Вы находитесь на странице: 1из 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gonorrhoeae adalah penyakit kelamin yang pada permulaannya
keluar cairan putih kental berupa nanah dari OUE (orifisium uretra
eksternum) sesudah melakukan hubungan kelamin. Penyakit ini disebabkan
oleh infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae. Insidensi tertinggi terjadinya
penyakit ini adalah di negara berkembang.
Gonorrhoeae Biasanya ditandai dengan uretritis purulen kelamin
dan disuria. Infeksi juga bisa tanpa gejala, terutama pada wanita. Penderita
Pembawa asimtomatik lebih mungkin menularkan penyakit dibandingkan
orang dengan infeksi terbuka. Demikian pula, infeksi anorektal dan faring,
yang tidak jarang terjadi pada wanita dan pria yang melakukan hubungan
seksual dengan pria, sering terjadi tanpa gejala akan tetapi tetap merupakan
sumber penularan yang potensial. Kejadian gonorrhoeae diperkirakan
Global adalah sekitar 62 juta orang terinfeksi setiap tahunnya. Komplikasi
yang terjadi pada penyakit gonorrhoeae ini adalah termasuk epididimitis
pada pria dengan risiko berikutnya infertilitas dan kehamilan ektopik.
Dalam sekitar 1% kasus, gonococcus menjadi invasif dan bakteremia
berkembang.
BAB II
STATUS PASIEN

2.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. CM
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kuala tungkal
Pekerjaan : Swasta (pegawai koperasi)
Status Pernikahan : Belum menikah
Suku Bangsa : Melayu
Hobi :-
Tanggal Berobat : 22 April 2019

2.2 Anemnesis (Tanggal 22 April 2019)


Keluhan Utama :
Keluar nanah pada saluran kencing sejak 2 hari SMRS

Keluhan Tambahan :-

Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien datang dengan keluhan keluar nanah pada saluran kencing. Pada
awalnya nanah muncuh pada 2 hari SMRS. Nanah keluar secara tiba-tiba pada
saat pasien sedang tidur dan tidak terasa. Pasien mengatakan bahwa tidak ada
keluhan nyeri pada saat buang air kecil atau keluar nanah.
Menurut pengakuan pasien melakukan senggama terakhir kali sebulan yang
lalu dengan seseorang yang tidak dikenalnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat penyakit yang sama pada keluarga disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien merupakan pekerja swasta yang bekerja di koperasi. Pasien sering minum
tuak dan ke kafe.

2.3 Pemeriksaan Fisik (22 April 2019)


A. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/80
Nadi : 92 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
BB : 65 kg
PB : 168 cm
Status Gizi : Baik
Kepala :
Mata : anemis (-), sklera ikterik (-), kelainan kulit (-)
Hidung : Sekret (-), deviasi (-)
Telinga : Nyeri tekan tragus (-), kelainan kulit (-)
Mulut :Sianosis (-), pucat (-), Terdapat bintik berisi air
sebesar jarum pentul di atas bibir kiri
Tenggorokan : pembesaran tonsil (-)
Leher : pembesaran KGB (-), kelainan kulit (-)
Thoraks
Paru : vesikuler (+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : bunyi jantung I/II reguler, murmur (-),gallop(-)
Abdomen : Soepel, BU (+)
Ekstremitas superior :
Akral hangat, edema (-), CRT < 2 detik.
Ekstremitas inferior :
Akral hangat, edema (-),CRT< 2 detik.
B. Status Dermatologikus : dalam batas normal

C. Status Venerelogi
1. Inspeksi : tampak nanah pada ostium uretra eksterna

o Inspekulo : tidak dilakukan pemeriksaan


2. Palpasi : tidak terdapat kelainan atau benjolan pada
daerah genital
2.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

2.5 DIAGNOSIS BANDING


 Urethritis gonorhea
 Urethritis non-gonorhea

2.6 DIAGNOSIS
Uruthritis gonorhea

2.7 TERAPI
 Non farmakologis (edukasi)
a) Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan tentang:
1. Bahaya penyakit menular seksual (PMS) dan komplikasinya
2. Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
3. Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks
tetapnya.
4. Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom
jika tidak dapat dihindarkan
5. Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa datang
b) Pengobatan pada pasangan seksual tetapnya.
 Farmakologis
- Oral
o Cefixime tablet 100 mg sehari 4 tablet hari pertama
o Doksisiklin tablet 100 mg 2 kali sehari hari kedua sampai hari ke tujuh

