Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ABSTRAK
Abstract
Eachorganismhas a respiratory organ varying growing for gas exchange. Respirationis the process
of binding of O2 and CO2 release. Fish breathe requires O2 to create energy and emit CO 2as
theexpirationprocess. In the lab of respiration, the method usedis by using Tilapia(Oreochromis niloticus) were
observed in the treated jars of different temperatures and then the jar is closed and the observations madeis to
calculate the fish operculum openings and the number of dropouts. Decreasing the number of DO indicates
that the fish consume O2 to respiring and the less dissolved oxygen it turns physiological systems and weakens
the operculum openings.
Keywords: respiration, O2, CO2, DissolvedOxygen
1. PENDAHULUAN
organ-organ respiratori yang khusus dan mereka memiliki sistem respiratori yang
Namun demikian ada beberapa hewan air yang disamping menggunakan insang
tergantung pada efisiensi insang energi untuk mereka pasokan dan kerusakan
pada organ vital ini menyebabkan rantai merusak peristiwa, yang akhirnya
menyebabkan kesulitan pernapasan (Magare dan Patil, 2000 dalam Patil dan
David, 2008).
Mekanisme pernafasan pada ikan melalui dua tahap yakni inspirasi dan
ekspirasi. Pada fase inspirasi O2 dan air masuk kedalam insang melalui O2 diikat
oleh kapiler darah untuk dibawa oleh darah dan jaringan akan bermuara ke
Insang merupakan organ respirasi utama. Oksigen yang diperoleh dari proses
1.3. Tujuan
Tujuan dari praktikum Fisiolgi Hewan Air adalah mengetahui sampai mana
melalui insang.
Brawijaya, Malang.
2. TINJAUAN PUSTAKA
dalam tubuh serta membuang CO2 dari dalam tubuh. Penyelenggaraan respirasi
harus didukung oleh alat pernafasan yang sesuai, yaitu alat yang digunakan oleh
dimaksud dapat berupa alat pernafasan khusus ataupun tidak (Isneni, 2006).
H2O, oksigen sebagai bahan pernafasan dibuthkan oleh sel untuk berbagai
reaksi metabolisme. Oleh sebab itu kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh
merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri dan sulit
untuk dikontrol seperti umur dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, jenis
tempat hidup ikan yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak,
hidup ikan yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak, ketersediaan
yaitu padat tebar, penyakit, serta kualitas air (sifat fisika dan kimia) dari suatu
Sumber utama oksigen dalam air laut adalah udara melalui proses difusi
oksigen dalam air laut adalah dari udara melalui proses difusi dari hasil proses
dengan di permukaan. Hal ini diduga karena lebih tingginya proses dekomposisi
dari udara, tergantung dari beberapa factor, seperti kekeruhan, suhu, salinitas,
lebih banyak oksigen pada suhu tersebut dibandingkan pada suhu rendah.
Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara
melalui kontak antara permukaan air dengan udara,dan dari proses fotosintesis.
atmosfer dan melalui kegiatan respirasi dan semua organisme air (Barus, 2002).
gurame mampu mengambil oksigen dari udara bebas. konsumsi oksigen juvenile
gurame bahwa semakin tinggi nilai salinitas maka semakin tinggi juga konsumsi
konsumsi oksigen juvenile gurame, maka di lanjutkan untuk menghitung nilai laju
salinitas yang lebih tinggi dari pada salinitas tawar, dari penelitian yang dilakukan
pada juvenile gurami tentang laju konsumsi oksigen pada salinitas yang berbeda
didapat salinitas yang baik dan mempunyai nilai Laju konsumsi oksigennya yaitu
terlarut yang dibutuhkan ikan untuk bernapas secara normal sebagai berikut:
normalbagi ikan ialah 7-11cc oksigen per liter, dan pada kadar oksigen 5cc
per liter beberapa diantara ikan tersebut mulai menderita. Ikan yang termasuk
golongan ini antara lain trout (Salmo trutta), minnow (Phoxinus phoxinus),
pada kadar oksigen 5-7cc per liter. Kelompok ini termasuk grayling
gobio).
3. Ikan-ikan yang membutuhkan oksigen relative sedikit dan dapat hidup pada
kadar oksigen 4cc per liter, misalnya roach (Rutilus rutilus) dan ruff (Acernia
cernua).
