Вы находитесь на странице: 1из 7

PERMASALAHAN KESEHATAN LINGKUNGAN

BERHUBUNGAN DENGAN VEKTOR

KELOMPOK 10
ANGGOTA :
1. ANNISA PRATIWI
2. ANNISA RAHMAWATI
3. FADHILA KHOIRUNNISA
4. FENNY TRESSIA
5. HILDAN GUSTIA
6. LATIFAH AJRANI
7. M. DIMAS SETIADI
8. M. HIBBAN
9. NANDA ANNISSA
10. NURAFNI FATIMAH
11. RIDHO RIZKIAW
12. SHERIL KAMBUNO
13. WIDYA KUSUMA
14. YANTO NUGRAHA
15. ZAHRA HANAFA
16. ZULFAH DELFIANA

Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120


I. Pendahuluan

Suatu negara tidak mungkin terlepas dari masalah lingkungan. Seperti yang kita ketahui
sebelumnya, menteri kesehatan melakukan peningkatan pembangunan bidang kesehatan
untuk mengurangi tingkat kematian yang disebabkan oleh permasalahan yang ada di
lingkungan sekitar. Sumber penyebaran yang dapat menyebabkan permasalahan lingkungan
antara lain : air, udara, tanah, makanan dan minuman, serta vektor. Dan salah satu aspek yang
akan kami bahas adalah vektor.
Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi menyebarkannya
dengan membawa patogen dari suatu inang ke inang lainnya. Sedangkan menurut para ahli,
vektor adalah arthropoda yang dapat menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi
kepada induk semang yang rentan. Sebagian dari arthropoda yang bertindak sebagai vektor
mempunyai ciri-ciri berkaki ruas dan merupakan salah satu phylum yang terbesar jumlahnya
hampir 75% dari seluruh jumlah binatang.
Ada dua jenis vektor yaitu vektor biologis dan vektor mekanis. Vektor disebut vektor
biologis jika sebagian siklus hidup parasitnya terjadi dalam tubuh vektor tersebut. Vektor
disebut sebagai vektor mekanis jika sebagian siklus hidup parasitnya tidak terjadi dalam
tubuh vektor tersebut (Natadisastra dan Agoes, 2005). Contohnya lalat sebagai vektor
mekanis dalam penularan penyakit diare, trakoma, keracunan makanan, dan tifoid, sedangkan
nyamuk Anopheles sebagai vektor biologis dalam penularan penyakit malaria (Chandra,
2006).
Jenis-jenis vektor penyakit ada 5 yang meliputi Vektor potensial yang merupakan
vektor yang berperan secara aktif dalam penyebaran penyakit. Vektor pasif merupakan
vektor yang tidak aktif mencari mangsanya, tetapi dengan adanya perubahan lingkungan
kemungkinan vektor tersebut dapan berubah menjadi aktif. Vektor biologis yang dimana
agen penyakit harus mengalami perkembangan ke stadium lebih lanjut. Bila tidak ada vektor
maka agen penyakit kemungkinan akan mati. Vektor mekanis yang dimana agen penyakit
tidak mengalami perkembangan tetapi hanya sebagai pembawa agen penyakit. Dan Vektor
insidentil dimana vektor ini secara kebetulan hinggap pada manusia kemudian mengeluarkan
feses yang sudah terkontaminasi agen penyakit dekat mulut, sehingga manusia
terkontaminasi bila vektornya masuk dalam lingkungan manusia.
Adapun hewan-hewan yang termasuk vektor serta penyakit yang di bawa nya
antara lain, nyamuk Aedes aegypti yang menyebabkan penyakit Chikungunya. Menurut
artikel yang kami baca Penyakit ini disebabkan oleh virus Chikungunya yang disebarkan ke
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Selain itu nyamuk ini juga berperan sebagai
penyebar penyakit Demam Berdarah Dengue.