2.8 PROGNOSIS
- Quo ad Vitam : Bonam
- Quo ad Fungtionam : Bonam
- Quo ad Sanationam : Bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
`Gonorrhoeae adalah penyakit kelamin yang pada permulaannya
keluar cairan putih kental berupa nanah dari OUE (orifisium uretra
eksternum) sesudah melakukan hubungan kelamin. 8
Gonorrhoeae adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae, sebuah Diplococcus gram ngatif yang reservoirnya adalah
manusia. infeksi ini hampir selalu dikontrak selama aktifitas seksual 5
B. Etiologi
Penyebab penyakit gonorrhoeae adalah Gonokokus yang ditemukan
oleh Neissr pada tahun 1879, dan kemudian baru ditemukan pada tahun
1982. Setelah ditemukan kemudian kuman tersebut dimasukan dalam grup
Neisseria dan pada grup ini dikenal 4 spesies dan diantaranya adalah N.
gonorrhoeae, N. meningitidis dimana kedua spesies ini bersifat patogen.
Kemudian 2 spesies lainnya yang bersifat komensel diantaranya adalah N.
catarrhalis dan N. pharyngis sicca. Keempat spesies dari grup neisseria ini
sukar untuk dibedakan kecuai dengan menggunakan tes fermentasi.
Gonokokus termasuk golongan bakteri diplokok berbentuk seperti biji kopi
yang bersifat tahan terhadap asam dan mempunyai ukuran lebar 0,8µ dan
mempunyai panjang 1,6µ. Dalam sediaan langsung yang diwarnai dengan
pewarnaan gram, kuman tersebut bersifat gram negatif, tampak diluar dan
didalam leukosit, kuman ini tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati
dalam keadaan kering, tidak tahan terhadap suhu diatas 39oc, dan kuman ini
tidak tahan terhadap zat desinfektan 4,10
C. Epidemiologi
Insidensi tertinggi terjadi di negara berkembang. Prevalensi
disseminated gonococcal infection (DGI) pada wanita hamil: 10% di Afrika,
5% di Amerika Latin, 4% di Asia.10 Insiden gonorrhoeae di Amerika Serikat
meningkat secara dramatis pada tahun 1960 dan awal 1970 mencapai lebih
dari 1 juta kasus dilaporkan setiap tahun. Diperkirakan bahwa kurang dari
sepertiga dari kasus baru dilaporkan. Pada tahun 1980, terjadi penurunan
lambat dalam kasus yang dilaporkan kepada sekitar 700.000 per tahun.
Penurunan bertahap terus dengan kurang dari 400.000 kasus gonorrhoeae
dilaporkan pada tahun 2000. Tren penurunan infeksi melambat, tapi terus
berlanjut sampai 1997 5,10
D. Patogenesis
Gonococci menyerang membran selaput lendir dari saluran
genitourinaria, mata, rektum dan tenggorokan, menghasilkan nanah akut
yang mengarah ke invasi jaringan; hal yang diikuti dengan inflamasi kronis
dan fibrosis. Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra, nanah berwarna
kuning dan kental, disertai rasa sakit ketika kencing. Infeksi urethral pada
pria dapat menjadi penyakit tanpa gejala. Pada wanita, infeksi primer terjadi
di endoserviks dan menyebar ke urethra dan vagina, meningkatkan sekresi
cairan mukopurulen. Ini dapat berkembang ke tuba uterina, menyebabkan
salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba 2
Bakterimia yang disebabkan oleh gonococci mengarah pada lesi
kulit (terutama Papula dan Pustula yang hemoragis) yang terdapat pada
tangan, lengan, kaki dan tenosynovitis dan arthritis bernanah yang biasanya
terjadi pada lutut, pergelangan kaki dan tangan. Endocarditis yang
disebabkan oleh gonococci kurang dikenal namun merupakan infeksi yang
cukup parah. Gonococci kadang dapat menyebabkan meningitis dan infeksi
pada mata orang dewasa; penyakit tersebut memiliki manisfestasi yang
sama dengan yang disebabkan oleh meningococci 2
Gonococci yang menyebabkan infeksi lokal sering peka terhadap
serum tetapi relatif resisten terhadap obat antimikroba. Sebaliknya,
gonococci yang masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan infeksi
yang menyebar biasanya resisten terhadap serum tetapi peka terhadap
penisilin dan obat antimikroba lainnya serta berasal dari auksotipe yang
memerlukan arginin, hipoxantin, dan urasil untuk pertumbuhannya 2
E. Patofisiologi
Infeksi dimulai dengan adhesi pada sel mukosa ( urethra, vagina,
rectum, tenggorokan) kemudian penetrasi ke submukosa dan menyebar baik secara
langsung maupun hematogen 2
1. Langsung
Pada pria menyebabkan prostatitis dan epididymitis, sedangkan pada
wanita langsung menyebar ke kelenjar Bartholin, paraserviks, tuba falopii, dst 2
2. Hematogen
Hanya 1% kasus, kebanyakan dari asymptomatic infection pada wanita.
Inidisebabkan adanya kelainan pertahanan tubuh, misalnya. Defisiensi
C6-9 atau bakteri yang kebal terhadap antibodi dan komplemen, bakteri
dengan protein porin A pada dinding sel kemudian menginaktivasi C3b.
Manifestasi berupa arthritis, lesikulit, dan tenosynovitis 2
F. Tanda dan Gejala
Masa tunas gonorrhoeae sangat singkat yaitu sekitar 2 hingga 5 hari
pada pria. Sedangkan pada wanita, masa tunas sulit ditentukan akibat
adanya kecenderungan untuk bersifat asimptomatis pada wanita 6
Keluhan subjektif yang paling sering timbul adalah rasa gatal,
disuria, polakisuria, keluar duh tubuh mukopurulen dari ujung uretra yang
kadang-kadang dapat disertai darah dan rasa nyeri pada saat ereksi. Pada
pemeriksaan orifisium uretra eksternum tampak kemerahan, edema,
ekstropion dan pasien merasa panas. Pada beberapa kasus didapati pula
pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral maupun bilateral 6
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dari
pria. Pada wanita, gejala subjektif jarang ditemukan dan hampir tidak
pernah didapati kelainan objektif. Adapun gejala yang mungkin dikeluhkan
oleh penderita wanita adalah rasa nyeri pada panggul bawah, dan dapat
ditemukan serviks yang memerah dengan erosi dan sekret mukopurulen 6
G. Penegakan Diagnosis
Penegakan diagnosis dilakukan dengan cara yaitu anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang 2
1. Anamnesis
Pertanyaan yang diajukan kepada pasien dengan dugaan IMS
gonorrhoeae meliputi:
a. Keluhan dan riwayat penyakit saat ini.
b. Keadaan umum yang dirasakan.
c. Pengobatan yang telah diberikan, baik topikal ataupun sistemik
dengan penekanan pada antibiotik.
d. Riwayat seksual yaitu kontak seksual baik di dalam maupun di luar
pernikahan, berganti-ganti pasangan, kontak seksual dengan
pasangan setelah mengalami gejala penyakit, frekuensi dan jenis
kontak seksual, cara melakukan kontak seksual, dan apakah
pasangan juga mengalami keluhan atau gejala yang sama.
e. Riwayat penyakit terdahulu yang berhubungan dengan IMS atau
penyakit di daerah genital lain.
f. Riwayat penyakit berat lainnya.
g. Riwayat keluarga yaitu dugaan IMS yang ditularkan oleh ibu kepada
bayinya.
h. Keluhan lain yang mungkin berkaitan dengan komplikasi IMS,
misalnya erupsi kulit, nyeri sendi dan pada wanita tentang nyeri
perut bawah, gangguan haid, kehamilan dan hasilnya.
i. Riwayat alergi obat.

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada pasien harus
memperhatikan hal penting seperti kerahasiaan pribadi pasien. Pada
pasien pria, organ reproduksi lebih mudah diraba. Mula-mula inspeksi
daerah inguinal dan raba adakah pembesaran kelenjar dan catat
konsistensi, ukuran, mobilitas, rasa nyeri, serta tanda radang pada kulit
di atasnya. Pada waktu bersamaan, perhatikan daerah pubis dan kulit
sekitarnya, adanya pedikulosis, folikulitis atau lesi kulit lainnya.
Lakukan inspeksi skrotum, apakah asimetris, eritema, lesi superfisial
dan palpasi isi skrotum dengan hati-hati. Perhatikan keadaan penis
mulai dari dasar hingga ujung. Inspeksi daerah perineum dan anus
dengan posisi pasien sebaiknya bertumpu pada siku dan lutut 2
Pada pasien wanita, pemeriksaan meliputi inspeksi dan palpasi
dimulai dari daerah inguinal dan sekitarnya. Untuk menilai keadaan di
dalam vagina, gunakan spekulum dengan informed consent kepada
pasien terlebih dahulu. Lakukan pemeriksaan bimanual untuk menilai
ukuran, bentuk, posisi, mobilitas, konsistensi dan kontur uterus serta
deteksi kelainan pada adneksa 2
3. Pemeriksaan penunjang
Pengambilan bahan duh tubuh uretra pria, dapat dilakukan
dengan menggunakan lidi kapas yang dimasukkan ke dalam uretra.
Sedangkan pengambilan duh tubuh genital pada wanita dilakukan
dengan spekulum dan mengusapkan kapas lidi di dalam vagina dan
kemudian dioleskan ke kaca objek bersih 2
a. Pemeriksaan Gram
Pemeriksaan Gram dengan menggunakan sediaan langsung
dari duh uretra memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi
terutama pada duh uretra pria, sedangkan duh endoserviks memiliki
sensitivitas yang tidak begitu tinggi. Pemeriksaan ini akan
menunjukkan N.gonorrhoeae yang merupakan bakteri gram negatif
dan dapat ditemukan baik di dalam maupun luar sel leukosit 2
b. Kultur
Kultur untuk bakteri N.gonorrhoeae umumnya dilakukan
pada media pertumbuhan Thayer-Martin yang mengandung
vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman gram positif dan
kolimestat untuk menekan pertumbuhan bakteri negatif-gram dan
nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur. Pemeriksaan kultur ini
merupakan pemeriksaan dengan sensitivitas dan spesifisitas yang
tinggi, sehingga sangat dianjurkan dilakukan terutama pada pasien
wanita 2
c. Tes defenitif
Tes oksidasi akan ditemukan semua Neisseria akan
mengoksidasi dan mengubah warna koloni yang semula bening
menjadi merah muda hingga merah lembayung. Sedangkan dengan
tes fermentasi dapat dibedakan N.gonorrhoeae yang hanya dapat
meragikan glukosa saja 2
d. Tes beta-laktamase
Tes ini menggunakan cefinase TM disc dan akan tampak perubahan
warna koloni dari kuning menjadi merah 2
e. Tes Thomson
Tes ini dilakukan dengan menampung urine setelah bangun
pagi ke dalam 2 gelas dan tidak boleh menahan kencing dari gelas
pertama ke gelas kedua. Hasil dinyatakan positif jika gelas pertama
tampak keruh sedangkan gelas kedua tampak jernih 2
H. Gambaran Histopatologi (Marcus, 2010)