4. Ikan-ikan yang dapat hidup pada kondisi kadar oksigennya sangat rendah,
Pada praktikum Fisiologi Hewan Air tentang respirasi adapun alat-alat yang
aquarium
Pada praktikum Fisiologi Hewan Air tentang respirasi adapun bahan yang
respirasinya
pengamatan
di aquarium
respirasi langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan
bahan. Adapun alat yang digunakan antara lain heater aquarium, aquarium, DO
meter, stopwatch, hand tally caounter dan seser. Sedangkan bahan yang
digunakan antara lain ikan nila (Oreochromis niloticus), aquades, air tawar,
aquarium lalu diisi air hingga permukaan aquarium dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya difusi antara udara ke air di dalam aquarium, lalu heater
aquarium dimasukkan kedalam aquarium yang telah diisi air untuk menyesuaikan
thermometer dimasukkan dlam aquarium dan media air ditunggu sampai pada
suhu yang ditentukan yaitu pada meja 1 suhu 25°C, meja 2 suhu 28°C, meja 3
suhu 30°C, meja 4 suhu 25°C, dan meja 5 suhu 28°C. Perlakuan ini bertujuan
respirasi melalui insang pada suhu yang berbeda. Kemudian diukur DO awal dan
untuk mengukur kadar oksigen yang terlarut didalam air. Selanjutnya ikan nila
kecepatan konsumsi oksigen ketika spesies ikan banayk maka konsumsi oksigen
denag plastic agar tidak mudah menguap dan mencegah masuknya difusi
oksigen dari udara lain. Lalu ditunggu selama 10 menit untuk membiarkan ikan
tally counter pada ikan tiap 10 menit diulang tiga kali. Setelah itu dilakukan
perhitungan DO akhir dengan menggunakan DO meter untuk mencari DO akhir
pada layar lalu dilihat dan dicatat angka yang muncul dan tekan tombol
Pada praktikum Fisiologi Hewan Air materi Respirasi didapatkan hasil pada
meja 1 pada suhu 25°C didapatkan DOo (awal) sebesar 7,37 mg/l dan Dot (akhir)
didapat nilai sebesar 3,30 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa oksigen yang
pada akuarium dengan selisih 4,07 mg/l. Dari praktikum respirasi pada
pengamatan DO diperoleh hasil DOo (awal) pada meja 1 sampai meja 5 berturut-
turut 7,73; 7,51; 7,33; 7,4; 7,15 gram dan DOt (akhir) diperoleh hasil dari meja 1
sampai meja 5 berturut-turut 3,3; 2,27; 2,62; 3,7; 3,37. Dengan suhu berturut-
turut dari meja 1 sampai meja 5 yaitu 25°C; 27°C; 30°C; 25°C; 27°C.
didapatkan hasil DOo (awal) sebesar 7,37 mg/l dan DOt (akhir) didapatkan nilai
sebesar 3,30 mg/l . Hal ini menunjukkan bahwa oksigen yang dikonsumsi ikan
selama 30 menit dihitung selama 3 kali dan mendapatkan selisih kadar oksigen
yang digunakan ikan sebanyak 4 ekor yaitu mendapatkan selisih 4,07 mg/l.
Dari data yang diperoleh menandakan bahwa pada suhu yang lebih dingin
ikan cenderung tidak membutuhkan banyak oksigen sebab ikan tersebut tidak
banyak melakukan gerak, dan pada pengamatan suhu yang tinggi (27°C) DO
banyak pula.
mengetahui dampak suhu yang berbeda (35°C dan 15°C) pada ikan air tawar.
dengan nilai normal sementara pada suhu 15°C tingkat pernafasan menurun.
