Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DAN
Di Susun Oleh :
D3-1 Perhotelan
YOGYAKARTA
2018
EVENT YANG TERDAPAT DI YOGYAKARTA PADA TAHUN 2018
1 Maret 2018
Chinese Culrure Festival Yogyakarta City
2 Maret 2018
Mom and Kisd Main atrium ground floor,
“ Wonderfield” pendopo area and taman
Royal Ambarrukmo
9-11 Maret 2018 Yogyakarta
Jogja International Jogja Expo Center International Furniture and
farniture and craft fair crafts exhibition followed bay
Indonesia 2018 foreign manufacturers and
domestic
10-24 Maret 2018
Melasti Ceremony Parangkusumo beach, Usually carried out by the
parangtritis beach, Kretek, Hindu people on the latest
11 Maret 2018 Bantul Sunday before the Hindu
Religious moment of “Nyepi”
Nyedran Ngalangi Wediombo, Girisubo Gunung
kidul
15 Maret 2018
Babad Dalan Kyai Ageng Babad Dalan Sodo
Kiring Gunung kidul
16 Maret 2018
Tawur Agung DIY A Hindu Praying ceremony to
cleanse the earth a day before
16 Maret 2018 Nyepi, the balinese day of
silence
Labuhan Keraton Parangkusumo Beach, Merapi
ngayogyakarta mount, Lawu mount, Dlepih
Forest (Tirtomoyo, Wonogiri)
16 April 2018
Orchestra Music Taman Budaya Yogyakarta
21 Juli 2018
Yogya Gamelan Festival DIY Yogyakarta Gamelan Festival
become an International
July 2018 gathering, communicating and
interacting for gamelan lovers
and gamelan players
Rasul Desa Ngipak Rasul Ngipak Village,
Karangmojo
13 Agustus 2018
Pergelaran Karawitan Taman Budaya Yogyakarta
26 Agustus 2018
17 August 2018 Competition Gedung Basiyo XT Square
24 Agustus 2018
JCM Festival Sate Atrium Jogja City Mall
Agustus 2018
Tradisi adat sedekah laut Baron Beach
baron
11 September 2018
Jatilan Child Competition Gedung Basiyo XT Square
16 September 2018
Indonesia Scooter Festival Jogja Expo Center
23 September 2018
Pergelaran Teater Taman Budaya Yogyakarta
24 September 2018
Jogja International Street Malioboro Street, Yogyakarta
Performance / JISP
12 Oktober 2018
Malioboro night Festival Malioboro street
13 Desember 2018 – 2
januari 2019
Keroncong kota gedhe DIY
15 Desember
Kembang api festival Plaza XT Square
31 Desember 2018
Borobudur cultural feast 3 Borobudur temple
Tujuan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Tahun 2012 Melihat data tersebut, dapat
disimpulkan bahwa perkembangan MICE di Indonesia memiliki potensi, akan tetapi dalam
pengembangannya masih terdapat kendala, antara lain:
a. Masih rendahnya awareness destinasi akan pentingnya MICE dan perlunya dilakukan promosi
MICE,
Sumber data yang sama juga menunjukkan peringkat berdasarkan jumlah kegiatan MICE
bertaraf internasional yang diselenggarakan di berbagai kota di dunia. Indonesia memiliki Bali,
Jakarta, dan Yogyakarta yang dipercaya sebagai penyelenggara kegiatan, terbukti dari
peningkatan rata-rata jumlah event tiap tahunnya. Yogyakarta memiliki potensi wisata MICE
walaupun sedikit tertinggal dari kota Bali dan Jakarta.
Data penyelenggara MICE di DIY juga meningkat tiap tahunnya. Terbukti dari tahun
2013-2015 jumlah kegiatan MICE bertambah secara signifikan. Kapasitas kegiatan MICE yang
dapat ditampung sejauh ini berjumlah 14.800 orang. Jumlah peserta kegiatan MICE di
Yogyakarta menurut Statistik Kepariwisataan tahun 2015 mencapai 70.143 orang. Jumlah
penyelenggara dan peserta yang meningkat tiap tahunnya mengakibatkan perlunya penambahan
fasilitas wisata MICE di Yogyakarta. Fasilitas tersebut dapat berupa Convention and Exhibition
Center yang dapat mewadahi kegiatan pertemuan, eksibisi, maupun rekreasi secara bersamaan.
Bangunan ini nantinya akan mengakomodasi kegiatan MICE dengan suasana yang berbeda dari
bangunan-bangunan dengan tipologi sejenisnya.
Pemerintah telah menetapkan Yogyakarta sebagai 10 kota utama tujuan MICE selain di
antaranya Jakarta, Bali, Bandung, Surabaya, Makasar, Manado, Padang, Batam, dan Medan.
Ketertarikan wisatawan terhadap kota Yogyakarta tidak hanya dari potensi alam dan budaya,
tetapi juga dari wisata konvensi dan edukasi. Potensi industri MICE di Yogyakarta dapat menjadi
daya tarik wisata jika didukung oleh fasilitas kegiatan MICE yang menarik. Hampir semua
fasilitas MICE di Yogyakarta terintegrasi dengan hotel sehingga pemenuhan fungsi kegiatan
MICE kurang maksimal. Convention and Exhibition Center merupakan wadah yang difungsikan
sebagai pemenuhan kebutuhan akan kegiatan. Perlu adanya wadah yang dapat menggabungkan
fungsi pertemuan (meeting and conference), eksibisi (exhibition), dan rekreasi (insentive travel).