Gambar. 2. Gram stain dari eksudat


Gambar. 1. N. gonorrhoeae uretra yang menunjujkan N. gonore
dalan PMN

I. Penatalaksanaan
1. Non Medikamentosa 9
a. Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan
tentang:
1) Bahaya penyakit menular seksual (PMS) dan komplikasinya
2) Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
3) Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan
seks tetapnya.
4) Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai
kondom jika tidak dapat dihindarkan
5) Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa datang
b. Pengobatan pada pasangan seksual tetapnya.
2. Medikamentosa 9
a. Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangat sensitif terhadap
penicilin, banyak ‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi
penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan
pengobatan pilihan.
b. Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit
ditambah 1 gr probonesid per-oral sebelum penyuntikan penicillin
merupakan pengobatan yang memadai.
c. Spectinomycin berguna untuk penderita yang alergi penisilin,
penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang juga tersangka
menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis . Dosis:
2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
d. Kanamisin baik untuk penderita yang alergi penisilin, gagal dengan
pengobatan penisilin dan tersangka sifilis. Dosis : 2 gr IM
3. Tindak lanjut
Kontrol dilakukan pada hari ke-7 untuk diperiksa klinis maupun
laboratoris.
4. Kriteria kesembuhan
Penderita urethritis gonorrhoeae dinyatakan sembuh bila setelah
7 hari sesudah pengobatan tanpa hubungan seksual penderita secara
klinis maupun lab. dinyatakan baik. Bila dalam waktu kurang dari 7
hari, disertai hubungan seksual dan ternyata dalam pemeriksaan klinis
dan laboratoris masih positif, penderita dinyatakan reinfeksi.
Sedangkan bila diluar kriteria tersebut diatas dianggap relaps.
J. Prognosis
Infeksi gonorrhoeae yang belum menyebar melalui aliran darah ke
daerah lain hampir selalu dapat disembuhkan dengan antibiotik.
Gonorrhoeae yang telah menyebar merupakan infeksi yang lebih serius tapi
hampir selalu dapat membaik dengan pengobatan.
K. Komplikasi
1. Pada pria 3
a. Uretritis
Uretritis yang paling sering dijumpai adalah uretritis
anterior akut, dan dapat menjalar ke proksimal, selanjutnya
mengakibatkan komplikasi lokal, ascenden, dan diseminata.
b. Tysonitis
Kelenjar tyson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma.
Infeksi biasanya terjasdi pada penderita denga preputium yang
sangat panjang dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosa dibuat
berdasarkan ditemukannya butir pus atau pembengkakan pada
daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan timbul
abses dan merupakan sumber infeksi laten.
c. Parauretritis
Sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum
terbuka atau hipospadia. Infgeksi pada pus ditandai dengan butir pus
pada kedua muara parauretra.
d. Littritis
Tidak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benang-
benang atau butir-butir. Bila salah satu saluran tersumbat, bisa
terjadi abses folikular. Didiagnosis dengan uretroskopi.
e. Cowperitis
Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala. Kalau
infeksi terjadi pada kelenjar cowperdapat terjadi abses. Keluhan
berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerah perinium disertai rasa
penuh dan penas, nyeri pada waktu defekasi dan disuria. Jika tidak
diobati abses akan pecah melalui kulit perineum, uretra, atau rektum,
dan mengakibatkan proktitis.
f. Prostatitis
Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak pada
daerah perineum dan suprapubis, melese, demam, nyeri kencing
sampai hematuri, spasme otot uretra sehingga terjadi retensi urin,
tenesmus ani, sulit buang airbesar dan obstipasi.
Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan
konsistensi kenyal, nyeri tekan dan didapatkan fluktuasi bila telah
terjadi abses. Jika tidak diobati abses akan pecah masuk ke uretra
posterior atau ke arah rektum mengakibatkan proktitis.
Bila proktitis menjadi kronis, gejalanya ringan dan
intermiten, tetapi kadang-kadang menetap. Terasda tidak enak pada
perineum bagian dalam dan rasa tidak enak bila duduk terlalu lama.
Pada pemeriksaan prostat terasa kenyal berbentuk nodus, dan sedikit
nyeri pada penekanan. Pemeriksaan dengan pengurutan prostat
biasanya sulit menemukan kuman diplokokus atau gonokokus.
g. Vesikulitis
Vesikulitis biasanya radang akut yang mengenai vesikula
seminalis dan duktus ejakulatorius, dapat timbul menyertai
prostatitis akut atau epididimis akut. Gejala subyektif menyerupai
prostatitis akut, berupa demam, polakisuria, hematuria terminal,
nyeri pada waktu ereksi atau ejakulasi dan spasme mengandung
darah.
Pada pemeriksaan melalui rektum dapat diraba vesikula
seminalis seminali yang bengkak dan mengeras seperti sosis
memanjang di atas prostat. Ada kalanya sulit menentukan batas
kelenjar prostat yang membesar.
h. Vasdeferentitis dan funikulitis
Gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah
pada sisi yang sama.
i. Epididimitis
Epididimitis akut biasanya unilateral dan setiap epididimitis
biasanya disertai deferentitis. Keadaan yang mempermudah
timbulnya epididimitis ini adalah trauma pada uretra posterior yang
disebabkan oleh salah penanganan atau kelalain penderita sendiri.
Faktor yang mempengruhi keadaan ini antara lain irigasi yg terlalu
sering dilakukan, cairan irigator terlalu panas, atau terlalu pekat,
instrumentasi yg terlalu kasar, pengurutan prostat yang berlebihan,
dan aktifitas seksual jasmani yang berlebihan.
Epididimitis dan tali spematika membengkak dan terasa
panas, juga testis, sehingga menyerupai hidrokel sekunder. Pada
penekanan terasa nyeri sekali. Bila mengenai kedua epididimis dapat
mengkibatkan sterilisasi.
j. Trigonitis
Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai
trigonum vesika urinaria. Trigonitis menimbulkan gejala poliuria,
disuria terminal, dan hematuri.
2. Pada wanita 3
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda
dengan pria. Hal ini disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi
alat kelamin pria dan wanita. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita. Pada wanita, baik
penyakitnya akut maupun kronik, gejala subyektif jarang ditemuka dan
hampir tidak pernah didapati kelainan obyektif. Pada umumnya wanita
datang kalau sudah ada komplikasi. Sebagian penderita ditemukan pada
waktu pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan keluarga berencana.
Pada mulanya hanya servik uteri yang terkena infeksi. Duh
tubuh yang mukopurulen dan mengandung banyak gonokokus mengalir
keluar dan menyerang uretra, duktus parauretra, kelenjar bartholin,
rektum, dan dapat juga naik ke atas sampai pada daerah kandung telur.
a. Uretritis
Gejala utama ialah disuria kadang-kadang poliuria. Pada
pemeriksaan orifiisum uretra eksternum tampak merah, edematosa,
dan ada sekret mukopurulen.
b. Parauretritis/skenitis
Kelenjar parauretra dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi.
c. Servisitis
Dapat asimptomatis, kadang-kadang menimbulkan rasa
nyeri pada punggung bawah. Pada pemeriksaan servik tampak
merah dengan erosi dan sekret mukopurulen. Sekret tubuh akan
terlihat lebih banyak, bila terjadi servisitis akut atau disertai
vaginitis. Yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.

