Вы находитесь на странице: 1из 19

Gita Jayanti 2017

Atha Dvādaśo’ Dhyāyaḥ

Bab Keduabelas
Tentang

Bhakti Yoga
Śloka 1
arjuna uvāca
evaṁ satata-yuktā ye
bhaktās tvāṁ paryupāsate
ye cāpy akṣaram avyaktaṁ
teṣāṁ ke yoga-vittamāḥ

Arjuna bertanya: orang yang menyembah Brahman,


yang berada di luar jangkauan indria-indria dan
tidak berbentuk, atau orang yang dengan
bersungguh-sungguh senantiasa menyembah-Mu
dalam bhakti yang baik. Dari kedua jenis penyembah
tersebut yang manakah yang dianggap lebih
sempurna dalam pengetahuan yoga?
Śloka 2
śrī-bhagavān uvāca
mayy āveśya mano yemāṁ
nitya-yuktā upāsate
śraddhayā parayopetās
teme yuktatamā matāḥ

Śrī Bhagavān Kṛṣṇa bersabda: dengan memusatkan


pikirannya pada-Ku dengan baik, orang yang
senantiasa lelap dalam menyembah-Ku dengan
keyakinan yang mantap, Aku anggap paling
sempurna dalam pemahaman Yoga.
Śloka 3-4
ye tv akṣaram anirdeśyam
avyaktaṁ paryupāsate
sarvatra-gam acintyaṁ ca
kūṭa-stham acalaṁ dhruvam
sanniyamyendriya-grāmaṁ
sarvatra sama-buddhayaḥ
te prāpnuvanti mām eva
sarva-bhūta-hite ratāḥ
Akan tetapi, orang yang dengan mantap dan penuh
keyakinan, senantiasa sibuk berbuat demi kebaikan
seluruh makhluk, bersikap sama terhadap sesama, dan
sudah mengendalikan seluruh indria dengan baik, lalu
mereka menjadi lelap dalam menyembah yang tidak
terwujud, yang berada diluar jangkauan indria-indria,
yang berada dimana-mana, berada di luar jangkauan
pikiran, tidak bisa dilihat, kekal abadi, tidak berubah-
ubah, tidak berpindah, mereka pasti sampai pada-Ku.
Śloka 5
kleśo ’dhikataras teṣām
avyaktāsakta-cetasām
avyaktāhi gatir duḥkhaṁ
dehavadbhir avāpyate

Bagi orang yang sangat terikat pada badan,


kesulitannya lebih banyak, karena
sesungguhnya mereka yang sangat terikat
pada badan jasmani sangat sulit untuk dapat
mencapai Yang Tidak Berbentuk.
Śloka 6-7
Yetu sarvāṇi karmāṇi
Mayi sannyasya mat-parāḥ
Ananyenaiva yogena
Māṁ dhyāyanta upāsate
teṣām ahaṁ samuddhartā
mṛtyu-saṁsāra-sāgarāt
bhavāmi na cirāt pārtha
mayy āveśita-cetasām
Tetapi, mereka yang senantiasa memusatkan pikirannya
kepada-Ku dan menyembah-Ku dengan praktek yoga yang
mantap dan tidak tergoyahkan, dengan mempersembahkan
seluruh perbuatannya kepada-Ku dan dalam ketidak-
terikatannya pada duniawi menjadikan Aku sebagai tujuan
utama hidupnya, wahai Arjuna, bagi penyembah-Ku yang
melelapkan seluruh pikirannya di dalam-Ku, maka Aku
akan menjadi Sang Penyelamat baginya dari samudera
maha luas (kesengsaraan berupa) kelahiran dan kematian.
Śloka 8
Mayyeva mana ādhatsva
Mayi buddhiṁ niveśaya
nivasiṣyasi mayy eva
ata ūrdhvaṁ na saṁśayaḥ

Tempatkanlah pikiranmu pada-Ku,


masukkanlah kecerdasanmu pada diri-Ku.
Sesudah itu, tanpa keraguan sedikit pun,
maka engkau akan selalu berada di dalam
diri-Ku.
Śloka 9

Atha cittaṁ samādhātuṁ


Na śaknoṣi mayi sthiram
Abhyāsa-yogena tato
Mām icchāptuṁ dhanañjaya

Jikalau engkau merasa tidak mampu untuk dapat


memusatkan pikiranmu kepada-Ku secara mantap,
maka wahai Dhanañjaya, bangkitkanlah keinginanmu
untuk mencapai diri-Ku melalui pelaksanaan latihan
yoga yang bersungguh-sungguh.
Śloka 10

Abhyāse ‘py asamartho ‘si


Mat- karma-paramo bhava
Mad-artham api karmāṇi
Kurvan siddhim avāpsyasi

Jika dalam melaksanakan pratek yoga pun engkau


tidak sanggup, maka jadilah orang yang melakukan
segala perbuatan demi Aku. Dengan melakukan
segala perbuatan dalam kesadaran demi
persembahan kepada-Ku pun engkau akan dapat
mencapai keberhasilan.
Śloka 11

Athaitad apy aśakto ’si


kartuṁ mad-yogam āśritaḥ
sarva-karma-phala-tyāgaṁ
tataḥ kuru yatātmavān

Jika untuk mempraktekkan ajaran-ajaran yoga-Ku


pun engkau tidak mampu, maka kendalikanlah
pikiran dan indra-indramu dan tinggalkan segala
keinginan untuk mendapakan pahala dari segala
perbuatan yang engkau lakukan.
Śloka 12

