Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Epidemiologi
Osteoartritis (OA) lutut adalah penyakit sendi yang paling umum
terjadi dengan prevalensi yang tinggi, baik terbukti secara radiografi
maupun simtomatik. Sekitar 27 juta orang di Amerika Serikat dan 8,5 juta
orang di Inggris didiagnosis osteoartritis berdasarkan gambaran klinis dan
radiografinya. Prevalensi OA meningkat seiring bertambahnya usia,
didapatkan 13,9% pada orang dewasa dengan usia 25 tahun, sementara
didapatkan 33,6% pada orang dengan usia lebih dari 65 tahun (Neogi,
2013)
Prevalensi osteoartritis lutut pada wanita lebih tinggi daripada laki-
laki yaitu 11,4% berbanding 6,8%. Perbedaan jenis kelamin baru-baru ini
terbukti bahwa wanita memang lebih lazim untuk terjadinya osteoartritis
lutut. Dalam suatu meta-analisis juga dilaporkann bahwa wanita
cenderung mempunyai tingkat keparahan lebih tinggi yang terbukti secara
radiografi dibandingkan dengan pria, dan semakin tinggi lagi saat usia
5
6
2.1.4 Etiopatogenesis
Osteroartritis dibedakan menjadi duaberdasarkan patogenesisinya,
yaitu OA primer dan OA sekunder. OA primer disebut juga OA idiopatik
yaitu OA yang kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya
dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. OA
sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya kelainan endokrin,
inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta
8
biasanya terdapat kekakuan pagi yang ringan, keterbatasan fungsi dan satu
atau lebih temuan khas (krepitus, keterbatasan gerak, dan perbesaran
tulang). Biasanya, terlihat pasien memegang lututnya, yang menandakan
adanya nyeri yang dalam pada sendi atau tulangnya (Alshami, 2014).
Pada pemeriksaan fisik, temuan khas osteoartritis lutut yaitu
krepitus, nyeri atau keterbatasan saat bergerak, perbesaran tulang, dan
efusi pada sendi. Gambaran lain dapat berupa deformitas (fleksi tetap atau
varus – valgus jarang terjadi), ketidakstabilan, periarticular yang lunak dan
nyeri pada penekanan patellofemoral. Gerakan fisiologi dari tibiofemoral,
kemungkinan sendi patellofemoral, dapat memicu nyeri dan keterbatasan
gerak. Defisit sensorimotor dan perubahan kontrol neuromuskuler juga
dapat terjadi pada pasien osteoartritis lutut. Hambatan gerakan pada otot
quadriceps dapat terjadi akibat berkurangnya kemampuan otot untuk
berkontraksi karena nyeri dan pembengkakan yang ada (Alshami, 2014).
2.1.6 Diagnosis
Deteksi dini dan perbaikan faktor risiko pada pasien osteoartritis
sangatlah penting. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan riwayat
penyakit, gambaran klinis dari pemeriksaan fisik dan hasil dari
pemeriksaan radiologi. Berikut adalah klasifikasi diagnosis berdasarkan
kriteria American College of Rheumatology (ACR) pada tabel 1 (Heidari,
2011).
Namun pada sejumlah pasien, terutama pada pasien dengan
gambaran klinis yang dicurigai, konfirmasi penegakan diagnosis OA
diperlukan pemeriksaan radiografi atau MRI. Informasi mengenai
gambaran klinis dan faktor risiko seperti usia, jenis kelamin, indeks massa
tubuh, tidak adanya nyeri pada keseluruhan kaki, onsetnya akibat cidera,
kesulitan menuruni tangga, efusi teraba, deformitas flexi tetap (varus),
keterbatasan gerakan fleksi, dan krepitasi sangat membantu dan mampu
memprediksi perkembangannya berdasarkan temuan radiografi dengan
tingkat sensitivitas 94% dan spesifisitas 93% (Heidari, 2011).
13
(nyeri lutut persisten, kaku pagi dan penurunan fungsi) dan semua 3 tanda
khas (krepitasi, keterbatasan gerak, dan pembesaran tulang) maka
diagnosis osteoartritis lutut 99% dapat ditegakkan (Heidari, 2011).
2.1.8 Terapi
Hingga saat ini, tidak ada terapi kuratif untuk tatalaksana
osteoartritis dan pengobatannya kebanyakan ditujukan untuk mengatasi
rasa nyeri dan keterbatasan gerak. Tatalaksana yang optimal untuk pasien
osteoartritis memerlukan modalitas terapi non-farmakologis dan terapi
farmakologis. Berdasarkan data yang ada, tidak ada perbedaan yang
signifikan secara statistik antara terapi non-farmakologis dan terapi
farmakologis (Heidari, 2011).
Faktor resiko
Nyeri
Penurunan kualitas
hidup
25