d. Barthonilitis
Labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah
dan nyeritekan. Kelenjar bartholin membengkak, terasa nyeri sekali
bila penderita berjalan dan penderita sukar duduk. Bila saluran
kelenjar tersumbatdapat timbul abses dan dapat pecah menjadi
mukosa atau kulit. Kalau tidak diobati dapat menjadi rekuren atau
kista.
e. Salpingitis
Peradangan dapat bersifat akut, subakut atau kronis. Ada
beberapa faktor predisposisi yaitu:
1) Masa puerperium (nifas)
2) Dilatasi setelah kuratese
3) Pemakaian IUD, tindakan AKDR (alat kontrasepsi dalam
rahim).
Cara infeksi langsung dari servik melalui tuba fallopi sampai
pada daerah salping dan ovarium. Sehingga dapat menimbulkan
penyakit radang panggul (PRP). Infeksi PRP ini dapat menimbulkan
kehamilan ektopik dan sterilitas. Kira-kira 10% wanita dengan
gonore akan berakhir dengan PRP. Gejalanya terasa nyeri pada
daerah abdomen bawah, discharge tubuh vagina, disuria, dan
menstruasi yang tidak teratur atau abnormal.
URETRITIS NON GONORE

I. PENDAHULUAN
Uretritis merupakan kondisi urologis dimana terjadi inflamasi pada uretra
yang dapat disebabkan oleh proses infeksi atau noninfeksi dengan manifestasi
keluarnya sekret, disuria, atau pruritus pada ujung uretra. Uretritis dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, maupun parasit, namun sebagian pasien dengan
uretritis tidak ditemukan penyebab yang pasti.(1,2,3,4)
Sebelum tahun 1970 hampir 90% kasus uretritis belum diketahui
penyebabnya, sedangkan 10% sudah diketahui penyebabnya, yaitu Neisseria
gonorrhoeae dan Trichomonas vaginalis. Dengan semakin majunya fasilitas
diagnostik sesudah tahun 1970, penyebab uretritis sudah diketahui 75%,
sedangkan sisanya 25% lagi masih dalam taraf penelitian.(2)
Uretritis diklasifikasikan menjadi uretritis gonokokkus dan uretritis non-
gonokokkus (atau uretritis non gonore, disingkat UNG).(5)
Uretritis gonokokkus didiagnosis bila pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan Neisseria gonorrhoeae, sebaliknya jika tidak ditemukan N.
gonorrhoeae disebut sebagai uretritis non gonokokkus atau uretritis non gonore.
Kedua klasifikasi di atas termasuk dalam kategori penyakit dengan transmisi
secara seksual.(2,5)
Etiologi UNG tersering adalah Chlamydia trachomatis. Laporan WHO
tahun 2001 menunjukkan bahwa infeksi oleh C. trachomatis diperkirakan 89 juta
orang per tahun di seluruh dunia.(2,3,6,7,8,9)
Manifestasi klinis UNG biasanya antara 1-3 minggu setelah berhubungan
intim dengan penderita. Gejala pada pria berupa disuria ringan, perasaan tidak
enak di uretra, sering kencing, dan keluarnya duh tubuh seropurulen.(2,6,7,10)
Meskipun kebanyakan penderita wanita tidak menunjukkan gejala,
beberapa diantaranya mengalami urgensi (desakan) berkemih yang lebih sering,
disuria ringan, nyeri di daerah pelvis, disparenia dan keluarnya duh tubuh dari
vagina.(2,5,7)
II. EPIDEMIOLOGI
Uretritis non gonore banyak ditemukan pada orang dengan keadaan sosial
ekonomi rendah, usia lebih tua, dan aktivitas seksual yang lebih tinggi. Pria juga
ternyata lebih banyak daripada wanita dan golongan heteroseksual lebih banyak
daripada golongan homoseksual.(2,7)
Di Amerika Serikat, infeksi Chlamydia adalah penyakit infeksi menular
seksual yang paling sering dilaporkan dan paling banyak terjadi pada orang
berusia 19-24 tahun. Sekitar 4-5 juta kasus infeksi Chlamydia terjadi tiap
tahunnya dengan angka prevalensi dua setengah kali dari kasus gonore.
Beberapa sekuele penting dapat terjadi akibat infeksi C. Trachomatis pada
wanita; antara lain yang paling serius adalah pelvic inflamatory disease (PID),
kehamilan ektopik, dan infertilitas. Beberapa wanita dengan infeksi servikal
tanpa komplikasi telah memiliki infeksi traktus reproduktif atas yang bersifat
subklinis.(5,7,9)
Khusus untuk kasus UNG yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis
ditemukan di setiap benua dan iklim serta tidak memiliki variasi berdasarkan
musim. Memiliki distribusi kosmpolitan dan telah diidentifikasi pada semua ras
dan strata sosioekonomi. Data terbaru menunjukkan insiden tahunan di seluruh
dunia adalah lebih dari 170 juta kasus. Faktanya, WHO memperkirakan jumlah
kasus infeksi ini mencapai hampir separuh dari seluruh kasus infeksi menular
seksual yang dapat disembuhkan. Insiden trikomoniasis adalah setinggi 56% di
antara pasien yang datang ke klinik IMS.(11)

