Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Kejadian tersebut sering terjadi pada pasien yang dirawat karena muntah-muntah, diare, kelainan
yang menyebabkan pasien untuk berpuasa atau sengaja dipuasakan, gangguan pada sistem
pencernaan, kelainan jantung, ginjal, paru atau yang lainnya dimana pemberian cairan infus
terkadang terlampau berhati-hati atau pada pasien-pasien yang berumur ekstrim –pasien bayi
maupun pasien tua-. Pada kasus bedah kejadian kekurangan nutrisi lebih sering ditemukan pada
penderita pasca operasi yang membutuhkan perawatan lama atau memang sudah didasari kondisi
preoperatif yang dialami sebelumnya. Biasanya, jika pasien sampai terpaksa harus dirawat di
ruang intensif, dokter anasthesi atau intensifis sudah sangat fasih memperhatikan keadaan ini.
Namun masalah muncul, kalau kondisi kekurangan ini sudah terjadi sebelum masuk ruang ICU,
apalagi dalam situasi yang susah untuk dikembalikan atau diperbaiki (irreversible).
Padahal tidak sulit untuk mengetahu seseorang pasien itu jatuh pada kondisi dehidrasi
(kekurangan cairan). Bisa dilihat dari penampakan kulit, keadaan kering pada mulut atau bibir
dan yang lebih parah lagi mata akan tampak lebih cowong. Sayangnya kalau gejala yang
ditimbulkan pada kondisi yang telah parah, seperti kejang, gangguan fungsi jantung, kesadaran
menurun atau terjadi kegagalan fungsi ginjal yang akut dianggap sebagai suatu penyakit berdiri
sendiri, tanpa ditelusuri bahwa dehidrasi itulah penyebab utamanya. Begitu juga terhadap
penyembuhan luka, baik yang telah dilakukan operasi maupun tidak, sangat juga ditentukan oleh
status nutrisi penderita, terutama komposisi proteinnya. Dan tidak jarang keadaan kekurangan
cairan, elektrolit dan nutrisi ini saling berkaitan. Guna menanggulangi ketidakseimbangan ini
salah satunya dengan cara pemberian cairan infuse, selain memberikan secara langsung makanan
dan minuman untuk dikonsumsi pasien. Itu juga mengapa tersedia berbagai jenis cairan infus
yang pada prinsipnya berguna untuk menggantikan kekurangan cairan, elektrolit dan nutrisi
(parentral nutrisi).
Kekurangan atau kecukupan cairan dapat dilihat dari kondisi pasien dan secara obyektif bisa
dinilai dari produksi urine, jika memang tidak ada kelainan berkenaan dengan ginjal dan
salurannya. Sedangkan untuk mengetahui kadar nutrisi dan elektrolit secara obyektif bisa terlihat
dari pemeriksaan laboratorium, misalnya pemeriksaan kandungan albumin dan Natrium/Kalium
dalam darah. Secara normal tubuh seorang dewasa memerlukan cairan sekitar 2,5 liter per hari.
Dan produksi urine yang baik jika berkisar antara 0,5 sampai 2cc/kgBB/jam. Sedangkan keadaan
nutrisi secara aplikatif lebih banyak berhubungan dengan pengukuran kebutuhan kalori seorang
penderita. Tubuh pada orang dewasa rata-rata memerlukan 1500 sampai 2000 kkal per hari yang
idealnya kebutuhan itu didapat dari lebih kurang 60% karbohidrat, 25% lemak dan 15% protein.
Maka dengan demikian pemberian jenis cairan dan nutrisi parenteral beserta seberapa banyak
volumenya menjadi suatu yang membutuhkan perhitungan juga.
Jadi biasakanlah perhatian kita terhadap hal tersebut di atas pada keadaan-keadaan seperti; pasien
yang dirawat berkelamaan, pasien yang datang dengan kondisi lemah dan pasien yang sudah
lanjut usia.