Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DOSEN PEMBIMBING :
Ratna Dewi, SKM, MPH
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 3
1. Della Nofriantika
2. Dwi Diana Noviana
3. Febri Yulianti P
4. Krise Yusiana
5. Luxy Yuniar
6. Maya Rumanti
7. Putri Belinda Permatasari
8. Qunita Luvia
9. Rini Putri
10. Tiza Indah
11. Yuriska Verina
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan kita kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
ini dengan judul “Konsep Dasar Dokumentasi Asuhan Kebidanan Menurut Manajemen
Kebidanan 7 Langkah Varney Dan Catatan Perkembangan SOAP IUD”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kesehatan
reproduksi dan keluarga berencana. Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang sangat kami harapkan dari para
pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas yang
lain dan pada waktu mendatang.
Bengkulu, 2019
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya
dari mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) menjadi visi
untuk mewujudkan”keluarga berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas
adalah yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,
berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan Bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa (Saefuddin, 2003).
Berdasarkan visi dan misi tersebut, program keluarga berencana nasional
mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Dalam
kontribusi tersebut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah
mewujudkan keberhasilannya selain berhasil menurunkan angka kelahiran dan
pertumbuhan penduduk, juga terpenting adalah keberhasilan mengubah sikap mental
dasar perilaku masyarakat dalam upaya membangun keluarga berkualitas.
Sebagai salah satu bukti keberhasilan program tersebut. Antara lain dapat diamati
dari semakin meningkatnya angka pemakaian kontrasepsi(prevalensi). Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997 memperlihatkan proporsi peserta
KB yang terbanyak adalah suntik(21,1%), pil(19,4%), AKDR(18,1%), Norplan(16%),
Sterilisasi wanita(3%), Kondom(0,7%), Sterilisasi pria(0,4%), dan sisanya merupakan
peserta KB tradisonal yang masing-masing menggunakan cara tradisional seperti
pantang berkala maupun senggama terputus.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa AKDR / IUD berada diposisi ketiga.
Sedangkan dalam program BKKBN memberikan penekanan pada kontasepsi AKDR
terutama adalah CuT380 A yang menjadi primadona BKKBN. Namun begitu tidak
semua klien berminat terhadap alat kontrasepsi AKDR dikarenakan berbagai alasan
yang berbeda-beda seperti takut efek samping, takut proses pemasangan , dilarang
oleh suami, dan kurang mengetahui tentang KB AKDR.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Dengan Konsep Manajemen Kebidanan?
2. Bagaimana Contoh Tinjauan Kasus Manajemen Kebidanan Menurut Varney Pada
Iud?
3. Bagaimana Contoh Soap Perkembangan?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Konsep Manajemen Kebidanan
2. Untuk Mengetahui Contoh Tinjauan Kasus Manajemen Kebidanan Menurut
Varney Pada Iud
3. Untuk Mengetahui Contoh Soap Perkembangan
BAB II
PEMBAHASAN
1) Keluhan utama
Mengetahui keluhan utama/alasan datang ke institusi pelayanan kesehatan dan
kunjungan saat ini apakah kunjungan pertama atau kunjungan ulang
(Muslihatun dkk, 2009).
Persyaratan Pemakaian IUD/AKDR
Yang dapat menggunakan yaitu:
1. Usia reproduktif
2. Resiko rendah IMS (Infeksi Menular Seksual)
3. Tidak menghendaki metode hormonal
4. Keadaan nulipara: perempuan yang belum pernah melahirkan anak
5. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
6. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
7. Pasca melahirkan dan tidak menyusui bayinya
8. Pasca abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
9. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
10. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama
11. Perokok, sedang menyusui, gemuk atau kurus
12. Sedang memakai antibiotik atau anti kejang
13. Penderita tumor jinak payudara, hipertensi, diabetes, penyakit tiroid,
dll (Saifuddin, 2006)
2) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, perkawinan ke, umur klien saat
perkawinan dan lama perkawinan (Muslihatun dkk, 2009).
3) Riwayat Menstruasi
Meliputi siklus, lama menstruasi, dismenorea, perdarahan pervaginam dan
flour albus (Muslihatun dkk, 2009).
4) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu untuk mengetahui jumlah
paritas dan abortus (Muslihatun dkk, 2009).
7) Kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui kebiasaan pasien sehari-hari dalam menjaga kebersihan
dirinya dan bagaimana pola makan sehari-hari apakah terpenuhi gizinya atau
tidak.
(1) Nutrisi. Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien dengan
mengamati adalah penurunan berat badan atau tidak pada pasien.
(2) Eliminasi. Untuk mengetahui berapa kali BAB dan BAK, dan bagaimana
keseimbangan antara intake dan output.
(3) Istirahat. Untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan malam. Pada
kasus akseptor KB IUD dengan leukorea fisiologi istirahat ibu terganggu
karena adanya rasa yang tidak nyaman.
(4) Aktifitas. Untuk mengetahui aktifitas ibu sehari-hari.
(5) Personal hygiene. Untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien.
Kebersihan perorangan sangat penting agar terhindar dari penyakit kulit
(Muslihatun dkk, 2009).
(6) Pola seksual. Untuk mengetahui berapa frekuensi yang dilakukan ibu
(Muslihatun dkk, 2009).
(7) Keadaan psikologis. Untuk mengetahui tentang perasaan ibu sekarang,
apakah ibu merasa takut atau cemas dengan keadaan sekarang (Nursalam,
2009)
Data Objektif
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga
kesehatan (Nursalam, 2009).
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan pasien secara keseluruhan dengan kriteria baik
yaitu apabila ibu mampu melakukan aktivitas secara mandiri tanpa bantuan
atau lemah apabila ibu tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri
(Matondang, 2013).
2) Kesadaran
Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis yaitu kesadaran
normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya. Apatis adalah keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh. Delirium adalah
gelisah, disorientasi, memberontak, berteriak-teriak. Somnolen kesadaran
menurun respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran
dapat pulih bila dirangsang. Stupor yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi
respon terhadap nyeri. Coma yaitu tidak bisa dibangunkan tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun(Muslihatun dkk, 2009)
f. Langkah VI : Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan menyeluruh seperti
diuraikan pada langkah kelima secara efisien dan aman. Pelaksanaan asuhan
disesuaikan dengan rencana tindakan (Yulifah dan Surachmindari,2014).
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
B. Saran
Dari makalah ini diharapkan menjadi masukan pada pasien yaitu akseptor KB
IUD dengan leukorea fisiologi sehingga tidak cemas bila suatu saat mengalami kasus
yang sama. Bidan diharapkan mampu melakukan asuhan kebidanan pada akseptor KB
IUD dengan leukorea fisiologi secara komprehensif dan berkualitas
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC.
Muslihatun dkk. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : Fitrayama.
Prawirohardjo. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono.
Hidayah, Imti Fitrotul. 2016. “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Akseptor Kb
Iud Pada Ny. I Umur 35 Tahun P2 A0 Dengan Leukorea Fisiologi Di Klinik Pratama
An-Nuur Karanganyar”. Surakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada.