Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
Latar Belakang
B. Upaya Pengendaliannya
Keberadaan E.coli dan bakteri umumnya normal berada di feses manusia dan hewan.
Keberadaannya dapat menandakan telah terjadi kontaminasi tinja pada air dan memungkinkan
terdapat bakteri patogen lain di dalam air. Seiring dengan berkembangnya penduduk,
ketersediaan akan air bersih semakin berkurang mengakibatkan berkurangnya kemampuan
tanah untuk menyerap air menjadi tidak sempurna sehingga bakteri Coliform dapat
mengkontaminasi sumber air (Bambang dkk., 2014). Penyebab lain air bersih menjadi
terkontaminasi dengan Coliform adalah dari sumber air yang berdekatan dengan lingkungan
yang tidak bersih seperti dekat dengan tempat pembuangan limbah maupun tempat
pembuangan sampah (Sutrisno. 2007).
Upaya pengendalian untuk mencegah kasus diare pada wisatawan ini adalah dengan
meningkatkan higiene dan higiensanitasi. Higiene adalah usaha kesehatan masyarakat untuk
mencegah timbulnya penyakit, membuat kondisi sehat serta terjamin pemeliharaan
kesehatannya (Purnawijayanti, 2006). Higiensanitasi meliputi melindungi, memelihara, dan
mempertinggi derajat kesehatan manusia (individu dan masyarakat), sehingga faktor lingkungan
yang tidak menguntungkan tersebut, tidak sampai menimbulkan gangguan kesehatan. Sanitasi
merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi lingkungan hidup sehat yang
menyenangkan dan menguntungkan masyarakat (Pitojo. 2013).
Faktor yang mempengaruhi higiensanitasi air minum, makanan, air kobokan/cucian pada
para pedagang makanan adalah pada sumber air yang digunakan, wadah penampung air, serta
tempat berdagang.
1. Sumber Air
Sumber air yang digunakan para pedagang pada umumnya berasal dari air yang
sudah tercemar logam berat dan bahan kimia beracun, serta dekat dengan
pembuangan limbah rumah tangga (septic tank, pembuangan toilet). Hal ini
menyebabkan sumber air menjadi terkontaminasi dan menyebabkan gangguan
kesehatan pada saluran pencernaan seperti diare (Sutrisno, 2007). Sumber air ini
biasa digunakan untuk mencuci tangan serta bahan baku pembuatan makanan dan
minuman sehingga dengan kondisi air yang yang sudah tercemar tersebut dapat
meningkatkan resiko terkontaminasi bakteri Coliform.
2. Wadah Penampung Air
Wadah yang digunakan untuk menampung sumber air biasanya jarang dilakukan
pembersihan serta tidak ditutup dengan rapat sehingga peralatan untuk memasak
serta air untuk bahan baku masakan terkontaminasi dengan debu (Natalia dkk.,
2014).
3. Tempat Berdagang
Tempat berdagang adalah fasilitas yang digunakan oleh pedagang untuk aktivitas jual
beli dan pembuatan makanan/minuman. Tempat berdagang harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut: tersedia air bersih, tersedia tempat pembuangan
sampah, dan fasilitas untuk mencuci peralatan masak dan tangan. Lokasi dari tempat
berdagang yang dekat dengan tempat pembuangan sampah serta kurangnya air
bersih itulah yang menyebabkan kontaminasi bakteri Coliform tinggi (Ningsih, 2014).
Setelah mengetahui penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi traveler’s
diarrhea, maka idealnya dilakukan penanggulangan sebagai berikut:
1. Pengadaan alat Chlorine Diffuser oleh Dinkes setempat di Bali. Chlorine diffuser
digunakan untuk meningkatkan kualitas air dengan cara memfilternya.
2. Sosialisasi mengenai higiene dan higiensanitasi pada pedagang makanan serta
masyarakat luas.
4. Mengirimkan tim survey dari pemerintah untuk memeriksa sampel di sumber air
yang digunakan warga serta memeriksa sampel makanan yang dijual di
restoran/daerah wisata kuliner untuk diuji di laboratorium.
5. Melakukan pengawasan pada sumber air yang digunakan untuk air minum dengan
cara observasi, inspeksi sanitasi, pengambilan sampel, pengawasan dan perawatan
terhadap jaringan perpipaan air, serta pemeriksaan korositas dalam air.
Oleh karena itu diharapkan peran aktif dari pemerintah dan warga untuk selalu
membudayakan hidup sehat agar berkurangnya angka kasus traveler’s diarrhea di Bali. Dengan
berkurangnya angka traveler’s diarrhea, maka diharapkan akan terjadi peningkatan signifikan
dari wisatawan asing untuk mengunjungi Bali tanpa khawatir akan terserang diare ketika
melakukan perjalanan wisata di Bali.
BAB III
KESIMPULAN
Diare wisatawan (travelers‘ diarrhea) adalah sindrom yang terkait dengan makanan atau
air terkontaminasi yang terjadi selama dan sesaat setelah wisata. Penyakit ini merupakan
penyakit yang paling sering ditemukan pada wisatawan dan biasanya diderita oleh wisatawan
dari daerah asal dengan standart kebersihan dan sanitasi yang tinggi ke daerah tujuan dengan
standart yang lebih rendah.
Standar kebersihan yang berbeda dengan Negara asal wisatawan dapat memicu kejadian
diare pada travelers ini. Yang dapat menjadi penyebab munculnya diare pada wisatawan dapat
berasal dari bakteri, virus maupun parasit. Makanan maupun minuman yang tercemar dan
terkontaminasi dapat mengakibatkan kejadian diare akut.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi travelers‘ diarrhea ini antara lain
dengan peningkatan kualitas sanitasi pada lingkungan wisata, peningkatan standar kebersihan
bagi daerah- daerah wisata, sosialisasi mengenai higiene dan higiensanitasi pada pedagang
makanan, dan dapat dilakukan pengawasan oleh dinas terkait seperti dinas kesehatan dengan
kerjasa lintas sektor mengenai pengawasan pada sumber air, mekanan, dan lingkungan sehingga
nantinya tidak ditemukan lagi kejadian diare pada wisatawan.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang, A.G dkk. 2014. Analisis Cemaran Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia Coli Pada Air Isi
Ulang Dari Depot di Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Dinas Pariwisata Bali, 2009. Statistik Pariwisata Bali. Bali: s.n.
Gandamayu., dkk. 2016. Gambaran Masalah Kesehatan Wisatawan Asing Ang Berkunjung Ke
Pusat Pelayanan Kesehatan 2015: Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 2, September 2016.
Hakim. A.R., dan Khan. A., .2014. Problematika Penyakit Pribumi Bagi Para Wisatawan Asing Di
Kota Manado. Jurnal Intisari Sains Medis. VOL.1 NO.1, JANUARI-APRIL, HAL.24-28.
Kusuma, dkk., 2015. Identifikasi Bakteri Coliform pada Air Kobokan di Rumah Makan Kelurahan
Andalas Kecamatan Padang Timur. Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(3).
Natalia LA, dkk. 2014. Kajian Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Blora.
UNNES Journal of Life Science. 2014: 3.
Ningsih, Riyan. 2014. Penyuluhan Hygiene Sanitasi Makanan Dan Minuman, Serta Kualitas
Makanan yang Dijajakan Pedagang di Lingkungan SDN Kota Samarinda. Jurnal Kesehatan
Masyarakat UNNES Volume 10 Nomor 1 Juli 2014: 64-72.
Particia, t.thn. 2018. Waspada Penyakit Bali Belly. [Online] Available at:
http://www.doktersehat.com access at 9 march 2018.
Pitojo S, Zumiati. 2013. Cara Pembuatan dan Variasi Mengolah Makanan Terbuat dari Cincau.
Tangerang: Agromedia Pustaka.
Purnama., dkk. 2017. Kualitas Mikrobiologis dan Higiene Pedagang Lawar di Kawasan Pariwisata
Kabupaten Gianyar, Bali. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia: 16 (2) 2017, 56-62.
Purnawijayanti, Hiasinta A. 2006. Sanitasi, Higiene, dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan
Makanan. Yogyakarta: Kanisius.
Sarayar, A. M. & Liwang, F., 2012. Pencegahan Dan Penatalaksanaan Terkini Penyakit Travelers
Diarrhea. In: Intisari Sains Medis. Indonesia: s.n., pp. 36-40.
Sopacua, dkk. 2013. Kandungan Coliform dan Klorin Es Batu di Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Biologi:
1-9.
Sundari., dkk. 2014. Hubungan Faktor Predisposisi, Pemungkin, dan Pengat Dengan Praktek
Cuci Tangan Serta Keberadaan Mikroorganisme Pada Penjamah Makanan Di Pantai
Kedonganan. Jurnal Skala Husada Volume 11 Nomor 1 April 2014 : 67-73.
Sutrisno, TC. 2007. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta.
WHO, 2008. Internatioanl Travel and Health , s.l.: s.n.