Melihat sejarah mengenai penyakit ini, Chikungunya berasal dari virus yang hidup
pada hewan primata di tengah hutan atau savana di tanah Afrika kira-kira 200-300 tahun lalu.
Setelah beberapa lama, tingkah laku virus chikungunya yang semula bersiklus dari satwa
primata-nyamuk-satwa primata, dapat pula bersiklus manusia-nyamuk-manusia. Di daerah
permukiman (urban cycle), siklus virus chikungunya dibantu oleh nyamuk Aedes aegypti.

Adanya pembuktian secara ilmiah yang mencangkup isolasi dan identifikasi virus
baru berhasil dilakukan ketika terjadi wabah di Tanzania 1952-1953. Baik virus maupun
penyakitnya kemudian diberi nama sesuai bahasa setempat (Swahili), berdasarkan gejala pada
penderita. Maka hadirlah chikungunya yang berarti posisi tubuh meliuk atau melengkung.

Beberapa negara di Afrika yang dilaporkan telah terserang virus chikungunya adalah
Zimbabwe, Kongo, Burundi, Angola, Gabon, Guinea Bissau, Kenya, Uganda, Nigeria,
Senegal, Central Afrika, dan Bostwana. Sesudah Afrika, virus chikungunya dilaporkan di
Bangkok (1958), Kamboja, Vietnam, India dan Sri Lanka (1964), Filipina dan Indonesia
(1973).

Chikungunya telah cukup lama berkembang di negeri kita ini. Bila kita review
kembali pertama kali dilaporkan di Samarinda sekitar tahun 1973. Kemudian muncul
serentetan kasus Chikungunya di tempat dan tahun yang berbeda. Pada tahun 1980 di Kuala
Tungkak, Jambi. Tiga tahun setelah itu merebak di beberapa tempat seperti di Martapura,
Ternate dan Yogyakarta. Perkembangan kasus Chikungunya sempat mengalami kevakuman
selama 20 tahun. Tapi di tahun 2001 sungguh mengejutkan kasus Chikungunya ditetapkan
sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di Muara Enim, Sumatera Selatan dan Aceh. Hingga 3
tahun terakhir masih muncul letupan KLB di beberapa daerah di Indonesia. Walaupun begitu
penanganan Chikungunya masih belum menjadi prioritas dalam upaya penyakit menular di
Indonesia. Dalam hal penanganan kasus Chikungunya masih menjadi komponen dalam upaya
pemberantasan Demam Berdarah Dengue. Jadi tindakan pemberantasan Chikungunya sama
dengan Demam Berdarah Dengue. Bila tidak diberantas, dua penyakit ini bisa menjadi
masalah yang klasik untuk dihadapi.

Gejala dari Chikungunya memang mirip dengan Demam Berdarah Dengue yaitu
demam tinggi, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, nyeri sendi dan otot serta
bintik-bintik merah pada kulit terutama badan dan lengan. Bila kita bandingkan dengan
Demam Berdarah Dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (Shock)
maupun kematian. Masa inkubasi dari demam Chikungunya dua sampai empat hari.
Manifestasi penyakit berlangsung tiga sampai sepuluh hari. Virus ini termasuk “Self Limiting
Disease” yang berarti hilang dengan sendirinya. Biasanya menyerang persendian yang
menimbulkan rasa nyeri yang bisa tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan. Hal ini
sering menyebabkan penderita seperti mengalami kelumpuhan. Jadi, ada paradigma
masyarakat yang menyatakan Chikungunya menyebabkan mereka jadi lumpuh.

Tempo Interaktif tahun 2010 mensinyalir bahwa sepanjang Januari-Februari 2010,


sebanyak 668 warga di enam kecamatan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, menderita
demam Chikungunya. Pejabat sementara Kepala Dinas Kesehatan Malang, menyatakan
jumlah penderita itu mendekati mendekati jumlah penderita pada tahun 2009 (860 orang),
tapi jauh tinggi daripada angka penderita pada tahun 2008 (243 orang) dan 2007 (428 orang).
Diperkirakan jumlah penderita akan terus bertambah.

