Вы находитесь на странице: 1из 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu masalah kesehatan di masyarakat adalah peningkatan kadar asam

urat di dalam tubuh baik di tingkat dunia maupun di Indonesia. Data The National

Institutes of Health (NIH) pada tahun 2002, mempengaruhi jumlah penderita kadar

asam urat tinggi di Amerika Serikat mencapai 2,1 juta. Menurut WHO, Indonesia

merupakan Negara terbesar ke-4 di dunia yang penduduknya menderita asam urat

tinggi. Penelitian terakhir yang dipublikasikan di The New England Journal of

Medicine pada tanggal 8 Maret 2004, memuat artikel hasil karya Dr. Choi dan

rekannya, yang berjudul “Purine-Rich Foods, Dairy and protein Intake, and risk of

Gout in Men”. Dr Choi dan rekannya melakukan penelitian ini selama 12 tahun

terhadap 47.150 orang, didapatkan 730 yang mengalami kadar asam urat tinggi

atau sekitar 15/1000 penduduk (1,5%), yang bedampak pada masalah persendian

(Juandy Jo, 2007).

Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) pada tahun 2009, menemukan bahwa

prevalensi penyakit sendi di Indonesia berdasarkan diagnosis adalah 14,0%, dan

berdasarkan gejala berupa bengkak, merah, ngilu, panas sebesar 30,3%, sedangkan

pada tahun 2013 adalah 11,9% dan berdasarkan gejala yang dirasakan berupa

bengkak, merah, panas, ngilu yaitu sebesar 24,7%. Prevalensi penyakit sendi

mengalami penurunan pada empat tahun terakhir secara Nasional. Dan prevalensi

penyakit sendi di Sulawesi Tengah pada tahun 2009 berada pada posisi ke-12 di

1
Indonesia sebesar 29,7%, sedangkan pada tahun 2013 berada pada posisi ke-6

yaitu sebesar 26,7%. Data tersebut dapat disimpulkan bahwa, prevalensi penyakit

sendi di Sulawesi Tengah mengalami penurunan, namun terjadi peningkatan posisi

terbanyak (RISKESDAS 2013).

Hasil survei Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemda Donggala pada bulan

April 2017, dari 291 kepala keluarga di Kelurahan Poboya, didapatkan

berdasarkan keluhan gangguan sendi dan asam urat tinggi sebesar 15,5%

menempati urutan ke-3 setelah gastritis, dan hipertensi.

Prevalensi penyakit sendi akibat peningkatan kadar asam urat dapat ditinjau

dari berbagai macam karakteristik diantaranya, dari faktor usia yaitu pada usia >55

sebesar antara 45,8 – 54,8 %, prevalensi paling tinggi pada jenis kelamin

perempuan sebesar 27,5 % dibanding laki-laki yaitu sebesar 10,3 %, prevalensi

lebih tinggi pada masyarakat tidak bersekolah sebesar 45,7 %, prevalensi tertinggi

pada pekerjaan petani / nelayan / buruh sebesar 31,2 %, prevalensi yang di

diagnosis Nakes di pedesaan lebih tinggi yaitu sebesar 27,4 % dibanding di

perkotaan yaitu 22,1 % (RISKESDAS 2013).

Kadar asam urat tinggi di sebabkan beberapa faktor yaitu faktor presipitasi

(penyebab langsung) dan faktor predisposisi (faktor penyebab). Penyebab

langsung dari peningkatan kadar asam urat ini akibat gangguan proses

metabolisme (Francis H. 2000). Faktor penyebab meningkatnya kadar asam urat

dalam tubuh menurut (Price, 2005) yaitu gaya hidup yang tidak sehat, seperti

perilaku makan yang berlebihan (makanan yang mengandung purin), obesitas,

mengonsumsi alkohol. Seseorang yang berumur ≥ 45 tahun biasanya pada laki-

2
laki, dan perempuan saat umur menepouse, Seseorang yang memiliki riwayat

keluarga dengan penyakit asam urat, Seseorang kurang mengkonsumsi air putih

(Noer, 2001).

Asam urat tinggi dalam tubuh menimbulkan beberapa akibat negatif yaitu

dapat menyebabkan radang pada sendi, dan timbulnya batu asam urat atau batu

ginjal bahkan yang lebih fatal yaitu dapat menyebabkan gagal ginjal (Handriani

2011), di buktikan dari hasil penelitian retrospektif di Washington Amerika

Serikat yang membuktikan bahwa pada pasien yang mengalami peningkatan kadar

asam urat, sekitar 5% mengalami end stage renal disease (ESRD), 11,5% setelah 3

tahun dan meningkat 15,4% setelah 5 tahun menderita asam urat tinggi (Scott et

al., 2008).

Masalah yang paling banyak dikeluhkan pada pasien yang mengalami

peningkatan asam urat adalah nyeri sendi, ketika penyakit tersebut kambuh, nyeri

sendi ini disebabkan karena penumpukan kristal monosodium urat di dalam tubuh

pada daerah persendian. Menurut Masslow, seorang pelopor psikologi mengatakan

bahwa kebutuhan rasa nyaman merupakan kebutuhan dasar setelah kebutuhan

fisiologis yang harus terpenuhi. Seseorang yang mengalami nyeri akan berdampak

pada aktivitas sehari-harinya. Orang tersebut akan terganggu pemenuhan

kebutuhan istirahat dan tidurnya, pemenuhan individual, juga aspek interaksi

sosialnya yang dapat berupa menghindari percakapan, menarik diri, dan

menghindari kontak (Potter dan Perry, 2005).

Gejala dan dampak peningkatan kadar asam urat di dalam tubuh

membutuhkan penanganan yang serius berupa terapi farmakologi dan non

3
farmakologi. Tindakan non farmakologi harus didahulukan sebelum penggunaan

obat-obatan. Tinjauan lain selain lebih ekonomis adalah control nyeri yang lebih

adekuat dan tidak ada efek samping. Tindakan non farmokologi untuk mengatasi

nyeri pada pasien yang mengalami peningkatan kadar asam urat, dibutuhkan

perawat yang berperan dalam memberikan asuhan keperawatan pasien dengan

nyeri sendi (Istichomah, 2007). Sebagai seorang perawat dibutuhkan sebuah

intervensi keperawatan berdasarkan Nursing Interventions Classification (NIC),

yaitu intervensi cenderung bersifat non farmakologi (Bulechect et al, 2013).

Salah satu tindakan non farmakologi yaitu terapi kompres hangat, kompres

hangat adalah pengompresan yang dilakukan dengan menggunakan buli-buli panas

yang dibungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari

buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah

dan akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri yang dirasakan akan

berkurang atau hilang (Perry & Potter, 2005).

