Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PAJAK INTERNASIONAL
Pajak adalah sebuah setoran wajib yang diberikan oleh wajib pajak dalam atau luar
negeri kepada pemerintah yang bersifat memaksa dan tidak dapat mendapatkan imbalannya
secara langsung. Di dunia ini maupun di negara manapun pasti terdapat pajak. Karena pajak
sendiri merupakan salah satu pemasukan kas negara. Jika tidak ada pajak maka sebuah negara
kemungkinan besar atau bahkan sudah pasti mengalami krisis yang berkelanjutan. Tanpa
disadari seorang yang bukan wajib pajak pun seperti anak kecil secara tidak langsung
membayar pajak contoh ketika anak kecil tersebut membeli sebuah snack di toko swalayan
maka secara tidak langsung pada saat membayar barang tersebut dia sudah membayar pajak
Namun bagaimana dengan dengan kegiatan perpajakan antar negara. Apakah tidak
ada pajak? Bagaimana perlakuannnya? Apakah bisa terjadi yang pajak berganda? bukannya
kedua negara atau lebih tersebut memiliki ketentuan pajak masing – masing? Maka dari itu di
dalam makalah ini akan kami bahas sedikit tentang perpajakan internasional. Seperti
Pajak internasional adalah hukum pajak nasional yang terdiri atas kaedah, baik berupa
kaedah-kaedah nasioal maupun kaedah yang berasal dari traktat antarnegara dan dari prinsip
yang telah diterima baik oleh Negara-negara di dunia, untuk mengatur soal-soal perpajakan
dan dapat ditunjukkan adanya unsur-unsur asing, baik mengenai subjek maupun mengenai
objeknya.
sendiri atau yang disebut dengan yurisdiksi nasional, yang masing-masing peraturan
Pajak Internasional
2 Rizqullah Ihsan Priambodo
perundang-undangan dimaksud memiliki landasan dan filosofi hukum yang berbeda dengan
negara-negara lainnya.
Dalam rangka melakukan investasi di Negara lain maupun dalam rangka suatu Negara
menerima investasi dari Negara lain pasti akan terjadi beberapa konflik kepentingan. Sebagai
kemampuan ekonomis atau juga disebut world wide income. Artinya peraturan perundang-
bagaimana penghasilan tersebut diterima atau diperoleh, dan dalam bentuk apa penghasilan
tersebut.
Semua adalah objek pajak penghasilan yang harus dikenakan Pajak Penghasilan bagi
Wajib Pajak Indonesia, baik Wajib Pajak orang pribadi, badan, maupun Bentuk Usaha Tetap.
Sehingga ada kemungkinan terjadi benturan (konflik) dalam pengenaan pajak dengan Negara
lainyang menganut asas pemajakan berbeda dengan Indonesia, nisalnya Negara yang
timbulnya konflik tersebut, maka ada beberapa metode yang biasa dilakukan, di antaranya:
ii. Traktat yang bersifat bilateral, yakni perjanjian yang menyangkut dua Negara.
Pajak Internasional
3 Rizqullah Ihsan Priambodo
Cara ini ditempuh oleh Negara secara sepihak melauli yurisdiksi nasionalnya,
Pasal 24 Undang-Undang Pajak Penghasilan tentang kredit pajak luar negeri. Tata
ii. Kredit terbatas, yakni tata cara pengkreditan pajak yang dibayar di luar negeri
menurut jumlah yang paling rendah antara yang dibayar di luar negeri dengan
c. Metode Pembebasan
Metode ini adalah dengan cara memberikan kebebasan terhadap penghasilan yang
diterima atau diperoleh dari luar negeri. Ada dua cara pembebasan yang dapat
ditempuh, yaitu:
atau diperoleh dari Negara sumber. Artinya penghasilan dari Negara sumber
tidak dimasukkan dalam perhitungan pajak Negara domisili. Metode ini juga
ii. Cara pembebasan penghitungan pajak yang terutang hanya atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh di dalam negeri, tetapi menerapkan tarif rata-rata
atas seluruh penghasilan, baik dari dalam negeri atau dari luar negeri, atau
Pajak Internasional
4 Rizqullah Ihsan Priambodo
a. Active income
b. Passive income
c. Pekerjaan bebas
d. Penghasilan lain
Agar negara dapat mengenakan pajak kepada warganya atau kepada orang pribadi atau
badan lain yang bukan warganya, tetapi mempunyai keterkaitan dengan negara tersebut, tentu