Dari kenyataan diatas, kita bisa melihat bahwa penyakit chikungunya ini cukup
berkembang dan menyebar dengan cepat.. Bila hal ini tidak ditanggulangi secara baik maka
penyebaran penyakit ini akan semakin luas. Semakin cepat penanganan terhadap
Chikungunya semakin baik hasil yang diperoleh.

Di beberapa negara, Chikungunya dianggap sebagai penyakit “Emerging” dan


“Reemerging”. Kita ambil contoh Malaysia dan Thailand. Masuknya penyakit Chikungunya
di Malaysia diduga berkaitan dengan kedatangan para pekerja ke Malaysia yang berasal dari
daerah endemik Chikungunya. Di Thailand, wabah ini sering muncul pada saat musim hujan.
Selain itu travel bisa merupakan jalan masuk penyakit ini ke suatu daerah. Ternyata bukan
hanya negeri ini yang bermasalah.

Berdasarkan hasil penelitian epidemiologi penyakit Chikungunya di Bangkok


(Thailand) dan Vellore, Madras (India) menunjukkan bahwa telah terjadi gelombang
epidemik dalam interval 30 tahun. Gelombang epidemi ini berkaitan dengan populasi dari
nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit ini dan status kekebalan penduduk. Bila kita
hubungkan, pada penderita yang sudah pernah terkena penyakit ini akan kecil kemungkinan
akan terkena lagi di kemudian harinya.

Baru-baru ini juga warga Limo Depok diserang penyakit Chikungunya. Sejumlah warga di
Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat, dilaporkan menderita
penyakit chikungunya. Bahkan ada informasi yang menyebut penderitanya mencapai puluhan
orang. Kumparan pada Sabtu (30/6) menelusuri kebenaran informasi tersebut ke lokasi yang
diduga terdampak chikungunya. Faktanya di RW 5,6, dan 7, penderita chikungunya tak
sampai puluhan orang, beberapa bahkan sudah sembuh.
Ketua RT 02 Marsan menjelaskan, area di tempatnya yaitu RW 5 sudah tidak ada lagi warga
yang terjangkit chikungunya. Ia mengatakan Dinas Kesehatan Kota Depok sudah datang dan
melakukan fogging. “RW 5 sudah selesai. Semua sudah di fogging dan sudah tidak ada kasus
lagi,” ujar Marsan kepada kumparan di lokasi.

Di RW 5, sekitar 7 warga yang terjangkit dengan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk
aedes aegypti ini dan sudah dinyatakan sembuh oleh pihak Dinkes Kota Depok.
Berbeda dengan RW 5, di RW 6 masih ditemukan beberapa warga yang diduga menderita
chikungunya. Dari laporan warga ada sekitar 30 orang yang diduga mengidap penyakit
tersebut.

Setelah diselidik oleh pihak Dinkes Kota Depok, hanya ada 8 orang diduga terjangkit oleh
penyakit. Petugas Kecamatan Limo, Dr Destriana, mengatakan, di RW 6 sudah dilakukan
pemeriksaan kepada 8 pasien diduga menderita chikungunya. Pihaknya kini sedang
menunggu hasil lab untuk menentukan warga itu positif chikungunya atau bukan.
“Jadi ada 11 KK, dan ada 20 orang yang gejala klinisnya chikungunya, sedangkan
pemeriksaan ada 10 yang memiliki gejala mirip dengan chikungunya," ucap Destriana.