Terapi kompres hangat tersebut dapat dikombinasikan dengan herbal yaitu

air rebusan jahe hangat, jahe mempunyai komponen aktif yaitu gingerol yang

dapat membantu mengurangi produksi enzim yang menyebabkan peradangan dan

membantu untuk menghambat sinyal yang dikirim ke otak yang menyebabkan rasa

sakit. Manfaat yang maksimal akan dicapai dalam waktu 20 menit dan setiap 5

menit mengganti air rendamannya dan dilakukan setiap hari (Paimin et al, 2006).

Penanganan kompres air jahe hangat tersebut, dapat memberikan efek yang

maksimal apabila dilakukan secara teratur, rutin dan tepat. Hal ini sangat

membutuhkan keterlibatan dan memberdayakan anggota keluarga, sehingga

4
penderita nyeri sendi dapat ditangani oleh masing-masing anggota keluarga, untuk

menjamin kontiunitas perawatan nyeri sendi di rumah setiap hari.

Menurut Depkes, (2006) diharapkan keluarga mampu merawat anggota

keluarga yang sakit guna memberikan dukungan kesehatan di rumah. Perawat

memberdayakan anggota keluarga untuk pemenuhan tugas kesehatan keluarga

dalam proses asuhan keperawatan. Tugas kesehatan keluarga yaitu diharapkan

keluarga mampu mengenal masalah kesehatan pada setiap anggota keluarga,

mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat,

mampu merawaat anggota keluarga yang sakit, mampu memodifikasi lingkungan,

dan dapat memanfaatkan sumber pelayanan kesehatan yang ada (Maglaya, 2009).

Sehingga pada saat perawatan difokuskan pada keluarga, efektifitas perawatan

pada pasien terbukti meningkat (Friedman & B.J, 2010).

B. Rumusan Masalah

Dari permasalahan di atas maka dirumuskan masalah yaitu sebagai berikut :

“Bagaimanakah Tugas Kesehatan Keluarga Dalam Memberikan Terapi Kompres

Air Jahe Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada Anggota Keluarga Yang

Mengalami Peningkatan Kadar Asam Urat di Kelurahan Poboya Tahun 2017 ?”

5
C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi Tugas

Kesehatan Keluarga Dalam Memberikan Terapi Kompres Air Jahe Hangat

Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami

Peningkatan Kadar Asam Urat di Kelurahan Poboya Tahun 2017.

D. Manfaat Penelitian

- Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pendidikan keperawatan

khususnya dalam praktek non farmakologis dalam perubahan nyeri sendi

pada pasien yang mengalami peningkatan kadar asam urat di Kelurahan

Poboya.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh mahasiswa keperawatan sebagai

literatur tambahan untuk materi yang telah didapat dan juga sebagai bahan

pertimbangan penelitian lebih lanjut tentang pengetahuan masyarakat

tentang teknik kompres air jahe hangat terhadap perubahan nyeri sendi

pada pasien yang mengalami peningkatan kadar asam urat.

- Bagi Pelayanan Keperawatan

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh individu (sampel), sebagai bahan

informasi mengenai peningkatan kadar asam urat dan penanganan nyeri

sendi dengan kompres air jahe hangat pada asam urat. Sehingga individu

(sample), dapat turut serta dalam melaksanakan penanganan nyeri sendi

6
non farmakologis dengan teknik kompres air jahe hangat yang tepat untuk

asam urat tinggi.

b. Dapat menambah pengetahuan keluarga dan masyarakat tentang

pelaksanaan teknik kompres air jahe hangat pada perawatan asam urat

tinggi.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Nyeri Akibat Peningkatan Kadar Asam Urat

1. Konsep Asam Urat

a. Pengertian Asam Urat

Asam urat adalah produk akhir dari metabolisme purin, asam urat

berperan sebagai antioksidan bila kadarnya tidak berlebih dalam darah.

Namun, bila kadarnya berlebih, asam urat akan berperan sebagai prooksidan

yang akan mengakibatkan terjadinya pengkristalan dan dapat menimbulkan

gout, (Francis H, 2000).

Asam urat adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambran

khusus, yaitu arthritis akut, artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari

pada wanita, pada pria seringkali mengenai usia pertengahan, sedangkan

pada wanita biasanya mendekati masa menopouse (Mansjoer 2009).

Menurut Revves (2004) asam urat adalah asymmetrik (monoarticular)

yang berhubungan dengan hyperurisemia, peradangan ini biasanya

mempengaruhi persendian perifer, yang disebabkan oleh deposisi crystal

urate monosodium.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Asam urat

adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan peradangan sendi yang

biasanya mempengaruhi persendian perifer sebagai akibat dari akumulasi

endapan kristal monosodium urat yang meningkat dalam darah dengan kadar

8
normal asam urat normal menurut WHO yaitu Pria : 3,5-7 mg/dl, wanita :

2,6-6 mg/dl.

b. Klasifikasi

Menurut (Ahmad, 2011) jenis asam urat tinggi yaitu:

1) Gout primer

Pada gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik).

2) Gout sekunder

Pada gout sekunder disebabkan antara antara lain karena meningkatnya

produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan

kadar purin tinggi.

c. Etiologi

Menurut Iskandar, 2012 penyebab asam urat darah tinggi

(hiperurisemia) terjadi karena:

1) Pembentukan asam urat berlebihan (gout metabolik):

a) Gout primer metabolik terjadi karena sintesa atau pembentukan asam

urat yang berlebihan.

b) Gout sekunder metabolik terjadi karena pembentukan asam urat

berlebihan karena penyakit. Seperti leukemia, terutama yang di obati

dengan sitostatika, psoriasis, polisitemia vera, dan mielofibrosis.

2) Pengeluaran asam urat melalui ginjal kurang (gout renal):

a) Gout renal primer terjadi karena gangguan eksresi asam urat di tubuli

distal ginjal yang sehat.

9
b) Gout renal sekunder disebabkan oleh ginjal yang rusak, misalnya pada

glomerulonefritis kronik, kerusakan ginjal kronis (chronic renal

failure).

3) Perombakan dalam usus yang berkurang. Serangan gout (arthritis gout

akut) secara mendadak dapat dipicu oleh : luka ringan, pembedahan,

konsumsi alkohol dalam jumlah besar atau makanan yang kaya akan

protein purin, kelelahan, stres secara emosional, penyakit dan sejumlah

obat yang menghambat sekresi asam urat seperti salisilat dosis kecil,

hidroklorotiazid (diuretik), asam-asam keton hasil pemecahan lemak

sebagai akibat dari terlalu banyak mengkonsumsi lemak, dan kedinginan

d. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala pada penderita asam urat tinggi menurut Puspitasari

(2010), yaitu nyeri pada satu atau beberapa sendi dimalam hari dan makin

lama makin memburuk, pada sendi yang bengkak nampak kulit kemerahan

hingga keunguan, kencang, licin dan hangat, penderita akan mengalami

demam, menggigil, tidak enak badan, pada beberapa penderita terjadi

peningkatan denyut jantung, bila benjolan kristal di sendi pecah akan keluar

massa seperti kapur, serta kadar asam urat dalam darah tinggi pada laki-laki

yaitu lebih dari 7 mg/dl dan pada wanita lebih dari 6 mg/dl.

