Вы находитесь на странице: 1из 3

ABSTRACT

WIWIEK HIDAYATI. Analysis of Structure, Conduct and Market Performance


of Seaweed: Case Study of Mangarabombang Sub District, the District of Takalar
in South Sulawesi (DEDI BUDIMAN HAKIM as a chairman and RATNA
WINANDI as a member of the advisory committee)

Seaweed is one of the fisheries commodities could been increase rural farm
incomes, absorb labors and increase foreign exchanges. Potential development of
seaweed culture in South Sulawesi has not yet been optimally explored. There is a
wide opportunity of seaweed both to increase production and export. The demand
for seaweed also increases over time. However, farmers are still facing problem of
low income earning from the seaweed culture that is being produced in the
villages of Mangarabombang (Laikang, Punaga, Pattoppakang, Bontoparang and
Panyangkalang),due to marketing problems, i.e. low price received by farmers
that cause low income earning from seaweed culture. The objectives of the
research were (1) to analyze the performance of seaweed marketing systems in
term of market structure, conduct, and marketing performance, (2) to identify the
institutional support of seaweed marketing, and (3) to identify the policy
implication in term of seaweed marketing systems. The research was carried out
from March to May 2009, involving 150 respondents out of the total 1.500
seaweed farmers in five villages of Mangarabombang sub-district. The analysis
method was Structure Conduct and Performance (SCP). The results showed that
the market structure of seaweed was oligopsony. The supporting component of
institutional formation has not been well organized; therefore, its function has not
optimal yet. In this connection, there is a need to generate farmer’s groups to
improve it farmers’ negotiation power and to co-operate with institution providing
assistance in developing seaweed marketing.

Keywords: Seaweed, farmers, marketing, market structure, institutional support


RINGKASAN

WIWIEK HIDAYATI. Analisis Struktur, Perilaku Dan Keragaan Pasar Rumput


Laut Eucheuma Cottoni: Kasus Di Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten
Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. (DEDI BUDIMAN HAKIM sebagai Ketua
dan RATNA WINANDI sebagai Anggota Komisis Pembimbing)

Rumput laut merupakan salah satu komoditas perikanan yang mampu


meningkatkan perekonomian masyarakat, menyerap tenaga kerja, dan
meningkatkan devisa negara. Dengan adanya budidaya rumput laut tersebut,
masyarakat pesisir didorong untuk semakin mengembangkan potensi produksi
rumput lautnya karena budidaya rumput laut paling cepat mmemberikan
pendapatan kepada para nelayan/petani rumput laut. Salah satu daerah yang
memiliki potensi sebagai penghasil rumput laut bernilai ekonomis adalah Perairan
Flores dan Teluk di Kecamatan Mangarabombang. Model usahatani rumput laut
dapat dilakukan dengan skala kecil dan menengah (UKM) maupun industri besar
dan dapat menyentuh langsung kehidupan masyarakat di daerah-daerah pesisir.
Kebijakan Pemerintah terhadap pengembangan rumput laut tersebut diharapakan
dapat mendorong kesempatan kerja (pro job), pertumbuhan ekonomi (pro growth)
serta kesejahteraan masyarakat (pro poor) khususnya masyarakat di daerah-daerah
pesisir.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis kinerja sistem pemasaran
rumput laut, (2) menganalisis lembaga penunjang pemasaran dan kebijakan yang
berkaitan dengan pemasaran rumput laut dan (3) mengidentifikasi implikasi
kebijakan dari sistem pemasaran rumput laut di Kecamatan mangarabombang,
Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder berupa data bulanan harga rumput laut pada tahun 2008.
Model penelitian ini merupakan suatu model yang menganalisis pemasaran
rumput laut dengan menggunakan pendekatan struktur, perilaku dan kergaan
pasar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lembaga pemasaran yang terlibat
dalam pemasaran rumput laut terdiri dari pedagang pengumpul yang berada di
lokasi budidaya rumput laut, pedagang besar yang berada di lokasi ibukota
kabupaten dan eksportir yang berada di ibukota provinsi. Struktur pasar rumput
laut di tingkat pedagang pengumpul, pedagang besar dan eksportir bersifat
oligopsoni (banyak penjual sedikit pembeli). Dengan demikian akan muncul
pedagang yang paling dominan pada masing-masing tingkat lembaga dalam
struktur pasar, sehingga pedagang tersebut menjadi pedagang yang memiliki
pangsa pasar terbesar, dimana pedagang tersebut bertindak sebagai penentu harga
dan memiliki jalur distribusi yang kuat. Pemasaran yang paling efisien terdapat
pola pemasaran 2, kemudian diikuti oleh pola pemsaran 3. Kedua pola pemasaran
tersebut adalah pola pemasaran yang memiliki ikatan mulai dari eksportir ke
pedagang besar, pedagang besar ke pedagang pengumpul dan pedagang
pengumpul ke nelayan/petani. Antara pedagang pengumpul dan nelayan/petani
memiliki kesepakatan tidak tertulis, yaitu pedagang besar tidak diizikan untuk
melakukan pembelian langsung ke nelayan/petani agar tidak terjadi permainan
harga. Komponen-komponen pembentukan lembaga penunjang tersebut terdiri
dari pengaturan pasar, informasi pasar, penyuluhan dan pelatihan serta sumber
dana. Saat ini komponen-komponen tersebut belum tertata dengan baik, sehingga
kinerja dari lembaga penunjang di Kecamatan Mangarabombang belum optimal.
Pola pemasaran yang menguntungkan nelayan/petani rumput laut dengan
para pelaku pemasaran perlu dibentuk. Dengan cara membentuk kelompok-
kelompok tani yang tergabung dalam suatu lembaga (koperasi) yang dapat
mengakomodir kepentingan nelayan/petani, sehingga dapat berjalan dan
berkembang dengan baik. Sehingga kontinuitas rumput laut dapat terus berjalan
dan berkembang. Penyediaan informasi pasar merupakan salah satu langkah yang
perlu dikembangkan lebih lanjut agar nelayan/petani rumput laut dapat
mengaksesnya dengan mudah. Dengan melakukan pendampingan dan pembinaan
dalam mengakses informasi harga, pendanaan serta kemitraan. Serta
pengembangan budidaya rumput laut melalui sistem kemitraan merupakan salah
satu alternatif yang dapat digunakan karena dengan kemitraan, kerjasama antara
usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan
dan pengembangan yang berkelanjutan dapat terlaksana dengan prinsip saling
memerlukan, saling memperkuat dan saling membutuhkan, saling memperkuat
dan saling menguntungkan.

Keywords: rumput laut, nelayan/petani, pemasaran, struktur pasar, lembaga


penunjuang

Вам также может понравиться