saja harus ada ketentuan-ketentuan yang mengaturnya. Sebagai contoh di Indonesia, secara
tegas dinyatakan dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 bahwa segala pajak
untuk keuangan negara ditetapkan berdasarkan undang-undang. Untuk dapat menyusun suatu
Terdapat beberapa asas yang dapat dipakai oleh negara sebagai asas dalam
penghasilan. Asas utama yang paling sering digunakan oleh negara sebagai landasan untuk
Berdasarkan asas ini negara akan mengenakan pajak atas suatu penghasilan
yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan, apabila untuk kepentingan
negara itu atau apabila badan yang bersangkutan berkedudukan di negara itu. Dalam
kaitan ini, tidak dipersoalkan dari mana penghasilan yang akan dikenakan pajak itu
berasal. Itulah sebabnya bagi negara yang menganut asas ini, dalam sistem pengenaan
Pajak Internasional
5 Rizqullah Ihsan Priambodo
dengan konsep pengenaan pajak atas penghasilan baik yang diperoleh di negara itu
2. Asas sumber,
Negara yang menganut asas sumber akan mengenakan pajak atas suatu
penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan hanya apabila
penghasilan yang akan dikenakan pajak itu diperoleh atau diterima oleh orang pribadi
atau badan yang bersangkutan dari sumber-sumber yang berada di negara itu. Dalam
asas ini, tidak menjadi persoalan mengenai siapa dan apa status dari orang atau badan
pajak adalah objek pajak yang timbul atau berasal dari negara itu. Contoh: Tenaga
kerja asing bekerja di Indonesia maka dari penghasilan yang didapat di Indonesia
3. Asas kebangsaan atau asas nasionalitas atau disebut juga asas kewarganegaraan
(nationality/citizenship principle).
Dalam asas ini, yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah status
asas ini, tidaklah menjadi persoalan dari mana penghasilan yang akan dikenakan pajak
berasal. Seperti halnya dalam asas domisili, sistem pengenaan pajak berdasarkan asas
dan asas nasionalitas atau kewarganegaraan di satu pihak, dengan asas sumber di
pihak lainnya. Pertama, pada kedua asas yang disebut pertama, kriteria yang
Pajak Internasional
6 Rizqullah Ihsan Priambodo
dijadikan landasan kewenangan negara untuk mengenakan pajak adalah status subjek
yang akan dikenakan pajak, yaitu apakah yang bersangkutan berstatus sebagai
penduduk atau berdomisili (dalam asas domisili) atau berstatus sebagai warga negara
(dalam asas nasionalitas). Di sini, asal muasal penghasilan yang menjadi objek pajak
tidaklah begitu penting. Sementara itu, pada asas sumber, yang menjadi landasannya
adalah status objeknya, yaitu apakah objek yang akan dikenakan pajak bersumber dari
negara itu atau tidak. Status dari orang atau badan yang memperoleh atau menerima
penghasilan tidak begitu penting. Kedua, pada kedua asas yang disebut pertama, pajak
income), sedangkan pada asas sumber, penghasilan yang dapat dikenakan pajak hanya
Kebanyakan negara, tidak hanya mengadopsi salah satu asas saja, tetapi mengadopsi
lebih dari satu asas, bisa gabungan asas domisili dengan asas sumber, gabungan asas
nasionalitas dengan asas sumber, bahkan bisa gabungan ketiganya sekaligus. Indonesia, dari
terakhir telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994, khususnya yang
mengatur mengenai subjek pajak dan objek pajak, dapat disimpulkan bahwa Indonesia
menganut asas domisili dan asas sumber sekaligus dalam sistem perpajakannya. Indonesia
juga menganut asas kewarganegaraan yang parsial, yaitu khusus dalam ketentuan yang
menggunakan asas domisili, di mana berdasarkan asas ini seorang penduduk Jepang
Pajak Internasional
7 Rizqullah Ihsan Priambodo
baik yang diperoleh di Jepang maupun di luar Jepang. Sementara itu, untuk yang bukan
penduduk (non-resident) Jepang, dan badan-badan usaha luar negeri berkewajiban untuk
membayar pajak penghasilan atas setiap penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber di
Jepang.