10
e. Patofisiologi

Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan

yang mengandung asam urat tinggi dan sistem ekskresi asam urat yang tidak

adekuat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam

plasma darah (Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat

menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan

menimbulkan respon inflamasi.

Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain,

maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-

garam urat yang akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif

diseluruh tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu

respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak

hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi.

Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum

urat meningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan

penyakit ini akan menyebabkan hipertensi karena adanya penumpukan asam

urat pada ginjal. Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat

memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama

ini sangat nyeri yang menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa

panas, merah. Tulang sendi metatarsophalangeal biasanya yang paling

pertama terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi

pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai dengan demam ringan.

11
Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan dengan interval

yang tidak teratur.

Periode interkritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama

serangan gout. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan

ke-6 sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut

dengan polyarticular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki

maupun lengan yang biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan

gout atau gout kronik ditandai dengan polyarthritis yang berlangsung sakit

dengan tofi yang besar pada kartilago, membrane sinovial, tendon dan

jaringan halus.Tofi terbentuk di jari, tangan, lutut, kaki, ulnar, helices pada

telinga, tendon achiles dan organ internal seperti ginjal. Kulit luar

mengalami ulcerasi dan mengeluarkan pengapuran, eksudat yang terdiri dari

kristal asam urat (Brunner dan Suddarth, 2012).

12
Penyimpangan KDM

Alkohol Makanan (sea food, dll) Penyakit & obat-obatan

Kadar laktat Kadar protein Menghambat ekskresi asam


dalam darah urat di tubulus ginjal

Sekresi asam urat Produksi asam urat >>


Ggg. Metabolisme Purin

GOUT

Sirkulasi darah Pelepasan kristal


daerah radang monosodium urat
Diluar cairan tubuh
Vasodilatasi dari Penimbunan kristal urat
kapiler Dlm & sekitar sendi
Pengendapan kristal urat
Eritema, panas Penimbunan pd membran
Perangsangan respon sinovial & tlg rawan artikular
Fagositosis o/ leukosit
Nyeri Erosi tlg rawan, proliferasi
Leukosit memakan sinovial & pembentukan panus
kristal urat
Degenerasi tulang
Mekanisme peradangan rawan sendi

Terbentuk tofus, fibrosis


Akilosis pd tulang
Pelepasan mediator
kimia o/ sel mast Pembentukan Perubahan bentuk
bradikinin, histamine tukak pd sendi tubuh pd tlang &
prostaglandin sendi
Tofus-tofus
Hipotalamus mongering Ggg Konsep
diri citra tubuh
Menstimulasi kekakuan pd sendi
Nosiseptor
Mnghmbat prgrkn
Hambatan
Mekanisme Nyeri sendi
mobilitas
(Sudoyo, dkk. 2009)

13
f. Komplikasi

1) Penyakit Ginjal

Gangguan pada ginjal terjadi akibat dari penangan pada penderia

asam urat akut terlambat menangani penyakitnya. Pada penderita asam

urat ada dua penyebab gangguan pada ginjal yaitu terjadinya batu ginjal

(batu asam urat) dan risiko kerusakan ginjal. Asam urat merupakan hasil

buangan dari metabolisme tubuh melalui urine. Seperti yang telah

diketahui, urine di proses di ginjal. Oleh sebab itu, jika kadar di dala

darah terlalu tinggi maka asam urat yang berlebih akan membentuk kristal

dalam darah. Apabila jumlahnya semakin banyak, akan mengakibatkan

penumpukkan dan pembentukkan batu ginjal (Noviyanti, 2015).

2) Penyakit Jantung

Kelebihan asam urat dalam tubuh (hiperurisemia) membuat

seseorang berpotensi terkena serangan jantung. Pada orang yang

menderita hiperurisemia terdapat peningkatan risiko 3-5 kali munculnya

penyakit jantung koroner dan stroke. Hubungan antara asam urat dengan

penyakit jantung adalah adanya kristal asam urat yang dapat merusak

endotel atau pembuluh darah koroner (Noviyanti, 2015).

3) Diabetes Millitus

kadar asam urat yang tinggi dalam darah berkaitan dengan risiko

peningkatan diabetes hampir 20% dan risiko peningkatan kondisi yang

mengarah pada perkembangan penyakit ginjal dari 40%. Para peneliti

meninjau catatan dari sekitar 2.000 orang dengan gout dalam database

14
Veterans Administration. Pada awal penelitian, semua peserta penelitian

tidak menderita diabete atau penyakit ginjal. Selama periode tiga tahun,

9% laki-laki dengan gout yang memiliki kadar asam urat tidak terkontrol

berada pada kondisi yang mengarah pada perkembangan diabetes

dibandingkan dengan 6% dari mereka dengan kadar asam urat yang

terkontrol. Pada penderita diabetes ditemukan 19% lebih tinggi dengan

kadar asam urat yang tidak terkontrol. Kadar asam urat dalam darah yang

lebih tinggi dari angka 7 mg/dl dianggap tidak terkontrol (Noviyanti,

2015).

g. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada kasus asam urat tinggi menurut

(Ningsih, 2012) antara lain:

1) Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat, yang menunjukkan inflamasi

2) SDP meningkat (leukositosis)

3) Ditemukan kadar asam urat yang tinggi di dalam darah

4) Pada pemeriksaan terhadap contoh cairan sendi di bawah mikroskop

khusus akan tampak kristal urat yang berbentuk seperti jamur

5) Pemeriksaan sinar X dari daerah yang terkena untuk menunjukkan masa

tefoseus dan destruksi tulang dan perubahan sendi

15
h. Penatalaksanaan Medik

1) Non farmakologi

Upaya non farmakologi meliputi : pembatasan makanan tinggi purin (±

100-150 mg purin/hari), cukup kalori sesuai kebutuhan yang didasarkan

pada TB dan BB, tinggi karbohidrat kompleks (nasi, roti, singkong, ubi)

disarankan tidak kurang dari 100 g/hari, rendah protein yang bersumber

hewani, rendah lemak, baik dari nabati atau hewani, tinggi cairan,

usahakan dapat menghabiskan minuman sebanyak 2,5 ltr atau sekitar 10

gelas sehari dapat berupa air putih masak, teh, sirop atau kopi, tanpa

alkohol, termasuk tape dan brem perlu dihindari juga, alkohol dapat

meningkatkan asam laktat plasma yang akan menghambat pengeluaran

asam urat

2) Farmakologi

Upaya farmakologi meliputi : pengobatan fase akut, obat yang digunakan

untuk mengatasi nyeri dan inflamasi (colchicine, indometasin,

fenilbutazon, kortikostropin), pengobatan hiperurisemia, terbagi dua

golongan, yaitu: Golongan urikosurik (probenesid, sulfinpirazon,

azapropazon, benzbromaron) dan Inhibitor xantin (alopurinol ) (Iskandar,

2012)

16
2. Konsep Dasar Nyeri

a. Defenisi Nyeri

Nyeri merupakan sensasi ketidaknyamanan yang dimanifestasikan

sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata,

ancaman, dan fantasi luka (Anas Tamsuri, 2014). Nyeri merupakan

pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan

dengan kerusakan jaringan actual dan potensial yang terlokalisasi pada suatu

bagian tubuh. Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, timbul

bila ada jaringan rusak dan hal ini menyebabkan individu bereaksi dengan

memindahkan stimulasi nyeri (Judha, dkk 2012)

b. Klasifikasi Nyeri

Hidayat (2008) mengklasifikasikan nyeri secara umum menjadi dua,

yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.

