Вы находитесь на странице: 1из 4

Tunas Brokoli Sebagai Terapi Diabetes Melitus Tipe 2

Atika Ainun. A/171610101051


Dr. Zahreni Hamzah, drg, M.S
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

ABSTRAK
Tunas brokoli adalah tanaman brokoli usia tiga sampai empat hari yang mengandung berbagai
macam antioksidan fitokimia non-nutrisi, salah satunya sulforapan (SFN) yang aktif setelah
dikonsumsi oleh manusia. Sulforapan berpotensi sebagai antioksidan kuat untuk mengurangi stres
oksidatif, mencegah kerusakan jaringan tubuh, dan mengontrol kadar glukosa darah akibat
hiperglikemia pada penderita diabetes melitus (DM) tipe 2. Sulforapan mengaktifkan faktor
transkripsi Nuclear factor-erythiroid-2 related factor 2 (NRF2) dalam sel, sehingga mengaktivasi
enzim fase 2 yang berfungsi sebagai antioksidan dan detoksifikasi untuk perlindungan sel terhadap
stres oksidatif dan pengaturan glukosa darah untuk meminimalisir terjadinya komplikasi vaskular
pada penderita DM tipe 2.
Kata Kunci: Tunas brokoli, diabetes melitus, stres oksidatif, sulforapan, NRF2

Pendahuluan
Tunas brokoli merupakan brokoli berumur tiga sampai empat hari. Brokoli
termasuk genus Brassica yang mengandung berbagai komponen bioaktif, tinggi
antioksidan nutrisi dan non-nutrisi. Pada dasarnya, tunas brokoli memiliki nilai
nutrisi lebih rendah dibandingkan brokoli dewasa, namun memiliki komponen
fitokimia yang tinggi, seperti SFN, yang dapat meredam peningkatan superoksida
(O2-) dari mitokondria yang disebabkan oleh hiperglikemia pada penderita DM
tipe 2. Pelepasan O2- merupakan pemicu awal timbulnya stres oksidatif pada
penderita DM karena akan mengaktifkan protein kinase C (PKC) dan advanced
glicosilation product (AGEs) yang memicu terjadinya sintesis ROS dan reactive
nitrogen species (RNS) yang akan menimbulkan kelainan vaskuler.1,2
Tunas brokoli mengandung komponen aktif glucosinolate glucoraphanin
yang ditemukan pada vakuola dalam sitoplasma sel dan enzim endogen
myrosinase pada membran selnya. Melalui reaksi kimia saat pemotongan dan
pencernaan makanan dalam tubuh, enzim myrosinase akan mengubah
glucoraphanin menjadi SFN yang merupakan komponen aktif. Kandungan
glucoraphanin pada brokoli sekitar 0,8 – 21,7 umol per gram berat kering brokoli.
Tunas brokoli mengandung glucoraphanin 10-100 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan brokoli dewasa. Sulforapan dalam tunas brokoli yang telah masuk ke
dalam tubuh akan diabsorpsi dan menginduksi enzim fase 2 yaitu glutathione S-

1
transferase (mekanisme perlindungan sel yang efektif terhadap reaktif kimia),
quinone reductase (mencegah pembentukan spesies oksigen reaktif melalui siklus
redoks), dan glucoronosyl transferase (fungsi detoksifikasi dan eliminasi oksidan)
yang berperan penting dalam perlindungan sel terhadap stres oksidatif.1,3,4,5
Tidak hanya dalam menetralisir stres oksidatif penderita DM tipe 2, saat
ini banyak fungsi dari fitokimia dalam tunas brokoli yang sedang dikaji termasuk
kerja SFN melindungi sel dari toksik. Studi terkini dari penelitian menemukan
bahwa SFN dapat mengganti metformin (lini pertama obat antidiabetes pada
penderita DM tipe 2) dalam mengontrol glukosa darah dengan cara menekan
terjadinya glukogenesis hati tanpa menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Pada
artikel ini akan dibahas mengenai peran SFN dalam tunas brokoli sebagai terapi
pada penderita DM tipe 2 untuk dapat menjadi acuan penelitian komponen
fitokimia non-nutrisi lainnya pada tunas brokoli dan fungsinya yang bermanfaat
bagi kesehatan utamanya untuk terapi DM tipe 2. 6,7,9

Metode
Penyusunan artikel ilmiah ini didasari oleh literatur-literatur penelitian
berupa jurnal rentang tahun 2013-2017 yang di akses dari ResearchGate, PubMed,
dan PLOS ON mengenai tunas brokoli dan kandungan sulforapannya yang
berpengaruh pada penyakit diabetes melitus tipe 2.