III. ETIOPATOGENESIS
Uretritis non gonore adalah salah satu jenis penyakit infeksi menular seksual
yang paling banyak mengenai pria, tapi dalam proporsi kasus yang signifikan
(20%-50%), patogennya tidak teridentifikasi.(3)
Ada banyak penyebab terjadinya UNG. Berikut ini akan dijabarkan
mengenai etiologi dan patogenesis dari UNG.
a. Bakteri
Bakteri yang paling sering menyebabkan UNG adalah Chlamydia
trachomatis, tapi juga dapat disebabkan oleh Ureaplasma urealyticum,
Mycoplasma hominis, dan Mycoplasma genitalium.(2,3,6,8,11) Ureaplasma
urealyticum telah terdeteksi lebih sering dan jumlah yang banyak pada laki-
laki dengan uretritis non gonokokkus nonchlamydia, khususnya laki-laki
dengan UNG nonchlamydia episode pertama.(5,12)
- Chlamydia trachomatis
Chlamydia trachomatis merupakan bakteri gram negatif, nonmotil,
dan bersifat obligat intraselular. Chlamydia trachomatis penyebab UNG
ini termasuk subgrup A dan mempunyai tipe serologic D-K.(2,6,7,9)
Spesies C. trachomatis mempunyai 15 serotipe, dimana serovar A, B,
dan C menyebabkan konjungtivitis kronik, serovar D sampai K
menyebabkan infeksi genital, serovar L1 sampai L3 menyebabkan
limfogranuloma venereum (LGV). Bakteri ini memasuki sel dengan
mekanisme endositosis dan bereplikasi melalui binary fission di dalam
sel.(7,9)
Traktus urogenital merupakan daerah yang paling sering terinfeksi
oleh C. trachomatis. Transmisi terjadi melalui rute oral, anal, atau melalui
hubungan seksual. Gejala terjadi dalam 1-3 minggu setelah infeksi. Namun
demikian, sering terjadi infeksi asimtomatik sebesar 80% pada wanita dan
50% pada pria. Koinfeksi dengan penyakit menular seksual lainnya sering
kali terjadi terutama gonore.(7)
Penyakit infeksi ini sering tidak disertai gejala klinis sehingga sulit
untuk menilai penyebarannya. Dalam perkembangannya Chlamydia
trachomatis mengalami 2 fase, yaitu:(2)
a. Fase 1: disebut fase noninfeksiosa, dimana fase noninfeksiosa terjadi
keadaan laten yang dapat ditemukan pada genitalia maupun
konjungtiva.
b. Fase 2: fase penularan, bila vakuol pecah kuman keluar dalam bentuk
badan elementer yang dapat menimbulkan infeksi pada sel
hospes yang baru.

- Ureaplasma urealyticum dan Mycoplasma hominis


Ureaplasma urealyticum merupakan 25% sebagai penyebab UNG dan
sering bersamaan dengan infeksi Chlamydia trachomatis. Dahulu dikenal
dengan nama T-strain mycoplasma. Mycoplasma hominis juga sering
bersama-sama dengan infeksi Ureaplasma urealyticum. Mycoplasma
hominis sebagai penyebab UNG masih diragukan, karena kuman ini
bersifat komensal yang dapat menjadi patogen dalam kondisi tertentu.
Ureaplasma urealyticum merupakan mikroorganisme paling kecil, gram
negatif, dan sangat pleomorfik karena tidak memiliki dinding sel yang
kaku.(2,13)

- Mycoplasma genitalium
Mycoplasma sp. merupakan salah satu mikroorganisme terkecil yang
dapat berkoloni di traktur respirasi dan urogenital. Mycoplasma memiliki
13 spesies, 4 diantaranya menginfeksi traktus genital, yaitu Mycoplasma
hominis, M. genitalium, Ureaplasma parvum, dan U. urealyticum. Sekitar
40-80% wanita yang aktif secara seksual mengalami kolonisasi genital dari
ureaplasma. Organisme ini juga berperan dalam 20-30% kasus UNG.(7)
Pasien dengan infeksi mycoplasma genitalium sering tidak
terdiagnosis, karena gejala yang timbul biasanya dikaitkan dengan patogen
lain yang lebih umum seperti Chlamydia. Seperti halnya Chlamydia,
infeksi mycoplasma genital mengakibatkan uretritis, servisitis, PID,
endometritis, salpingitis, dan korioamnionitis. Spesies lainnya dapat
menyebabkan infeksi pernapasan, artritis septik, pneumonia neonatal, dan
meningitis.(7)
b. Virus
Virus yang dapat menyebabkan UNG antara lain Herpes simplex virus
dan Adenovirus. Virus Herpes Simplex dan adenovirus hanya berperan kecil
dalam kejadian kasus UNG.(3,6)

c. Parasit
Golongan parasit yang bisa menjadi penyebab adalah Trichomonas
vaginalis. Parasit ini merupakan protozoa yang menyebabkan kondisi yang
dinamakan trikomoniasis. Infeksi pada wanita menyebabkan timbulnya
keputihan yang berbau, berwarna kuning kehijauan, disertai pruritus, eritema,
dan dispareunia. Pada pria seringkali asimtomatis, keluhan yang muncul
berupa sekret uretra, nyeri berkemih yang terasa panas, dan frekuensi
berkemih yang lebih sering.(2,7,11)
Manusia adalah satu-satunya natural host untuk T. vaginalis.
Trofozoitnya bertransmisi dari orang ke orang melalui hubungan seksual.
Transmisi nonseksual penyakit ini jarang. Kejadian infeksi asimtomatis
setinggi 50% pada perempuan. Laki-laki yang terinfeksi biasanya
asimtomatis dan juga self-limiting; karenanya diagnosis sering susah
ditegakkan.(11)
Trichomonas vaginalis akan menginfeksi vagina dan epitel uretra dan
menyebabkan mikroulserasi. Pada wanita, organisme ini dapat diisolasi dari
vagina, uretra, serviks, kelenjar Bartholin, dan kelenjar Skene serta buli-buli.
Pada pria, organisme ini dapat ditemukan di area genital eksterna, uretra
anterior, epididimis, prostat, dan semen. Masa inkubasi biasanya berlangsung
4-28 hari. Pada wanita, manifestasi infeksi bervariasi mulai dari carrier
asimtomatik sampai vaginitis inflamatorik. Karena peningkatan keasaman
dari vagina, gejala cenderung muncul selama atau setelah menstruasi.
Kebanyakan pria merupakan carrier asimtomatik.(7)

d. Alergi
Ada juga dugaan bahwa UNG disebabkan oleh reaksi alergi terhadap
komponen sekret alat urogenital pasangan seksualnya. Alasan ini
dikemukakan karena pada pemeriksaan sekret UNG tersebut ternyata steril
dan pemberian obat antihistamin dan kortikosteroid mengurangi gejala
penyakit.(2)

IV. GAMBARAN KLINIS


Gambaran klinis pada laki-laki
Pada laki-laki, gejala dapat timbul biasanya setelah 1-3 minggu hari setelah
kontak seksual. Keluarnya sekret uretra merupakan keluhan yang sering
dijumpai, berupa lendir yang jernih sampai keruh. Keluhan yang paling umum
ialah waktu pagi hari atau morning drops, tetapi bisa juga berupa bercak di
celana dalam. Disuria merupakan salah satu keluhan yang banyak dijumpai dan
sangat bervariasi dari rasa terbakar sampai tidak enak pada saluran kencing
waktu mengeluarkan urin. Tetapi keluhan disuria tidak sehebat pada infeksi
gonore. Keluhan gatal pada saluran uretra mulai dari gatal yang sangat ringan
dan terasa hanya pada ujung kemaluan. Sebagai akibat terjadinya uretritis,
timbul perasaan ingin buang air kecil. Bila infeksi sampai pars membaranasea
uretra, maka pada waktu muskulus sfinkter uretra berkontraksi timbul
pendarahan kecil. Selain itu timbul perasaan ingin buang air kecil pada malam
hari atau nokturia. Keluhan lain yang jarang ialah adanya perasaan demam dan
pembesaran kelenjar getah bening inguinal yang terasa nyeri.(7,13,14)
Pada pemeriksaan klinis muara uretra tampak tanda peradangan berupa
edema dan eritem, dapat ringan sampai berat. Sekret uretra bisa banyak atau
sedikit sekali atau kadang-kadang hanya terlihat pada celana dalam penderita.
Sekret umumnya serosa, seromukous, mukous, dan kadang bercampur dengan
pus. Kalau tidak ditemukan sekret bisa dilakukan pengurutan saluran uretra yang
dimulai dari daerah proksimal sampai distal sehingga mulai nampak keluar
sekret. Kelainan yang nampak pada UNG umumnya tidak sehebat pada uretritis
gonore.(14)
Uretritis non gonore.(15)