1) Nyeri akut adalah nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat

menghilang yang tidak memiliki atau melebihi 6 bulan dan ditandai

adanya peningkatan tegangan otot.

2) Nyeri kronis adalah nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya

berlangsung dalam waktu yang lama. Yang lebih dari 6 bulan, yang

termasuk nyeri psikomatis. Dan ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat

dibagi ke dalam beberapa kategori, diantaranya nyeri tersusun dan nyeri

terbakar.

17
c. Etiologi Nyeri

1) Agen cedera, misal biologis (penyebab nyeri karena kerusakan fungsi

organ atau jaringan tubuh), zat kimia (penyebab nyeri karena bahan / zat

kimia), fisik (penyebab nyeri karena trauma fisik) , psikologi (penyebab

nyeri yang bersifat psikologik seperti kelainan organik, neurosis

traumatik, skizofreniad).

2) Ketunadayaan fisik kronis.

3) Ketunadayaan psikososial kronis (Willkinson, 2011)

d. Skala Nyeri

Pengukuran intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri Hayward

dilakukan dengan meminta penderita untuk memilih salah satu bilangan (dari

0-10) yang menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri yang ia

rasakan. Skala nyeri menurut Hayward dapat dituliskan sebagai berikut :

0 = tidak nyeri 7-9 = sangat nyeri, msh dapat dikendalikan

1-3 = nyeri ringan 10 = sangat nyeri dan tidak bisa dikendalikan

4-6 = nyeri sedang

Gambar skala nyeri menurut Hayward

18
e. Karakteristik nyeri
Karakteristik dapat dilihat atau di ukur berdasarkan lokasi nyeri,

durasi (menit, jam, hari, periode bertambah atau berkurangnya intensitas)

dan kualitas nyeri (nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau

superficial, atau bahkan seperti di gencet). Karakteristik dapat juga dilihat

nyeri berdasarkan metode PQRST, P (Provocate), Q (Quality), R (Region), S

(Server), T (Time). Berikut keterangan lengkapnya :

P (Provocate), tenaga kesehatan harus mengkaji tentang penyebab

terjadinya nyeri pada penderita, dalam hal ini perlu di pertimbangkan

bagian-bagian tubuh mana yang mengalami cidera termasuk

menghubungkan antara nyeri yang diderita dengan faktor psikologinya,

karena bisa terjadi nyeri hebat karena dari faktor psikologis bukan dari

lukanya.

Q (Quality), kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subyektif yang di

ungkapkan oleh klien, seringkali klien mendiskripsikan nyeri dengan kalimat

nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superficial, atau

bahkan seperti di gencet.

R (Region), untuk mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta

panderita untuk menunjukkan semua bagian / daerah yang dirasakan tidak

nyaman. Untuk melokalisasi lebih spesifik maka sebaiknya tenaga kesehatan

meminta penderita untuk menunjukkan daerah yang nyerinya minimal

sampai kearah nyeri yang sangat. Namun hal ini akan sulit dilakukan apabila

nyeri yang dirasakan bersifat menyebar atau difuse.

19
S (Servere), tingkat keparahan merupakan hal yang paling subyektif

yang dirasakan oleh penderita, karena akan diminta bagaimana kualitas

nyeri, kualitas nyeri harus bisa digambarkan menggunakan skala yang

sifatnya kuantitas.

T (Time), tenaga kesehatan mengkaji tentang awitan, durasi, dan

rangkaian nyeri. Perlu ditanyakan kapan mulai muncul adanya nyeri, berapa

lama menderita, seberapa sering untuk kambuh dan lain-lain.

f. Penatalaksanaan Nyeri

Secara umum, penatalaksanaan nyeri dikelompokkan menjadi dua,

yaitu penatalaksanaan nyeri secara non farmakologi dan farmakologi.

1) Non Farmakologi

Penanganan nyeri secara non farmakologis dapat dilakukan

dengan beberapa cara antara lain bimbingan antisipasi, terapi kompres

panas dan dingin, distraksi, relaksasi, imajinasi terbimbing, hipnosis,

akupuntur, terapi music, dan massage. Salah satu terapi non farmakologi

yang akan dibahas lebih lanjut dalam penanganan nyeri asam urat tinggi

yaitu terapi kompres hangat kombinasi rebusan jahe.

a) Pengertian Kompres Hangat

Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat untuk

memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan

20
nyeri, mengurangi atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa

hangat pada daerah tertentu (Hidayat, 2008).

b) Manfaat Kompres Hangat

Saat otot terasa kaku, nyeri atau cedera yang berkepanjangan,

kompres hangat adalah pertolongan pertama yang ideal. Panas cukup

efektif meredakan rasa sakit akibat pergerakan otot yang berlebihan.

Kompres dengan menggunakan kantung atau handuk panas

meningkatkan elastisitas jaringan sendi dan menstimulasi peredaran

darah.

Kompres selama 20 menit juga membantu merenggangkan dan

menenangkan bagian tubuh yang cedera. Maka kompres hangat baik

dilakukan sebelum olahraga yang mungkin akan menyebabkan rasa

sakit itu muncul ketika beraktivitas. Satu hal yang penting

diperhatikan, jangan mengompres hangat pada cedera atau luka yang

baru terjadi karena justru akan memperparah kondisi cedera atau luka

dan juga tidak boleh digunakan di perut pada orang yang mengalami

radang atau infeksi usus buntu. Kompres hangat ini dapat digunakan

untuk cedera yang sudah lebih dari 48 jam (Hidayat, 2008).

c) Manfaat Rebusan Jahe

Kandungan yang terdapat pada jahe bermanfaat untuk

mengurangi rasa karena jahe memiliki sifat pedas, pahit dan aromatic

21
dari oleoresin seperti zingeron, gingerol dan shogaol. Kandungan air

dan minya yang terdapat pada jahe tidak menguap sehingga berfungsi

sebagai enhancer yang dapat meningkatkan permeabilitas oleoresin

menembus kulit tanpa menyebabkan iritasi atau kerusakan hingga ke

sirkulasi perifer (Hadi Masyhurrosyidi, dkk, 2013).