Australia, untuk semua badan usaha milik negara maupun swasta yang berkedudukan
di Australia, dikenakan pajak atas seluruh penghasilan yang diperoleh dari seluruh sumber
penghasilan. Semen¬tara itu, untuk badan usaha luar negeri, hanya dikenakan pajak atas
Sama halnya dengan Orang Pribadi (OP), Badan juga dapat dibedakan menjadi Badan
SPDN maupun Subjek Pajak Luar Negeri (SPLN). Penentuan status residensi badan ini juga
menjadi masalah karena terkait dengan bentuk usaha, status hukum serta perlakuan atas kasus
dual residensi. Oleh karena itu, Undang – Undang Pajak (UU Pajak) juga mengatur mengenai
Untuk menjelaskan hal – hal tersebut, maka pada bagian ini akan menjelaskan mengenai
konsep resident untuk Wajib Pajak Badan. Perbandingan dengan perlakuan negara lain akan
melakukan kegiatan usaha dan memperoleh penghasilan.1 Dari satu sudut pandang,
ada anggapan bahwa perusahaan sebagai sebuah entitas yang terpisah dengan pemilik
yang di istilahkan dengan ‘business entity concept’. Dari sisi ini, entitas dianggap
Pajak Internasional
8 Rizqullah Ihsan Priambodo
bertangung jawab kepada pemilik. Akan tetapi, apabila dilihat dari sisi lain, pemilik
tidak langsung. Kontrol ini secara umum dilaksanakan dan pastinya akan
dengan berbagai bentuk hukumnya sangat mudah dan cepat disamping juga mudah
untuk membubarkannya. Selain itu, tidak ada batasan jumlah badan yang bisa dibuat
oleh perusahaan. Oleh karena itu, badan bisa dianalogikan sebagai entitas ‘semu’
B. Bentuk
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan
bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.”2
Dari definisi ini bisa diartikan bahwa UU kita menganggap bahwa sekumpulan
orang ataupun sekumpulan modal sebagai sebuah badan. Badan disini bisa bertujuan
untuk melakukan kegiatan usaha maupun tidak. Selain itu definisi ini mencakup
banyak sekali bentuk kumpulan baik nirlaba maupun tidak yang dikategorikan sebagai
Pajak Internasional
9 Rizqullah Ihsan Priambodo
badan. Pencantuman lembaga dan ‘bentuk badan lainnya’ akan mencakup banyak
C. Status Hukum
maka bisa jadi badan tersebut berbentuk badan hukum ataupun tidak. Tidak ada
D. Kriteria Resident
dari apakah badan tersebut didirikan berdasarkan hukum negara tersebut. Akan tetapi
terdapat juga ketentuan khusus dari beberapa negara yang menganggap bahwa
walaupun badan tidak didirikan berdasarkan hukum negara tersebut, tetapi tetap bisa
yaitu yang pertama adalah apakah badan itu didirikan di Indonesia sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Yang kedua adalah apakah badan tersebut
Pajak Internasional
10 Rizqullah Ihsan Priambodo
keuangan di Indonesia
melakukan pengendalian
Pajak Internasional
11 Rizqullah Ihsan Priambodo
China;
Pajak Internasional
12 Rizqullah Ihsan Priambodo
ii. Assosiasi
i. Partnership
untuk memilih bentuk usaha (‘check the box’) apakah persekutuan atau
Pajak Internasional
13 Rizqullah Ihsan Priambodo
tidak memilih, maka apabila jumlah anggota lebih dari satu, maka
sebagai resident.
E. Dual Residence
Resident ganda bisa juga terjadi terhadap badan karena perbedaan penentuan
tempat manajemen efektif di negara B akan menjadi dual resident. Negara A akan
efektif di negaranya. Oleh karena itu, P3B biasanya mencantumkan pasal tentang tie-
Pemecahan atas masalah dual resident ini tergantung dari treaty negara terkait.
Hal ini akan sangat terkait dengan definisi badan di masing – masing negara. Sebagai
contoh, P3B Indonesia – Amerika menyebutkan bahwa apabila terjadi dual residence
menyebutkan bahwa penentuan resident apabila terjadi dual resident dipilih negara
dimana tempat manajemen efektif berada. Sementara itu, P3B Indonesia – China
Pajak Internasional
14 Rizqullah Ihsan Priambodo
Kesimpulannya, Pajak internasional adalah hukum pajak nasional yang terdiri atas
kaedah, baik berupa kaedah-kaedah nasional maupun kaedah yang berasal dari traktat
antarnegara dan dari prinsip yang telah diterima baik oleh Negara-negara di dunia, untuk
mengatur soal-soal perpajakan dan dapat ditunjukkan adanya unsur-unsur asing, baik
Terdapat beberapa asas yang dapat dipakai oleh negara sebagai asas dalam menentukan
Dari asas asas diatas terdapat penentu penentu yang membuat seseorang menjadi subjek
pajak suatu negara sesuai dengan ketentuan masing masing negara dan akan mengakibatkan
dual resident dimana seeorang menjadi subjek pajak dalam negri pada dua negara yang
berbeda.
Pajak Internasional