Gambaran klinis pada wanita


Pada wanita, gejala sering tidak khas, asimptomatik atau sangat ringan. Bila
ada keluhan berupa duh tubuh genital yang kekuningan, sering ditemukan pada
pemeriksaan wanita yang menjadi pasangan pria dengan UNG. Pada
pemeriksaan klinik genital dapat ditemukan kelainan serviks, misalnya terdapat
eksudat serviks mukopurulen atau erosi serviks.(14)

Servisitis karena Chlamydia dengan


ektopi, sekret, dan perdarahan.(16)

V. DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Diagnosis secara klinis sukar untuk membedakan infeksi karena gonore atau
non gonore. Uretritis non gonore pada pria dikenal dengan tanda-tanda adanya
keluhan pengeluaran cairan yang mucopurulen dari uretra dan dengan kemungkinan
banyak atau sedikit, tetapi pada umumnya cairan tersebut encer. Kadang-kadang
disertai disuria, perasaan gatal pada bagian ujung uretra ataupun dengan keluhan
mikturasi yang lebih sering. Sering keluhan penderita tidak begitu menonjol
sehingga dapat menyebabkan kesukaran dalam penentuan waktu inkubasinya,
tetapi pada umumnya waktu inkubasi antara 1 — 3 minggu. Ada kalanya penderita
dengan pengeluaran cairan (duh tubuh) yang purulen sehingga sukar dibedakan
secara klinis dengan Uretritis gonore. (7,13,14)
Uretritis non gonore pada wanita pada umumnya tanpa keluhan. Hasil
penyelidikan melaporkan bahwa sekitar 20% para wanita sebagai "teman
berhubungan" dari pria yang menderita Uretritis non gonore maka bila dilakukan
pemeriksaan akan dijumpai tanda-tanda infeksi dari alat genital yang bersangkutan.
Bila terjadi pengeluaran cairan dari Vagina (vaginal disharge) maka hal tersebut
pada umumnya disertai dengan trichomoniasis dan terutama disebabkan oleh
Cervitis. (14)
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan menyeluruh pada pasien dengan penyakit menular seksual,
termasuk uretritis, sangat penting dalam mengarahkan diagnosis dan terapi yang
tepat. Kuantitas discar pada uretritis dapat dikategorikan “banyak” (mengalir secara
spontan dari uretra), “sedikit” (keluar hanya jika uretra di ekspos), “sedang” (keluar
secara spontan, namun hanya sedikit). Warna dan karakter discharge uretra harus
diperhatikan. Lendir berwarna kekuningan atau hijau disebut sebagai lender
purulen. Lendir berwarna putih yang bercampur cairan jernih dinamakan lender
“mukoid”. Jika hanya lendir bening, dinamakan “jernih”. Adanya inflamasi pada
meatus uretra, edema penis, dan pembesaran kelenjar limfe juga harus diperhatikan.
(14)

C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium secara langsung
Pemeriksaan laboratorium untuk Chlamydia trachomatis telah cepat
berkembang beberapa tahun terakhir ini. Namun penggunaan pemeriksaan
laboratorium sebaiknya disesuaikan dengaan kemampuan sarana kesehatan. Untuk
program skrining lebih disukai teknik yang menggunakan spesimen noninvasif.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk mendiagnosis UNG adalah
sebagai berikut:(13,17)
1. Pewarnaan Gram adalah salah satu pemeriksaan yang lebih cepat untuk
mengevaluasi uretritis dan mengetahui ada tidaknya infeksi gonokokus.
Dianggap positif UNG bila terdapat lebih dari 4 leukosit dengan
pembesaran 1000 kali.
2. Sedimen urin: kriteria diagnosis uretritis bila terdapat sekret uretra dan
terdapat 20 leukosit PMN atau lebih dua lapangan pandang dengan
pembesaran 400x dari pemeriksaan sedimen 10-15 ml urine tampung
pertama yang dikeluarkan sebelum 4 jam atau lebih.
3. Pada pemeriksaan mikroskopik sekret serviks dengan pewarnaan gram
didapatkan >30 lekosit per lapangan pandang dengan pembesaran 1000 kali.
4. Pemeriksaan spesimen dari endouretral dengan dijumpainya sel lebih dari
4/LP (400x) dilakukan dengan pewarnaan gram.
5. Pemeriksaan sediaan basah untuk menentukan Trichomonas vaginalis.
Kultur
Sebagai patogen intraseluler, Chlamydia trachomatis membutuhkan sistem
kultur sel untuk diperbanyak di laboratorium, sehingga kultur sel merupakan tes
standar untuk mendeteksi Chlamydia trachomatis selama bertahun-tahun,
dengan sensitivitas 40–85% pada spesimen genital. Untuk kultur, spesimen
dapat diambil dengan swab berujung kapas. Spesimen harus diletakan dalam
media transport spesifik dan didinginkan selama 24 jam hingga berinokulasi
pada lempeng kultur sel.(17)
Kultur Trichomonas vaginalis
dalam bentuk tropozoit. Tampak 4
buah flagella dan satu nucleus.(18)

Badan inklusi Chlamydia trachomatis


(coklat) pada media kultur McCoy.(19)

Metode serologi
Pemeriksaan serologi tidak banyak digunakan untuk diagnosis infeksi
Chlamydia pada saluran reproduksi selain limfogranuloma venereum. Dengan
alasan berikut:(17)
1. Prevalensi basal antibodi yang tinggi dalam populasi individu aktif secara
seksual yang berisiko terinfeksi C. Trachomatis, berkisar 45–65% dari
individu yang diperiksa. Tingginya prevalensi seropotif pada pasien-pasien
yang asimptomatis dengan kultur-negatif diduga menggambarkan infeksi
sebelumnya sukar dideteksi dengan teknik kultur.
2. Tidak terdapat gejala permulaan pada banyak pasien dengan infeksi
Chlamydia yang menunjukan bahwa pasien lebih sering berada pada periode
ketika tak terdapat antibodi IgM atau tidak menunjukan peningkatan maupun
penurunan titer antibodi IgG sehingga parameter ini sering tak terdapat pada
awal infeksi, hal ini terutama pada wanita. Awal gejala lebih jelas pada pria
UNG, dan serokonversi atau antibodi IgM didapatkan pada sebagian besar
pria.
3. Infeksi traktus genitalia superfisial (uretritis) umumnya menghasilkan titer
antibodi mikro-IF berkisar antara 1:8 hingga 1:256, tetapi jarang lebih tinggi.
Pada pria UNG yang awalnya seronegatif, tetapi kemudian terdapat antibodi
IgG terhadap Chlamydia, 60% memiliki titer 1:8 dan 1:32, sedangkan 40%
antara 1:64 dan 1:2.
Saat ini terdapat metode otomatis untuk mendeteksi DNA atau RNA C.
Trachomatis yang diamplifikasi. Dua metode yang paling banyak digunakan
adalah ligase chain reaction (LCR) dan polymerase chain reaction (PCR).
Metode yang lainnya adalah transcription-mediated amplification (TMA).(17)