Śreyohi jñānam abhyāsāj


Jñānād dhyānaṁ viśiṣyate
Dhyānāt karma-phala-tyāgas
Tyāgāc chāntir anantaram
Dari pelaksanaan yoga, pengetahuan suci adalah lebih
baik. Dari mempelajari dan mempraktekkan ajaran
kitab-kitab suci, lebih baik memusatkan pikiran
kepada-Ku. Dari pemusatan pikiran terus-menerus
kepada-Ku, lebih baik lagi adalah meninggalkan
keinginan untuk mendapatkan pahala dari setiap
perbuatan yang dilakukan. Dengan meninggalkan
keinginan untuk memperoleh hasil dari perbuatan-
perbuatan yang dilakukan, maka orang akan dapat
mencapai kedamaian bathin.
Śloka 13-14

adveṣṭā sarva-bhūtānāṁ
maitraḥ karuṇa evaca
nirmano nirahaṇkāraḥ
sama-duḥkha-sukhaḥ kṣamī
santuṣṭaḥ satataṁ yogī
yatātmā dṛḍha- niścayaḥ
mayy arpita-mano-buddhir
yo mad-bhaktaḥ sa me priyaḥ
Mereka yang tidak iri hati terhadap semua makhluk
hidup, berteman, murah hati, bebas dari rasa
kepemilikan, bebas dari keakuan palsu, bersikap sama
dalam suka maupun duka, bersifat pengampun, berpuas
hati, selalu berada dalam kesadaran sebagai seorang
yogī, mengendalikan pikiran dan indra-indra,
mempunyai kemantapan bathin yang baik, pikiran dan
kecerdasan senantiasa berpusat pada-Ku, siapa pun
penyembah-Ku yang seperti itu, maka dia sangat Aku
sayangi.
Śloka 15

Yasmān nodvijate loko


Lokān nodvijate ca yaḥ
harṣāmarṣa-bhayodvegair
mukto yaḥ sa came priyaḥ

Orang yang dari siapa yang tidak ada makhluk lain


yang merasa terganggu, dan dia yang juga tidak
terganggu oleh makhluk lain, dan juga dia yang
sudah terbebaskan dari suka cita duniawi, dari rasa
iri hati pada yang lain, dan dari kecemasan serta
kemarahan, dia sangat Ku sayangi.
Śloka 16

anapekṣaḥ śucir dakṣa


udāsīno gata-vyathaḥ
sarvārambha-parityāgī
yo mad-bhaktaḥ sa me priyaḥ

Penyembah-Ku yang sudah terbebaskan dari


harapan-harapan, yang suci lahir dan bathin, ahli,
tidak memihak, bebas dari rasa kekhawatiran, dan
dia yang meninggalkan keterikatan untuk memulai
karma-karma duniawi baru, di sangat Aku
sayangi.
Śloka 17

Yo na hṛṣyati na dveṣṭi
Na śocati na kāṅkṣati
Śubhāśubha-parityāgī
Bhaktimān yaḥ sa me priyaḥ

Dia yang tidak menjadi riang (berlebihan), bebas


dari rasa tidak suka, tidak menyesal, tidak
(terlalu) menginginkan, tidak terikat pada baik
dan tidak baik, dia yang berbhakti (dalam sifat-
sifat mulia seperti itu), dia sangat Aku kasihi.
Śloka 18-19
samaḥ śatrau ca mitre ca
tathā mānāpamānayoḥ
śītoṣṇa-sukha-duḥkheṣu
samah saṅga-vivarjitaḥ
tulya-nindā-stutir maunī
santuṣṭo yena kenacit
aniketaḥ sthira-matir
bhaktimān me priyo naraḥ
Orang yang bersikap sama terhadap kawan maupun
lawan, pada penghormatan maupun penghinaan, pada
panas dan dingin, pada suka dan duka, (pada
pergaulan dan penolakan) bebas dari keterikatan-
keterikatan duniawi, memiliki kesadaran sama pada
pujian dan ejekan, diam dalam merenung, berpuas
hati dengan apapun dan siapa pun, yang mantap
dalam ketidakterikatan pada tempat tinggal dan
badan jasmani, orang yang mantap dalam bhakti
adalah orang yang sangat Ku-sayangi.
Śloka 20

Yetu dharmāmṛtam idaṁ


yathoktaṁ paryupāsate
śraddadhānā mat-paramā
bhaktās te ‘tiva me priyāḥ

Namun, orang yang menyembah-Ku dengan sepenuh


hati sebagaimana dikatakan dalam minuman
kekekalan dharma ini, yang mempunyai keyakinan
yang tidak tergoyahkan pada-Ku, dan penyembah-
penyembah yang menjadikan diri-Ku sebagai tujuan
tertinggi, para penyembah seperti itu sungguh amat
Ku-sayangi.
Oṁ tad sad iti śrīmad bhagavad-
gītāṣūpaniṣatsu brahma-vidyāyāṁ
yoga-śāstreśrī kṛṣṇārjuna-saṁvāde
bhakti-yogo nāma dvādaśo ‘dhyāyaḥ.

OṀ Tat Sat, Demikian berakhirlah pengetahuan suci śrīmad bhagavad-gītā,


pengetahuan Ketuhanan, percakapan antara Śri Kṛṣṇa dan Arjuna, perihal Bhakti Yoga,
yang merupakan Bab Keduabelas

Вам также может понравиться