Menurut Indah, dkk (2013), Kompres jahe merupakan tindakan

memberikan rasa hangat pada daerah tertentu menggunakan cairan

rebusan jahe yang mengandung zingiberol dan kurkuminoid yang

mengurangi peradangan nyeri sendi. Menurut Nyoman, dkk (2011),

manfaat kompres jahe yaitu mengurangi nyeri karena jahe yang

sifatnya hangat. Sifat yang hangat meningkatkan aliran darah untuk

mendapatkan efek analgesik dan relaksasi otot sehingga proses

inflamasi berkurang.

d) Cara pelaksanaan kompres hangat dikombinasikan dengan jahe

 Alat dan bahan : Baskom, jahe 4 ruas, waslap, garam secukupnya.

 Cara kerja : Kupas jahe empat ruas, lalu potong-potong, rebus jahe

dengan air minimal tiga gelas (± 900cc) hingga tersisa dua gelas,

dalam keadaan hangat campurkan sedikit garam, lalu ambil waslap,

basahi dengan air rebusan jahe lalu peras sedikit, tempelkan pada

daerah yang nyeri minimal 10 menit, lakukan setiap hari pada pagi

hari untuk menghancurkan Kristal-kristal di sendi, (Herliana, 2013).

22
2) Farmakologi

Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi melibatkan penggunaan

opiat (narkotik), nonopiat/ obat AINS (anti inflamasi nonsteroid), obat-

obat adjuvans atau koanalgesik. Analgesik opiat mencakup derivat opium,

seperti morfin dan kodein. Narkotik meredakan nyeri dan memberikan

perasaan euforia. Semua opiat menimbulkan sedikit rasa kantuk pada

awalnya ketika pertama kali diberikan, tetapi dengan pemberian yang

teratur, efek samping ini cenderung menurun. Opiat juga menimbulkan

mual, muntah, konstipasi, dan depresi pernapasan serta harus digunakan

secara hati-hati pada klien yang mengalami gangguan pernapasan

(Berman, et al. 2009).

Nonopiat (analgesik non-narkotik) termasuk obat AINS seperti

aspirin dan ibuprofen. Nonopiat mengurangi nyeri dengan cara bekerja di

ujung saraf perifer pada daerah luka dan menurunkan tingkat mediator

inflamasi yang dihasilkan di daerah luka. (Berman, et al. 2009).

Analgesik adjuvans adalah obat yang dikembangkan untuk tujuan

selain penghilang nyeri tetapi obat ini dapat mengurangi nyeri kronis tipe

tertentu selain melakukan kerja primernya. Sedatif ringan atau obat

penenang, sebagai contoh, dapat membantu mengurangi spasme otot yang

menyakitkan, kecemasan, stres, dan ketegangan sehingga klien dapat

tidur nyenyak. Antidepresan digunakan untuk mengatasi depresi dan

23
gangguan alam perasaan yang mendasarinya, tetapi dapat juga

menguatkan strategi nyeri lainnya (Berman, et al. 2009).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Konsep Keluarga

a. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang yang disatukan oleh

kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya

sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2010). Keluarga merupakan

sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan, adopsi dan kelahiran

yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,

meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dari

individu-individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang

saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama (Komang, 2010).

Demikian pula Menurut Susanto (2012), Keluarga adalah kumpulan dua

orang atau lebih yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau

adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya

dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.

Berdasarkan batasan diatas dapat disimpulkan bahwa, Keluarga

adalah dua atau lebih individu yang berasal dari kelompok keluarga yang

sama atau yang berbeda dan saling mengikutsertakan dalam kehidupan yang

terus menerus, biasanya bertempat tingkat dalam satu rumah, mempunyai

24
ikatakan emosional dan adanya pembagian tugas antara satu dengan yang

lainnya.

b. Karakteristik Keluarga

Menurut Friedman (2010), karakteristik keluarga yaitu terdiri dari

dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan, atau

adopsi, anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka

tetap memperhatikan satu sama lain, anggota keluarga berinteraksi satu sama

lain dan masing-masing mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak

dan adik, mempunyai tujuan yaitu menciptakan dan mempertahankan

budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota

c. Tugas keluarga di bidang Kesehatan

Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu

dipahami dan dilakukan, berikut tugas keluarga menurut (Friedman, 2010) :

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan

karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana

keluarga habis. Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah

kesehatan pada keluarga salah satunya disebabkan oleh kurangnya

25
pengetahuan. seperti kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengertian,

tanda dan gejala, perawatan dan pencegahan

2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,dengan

pertimbangkan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan

memutuskan menentukan tindakan.keluarga.Tindakan kesehatan yang

dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat

dikurangi bahkan teratasi.Ketidaksanggupan keluarga mengambil

keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat,disebabkan karena

keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah serta

tidak merasakan menonjolnya masalah.

3) Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi

keluarga memiliki keterbatasan.Ketidakmampuan keluarga merawat

anggota keluarga yang sakit dikarenakan tidak mengetahui cara

perawatan pada penyakitnya.Jika demikian ,anggota keluarga yang

mengalami gangguan kesehatanperlu memperoleh tindakan lanjutan atau

perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan.

4) Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan keluarga

Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan

keluarga dan membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam

memodifikasi lingkungan bisa di sebabkan karena terbatasnya sumber-

26
sumber keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak

memenuhi syarat.

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya

Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan akan membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh

pertolongan dan mendapat perawatan segera agar masalah teratasi.

2. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

Keperawatan keluarga adalah proses pemberian pelayanan kesehatan

sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik keperawatan. Pelayanan

keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistic yang menempatkan

keluarga dan komponenya sebaagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota

keluarga dalam tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

tindakan keperawatn dengan memobilisasi sumber-sumber pelayanan kesehatan

yang tersedia dikeluarga dan sumber-sumber dari profesi lain termasuk pemberi

pelayanan kesehatan dan sector lain di komunitas (Riasmini, dkk. 2017). Tahap

– tahap dalam proses keperawatan sebagai berikut :

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan suatu tahapan saat seorang perawat

mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang

dibinanya. Pengkajian keperawatan dalam keluarga memiliki dua tahapan.

Pengkajian tahap satu berfokus pada masalah kesehatan keluarga.

Pengkajian tahap dua menyajikan kemampuan keluarga dalam melakukan

27
lima tugas kesehatan keluarga. Namun dalam pelaksanaannya, kedua

tahapan ini dilakukan secara bersamaaan. Berikut ini penjelasan mengenai

masing-masing tahap pengkajian.

Variable data dalam pengkajian keperawatan keluarga mencakup:

1) Data umum/ identitas keluarga mencakup nama kepala keluarga,

komposisi anggota keluarga, alamat, agama, suku, bahasa sehari-hari,

jarak pelayanan kesehatan terdekat dan alat transportasi.

