat
estetis yang tinggi. Jika dalam lingkungan
rakyat tarian bersifat spontan dan sederhana,
maka dalam lingkungan istana tarian
mempunyai standar, rumit, halus, dan
simbolis. Jika ditinjau dari aspek gerak, maka
pengaruh tari India yang terdapat pada tari-
tarian istana Jawa terletak pada posisi tangan, dan di Bali ditambah dengan gerak mata.
Tarian yang terkenal ciptaan para raja, khususnya di Jawa, adalah bentuk teater tari seperti
wayang wong dan bedhaya ketawang. Dua tarian ini merupakan pusaka raja Jawa.
Bedhaya Ketawang adalah tarian yang dicipta oleh raja Mataram ketiga, Sultan Agung
(1613-1646) dengan berlatarbelakang mitos percintaan antara raja Mataram pertama
(Panembahan Senopati) dengan Kangjeng Ratu Kidul (penguasa laut selatan/Samudra
Indonesia) (Soedarsono, 1990). Tarian ini ditampilkan oleh sembilan penari wanita.