Destri mengatakan bahwa ia belum bisa memastikan bahwa 8 orang tersebut positif
chikungunya atau bukan. Namun dari gejala-gejala yang ditimbulkan oleh pasien, diduga
merupakan gejala penyakit chikungunya.
Saat ini pasien hanya diberi obat oleh pihak puskesmas dan dilakukan rawat jalan di rumah
masing-masing.
Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa penyakit chikungunya

Nyamuk aedes aeygpty banyak bersarang di genangan air,seperti di saluran air, di


galon yang masih bersisa air yang tidak diganti selama seminggu, tempat minuman pada
burung yang tidak diganti airnya, dan penampungan air (bak mandi) yang tidak ditutup.
Ditempat tempat seperti itu nyamuk akan mudah berkembang biak dengan cepat. Jika
nyamuk tersebut terus berkembang dan menggigit kulit manusia maka nyamuk akan
membawa vektor penyakit yang dibawanya dan memberikan infeksi kepada tubuh manusia.
Chikungunya merupakan penyakit yang akan mudah menjangkiti orang-orangyang tinggal di
daerah dengan curah hujan tinggi. Nyamuk biasanya menyerang pada siang hari, namun bisa
juga penyerangan terjadi saat pagi atau bahkan menjelang malam.
Bila lebih kita cermati lagi memang masalah Chikungunya tidak bisa dipandang
sebelah mata. Meski tidak menyebabkan kematian, hendaknya kita tetap perlu mewaspadai
penyebaran virus ini. Penanganan kasus ini harus dilakukan secara baik. Kalau tidak, cepat
atau lambat hal ini akan menjadi suatu ancaman bagi kita semua.

Bagaimanapun juga penanganan yang segera merupakan kunci untuk mencegah


penyebaran yang lebih luas dari penyakit ini. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
ini merupakan tanggung jawab kita bersama. Upaya penanggulangan Chikungunya adalah
kolaborasi yang harmonis antara kegiatan penyelidikan, pengobatan, pencegahan dan
surveilans baik dari pemerintah serta pelayanan kesehatan.

Memutus rantai kehidupan virus dengan membasmi nyamuk merupakan pilihan yang
solutif. Hal ini senada dengan cara pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue.
Rakyat tak perlu pesimis. Ada beberapa cara yang dinilai efektif sekali, cukup dengan
melakukan Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan metode sebagai
berikut. Pertama, cukup dengan menguras tempat penampungan air minimal seminggu sekali
atau menaburinya dengan bubuk abate untuk membunuh jentik nyamuk Aedes Aegypti.
Kedua, menutup rapat tempat penampungan air agar nyamuk tidak bisa bertelur disana.
Ketiga, dengan mengubur atau membuang pada tempatnya barang-barang bekas seperti ban
bekas yang dapat menampung air hujan. Keempat, menyingkirkan barang-barang tak
terpakai. Kelima, menggunakan perangkap nyamuk. Keenam, mengecek talang atap rumah.
Ketujuh, menutup rapat tempat air. Kedelapan, menelungkupkan wadah tak terpakai.

Sedangkan, untuk mencegah gigitan nyamuk chikungunya itu sendiri, bisa dilakukan
dengan beberapa cara : Menggunakan lotion anti nyamuk yang berbau menyengat untuk
melindungi dari gigitan nyamuk,menggunakan pakaian tertutup bila hendak pergi ke pasar
tradisional kebun atau tempat lain yang berpotensi banyak nyamuk,meminimalkan bau
hairspray karena nyamuk akan lebih tertarik untuk hinggap ketika ada bau-bauan dari
hairspray atau parfum yang berlebihan,menggunakan pakaian berwarna terang ditempat
gelap,menempatkan tanaman lavender diruangan agar terhindar dari nyamuk karena baunya
menyengat,melakukan fogging/pengasapan khususnya diwaktu tertentu dimana demam
berdarah dan chikungunya tengah mewabah dilingkungan tempat tinggal anda,menggunakan
obat nyamuk semprot saat petang tiba agar terhindar dari nyamuk,menggunakan kelambu saat
hendak tidur. Suatu harapan dengan paparan yang menelaah pentingnya perhatian terhadap
perilaku vektor nyamuk, akan mampu meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya-
upaya pengendaliannya. Hal ini mengingat bahwa terciptanya lingkungan permukiman yang
sehat, nyaman dan tentram pada dasarnya menjadi kewajiban semua pihak.

Вам также может понравиться