Pembahasan
Tunas brokoli memiliki kandungan glucoraphanin yang akan diaktifkan
menjadi fitokimia antioksidan fenolik berupa sulforapan yang dapat mengaktifkan
NRF2 dengan memodifikasi konformasi dari kelch-like ECH-associated protein 1
(KEAP1) sehingga melepaskan dan menstabilisasi NRF2 untuk berpindah ke inti
sel dan bersama dengan antioxidant response element (ARE) mengaktivasi
transkripsi gen dalam promotor sel dan mengaktifkan gen enzim fase 2. Ekspresi
gen dari protein enzim fase 2 diregulasi oleh tiga komponen selular yaitu KEAP1,
NRF2 and ARE. 1,6,7,8

2
Gambar 1. Kerja sulforapan di dalam sel

Pada kondisi normal, NRF2 dikomplekskan dengan KEAP1, disimpan di


sitoplasma dan diregulasi oleh protein Cullin 3, yang dapat mengarahkan NRF2
untuk degradasi proteasomal. Sebaliknya pada kondisi stres oksidatif, residu kritis
sistein (asam amino) di KEAP1 dimodifikasi dan mengganggu interaksi KEAP1
dan NRF2 sehingga memungkinkan terjadinya translokasi NRF2 ke nukleus.
Sulphoraphane melepaskan NRF2 dari KEAP1 dengan modifikasi residu sistein.
Kemudian NRF2 dalam nukleus membentuk heterodimer dengan faktor
transkripsi kecil Maf (small Maf transcriptional factor), yang mengaktifkan
ekspresi gen yang dikendalikan oleh unsur respon antioksidan, yang kemudian
menginduksi enzim antioksidan dan detoksifikasi fase II.9
Dari reaksi tersebut SFN dapat melindungi sel dari stres oksidatif,
menurunkan produksi glukosa dari sel hati, dan juga menurunkan aktivitas enzim
utama dalam glukogenesis pada sel hati (pembentukan glukosa dari senyawa
bukan karbohidrat). Selain itu, kandungan SFN tunas brokoli secara signifikan
mengurangi glukosa puasa dan hemoglobin A1c (HbA1c) pada pasien obesitas
dengan diabetes yang tidak teregulasi. HbA1c turun dari 7,4% menjadi 7,0%
setelah 12 minggu, mencapai nilai normal pengobatan diabetes yaitu 7% dari
American Diabetes Association.6

3
Kesimpulan
Tunas brokoli memiliki kandungan fitokimia non-nutrisi berupa antioksidan yaitu
SFN yang tinggi dan setelah diteliti memiliki potensi besar sebagai terapi DM tipe
2. Kerjanya dapat menetralisir stres oksidatif, melindungi sel dari kerusakan serta
dapat menurunkan produksi glukosa pada sel hati dan menurunkan aktivitas enzim
utama pada glukogenesis guna meminimalisir terjadinya komplikasi vaskular pada
penderita DM tipe 2.

Daftar Pustaka
1. Sinaga,W. 2016. Peran Tunas Brokoli pada Stres Oksidatif Penyandang
Diabetes. CDK-245/ Vol. 43, No. 10
2. Wisudanti, desie D. 2016. Aplikasi Terapeutik Geraniin dari Ekstrak Kulit
Rambutan (Nephelium lappaceum) Sebagai Antihiperglikemik melalui
Aktivitasnya Sebagai Antioksidan Pada Diabetes Melitus Tipe 2. NurseLine
Journal, Vol. 1 No. 1:120-138, ISSN 2540-7937
3. Fahey, J, dkk. 2015. Sulforaphane Bioavailability from Glucoraphanin-Rich
Broccoli: Control by Active Endogenous Myrosinase. PLOS ONE
DOI:10.1371/journal.pone.0140963
4. Gao, jinjun, dkk. 2014. RNA-Seq Analysis of Transcriptome and
Glucosinolate Metabolism in Seeds and Sprouts of Broccoli (Brassica
oleracea var. italic). PLOS ONE, Vol. 9, Issue 2.
DOI:10.1371/journal.pone.0088804
5. Razis, A, dkk. 2017. Isothiocyanates and Xenobiotic Detoxification.
Molecular Nutrition & Food Research Journal
6. Axelsson, A, dkk. 2017. SCIENCE TRANSLATIONAL MEDICINE 9:
Sulforaphane Reduces Hepatic Glucose Production and Improves Glucose
Control in Patients with Type 2 Diabetes
7. Abassi J, F, dkk. 2015. Interaction of Sulforaphane with DNA and RNA.
PLOS ONE DOI:10.1371/journal.pone.0127541
8. Shirai, yumi, dkk. 2015. Dietary Intake of Sulforaphane-Rich Broccoli Sprout
Extracts during Juvenile and Adolescence Can Prevent Phencyclidine Induced
Cognitive Deficits at Adulthood. PLOS ONE, DOI:10.1371/
journal.pone.0127244
9. Yamagishi, sho-Ichi. Matsui, takanori. 2016. Protective role of sulphoraphane
against vascular complications in diabetes. Pharmaceutical Biology ISSN:
1388-0209 (Print) 1744-5116 (Online)

Вам также может понравиться