VI. DIAGNOSIS BANDING


1. Gonore
Gonore merupakan penyakit menular seksual yang umum terjadi dan
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, menyebabkan perubahan pada
mukosa dan epitel transisional. Pada pria, gejala awal biasanya timbul dalam
waktu 2-8 hari setelah terinfeksi. Manifestasi umum dari infeksi gonokokkus
pada pria adalah uretritis. Karakteristiknya berupa sekret yang purulen atau
berawan keluar dari uretra yang membedakannya dari uretritisnon gonore.
Inflamasi membran mukosa pada uretra anterior menyebabkan rasa nyeri
saat berkemih dan terjadi kemerahan serta pembengkakan. Nyeri dan
bengkak pada testis mengindikasikan terjadinya epididimitis atau orkitis dan
mungkin akan menjadi satu-satunya gejala yang muncul. Pada wanita, 50%
infeksi N. gonorrhoeae bersifat asimtomatis. Skrining yang sesuai, diagnosis
dini, dan perawatan adalah krusial karena dapat menyebabkan komplikasi
serius berupa sterilitas. Endoserviks adalah lokasi umum terjadinya infeksi
dan invasi organisme ini. Gejala uretritis mencakup sekret mukopurulen,
pruritus vagina, dan disuria. Vaginitis tidak terjadi kecuali pada wanita
prapuber atau post menopause karena epitel vagina wanita yang sudah
dewasa secara seksual tidak mendukung pertumbuhan N. gonorrhoeae.
Lokasi infeksi lainnya adalah kelenjar Bartolin dan Skene. Organisme juga
dapat menginvasi traktus genitalia atas seperti uterus, tuba fallopi, dan
ovarium menyebabkan terjadinya Pelvic Inflammatory Disease (PID).(1,7,20)

Gonore akut pada pria bermanifestasi


dengan adanya secret purulen seperti
krim keluar dari uretra.(7)

VII. PENATALAKSANAAN
a.
Penanganan pasangan seksualnya(22)
b. Farmakologi
Pengobatan harus diberikan segera setelah diagnosis UNG ditegakkan
tanpa menunggu hasil tes Chlamydia dan kultur N. gonorrhoea. Azitromisin
dan doksisiklin memiliki efektivitas tinggi terhadap uretritis karena infeksi
Chlamydia, demikian pula dengan M. genitalium yang berespon sangat baik
terhadap azitromisin.(1,23)
- Regimen yang direkomendasikan:
Azitromisin 1 gr per oral dosis tunggal atau doksisiklin 100 mg per
oral 2 kali sehari selama 7 hari.(1,23)
Azitromisin merupakan golongan makrolid dengan aktivitas lebih
rendah terhadap kuman gram positif tetapi lebih aktif terhadap kuman gram
negatif. Azitromisin diindikasikan untuk infeksi klamidia daerah genital
tanpa komplikasi.(24)
Doksisiklin adalah golongan tetrasiklin yang berspektrum luas dan
merupakan pilihan untuk infeksi yang disebabkan Chlamydia (trakoma,
psitakosis, salpingitis, uretritis, dan limfogranuloma venereum).(24)
- Regimen alternatif:
Eritromisin 500 mg diberikan dua kali sehari selama 14 hari atau
ofloksasin 200 mg diberikan dua kali sehari atau 400 mg diberi sekali sehari
selama 7 hari.(1,23)
Eritromisin memiliki spektrum antibakteri yang hampir sama dengan
penisilin, sehingga obat ini digunakan sebagai alternatif penisilin.
Eritromisin bekerja aktif terhadap Chlamydia dan Micoplasma.(24)
Ofloksasin merupakan golongan kuinolon yang bekerja dengan
menghambat DNA gyrase sehingga sintesis DNA kuman terganggu.
Ofloksasin digunakan untuk infeksi saluran kemih, saluran nafas bawah,
gonore, uretritis, dan servisitis non gonokokkus.(24)
- Untuk pasien dengan UNG persisten/rekuren terapi yang diberikan berupa:
Metronidazol 2 gr per oral dosis tunggal atau Tinidazol 2 gr per oral
dosis tunggal atau Azitromisin 1 gr per oral dosis tunggal.(1,23)
Penyebab UNG persisten/rekuren adalah multifaktorial. M.
genitalium terlibat dalam 20-40% kasus dan terapi UNG tidak selalu
mengeradikasi kuman ini. Karena kemungkinan risiko resistensi pada dosis
tunggal azitromisin, para ahli merekomendasikan pemberian azitromisin
selama 5 hari untuk terapi M. genitalium.(1,23)
Metronidazol merupakan antimikroba dengan aktivitas sangat baik
terhadap bakteri anaerob dan protozoa. Spektrum antiprotozoanya
mencakup Trichomonas vaginalis, vaginosis bakterial (terutama
Gardnerella vaginalis).(24)
Pasien dengan infeksi Chlamydia harus dimonitor selama 2 minggu.
Pemberian informasi kepada pasangan, pencegahan hubungan seksual
sementara serta penyelesaian terapi dengan benar harus diperiksa. Dalam
hal ini pasangan maupun semua orang yang memiliki kontak seksual
langsung dengan penderita harus diidentifikasi dan diberikan saran untuk
mendapat terapi serupa.(1,22)

VIII. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus UNG antara lain:(2,9,25)
1. Epididimitis akut biasanya unilateral dan setiap epididimitis biasanya
disertai vas deferentitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya epidimitis
adalah trauma pada uretra posterior yang disebabkan oleh salah pengelolaan
pengobatan atau kelalaian pasien sendiri. Epididimitis dan tali spermatika
membengkak dan terasa panas, juga testis, sehingga menyerupai hidrokel
sekunder. Pada penekanan teraba nyeri sekali. Bila mengenai kedua
epididimis dapat mengakibatkan sterilitas.
2. Striktur uretra atau penyempitan pada lumen uretra, insidennya rendah pada
penderita yang mendapat pengobatan antibiotik untuk gonore.
3. Proktitis, terutama pada pria homoseks. Keluhan penderita sedikit tetapi
dapat ditemukan cairan mukus dari rektum dan tanda-tanda iritasi.
4. Servisitis. Dapat asimptomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri
pada punggung bawah. Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan
erosi dan sekret mukopurulen. Duh tubuh akan terlihat lebih banyak, bila
terjadi servisitis akut atau disertai vaginitis yang disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis.
5. Endometriosis. Chlamydia dapat ditemukan pada aspirat endometrial pada
kasus endometriosis dengan atau tanpa tanda-tanda salfingitis.
6. Salfingitis. Peradangan pada salping yang banyak disebabkan oleh C.
trachomatis.
7. Perihepatitis. Chlamydia dapat meluas dari serviks melalui endometrium ke
tuba dan kemudian ke diafragma kanan. Beberapa penyebaran menghasilkan
perihepatitis. Parenkim hati tidak diserang sehingga tes fungsi hati biasanya
normal.
8. Reiter syndrome, dikenal juga sebagai artritis reaktif, adalah kumpulan dari
tiga gejala yaitu konjungtivitis, uretritis, dan arthritis. Terjadi setelah sebuah
infeksi khususnya infeksi pada saluran urogenital atau gastrointestinal.
Patofisiologinya belum diketahui, tetapi faktor infeksi dan imun
kemungkinan terlibat.