2) Kondisi kesehatan semua anggota keluarga terdiri dari nama, hubungan

dengan keluarga, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan saat

ini, status gizi, tanda-tanda vital, status imunisasi dasar, dan penggunaan

alat bantu atau protesa serta status kesehatan anggota keluarga saat ini

meliputi keadaan umum, riwayat penyakit/alergi

3) Data pengkajian individu yang mengalami masalah kesehatan (saat ini

sedang sakit) meliputi nama individu yang sakit, diagnosis medis, rujukan

dokter atau rumah sakit, keadaan umum, sirkulasi, cairan, perkemihan,

pernafasan, musculoskeletal, neurosensori, kulit, istirahat dan tidur, status

mental, komunikasi dan budaya, kebersihan diri, perawatan diri sehari-

hari, dan data penunjang medis individu yang sakit (lab, radiologi, EKG,

USG)

4) Data kesehatan lingkungan mencakup sanitasi lingkungan pemukiman

antara lain ventilasi, penerangan, kondisi lantai, tempat pembuangan

sampah dll

28
5) Struktur keluarga mencakup struktur peran, nilai, komunikasi, kekuatan.

Komponen struktur keluarga ini akan menjawab pertanyaan tentang siapa

anggota keluarga, bagaimana hubungan diantara anggota keluarga

6) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga. Variable perkembangan

keluarga ini akan menjawab tahap perkembangan keluarga, tugas

perkembangan keluarga

7) Fungsi keluarga terdiri dari aspek instrumental yang terdiri dari aktivitas

hidup sehari-hari seperti makan, tidur, pemeliharaan kesehatan dan aspek

ekspresif yang terdiri dari fungsi emosi, komunikasi, pemecahan masalah,

keyakinan, dan lain-lain. Pengkajian variable fungsi keluarga

(kemandirian keluarga) mencakup kemampuan keluarga dalam

melakukan tugas kesehatan keluarga, mengambil keputusan mengenai

tindakan keperawatan yang tepat, merawat anggota keluarga yang sakit,

memelihara lingkungan rumah yang sehat dan menggunakan fasilitas /

pelayanan kesehatan di masyarakat.

29
8) Menurut Depkes, (2006) kemandirian keluarga memiliki beberapa

indikator seperti gambar dibawah ini.

Indikator KM- KM- KM- KM-

1 2 3 4

Menerima Petugas Kesehatan/ perawat    

Menerima pelayanan keperawatan yang    

diberikan sesuai dengan rencana

keperawatan keluarga

Keluarga tahu dan dapat mengungkapkan   

masalah kesehatannya secara benar

Memanfaatkan fasilitas pelayanan   

kesehatan sesuai anjuran

Melaksanakan tindakan keperawatan   

sederhana sesuai anjuran

Melakukan tindakan pencegahan secara  

aktif

Melakukan kegiatan promosi kesehatan 

secara aktiv

30
b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,

keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan

data dan analisis cermat dan sistematis, memberikan dasaar untuk

menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggungjawab

melaksanakannya. Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil

pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga,

lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga dan koping keluarga,

baik yang bersifat aktual, resiko maupun sejahtera diman perawat memiliki

kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawatan

bersama-sama dengan keluarga dan berdasarkan kemampuan dan sumber

daya keluarga (Riasmini, dkk. 2017).

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien asam urat

menurut Wilkinson (2016) :

1) Nyeri akut/kronis behubungan dengan peradangan sendi, penimbunan

kristal pada membran sinovial, tulang rawan/ kerusakan integritas

jaringan sekunder tehadap gout

2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak,

kelemahan otot, nyeri pada gerakan, dan kekakuan pada sendi

3) Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan bentuk kaki dan

terbentuknya tofus

31
Diagnosa yang akan menjadi fokus intervensi adalah Nyeri akut/kronis

behubungan dengan peradangan sendi, penimbunan kristal pada membran

sinovial, tulang rawan/ kerusakan integritas jaringan sekunder tehadap gout.

c. Intervensi Keperawatan

Rencana keperawatan keluarga adalah proses penyusunan strategi

atau intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi

atau mengatasi masalah kesehtan klien yang telah diidentifikasi dan

divalidasi pada tahap perumusan diagnosis keperawatan. Perencanaan

mencakup penentuan prioritas masalah, tujuan, dan rencana tindakan. Fokus

intervensi keluarga yaitu pada lima tugas kesehatan keluarga dan Ikatan

Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia (IPKKI, 2017),

merekomendasikan perencanaan keluarga mengacu pada Nursing

Interventions Classification (Bulechect, B.J, 2013).

Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut/kronis behubungan dengan peradangan

sendi, penimbunan kristal pada membran sinovial, tulang rawan/ kerusakan

integritas jaringan sekunder tehadap gout

TUM : Setelah dilakukan kunjungan … kali diharapkan nyeri pada pasien

dapat berkurang dan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit

32
TUK 1: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... diharapkan

keluarga mampu mengenal masalah kesehatan pada anggota keluarganya

Intervensi : Pengajaran proses penyakit (Kaji tingkat pengetahuan pasien

terkait dengan proses penyakit, Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari

penyakit, sesuai kebutuhan, Jelaskan komplikasi kronik sesuai kebutuhan,

Jelaskan mengenai proses penyakit asam urat, Identifikasi kemungkinan

penyebab, Edukasi pasien mengenai tindakan untuk mengontrol dan

meminimalkan gejala, Jelaskan alasan dibalik pemberian terapi), Menejemen

Nyeri (Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,

karakteristik, durasi , frekuensi , kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan

faktor pencetus, kaji bersama pasien faktor-faktor resiko penyebab nyeri,

Jelaskan tanda dan gejala umum dari penyakit), Manajemen pengobatan

(Nama obat dan efek samping obat, Monitor efektifitas cara pemberian obat

yang sesuai, Monitor respon terhadap perubahan pengobatan dengan cara

yang tepat, Ajarkan pasien dan/anggota keluarga mengenai metode

pemberian obat yang sesuai)

TUK 2 : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... diharapkan

keluarga mampu mengambil keputusan untuk mencari informasi tentang

masalah penyakit yang diderita anggota keluarga

Intervensi : Dukungan pengambilan keputusan (Tentukan apakah terdapat

perbedaan antara pandangan pasien dan pandangan penyedia perawatan

kesehatan mengenai kondisi pasien, informasihkan pada pasien mengenai

pandangan –pandangan atau solusi alternatif dengan cara yang jelas dan

33
mendukung, Hormati hak- hak pasien untuk menerima atau tidak menerima

informasih, Berikan informasi sesuai permintaan pasien)

