Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jiwa adalah unsur manusia yang bersifat nonmateri, tetapi fungsi dan
manifestasinya sangat terkait pada materi. Mahasiswa yang pertama kali
mempelajari ilmu jiwa dan keperawatan jiwa sering mengalami kesulitan
dengan hal yang harus dipelajari, karena jiwa bersifat abstrak dan tidak
berwujud benda. Setiap manusia memiliki jiwa, tetapi ketika ditanya, “Mana
jiwamu?” hanya sebagian kecil yang dapat menunjukkan tempat jiwanya. Hal
ini karena jiwa memang bukan berupa benda, melainkan sebuah sistem
perilaku, hasil olah pemikiran, perasaan, persepsi, dan berbagai pengaruh
lingkungan sosial. Semua ini merupakan manifestasi sebuah kejiwaan
seseorang. Oleh karena itu, untuk mempelajari ilmu jiwa dan keperawatannya,
pelajarilah dari manifestasi jiwa terkait pada materi yang dapat diamati berupa
perilaku manusia.
Manifestasi jiwa antara lain tampak pada kesadaran, afek, emosi,
psikomotor, proses berpikir, persepsi, dan sifat kepribadian. Kesadaran dalam
hal ini lebih bersifat kualitatif, diukur dengan memperhatikan perbedaan
stimulus (stressor) dan respons (perilaku yang ditampilkan), serta tidak diukur
dengan Glasgow Coma Scale (GCS).
Aspek kesadaran pada masalah kejiwaan mungkin kita temukan
kesadaran yang terlalu tinggi, terlalu rendah, atau fluktuatif. Inilah manifestasi
jiwa, tampak dari perilaku yang diekspresikan (secara lebih detail, ekspresi
perilaku pasien akan dipelajari pada komponen pengkajian tanda dan gejala
gangguan jiwa).
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengetahui tentang kesehatan dalam keperawatan jiwa?
2. Bagaimana mengetahui bagian dari prevensi dalam keperawatan jiwa?
3. Bagaimana mengetahui teknik dan peran dalam prevensi primer, sekunder,
dan tersier?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kesehatan dalam keperawatan jiwa
2. Mengetahui bagian dari prevensi dalam keperawatan jiwa
3. Mengetahui teknik dan peran dalam prevensi primer, sekunder, dan tersier.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
adalah anggota masyarakat yang saat ini sama sekali belum mengalami gangguan
psikologis tertentu namun mempunyai risiko tinggi atau rentan mengalami
gangguan tersebut.
Fokus pelayanan keperawatan jiwa adalah pada peningkatan kesehatan
dan pencegahan terjadinya gangguan jiwa.Tujuan pelayanan adalah mencegah
terjadinya gangguan jiwa, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
jiwa.Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami
gangguan jiwa.Aktivitas pada pencegahan primer adalah program pendidikan
kesehatan, program stimulasi perkembangan, program sosialisasi kegiatan jiwa,
manajemen setres, dan persiapan menjadi orang tua.
Yang dimaksud dengan pencegahan primer dalam ilmu kedokteran jiwa
pencegahan adalah usaha untuk mencegah timbulnya kasus gangguan jiwa baru
di masyarakat.Sasaran kegiatan, program, atau usahanya ditujukan kepada
masyarakat yang sehat agar mereka tetap sehat, tidak jatuh sakit atau mengalami
gangguan jiwa.Dengan demikian, apabila usaha ini berhasil indikator
epidemiologis yang dapat digunakan adalah rendahnya angka insiden (incidence
rate) gangguan jiwa. Ada 2 program dalam pencegahan primer, yaitu
peningkatan derajat kesehatan jiwa masyarakat dan pencegahan spesifik
4
dengan menghiIangkan agen penyebab, menurunkan faktor risiko,
meningkatkan daya tahan host, dan mengganggu transmisi penyakit.Untuk
beberapa gangguan fisik identifikasi dan modifikasi satu atau lebih faktor
tersebut sangat mengubah perawatan kesehatan.Contoh yang paling baik
untuk keberhasilan tersebut adalah eliminasi sesungguhnya dari banyak
penyakit infeksi dan keadaan defisiensi vitamin dan dengan menurunkan
beberapa bentuk kanker, penyakit jantung, dan penyakit paru-paru.