IX. PROGNOSIS
Kadang-kadang tanpa pengobatan, penyakit lambat laun berkurang dan
akhirnya sembuh sendiri (50-70% dalam waktu kurang lebih 3 bulan). Setelah
pengobatan ±10% penderita akan mengalami eksaserbasi/rekurens.(2)

X. EDUKASI
Pasien dianjurkan untuk menjauhkan diri dari hubungan seksual atau
melakukan hubungan seksual monogami dengan mitra yang tidak terinfeksi.
Penggunaan kondom lateks pada pria, jika digunakan secara konsisten dan
benar, sangat efetif dalam mengurangi penularan infeksi menular
seksual.(1,21,22)
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien atas nama Tn. CM, umur 23 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan
Kelamin RS Abdul Manap Pada tanggal 22 April 2019, berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis uretritis gonorhea.
Pasien datang dengan keluhan keluar nanah pada saluran kencing. Pada
awalnya nanah muncuh pada 2 hari SMRS. Nanah keluar secara tiba-tiba pada saat
pasien sedang tidur dan tidak terasa. Pasien mengatakan bahwa tidak ada keluhan
nyeri pada saat buang air kecil atau keluar nanah. Menurut pengakuan pasien
melakukan senggama terakhir kali sebulan yang lalu dengan seseorang yang tidak
dikenalnya.
Berdasarkan teori Pada penyakit gonorhea, keluhan pertama yang dirasakan
penderita adalah keluar duh mukopurulen dari ujung uretra.
Dari analisis kasus ini ditegakan diagnosa uretritis gonorhea. Tidak cocok jika
dibandingkan dengan pengakuan pasien bahwa terakhir kali melakukan senggama
1 bulan yang lalu. Karena masa inkubasi pada gonorhea 2 – 5 hari. Dan pada
uretritis non-gonorhea gejala akan timbul 1 – 3 minggu. Diperlukan pemeriksaan
penunjang untuk menentukan penyebab dari gejala pasien.
Pada pasien ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan memberikan
obat secara oral.
o Cefixime tablet 100 mg sehari 4 tablet hari pertama
o Doksisiklin tablet 100 mg 2 kali sehari hari kedua sampai hari ke tujuh
Obat cefixime diberikan untuk N. gonorhea dan doksisiklin untuk Chlamydia
trachomatis.
BAB V
KESIMPULAN

1. Gonorrhoeae adalah penyakit kelamin yang pada permulaannya keluar cairan


putih kental berupa nanah dari OUE (orifisium uretra eksternum) sesudah
melakukan hubungan kelamin.
2. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae, yang
termasuk golongan bakteri diplokok berbentuk seperti biji kopi yang bersifat
tahan terhadap asam dan mempunyai ukuran lebar 0,8µ dan mempunyai
panjang 1,6µ
3. Insidensi tertinggi terjadinya penyakit ini adalah di negara berkembang.
4. Gonorrhoeae Biasanya ditandai dengan uretritis purulen kelamin dan disuria.
Infeksi juga bisa tanpa gejala, terutama pada wanita.
5. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan
pengobatan pilihan pada penatalaksanaan gonorrhoeae ini.
6. Chlamydia trachomatis merupakan bakteri gram negatif, nonmotil, dan bersifat
obligat intraselular.
7. Chlamydia trachomatis penyebab UNG ini termasuk subgrup A dan
mempunyai tipe serologic D-K.
8. Chlamydia trachomatis mempunyai Gejala terjadi dalam 1-3 minggu setelah
infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Barakbah, J. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
th
2. Daili, S.F., 2009. Gonore. In: Daili, S.F., et al., Infeksi Menular Seksual. 4
ed. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI, 65-76.

3. Devrajani, Bikha R. 2010. Frequency And Pattern Of Gonorrhoea At


Liaquat University Hospital, Hyderabad (A hospital Based Descriptive
Study).

4. Djuanda, Adhi, Mochtar, Aisah, Siti. 2008. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta : FKUI

5. Freedberg, IM. 2003. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine.


USA: McGraw-Hill

6. Manuaba, IBG. 2008. Gawat Darurat Obstetric-Ginekologi Dan Obstetric-


Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC. Hlm: 296-299.

7. Marcus, Ulrich. 2010. Reported Incidence Of Gonorrhoea And Syphilis In


East And West Germany.

8. Siregar,R.S.2004. Sari Pati Penyakit Kulit. EGC : Jakarta, hal : 299

9. Wilson, Walter R. 2009. Current Diagnosis & Treatment In Infectious


Diseases. USA: The McGraw- -Hill Companies.

10. Wolff K, Richard AJ, Dick S. 2005. fitzpatrick's color atlas and synopsis of
clinical dermatology. English: McGraw-Hill Professional.

11. Department of Health and Human Service Centers for Disease Control and
Prevention. Urethritis and Cervicitis STD Treatment Guidelines 2006.
[cited on 2011 August 28th]. Available at:
http://www.cdc.gov/std/treatment/urethritis and cervicitis.htm
12. Csonka, GW. Non-gonococcal Urethritis. Brit J Vener Dis 1965; 41: 2-3
13. Clutterbuck D, ed. Non-gonococcal urethritis, chlamydial infection and
pelvic inflamatory disease. In: Specialist Training in: Sexually Transmitted
Infections and HIV. London: Elsevier; 2004 p. 28-33
14. Sterry W, Paus R, Burgdorf W, eds. Sexually Transmitted Diseases. In:
Thieme Clinical Companions Dermatology. Stuttgart: Georg Thieme
Verlag; 2006 p. 134-54
15. Garcia AL, Madkan VK, Tyring SK. Gonorrhea and Other Venereal
Diseases. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, et al, eds. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine 7th Ed. Chicago: The McGraw-Hill
Companies; 2008
16. Holmes KK, Sparling PF, Stam WE, et al. Chlamydial infection in the adult.
In: Stam WE, ed. Sexually Transmitted Disease 4th Ed. Chicago:The
McGraw-Hill Companies Inc; 2008 p. 575-93
17. Gawkrodger, DJ, ed. Genitourinary Medicine. In: Dermatology 3rd Ed An
Illustrated Colour Text. London: Churchill Livingstone; 2003 p. 112-3
18. Sood S, Kapil A. An update on Trichomonas vaginalis. Indian J Sex Transm
Dis 2008; 29: 7-14
19. Totten PA, Schwartz MA, Sjostrom KE, et al. Association of Mycoplasma
Genitalium with Nongonococcal Urethritis in Heterosexual Men. JID 2001;
183: 269-76
20. Hutapea NO. Uretritis Non Gonore. Cermin Dunia Kedokteran 1982; 28:
87-9
21. Lumintang H. Infeksi Genital Non Spesifik. Dalam: Makes WIB, Judanarso
J, eds. Penyakit Menular Seksual. Jakarta: FKUI; 2002 p. 58-9
22. University of Washington. Nongonococcal Urethritis. [cited on 2011
August 29th]. Available at
http://depts.washington.edu/nnptc/online_training/std_handbook/gallery/pages/nongo
nococcal.html
23. Celum C, Stamm W. Chlamydial cervicitis. [cited on 2011 August 29th].
Available at
http://depts.washington.edu/nnptc/online_training/std_handbook/gallery/pages/chlam
cervicitis.html

Вам также может понравиться