TUK 3 : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... diharapkan

keluarga mampu melakukan tindakan untuk mengatasi dan mencegah

masalah yang diderita anggota keluarga

Intervensi : Manajemen nyeri (lakukan pengkajian nyeri komperhensif yang

meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau

beratnya nyeri dan faktor pencetus, gunakan tindakan pengontrol nyeri

sebelum nyeri bertambah berat, Gali bersama pasien faktor-faktor yang

dapat menurunkan atau memperberat nyeri, Kendalikan faktor lingkungan

yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidak nyamanan

misalnya ketakutan, kelelahan, keadaan monoton dan kurang pengetahuan,

Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam seperti non farmakologi

untuk memfasilitasi penurunan nyeri, Ajarkan penggunaan teknik non

farmakologi seperti terapi kompres panas dan dingin, distraksi, relaksasi,

imajinasi terbimbing, hipnosis, akupuntur, terapi music, dan massage

(namun yang menjadi fokus intervensi adalah kompres hangat

dikombinasikan dengan jahe), Gali penggunaan metode farmakologi yang

dipakai pasien saat ini untuk menurunkan nyeri, dukung istrahat/tidur yang

adekuat untuk membantu penurunan nyeri, kolaborasi dengan pasien, orang

terdekat untuk memilih dan mengimplementasikan tindakan penurunan nyeri

non farmakologi

34
TUK 4 : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... diharapkan

keluarga mampu memodifikasi lingkungan

Intervensi : Manajemen lingkungan (ciptakan lingkungan yang aman dan

nyaman, sediakan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan nyaman,

sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien jika suhu tubuh

berubah, kendalikan atau cegah kebisingan yang tidak diinginkan atau

berlebihan, bila memungkinkan, Sediakan keluarga /orang terdekat daengan

informasi mengenai membuat ligkungan rumah yang aman bagi pasien)

TUK 5 : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... diharapkan

keluarga mampu mengakses fasilitas kesehatan tentang penyakit yang

diderita anggota keluarganya dan mendapat pengobatan untuk kesehatannya

dengan memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat

Intervensi : Perawatan untuk mendukung pengunaan system layanan yang

aktif (Jelaskan sistem perawatan kesehatan segera cara kerjanya dan apa

yang bisa diharapkan pasien/keluarga, Dorong pasien/keluraga untuk

bertanya mengenai layanan dan biaya (layanan kesehatan, Bantu pasien atau

keluarga memilih profesional perawatan kesehatan yang tepat,

Koordinasikan waktu terjadwal yang dengan tepat)

d. Implementasi

Implementasi pada asuhan keperawatan keluarga dapat dilakukan

pada individu dalam keluarga dan pada anggota keluarga lainnya.

Implementasi yang ditujukan pada individu meliputi: Tindakan keperawatan

35
lansung, tindakan kolaboratif dan pengobaatan dasar, tindakan observasi,

tindakan pendidikan kesehatan.

Implementasi keperawatan yang ditujukan pada keluarga meliputi:

Meningkatkan kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalaah dan

kebutuhan kesehatan, membantu keluarga untuk memutuskan cara

perawatan yang tepat untuk individu, memberikan kepercayaan diri dalam

merawat anggota keluarga yang sakit, membantu keluarga menemukan cara

bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat, memotivasi keluarga untuk

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada (IPKKI, 2017).

e. Evaluasi

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, penilaian dan

evaluasi diperlukan untuk meilhat keberhasilan. Bila tidak atau belum

berhasil, perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan

keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan

keluarga, untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu

dan kesediaan klien atau keluarga. Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji

kemajuan status kesehatan individu dalam konteks keluarga,

membandingkan respon individu dan keluarga dengan kriteria hasil dan

menyimpulkan hasil kemajuan masalah serta kemajuan pencapain tujuan

36
keperawatan. Kriteria evaluasi berdasarkan Nursing Outcomes

Classification,(Moorhead, et al 2013) yaitu :

1) Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan

Kriteria : Tanda dan gejala penyakit asam urat tinggi, potensial

komplikasi penyakit, faktor penyebab dan faktor yang berkontribusi

Standar : Tanda dan gejala (nyeri pada satu atau beberapa sendi

dimalam hari, bengkak dan kemerahan hingga keunguan pada sendi,

kencang, licin dan hangat, demam, menggigil, tidak enak badan,

peningkatan denyut jantung), komplikasi penyakit (penyakit ginjal,

penyakit jantung, dan penyakit diabetes mellitus), penyebab nyeri (Agen

cedera, zat kimia, fisik, psikologi).

2) Keluarga mampu memutuskan masalah

Kriteria : Menuntut tanggung jawab untuk membuat keputusan,

menunjukkan pengarahan diri dalam membuat keputusan

Standar : Menuntut tanggung jawab untuk membuat keputusan (melihat

setiap anggota keluarga dalam mengambil keputusan), menunjukkan

pengarahan diri dalam membuat keputusan (keluarga mampu berbagi

tugas dan peran dalam pembuatan keputusan).

3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah

kesehatan

37
Kriteria : Mengenali kapan nyeri terjadi, menggambarkan faktor

penyebab, menggunakan tindakan pencegahan penyakit.

Standar : Mengenali kapan nyeri terjadi (nyeri yang dirasakan

berdasarkan PQRST, yaitu :P = Provoking / Pemicu, Q = Quality /

Kualitas nyeri, R = Region / Lokasi, S = Severity / Keparahan, T = Time

/ Waktu dan melihat perubahan dari warna, bengkak, dan kehangatan dari

kulit), menggambarkan faktor penyebab (faktor penyebab nyeri yang

dirasakan yaitu akibat peningkatan kadar asam urat di dalam darah dan

menimbun di sendi), menggunakan tindakan pencegahan penyakit

(keluarga melakukan pencegahan secara aktif seperti hindari makanan

yang mengandung purin tinggi, lakukan aktivitas fisik, hindari

penggunaan obat dalam jangka waktu yang lama).

4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan

Kriteria : Tempat tidur yang nyaman, adaptasi lingkungan yang

dibutuhkan.

Standar : Tempat tidur yang nyaman (keluarga akan berusaha menjaga

lingkungan yang kondusif untuk tidur), adaptasi lingkungan yang

dibutuhkan (keluarga bersedia menjaga lingkungan agar lantai tidak licin,

memakai alas kaki untuk menghindari nyeri akibat dingin pada lantai).

5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

38
Kriteria : Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan

kesehatan, melakukan perilaku kesehatan yang disarankan.

Standar : Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan

kesehatan (keluarga sering menunjukkan untuk mengajukan pertanyaan-

pertanyaan sehubungan penyakit yang diderita anggota keluarga),

melakukan perilaku kesehatan yang disarankan ( keluarga melakukan

perilaku kesehatan yang telah disarankan sesuai dengan pencegahan

penyakit yang telah disampaikan oleh tenaga kesehatan).

39
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah Pengaruh

Terapi Kompres Air Jahe Hangat oleh Keluarga Terhadap Penurunan Nyeri Sendi

Anggota Keluarga Yang Mengalami Peningkatan Kadar Asam Urat di Kelurahan

Poboya Tahun 2017.