Contoh dan pencegahan primer untuk membantu orang mengatasi
kesulitannya adalah program kesehatan masyarakat (sebagai contohnya,
latihan bagi orang tua tentang perkembangan anak dan program pendidikan
alkohol dan obat-obatan); usaha-usaha pada sarana tertentu (sebagai
contohnya, Outward Bound and Heart Star dan program perawatan lainnya
untuk anak yang kurang beruntung); perkembangan dan pemakaian sistem
pendukung sosial untuk menurunkan efek stres pada orang dalam risiko tinggi
(sebagai contohnya, program bagi janda atau duda); program bantuan awal
untuk membantu orang dalam menyiapkan situasi penuh ketegangan yang
diperkirakan terjadi (sebagai contohnya, konseling bagi Korps Perdamaian);
dan intervensi krisis setelah peristiwa kehidupan yang penuh dengan stres,
seperti kehilangan, perpisahan perkawinan, perceraian , trauma dan kelompok
orang yang selamat dari bencana. Program pembebasan sandera dimana
sandera yang dilepaskan dari tahanan dipersiapkan untuk memasuki kembali
masyarakatnya, adalah contoh lain dari pencegahan primer.
2. Faktor Sosial Ekonomi dalam Kesehatan Jiwa Masyarakat
Faktor sosial dan ekonomi secara bermakna mempengaruhi status
kesehatan negara dan timbulnya pelayanan kesehatan.
2.2.1 Teknik-teknik prevensi primer
Teknik dalam prevensi primer mencakup beberapa hal yaitu :
5
1. Untuk masyarakat luas, meliputi: peningkatan kualitas hidup,
peningkatan kesejahteraan sosial, peningkatan berpendidikan,
peningkatan kualitas perawatan medis, peningkatan kesempatan kerja
2. Dalam komunitas, meliputi: mendidik pemuka masyarakat, konsultasi
perencanaan tata pemukiman, konsultasi agen-agen komunitas, seperti
polisi atau guru, mengubah proses- proses sosial dalam sistem
sekolah, bersama- sama komunitas menghapus perasaan apatis dan
ketidakberdayaan dijadikan aksi kolektif guna pemenuhan kebutuhan
3. Untuk keluarga dan kelompok kecil, meliputi: program pendidikan
bagi orangtua, pendidikan prenatal, terapi keluarga dan intervensi
krisis untuk keluarga
4. Untuk individual, meliputi: memerkuat kemampuan koping terhadap
krisis kehidupan, konsultasi terhadap wali/pelindung atau teman
bermakna bagi individu bersangkutan, intervensi krisis perkembangan
terhadap anak sekolah, pasangan yang hendak menikah, ibu hamil,
pensiunan, atau pasangan bercerai
2.2.3 Peran dalam prevensi primer
Dalam prvensi primer beberapa peran yang mencakup antara lain :
1. Memberi penyuluhan tentang prinsip – prinsip sehat jiwa
2. Mengefektifkkan perubahan dalam kondisi kehidupan, tingkat
kemiskinan dan pendidikan
3. Memberikan pendidikan dalam kondisi normal, petumbuhan, dan
perkembangan, dan pendidikan seks
4. Melakukan rujukan yang sesuai sebelum gangguan jiwa terjadi,
berdasarkan pada stressor dan perubahan kehidupan yang potensial.
5. Membantu klien di RSU untuk menghindari masalah psikiatri dimasa
mendatang
6. Bersama – sama keluarga memeberi dukungan pada anggota keluarga
dan meningkatkan fungsi kelompok
6
7. Aktif dalam kegiatan masyarakat dan politik yang berkaitan dalam
kesehatan jiwa.
7
dalam hal penurunan fungsi peran penderita apabila terlalu lama tidak
diobati.
2. Pembatasan disabilitas
Beberapa jenis gangguan jiwa mempunyai kecenderungan berlangsung,
secara menahun atau dalam perjalanan klinisnya sering kambuh, misalnya
gangguan cemas, distimik, psikosomatik, gangguan afektif berat, dan
skizofrenia. Anjuran terhadap penderita untuk tetap aktif bekerja atau
setidak-tidaknya untuk tetap melakukan aktivitas bersama orang lain, tidak
menarik diri, dan adanya kegiatan rutin harian, sangat membantu untuk
dapat mengurangi atau mencegah disabilftas , hendaya, atau penurunan
fungsi peran penderita
8
2.3.2 Usaha – usaha dalam prevensi sekunder
Peran terapi atau psikolog komunitas lebih pada usaha mencari
kasus-kasus daripada “menanti” datangnya kasus-kasus. Usaha-usaha
yang dilakukan menyakup:
1. Deteksi dini adanya tanda-tanda gangguan
Sosialisasi informasi tentang sumber-sumber bantuan yang dapat
dicapai, meliputi: tempat, biaya, dan layanan yang dapat diperoleh.
2. Mengurangi usaha-usaha yang dapat menghalangi penyapaian bantuan
atau menyegah timbulnya miskonsepsi tentang apa yang dilakukan
petugas kesehatan mental.
9
selama dirawat-inap, segera setelah pasca perawatan inap, dan setelah
dikembalikan kepada keluarga.
10
FORM KASUS 1
1. Nama : Nn. X
2. Umur : 18 tahun
3. Keluhan : Mengeluh sakit dibagian
uluhati seperti ditusuk-
tusuk terutama bila
mengkonsumsi junkfood.