Kegiatan MICE secara garis besar terdiri dari kegiatan pertemuan dan eksibisi. Kegiatan
pertemuan dapat membahas mengenai banyak hal, terutama mengenai isu/permasalahan yang
sedang berkembang. Isu yang dibicarakan kemudian akan menghasilkan sebuah
kesepakatan/perjanjian. Kegiatan eksibisi juga menawarkan produk maupun jasa
tertentudisesuaikan dengan tren yang sedang berkembang. Jumlah peminat dan pengunjung acara
eksibisi secara tidak langsung dipengaruhi oleh permintaan pasar yang sedang berkembang.
Karakter pelaku wisata MICE yang selalu mengikuti perkembangan jaman sesuai dengan
pendekatan arsitektur kontemporer. Arsitektur kontemporer sangat dipengaruhi oleh arsitektur
modern. Produk arsitektur kontemporer sangat mewakili kekinian dalam gaya, langgam maupun
tren globalisasi, seperti arsitektur ramah lingkungan. Produk arsitektur kontemporer sangat
mengedepankan penggunaan material dan teknologi, serta geometri. Kesulitan dalam
pengaplikasian arsitektur kontemporer adalah mencari cara melakukan modernisasi dan
mengikuti perkembangan jaman sambil tetap memelihara inti dari identitas budaya (Akmal,
2005). Arsitektur kontemporer merupakan suatu gaya aliran arsitektur pada zamannya yang
mencirikan kebebasan berekspresi, keinginan untuk menampilkan sesuatu yang berbeda, dan
merupakan sebuah aliran baru atau penggabungan dari beberapa aliran arsitektur (Hilberseimer,
1964).
Tren yang berkembang dalam satu dasawarsa terakhir didominasi oleh pengaruh langgam
arsitektur modern yang memiliki kesamaan ekspresi dengan karya arsitektur modern dari belahan
dunia barat di dekade 60-an. Bangunan kontemporer Indonesia memiliki kesamaan ciri berupa
penggunaan banyak material kaca sebagai pelindung, bentuk yang jujur mengikuti fungsi,
horisontalisme dan bentuk geomeri yang kuat (Martokusumo, 2007, hal. 1). Persamaan karakter
tersebut dapat diwujudkan dalam sebuah Convention and Exhibition Center di Yogyakarta yang
pemenuhan kebutuhan ruangnya tidak terlepas dari pengolahan bentuk dan tampilan bangunan.
Suatu bangunan harus memiliki entity, di mana bangunan tersebut mudah untuk dikenali serta
menarik secara visual. Pengunjung akan mendapatkan pengalaman meruang jika bentuk dan
tampilan bangunan dapat mencirikan fungsi bangunan tersebut. Penyediaan fasilitas wisata
MICE dengan pendekatan arsitektur kontemporer ingin menjadikanbangunan tersebut sebagai
ikon/pembentuk citra Kota Yogyakarta, sehingga Yogyakarta dapat menjadi destinasi wisata
MICE yang menarik di Indonesia.
Saat ini, Pemerintah menetapkan target sebanyak 2 juta wisatawan MICE akan
berkunjung ke Indonesia pada tahun 2019. Kedatangan wisatawan MICE ke Indonesia memang
tidak sebanyak wisatawan leisure, tetapi lamanya kunjungan dan banyaknya uang yang
dibelanjakan wisatawan MICE menjadi daya tarik sendiri. Berdasarkan data dari ICCA
(International Congress & Convention Association) yang dirilis pada 2012, jumlah devisa yang
dikeluarkan oleh wisatawan MICE adalah tujuh kali lipat dari wisatawan biasa. Wisatawan
MICE umumnya diklasifikasikan sebagai “quality tourist” yang cenderung tinggal lebih lama
dan menghabiskan uang lebih banyak dari wisatawan biasa.
Menurut Reitha Fariza Hanividya, S.E., Kepala Sub Bidang Olahraga dan MICE
Kementerian Pariwisata, pada seminar The 5th MICE DISCOVERY yang diadakan Sekolah
Tinggi Pariwisata Trisakti pada 7 Mei 2018, saat ini ada beberapa masalah utama yang
menghambat pertumbuhan industri MICE di Indonesia, yaitu tidak adanya pengembangan
destinasi MICE, kekurangan data MICE, dan keanggotaan Indonesia pada Asosiasi MICE Dunia.
Saat ini fokus pengembangan destinasi yang dilakukan pemerintah adalah pada 10
Destinasi Wisata Prioritas yang merupakan wisata leisure. Padahal, destinasi MICE lebih bersifat
bisnis yang mempunyai karakteristik sangat berbeda dibandingkan dengan leisure. Diharapkan
dalam pengembangan tersebut menjadikan 10 destinasi wisata tersebut memenuhi kriteria
sebagai destinasi MICE.
Untuk pengembangan destinasi MICE fokusnya adalah di tujuh kota, yaitu Jakarta,
Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan Lombok, sambil mendorong destinasi potensial
MICE lainnya menjadi destinasi existing seperti Bali dan Jakarta. Pengembangan destinasi yang
dilakukan pada dua hal utama, yaitu pengembangan melalui 3 A (Atraksi, Aksesibilitas,
Amenitas) dan pengembangan SMI (SDM, Masyarakat, Industri).
Perkembangan MCE merupakan industri yang banyak di gunakan oleh berbagai macam
organisasi perusahaan dan sekelompok orang untuk mendukung kemajuan program-programnya.
Berkembangnya industri MICE atau wisata konvensi ini sebagai industri baru yang bisa
menguntungkan bagi banyak pihak, karena industri MICE ini merupakan industri yang kompleks
dan melibatkan banyak pihak yang memberikan kotribusi tinggi secara ekonomi terlebih bagi
Negara berkembang.
~Selesai~