okigen (O2) yang banyak. Sesuai dengan pendapat Efendie (2003) dalam Amrial
(2009), suhu yang tinggi akan menurunkan jumlah kadar oksigen terlarut dalam
oksigen yang terlarut karena pada metabolisme berbanding lurus dengan suhu
12
9.83
9.53 9.56 9.54
10
8.33 8.63
7.96
8 7.55
7.15
6.63
6.62 6.68 25°C
6.05 5.75 5.6
6 28°C
4.5 4.32
3.78 30°C
4 3.11
2.47 25°C2
2 28°C2
0
DO 0 DO 1 DO 2 DO 3
GRAFIK DO
DO awal tertinggi pada meja 2 dengan suhu 28ºC sebesar 9,83 mg/l dan DO
awal terendah pada meja 4 dengan suhu 25ºC sebesar 8,33 mg/l. Pada DO 1
tertinggi diperoleh meja 1 dengan suhu 25ºC sebesar 8,63 mg/l dan DO1
terendah oleh meja 5 dengan suhu 28ºC sebesar 6,63 mg/l. Pada DO2 tertinggi
diperoleh meja 1 dengan suhu 25ºC sebesar 7,15 mg/l dan DO2 terendah
diperoleh meja 5 dengan suhu 28ºC sebesar 3,78 mg/l. Pada DO akhir tertinggi
diperoleh meja 1 dengan suhu 25ºC sebesar 5,75 mg/l dan DO akhir terendah
Kesimpulan yang diperoleh dari data di atas adalah pada meja dengan
suhu yang tinggi maka DO yang tersedia akan berkurang jauh dibandingkan
jumlah DO di perairan tersebut. Jika suhu tinggi, maka tinggi pula metabolism
dari setiap organisme dan konsumsi oksigen yang dibutuhkan pun tentu akan
meningkat.
4.3 Faktor Koreksi
Adapun faktor koreksi yang ada pada praktikum Fisiologi Hewan Air
heater.
praktikan.
sebagai berikut yaitu, kita dapat mengetahui kebutuhan oksigen bagi setiapikan
ikan. Selain itu, kita dapat mengetahui pengaruh kepadatan ikan terhadap
konsumsi oksigen.
5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
sebagai berikut:
banyak.
respirasi ekspirasi
adalah pada meja 4pada ulangan ke 2 dengan suhu 25ºC yaitu 2223
kali bukaan operculum dan yang paling sedikit pada meja 4 pada
kadar DO 6,62.
5.2 Saran
seharusnya pengamatan dilakukan secara teliti apa saja yang terjadi, sehingga
Ali, A., Soemarno dan M. Purnomo. 2013. Kajian Kualitas Air dan Status Mutu Air
Sungai Metro di Kecamatan Sukun Kota Malang. Bumi Lestari. 13 (2): 265-
274.
Kantun, Wayan. 2012. Suhu dan Tingkah Laku Ikan Tuna Sirip Kuning
(Tunusenum albacores)Hubungannya dengan Model
Pengelolaan.Stiteks: Ralikaliwa
Navaraj, P.S dan A.K. Kumaraguru,. 2013. Sinergism of Heavy Metals on the
Respiration of Oreochromismossambicus. Annual Research and Review
in Biology. 4(5): 805-816.
Patil, V.K. dan David. 2008. Behavior and Respiratory Dysfunction Asan Index of
Malathion Toxicity in the Freshwater Fish. Labeo Rohita (Hamilton).
Karnatak University Research Laboratory, Enviromental and Molecular
Toxicology Division, Dapartement of Zoology. Karnatak Science College,
Dharwad 580 001. Karnatak: India.
Rahardjo, M. F., Djadja S. S., Ridwan A., dan Sulistiono. 2011. Iktiology.
Bandung: Lubuk Agung.
Silaban, T.S., Limin dan Suparmono. 2012. Dalam Peningkatan Kerja Filter Air
Untuk Menurunkan Konsentrasi Amonia Dan Pemeliharaan Ikan mas
(Cyprinus carpio). Jurnal Rekayasa dan Teknologi BudidayaPerairan.
1(1): 47-56.
Simanjuntak, M. dan Y. Kamlasi. 2012. Sebaran Horizontal Zat Hara di Perairan
Lamalera, Nusa Tenggara Timur. Ilmu Kelautan,17(2): 99-108.
Yurisma, E.H., Nurlita, A., dan Gunti, M. 2013. Pengaruh Salinitas yang Berbeda
terhadap Laju Konsumsi Oksigen Ikan Gurame (Osphronemous
gouramy) Skala Laburan. Jurnal Sains. 1(1): 1-4.
Toples 3 L
3 Ikan Nila
Hasil
Lampiran 2. Hasil Pengamatan
A. Bukaan Operculum