4. Diagnosa medis : Dispepsia
5. Hasil pengkajian : wajahpucat, konjungtiva
anemis, membran mukosa
kering, hipotensi, takikardia,
tremor, hipoperistaltik, akral
dingin, anorexia, dan oliguri.
6. Riwayat penyakit : eating disorders
11
a. Assertiveness dan berusaha meningkatkan
kepercayaan dirinya dimana seseorang berani
menyatakan apa yang dipikirkan secara jujur dan
terbuka tanpa mengganggu hubungan
b. Terbentuknya kepercayaan diri kepada seseorang
diawali dengan perkembangan konsep diri yang
diperoleh dalam pergaulan suatu kelompok.
c. Meningkatkan perhatian, kasih sayang dan rasa
nyaman pada lingkungan sekitar.
d. Memperjelas nilai-nilai diri dan memutuskan akan
mengubahnya atau tidak serta bagaimana cara
mengubahnya jika memang diperlukan.
3. Feronika M Sitohang
(032017057)
4. Hendrik A Zebua
(032017045)
12
Form Kasus 2
Trigger case Seorang laki-laki berusia 30 tahun merupakan klien rawatjalan RSJ akibat
substance-abuse disorders. Klien merupakan pekerja sosial yang biasanya
aktif dibagian keamanan lingkungan. Klien sudah dua tahun ini menjalani
rehabilita sejak ibunya meninggal. Saat ini klien ingin mencoba melamar
pekerjaan tetapi tidak diterima beberapa perusahaan karena riwayatnya.
Klien menjadi stress dan hamper putusasa.
Problem(identifikas 1.klien berusia 30 tahun di rawat jalan RSJ akibat subtanse-abuse
imasalah ) disorders.
3. klien menjadi stress dan hampir putus asa dikarena kan ingin mencoba
melamar pekerjaan tetapi tidak di terima beberapa perusahaan.
13
Recommendation 1. Dalam kasus, perlu diberikan dukungan untuk meningkatkan
(beriopini
kepercayaan diri, menghilangkan keputusasaan sehingga mampu
Anda dengan menunjukkan kemampuan yang dimiliki pada masyarakat untuk
alasan rasional,
singkat jelas dan merubah persepsi masyarakat terhadapnya.
relevan) 2. Dapat diberikan konseling sebagai upaya mengurangi masalah
psikososial yang dapat menyebakan kembali kenarkotika sebagai jalan
keluar dari masalah yang dihadapinya.
3. Dapat diberikan berbagai terapi seperti logo terapi agar klien dapat
menghadapi permasalahan yang mungkin akan ditemuinya jika
kembali kemasyarakat.
14
Form Kasus 3
15
Recommendation 1. Dari kasus di atas, Ny. X sudah menunjukkan gejala gangguan yang
(beri opini anda berdampak pada psikologisnya. Karena itu, prevensi yang dapat dilakukan
dengan alasan pada Ny. X adalah dengan prevensi sekunder karena prevensi sekunder
rasional, singkat bertujuan untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan mental.
jelas dan relevan) 2. Perlu diberikannya dukungan dan membangun hubungan terapeutik serta
konseling pada Ny. X untuk mengetahui bagaimanakah mekanisme
koping yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi agar gejala
yang dialami tidak sampai menimbulkan gangguan kesehatan mental.
Integrity fact Dengan ini menyatakan Medan, 18 Maret 2019
bahwa tugas ini adalah benar Kelompok 3.3
karya saya, tidak plagiat dan 1. Mei Anugrah Waruwu (032017028)
menduplicat hasil karya
orang lain. Bila ternyata 2. Asrianti Lase (032017032)
terdapat plagiarism dan
duplikasi, maka saya 3. Astri Elvetta Mendrofa (032017047)
bersedia menerima segala
konsekuensinya
16
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Orang yang sehat jiwanya adalah orang yang mempunyai kemampuan
untuk menyesuaikan diri pada lingkungan, serta berintegrasi dan berinteraksi
dengan baik, tepat, dan bahagia. Dalam Prevensi keperawatan jiwa di bagi
menjadi 3 prevensi yaitu : Prevensi primer, prevensi tersier, prevensi sekunder.
Bagian-bagian dari prevensi itu menuju pada upaya pencegahan,penanggulangan,
dan rehabilitasi pada kesehatan jiwa.
3.2 Saran
Dalam kesehatan keperawatan jiwa, dalam melakukan pencegahan,
penanggulangan, dan rehabilitasi maka dilakukan tiga macam prevensi yang
terdiri dari : prevensi primer, prevensi sekunder, dan prevensi tersier. Prevensi
ini digunakan tujuannya untuk mencegah terjadinya gangguan mental yang
mengganggu fisik, batin, psikologis seseorang.
17
DAFTAR PUSTAKA
18