B. Subjek Studi Kasus

Unit analisis / partisipan dalam keperawatan yaitu klien dan keluarganya.

Subyek yang digunakan adalah 2 klien atau 2 keluarga ( 2 kasus) dengan masalah

keperawatan nyeri dengan intervensi manajemen nyeri non farmakologi yaitu

terapi kompres hangat yang dikombinasikan dengan jahe di Kelurahan Poboya

Tahun 2017. Partisipan dalam keperawatan ini membandingkan masalah yang

sama antara pasien satu dan yang lainnya. Guna melihat kesenjangan-kesenjangan

yang terjadi dan keberhasilan Asuhan Keperawatan yang diberikan pada masing-

masing pasien.

C. Fokus Studi

Fokus studi pada studi kasus ini adalah tugas kesehatan keluarga yaitu

kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami

40
peningkatan kadar asam urat dengan cara memberikan terapi kompres air jahe

hangat terhadap penurunan nyeri sendi.

D. Definisi Operasional/Batasan Istilah

Asuhan keperawatan keluarga yang mengalami masalah keperawatan nyeri

akibat peningkatan kadar asam urat di Kelurahan Poboya Tahun 2017. Batasan

istilah dalam penyusunan studi kasus akan menjabarkan tentang :

1. Keluarga adalah kumpulan orang-orang dalam ikatan pernikahan yang tinggal

dalam satu rumah dimana salah satu anggotanya ada yang mengalami

peningkatan asam urat yaitu lebih dari 6 mg/dl.

2. Nyeri merupakan suatu pengalaman atau respon ketidaknyaman fisik yang

dirasakan oleh klien yaitu berupa bengkak, merah dan nyeri sendi.

3. Kompres air jahe hangat merupakan tindakan non farmakologi memberikan

rasa hangat pada daerah sendi yang mengalami peningkatan asam urat

menggunakan cairan rebusan jahe, yang diajarkan peneliti ke care giver hingga

dianggap mampu oleh peneliti, selanjutkan dilakukan secara mandiri.

E. Instrumen Studi Kasus

Ada beberapa instrumen studi kasus yang digunakan yaitu :

1. Lembar pengkajian keluarga yang mengacu pada IPKKI (terlampir)

2. Lembar pengkajian nyeri (terlampir)

3. Lembar observasi melakukan tindakan terapi kompres air jahe hangat oleh

keluarga atau care giver (terlampir)

41
4. Leafleat pengenalan tentang Asam urat tinggi (terlampir)

5. Leaflet Prosedur Massage (terlampir).

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini mengambil tempat di kelurahan Poboya. Dengan

waktu penelitian pada bulan Juni. Penelitian dilakukan selama 9 hari dengan

jumlah kunjungan minimal 6x selama masa perawatan.

G. Langkah-langkah Pengumpulan Data

1. Mengambil surat izin penelitian.

2. Mengidentifikasi keluarga sasaran penelitian sesuai hasil survey kelbin di

Kelurahan Poboya Tahun 2017.

3. Meminta kesediaan keluarga untuk menjadi partisipan dan menandatangani

informed consent.

4. Menjelaskan tujuan penelitian dan metode penelitian

5. Memilih anggota keluarga yang bersedia melakukan terapi kompres air jahe

hangat.

6. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan pemeriksaan

fisik

7. Pengumpulan data awal bisa dilakukan setelah menandatangani informent

consent jika waktu memungkinkan.

8. Menentukan pasien yang akan dilakukan tindakan kompres air jahe hangat.

9. Kontrak waktu selanjutnya untuk memperkenalkan penyakit asam urat tinggi

42
10. Menjelaskan konsep asam urat tinggi dan nyeri dengan media yang mudah

diphami seperti leafleat.

11. Mengajarkan tehnik kompres air jahe hangat kepada keluarga menggunakan

media leaflet.

12. Melakukan follow up pelaksanaan kompres air jahe hngat yang dilakukan

keluarga, lingkungan serta perubahan nyeri, bengkak, merah pada pasien.

13. Terminasi

H. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu pengamatan

/ tindakan dan sumber informasi tambahan dari dua sumber data utama yaitu

klien, dan keluarga klien secara langsung mengenai riwayat kesehatan pasien serta

riwayat penyakit pasien.

I. Analisis Data

Analisis data pada kasus “Tugas Kesehatan Keluarga Dalam Memberikan

Terapi Kompres Air Jahe Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Sendi” dilakukan

dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang

ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis data

yang digunakan dengan cara observasi oleh peneliti yang mengahsilkan data untuk

selanjutnya diinterpretasikan dan di bandingkan teori yang ada sebagai bahan

untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.

Urutan dalam analisa data yang akan dilakukan pada kasus ini adalah :

43
1. Pengumpulan data

Data di kumpulkan dari hasil wawancara secara langsung kepada klien serta

keluarga. Dan observasi tingkah laku atau perilaku klien dan keluarga tentang

masalah kesehatan serta lingkungan klien.

2. Mereduksi data

Data dari hasil wawancara yang telah di kumpulkan oleh peneliti dalam bentuk

catatan lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan di kelompokkan

menjadi data subyektif (data yang didapatkan dari klien) dan obyektif (data

yang didapat dari hasil pemeriksaan fisik), dianalisis berdasarkan hasil

pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian data

Penyajian data yang dilakukan oleh peneliti dalam bentuk teks naratif dan tabel.

4. Kesimpulan

Penarikan kesimpulan yang dilakukan oleh peneliti denagn metode induksi

yaitu pengambilan kesimpulan didasarkan pada satu atau dua fakta atau bukti-

bukti. Data yang di kumpulkan oleh peneliti yaitu terkait dengan data

pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.

J. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan penelitian

sebab penelitian keperawatan akan brhubungan langsung dengan manusia. Maka

44
dari itu segi etika penulisan harus diperhatikan karena berhubung manusia

mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian. Hal yang mendasari penyusunan

studi kasus, terdiri dari :

1. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)

Informed Consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan

partisipan dengan memberikan lembar persetujuan (Informed Consent ). Dari

semua tindakan atau asuhan keperawatan yang di lakukan pada klien harus

atas persetujuan klien dan telah di setujui oleh keluarga klien.

2. Anonimity (tanpa nama)

Anonimity merupakan etika dalam penulisan keperawatan dengan cara

tidak menggunakan atau yang mencantumkan dicatatan lapangan pada saat

pengkajian atau mewawancarai klien adalah nama Inisial.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Confidentiality merupakan etika dalam penelitian untuk menjamin

kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Apapun informasi yang didapatkan dari klien, atau keluarganya akan

dijaga kerahasiaannya oleh peneliti, hanya keompok data tertentu yang

dilaporkan pada hasil peneliti.

45

Вам также может понравиться